Reina tidak menyangka kalau ibu kandungnya hari ini sengaja datang ke Kabupaten Sariang dan melihatnya tinggal di rumah yang bobrok.Treya juga tidak menghubungi Reina. Alasan Treya datang mencarinya adalah karena uang 16 triliun yang ada di tangan Mandy.Beberapa hari yang lalu, Treya menerima telepon dari Marshanda yang mengatakan kalau Reina belum mati dan telah kembali ke Kota Simaliki untuk bekerja sama dengan Grup Rajawali.Itu sebabnya Treya pulang. Dia pikir Reina sudah berbeda dari yang dulu, tidak disangka Reina malah mengajukan cerai pada Maxime dan sekarang berada dalam kondisi yang menyedihkan.Melihat Reina tinggal di rumah bobrok dan begitu dekat dengan pengasuhnya, Treya pun meminta sopir mengantarkannya kembali ke Kota Simaliki.Dalam perjalanan, Treya menelepon putranya, Diego. "Aku sudah lihat kondisi Reina hari ini. Uang 16 triliun itu nggak mungkin punya dia, kamu harus cari cara supaya uang itu bisa jatuh ke tangan kita."Kalau Reina punya uang 16 triliun, mana mu
Setelah Reina dan Maxime menikah, Maxime meminta Ekki memberi Reina sebuah kartu bank yang saldonya minimal 2.4 miliar.Waktu itu Ekki berkata, "Ini ada kartu bank, saldonya 2.4 miliar. Ini uang bulanan dari Pak Max untukmu. Pak Max bilang, uangnya bukan rezeki nomplok jatuh dari langit. Nona boleh pakai kartu ini kapan aja, tapi ingat untuk simpan notanya untuk setiap pembelanjaan."Ketika Reina setuju Maxime tinggal bersamanya, Reina sudah berpikir untuk membalas Maxime atas semua penderitaan yang dia alami waktu tinggal di Keluarga Sunandar.Biar Maxime juga merasakan apa yang dia alami, mungkin dengan cara ini ingatan pria itu bisa pulih.Seorang pria sejati pasti akan terhina martabatnya kalau seorang wanita memberinya uang dan menyuruhnya melaporkan nota belanja.Terlebih lagi, seorang pria seperti Maxime yang sangat angkuh.Namun Maxime yang sekarang malah mengambil kartu itu. Dia tidak marah sama sekali bahkan mengulas senyum tipis, "Nana, ada barang lain apa nggak yang mau kam
Reina tidak menyangka Maxime akan membeli semua barang secepat ini bahkan menyiapkan sarapan.Di atas meja tersaji bubur, roti, susu, buah-buahan dan masih banyak makanan lain.Maxime pun menoleh saat mendengar suara langkah kaki Reina."Aku nggak tahu kamu suka makan apa, jadi aku beli semua.""Ini, nota pembeliannya."Reina menatap kertas nota yang disodorkan Maxime, dia tidak menyangka Maxime akan benar-benar mendengarkan kata-katanya."Kamu 'kan nggak bisa lihat? Gimana caranya kamu beli?"Maxime menyodorkan segelas susu ke meja di depannya dan menjawab, "Pakai aplikasi di ponsel."Reina tidak curiga, dia menunduk dan meminum susunya.Susu yang tadi sudah dipanaskan masih terasa hangat.Reina makan beberapa suap roti, lalu sengaja mempersulitnya, "Aku nggak biasa makan sarapan yang dibeli dari luar."Maxime tercengang mendengarnya dan menjawab, "Tapi aku nggak bisa masak."Sebenarnya Maxime juga ingin mencoba membuat sarapan pagi ini, tapi dia tidak tahu caranya.Setelah amnesia, E
Hari ini Riko dibawa Tommy ke kediaman Keluarga Sunandar dengan tujuan bertemu dengan sosok ayah yang Joanna pikir adalah ayah Riko.Sebenarnya dia mau lihat siapa pria yang menggantikan ayah bajingannya itu.Itu sebabnya dia sengaja meminta Tommy membawanya ke sini."Riko, kayaknya hari ini dia nggak datang deh. Hahh sayang, kita nggak bisa ketemu." Tommy menghela napas.Dia juga ingin Riko dapat bertemu dengan pria yang meninggalkan istri dan putranya.Sebenarnya Riko tidak peduli, tetapi dia tetap berpura-pura berkata, "Kalau besok-besok kamu lihat dia datang, kasih tahu aku ya.""Oke." Tommy menepuk dadanya dan berkata, "Nanti kalau aku sudah jadi CEO Grup Sunandar, aku akan kasih pria itu pelajaran!"Masih anak-anak saja suda seperti ini, kelak sepertinya dia bisa jadi diktator.Entah Tommy belajar dari siapa.Tiba-tiba mata Riko tertuju pada seorang pria jangkung yang berdiri tidak jauh dari sana.Morgan saat ini mengenakan jas hitam dan berdiri gagah di sana sambil menatap kedua
Tommy sebenarnya menyesal sudah menyanggupinya, tapi juga enggan berubah pikiran begitu saja.Jadi, Tommy diam-diam membawa Riko melewati gang yang sepi dan masuk ke rumah Maxime lewat pintu samping.Setelah tiba di sini, Tommy merasa tegang tapi wajahnya terlihat bangga."Lihat, ini rumah om aku."Riko menoleh dan memperhatikan sisi timur rumah yang terlihat mewah dan pilarnya berwarna keemasan.Tiba-tiba Riko memegangi perutnya dan berkata, "Aduh, perutku sakit. Aku nggak tahan, aku mau ke toilet dulu."Tanpa menunggu Tommy bicara, Riko langsung berlari ke arah timur.Tommy langsung kaget dan panik, "Eh! Jangan ke sana, om tinggal di situ."Malangnya, begitu Tommy selesai bicara, seorang pelayan memergokinya.Ketika pelayan melihat Tommy, dia hanya bisa berpesan, "Tommy, kok kamu ke sini? Pak Max nggak suka anak-anak lho. Cepat pergi, nanti aku laporin dia lho."Karena Tommy tidak melihat Riko dan takut pelayan itu benar-benar melapor pada Maxime, dia pun lari keluar dengan bingung.
"Tante masuk kok nggak ketuk pintu?" Riko memasang wajah marah."Ah, maaf, aku lupa." Alana melangkah maju, "Riko, kamu ingat nggak dulu janji apa sama Tante?"Riko menghela napas, "Iya ingat. Aku pura-pura jadi anakmu buat balas dendam ke mantan pacarmu, 'kan? Serahkan aja sama aku, aku yang terbaik dalam membalas dendam pada orang lain. Kalau perlu, aku juga bisa cariin Tante suami, 'kan sekalian aku cari Papa."Alana menatapnya dengan mata terbelalak, "Serius?"Riko tidak menyangka Alana akan percaya begitu saja padanya, tapi demi kebahagiaan tantenya ini, Riko pun menepuk dadanya, "Iya dong, aku jamin orang itu pasti lebih baik dari mantan pacarmu.""Kamu minta duit berapa?" tanya Alana dengan serius.Alana yakin biaya mencari pria yang lebih tampan dari Yansen pasti tidak akan murah.Dia tidak menyangka Riko punya jaringan seperti itu di usia yang begitu muda, sungguh luar biasa."Udah nggak usah Tante pikirin, yuk bobo."Riko berbaring di kasur dan menutupi kepalanya dengan selim
Setelah mendengar perkataan Lyann, Maxime langsung keluar dari dapur.Karena terburu-buru, waktu jalan ke luar Maxime tidak sengaja membentur lemari sehingga vas pun jatuh dan pecah. Bahkan ada vas yang jatuh dan mengenai punggung tangannya.Tangan yang mulus pun seketika berubah jadi ungu.Maxime tidak peduli.Maxime sudah menghafal semua lokasi kamar di rumah sini, tetapi posisi barang sering berpindah.Saat keluar pun, Maxime tidak sengaja menabrak meja dan kursi.Dia langsung menelepon Ekki dan minta pria itu mengantarnya.Sambil menunggu Ekki datang, Maxime akhirnya paham seberapa besar perbedaan antara orang normal dan orang buta.Kalau Maxime tidak buta, sekarang dia pasti bisa langsung mencari Nana, tetapi kalau buta seperti ini dia hanya bisa menunggu Ekki.Ekki tinggal di dekat Maxime, hanya butuh lima menit untuk sampai di rumah Reina.Dari jauh Ekki melihat Maxime berdiri di depan pintu, dia kira Reina mengusir Maxime sehingga dia pun buru-buru menghampiri bosnya."Bos, ada
Di pintu masuk Restoran Maimai.Reina buru-buru menarik kembali tangannya yang menempel di wajah Revin dan menjawab, "Itu 'kan dulu waktu masih polos."Waktu itu Reina masih belum mengerti perbedaan pria dan wanita.Apalagi waktu kecil Revin masih gempal dan pendek, mereka masih anak-anak yang lucu.Reina menganggap Revin seperti adiknya, setiap kali Lyann membuat makanan enak, Reina pasti akan membawakan untuknya.Namun situasinya sekarang berbeda. Revin adalah pria dewasa yang bertubuh kekar dan tinggi, parasnya juga sangat tampan.Poin terpentingnya adalah Revin sekarang sudah menjadi pria bermartabat. Mana ada wanita yang berani menaruh tangan dinginnya ke pipi Revin.Tatapan Revin terlihat lembut dan tidak ada keengganan, namun ada jejak kesepian."Sebenarnya, kamu bisa bersikap sama kayak dulu kok."Revin selalu ingat sosok lembut Reina. Dulu Reina-lah yang diam-diam membawakannya pakaian, selimut dan makanan juga sering menghiburnya.Kalau bukan karena Reina, mungkin Revin bukan
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa
Sudut mulut Imran bergerak pelan, apakah itu kabar baik?"Lalu bagaimana sekarang?"Mereka berharap bisa bertemu dengan calon menantu mereka hari ini, tetapi tidak disangka semuanya tidak seperti yang mereka bayangkan.Retno berpikir sejenak, lalu menjawab, "Karena anak kita lebih suka yang sudah menikah, kenapa kita nggak carikan janda saja untuknya?"Raut wajah Imran terlihat makin aneh."Kamu nggak lagi bercanda?""Di zaman sekarang ini, bercerai bukanlah masalah besar." Retno berpikiran terbuka. "Yang penting anak kita bisa cepat menikah dan memberi kita cucu."Imran tidak menolak atau membantah.Dia hanya diam saja.Retno menganggapnya sebagai jawaban persetujuan darinya."Ayo. Karena ini salah paham, kita pulang saja." Imran berdiri.Pada saat itulah dia tiba-tiba mendengar Ari berkata lagi, "Bu Reina, apa kamu dan Tuan Maxime rujuk? Kamu sudah yakin nggak mau mempertimbangkan yang lain?"Reina sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu."Kenapa kamu tanya begitu?""Mak
Reina dan Maxime tiba di dalam restoran sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Maxime menerima telepon dan keluar sebentar.Melihatnya dari kejauhan, Ari langsung berjalan cepat ke arahnya.Setelah sampai di tempat itu, dia melihat sekeliling dan bertanya, "Katanya Tuan Maxime datang juga, di mana dia?""Oh, dia keluar sebentar buat jawab telepon," jawab Reina.Mendengar itu, Ari mengangguk dan duduk di seberang Reina.Dia tidak menyadari bahwa saat ini orang tuanya sedang duduk di ruang sebelah.Orang tua Ari senang saat melihat orang yang ditemui putra mereka adalah seorang wanita dan memiliki penampilan yang khas."Ternyata dia sudah punya pacar, tapi menyembunyikannya dari kita," kata Imran.Retno bertanya bingung, "Apa kamu nggak merasa wanita ini agak familier? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat."Sebelumnya, Ari dan Reina pernah digosipkan dan berita keduanya menjadi pemberitaan hangat.Pada waktu itu, Retno sempat melihat foto profil Reina di berita."Memang n
Ibu kota.Keluarga Yinandar sangat meriah seperti biasa, Naria takut kedua orang tua itu kesepian, jadi meminta Reta untuk kembali lebih awal untuk menemani mereka merayakan Tahun Baru.Begitu Reina dan yang lainnya tiba, keduanya terlihat sangat gembira.Keempat cicit kecil itu memanggil mereka, kemudian mereka memberi keempatnya hadiah.Reina melihat bahwa mereka tidak bisa memegang semua hadiah itu dengan tangan mereka."Kakek, Nenek, kenapa beli banyak hadiah begini?""Kami senang karena mereka datang. Setiap kali kami melihat sesuatu yang bagus dan menyenangkan, kami berpikir untuk membelinya dan menyimpannya untuk mereka."Reina tidak berkata apa-apa lagi saat mendengar ini.Reina meminta keempat anaknya bermain bersama kakek dan neneknya, kemudian dia dan Maxime bisa keluar jalan-jalan, lalu sorenya menemui Ari....Rumah Ari.Ayah dan ibunya memegang banyak foto perempuan cantik dan menyerahkannya kepadanya. "Coba lihat."Ari hanya melirik mereka dan mengalihkan pandangannya."
"Ya."Riko mengiakan dengan sangat patuhDia menguap dan menyuruh ketiga adiknya untuk bangun.Kedua adiknya yang paling kecil langsung bangun, tetapi Riki yang selalu bersikap malas tidak mau bangun."Hoaam, Kak, aku masih ingin tidur. Kamu balik dulu saja, aku mau tidur sambil peluk Mama."Reina tidak bisa menahan tawa saat melihat adegan ini."Ya, kalian istirahat di sini dulu saja." Reina tidak tega berpisah dengan beberapa anak.Rasanya sangat bahagia bisa bersama anak-anak.Namun, Maxime berkata dengan tidak sabar, "Cepatlah."Riki beranjak dari lantai dengan gusar saat mendengar suara marah papanya."Ayo pergi." Dia menepuk lipatan di tubuhnya. Ternyata dia sudah bangun sejak tadi, dia hanya sengaja tidak ingin meninggalkan tempat itu.Reina melihat tanpa daya saat keempat anaknya pergi. Lalu, dia menggerutu kepada Maxime, "Kamu kenapa, sih? Kenapa ngusir mereka begitu?"Maxime bergegas menghampirinya dan memeluknya."Kalau ada mereka, bagaimana kita bisa punya waktu berdua?"".
Ketika Morgan pergi, dia melewati ruang tamu, melewati Aarav dan Daniel."Kamu baru pulang, apa sudah mau pergi lagi?" Daniel bertanya saat melihat Aarav akan keluar rumah."Hmm," jawab Morgan singkat.Daniel mengerutkan keningnya. "Jangan pergi, tunggu sampai makan nanti."Morgan tidak sependapat, bersikap seakan tidak mendengar perkataannya dan terus melangkahkan kakinya keluar rumah.Sikapnya membuat Daniel merasa canggung.Aarav yang berada di sampingnya memperhatikan semuanya dalam diam. Dia menyesap tehnya, lalu berkata, "Anak-anak sudah besar, jadi suka memberontak. Rendy juga sering membuatku kesal, jadi jangan ambil pusing.""Hmm." Daniel mengangguk."Kalau nggak ada yang lain, kami akan pulang dulu. Aku minta tolong kepadamu untuk bicara dengan Max terkait kerja sama ini." Aarav berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bagaimanapun juga, kamu itu ayah Max, kepala keluarga.""Kak, jangan khawatir."Daniel mengantarnya pergi.Sebenarnya Daniel tidak bodoh, mana mungkin dia tidak ta
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim