Lyann terkejut memandang sosok Maxime di depannya.Pria itu menggulung lengan bajunya dan sedang mencuci piring di wastafel yang penuh dengan busa.Lyann hanya pernah menghubungi Maxime sekali saja, yaitu waktu dia meneleponnya lima tahun lalu.Waktu itu Lyann memohon pada Maxime untuk memperlakukan Reina dengan baik.Tapi Maxime sangat acuh tak acuh dan Lyann masih ingat apa yang dia katakan.Maxime berkata, "Mau hidup Reina seperti apa, itu bukan urusanku!""Dia pantas hidup seperti itu!"Begitu teringat dengan semua yang terjadi dulu membuat Lyann sama sekali tidak merasa kasihan pada Maxime.Dalam hati dia merasa, Maxime juga pantas hidup seperti ini!Sekarang kondisi kesehatan Lyann naik turun karena sakit paru-parunya dan sadar hidupnya tidak lama lagi, jadi Lyann ingin lebih banyak menghabiskan waktu terakhirnya dengan Reina.Lyann berjalan ke dapur dan berkata dengan nada dingin."Pak Max, kalau kamu merasa tertindas, mending pulang aja. Kamu nggak terbiasa hidup sederhana sepe
Jam sebelas siang.Aula konferensi Grup Rajawali sudah penuh dengan anggota rapat. Mulai dari anggota Keluarga Sunandar, para pemegang saham, para senior eksekutif dan reporter dari awak media.Semua orang menunggu penggantian penanggung jawab Grup Rajawali, mereka mau lihat siapa yang akan bertanggung jawab atas Keluarga Sunandar selanjutnya.Rapat pemegang saham pun dimulai. Dari Tuan Besar Latief, Rendy dan istrinya dan semua anggota Keluarga Sunandar lainnya hadir.Masing-masing ingin mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dari rapat pemegang saham kali ini.Ada banyak anak muda di Keluarga Sunandar yang berbakat, tapi hanya sedikit yang bisa menandingi Maxime. Kalau sampai sesuatu terjadi pada Maxime, pasti tidak ada satu pun dari mereka mau tunduk satu sama lain karena merasa diri mereka berbanding seimbang.Itu sebabnya begitu pertemuan dimulai, persaingan menjadi sangat ketat.Anehnya, batang hidung Joanna masih belum terlihat sampai sekarang.Semua orang berpikir Joanna sengaja
Awalnya Alana ingin bergosip, tetapi Riko tiba-tiba muncul jadi dia langsung menutup telepon."Riko, kok sudah pulang? Hari ini pulang lebih cepat?"Hari ini Alana kembali mengantarkan Riko ke TK.Sebenarnya dari tadi Riko ada di depan pintu dan menguping percakapan mereka. Ternyata ayahnya buta dan amnesia dan sekarang tinggal bersama mamanya.Pantas saja mamanya tidak sabar menyuruhnya ke rumah Tante Alana."Iya, kata Bu Guru belakangan cuacanya dingin jadi hari Jumat kami pulang lebih cepat. Tante Alana, bukannya Bu Guru udah kasih tahu ya di grup?"Alana menepuk keningnya, "Ya ampun, maaf aku lupa baca grup."Karena tidak ada sopir, Riko jalan pulang sendirian.Alana menghampirinya dengan rasa bersalah."Maaf, sini Tante cium dulu."Riko tampak jijik dan lari menghindar."Nggak mau.""Ya sudah." Alana kecewa.Riko menatapnya dan berkata, "Tante, kalau kamu merasa bersalah, boleh nggak akhir pekan ini anterin aku pulang ke Kabupaten Sariang? Aku kangen Mama."Dia juga ingin lihat ba
Saat ini di Kabupaten Sariang.Setelah Reina menutup telepon, dia melihat ke arah Maxime yang masih belajar Braille dan bertanya, "Kamu dengar beritanya nggak?""Ya." Maxime menjawab bahkan tanpa mengangkat kepalanya, "Ada orang yang pura-pura menjadi aku.""Kamu nggak peduli?" tanya Reina lagi."Nana, sekarang aku cuma ingin menjalani kehidupan yang baik sama kamu, cepat menguasai braille supaya aku bisa merawatmu dan anak kita," jawab Maxime.Anak ....Tangan Reina spontan memegang perut bagian bawahnya, "Anak apa?""Ibuku bilang kamu hamil." Maxime mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Reina, "Jangan khawatir, meski aku nggak bisa lihat, aku nggak akan menyusahkanmu dan anak kita."Reina tidak menyangka Joanna akan menceritakan kejadian ini pada Maxime. Apalagi dia tidak ingat apa pun sekarang.Reina menyahut dengan dingin, "Anak yang kukandung bukan anakmu."Maxime mematung.Reina kira Maxime akan marah, tapi perkiraannya itu meleset.Maxime hanya mencengkeram buku di tangannya
"Jangan khawatir, mereka nggak akan ganggu aku."Setelah Reina selesai bicara dengan Mandy, dia menutup telepon dan langsung menghubungi perusahaannya di luar negeri untuk mengirimkan laporan bank dan menyerahkannya pada Mandy.Mandy adalah seorang pengacara. Meski tidak sebaik Yansen yang terkenal sebagai pengacara yang tidak pernah kalah, Mandy pernah menjadi direktur hukum Keluarga Andara, jadi dia pasti mengerti bagaimana harus membereskan masalah ini.Setelah mengurus hal ini, Reina merasa gelisah.Lima tahun lalu, dia mempertaruhkan nyawanya untuk memutuskan hubungan ibu-anak dengan Treya.Sekarang Treya kembali ...."Nana," panggil Lyann. Reina tidak sadar kalau pintu kamarnya tidak ditutup.Entah kapan Lyann berjalan melewati kamar Reina dan melihat gadis itu terlihat khawatir.Reina menoleh dan menatap Lyann yang rambutnya sudah penuh dengan uban dan wajahnya penuh dengan kerutan."Bu Lyann? Sudah bangun?""Aku nggak bisa tidur lagi." Lyann tersenyum lembut.Reina langsung ber
Reina tidak menyangka kalau ibu kandungnya hari ini sengaja datang ke Kabupaten Sariang dan melihatnya tinggal di rumah yang bobrok.Treya juga tidak menghubungi Reina. Alasan Treya datang mencarinya adalah karena uang 16 triliun yang ada di tangan Mandy.Beberapa hari yang lalu, Treya menerima telepon dari Marshanda yang mengatakan kalau Reina belum mati dan telah kembali ke Kota Simaliki untuk bekerja sama dengan Grup Rajawali.Itu sebabnya Treya pulang. Dia pikir Reina sudah berbeda dari yang dulu, tidak disangka Reina malah mengajukan cerai pada Maxime dan sekarang berada dalam kondisi yang menyedihkan.Melihat Reina tinggal di rumah bobrok dan begitu dekat dengan pengasuhnya, Treya pun meminta sopir mengantarkannya kembali ke Kota Simaliki.Dalam perjalanan, Treya menelepon putranya, Diego. "Aku sudah lihat kondisi Reina hari ini. Uang 16 triliun itu nggak mungkin punya dia, kamu harus cari cara supaya uang itu bisa jatuh ke tangan kita."Kalau Reina punya uang 16 triliun, mana mu
Setelah Reina dan Maxime menikah, Maxime meminta Ekki memberi Reina sebuah kartu bank yang saldonya minimal 2.4 miliar.Waktu itu Ekki berkata, "Ini ada kartu bank, saldonya 2.4 miliar. Ini uang bulanan dari Pak Max untukmu. Pak Max bilang, uangnya bukan rezeki nomplok jatuh dari langit. Nona boleh pakai kartu ini kapan aja, tapi ingat untuk simpan notanya untuk setiap pembelanjaan."Ketika Reina setuju Maxime tinggal bersamanya, Reina sudah berpikir untuk membalas Maxime atas semua penderitaan yang dia alami waktu tinggal di Keluarga Sunandar.Biar Maxime juga merasakan apa yang dia alami, mungkin dengan cara ini ingatan pria itu bisa pulih.Seorang pria sejati pasti akan terhina martabatnya kalau seorang wanita memberinya uang dan menyuruhnya melaporkan nota belanja.Terlebih lagi, seorang pria seperti Maxime yang sangat angkuh.Namun Maxime yang sekarang malah mengambil kartu itu. Dia tidak marah sama sekali bahkan mengulas senyum tipis, "Nana, ada barang lain apa nggak yang mau kam
Reina tidak menyangka Maxime akan membeli semua barang secepat ini bahkan menyiapkan sarapan.Di atas meja tersaji bubur, roti, susu, buah-buahan dan masih banyak makanan lain.Maxime pun menoleh saat mendengar suara langkah kaki Reina."Aku nggak tahu kamu suka makan apa, jadi aku beli semua.""Ini, nota pembeliannya."Reina menatap kertas nota yang disodorkan Maxime, dia tidak menyangka Maxime akan benar-benar mendengarkan kata-katanya."Kamu 'kan nggak bisa lihat? Gimana caranya kamu beli?"Maxime menyodorkan segelas susu ke meja di depannya dan menjawab, "Pakai aplikasi di ponsel."Reina tidak curiga, dia menunduk dan meminum susunya.Susu yang tadi sudah dipanaskan masih terasa hangat.Reina makan beberapa suap roti, lalu sengaja mempersulitnya, "Aku nggak biasa makan sarapan yang dibeli dari luar."Maxime tercengang mendengarnya dan menjawab, "Tapi aku nggak bisa masak."Sebenarnya Maxime juga ingin mencoba membuat sarapan pagi ini, tapi dia tidak tahu caranya.Setelah amnesia, E
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa
Sudut mulut Imran bergerak pelan, apakah itu kabar baik?"Lalu bagaimana sekarang?"Mereka berharap bisa bertemu dengan calon menantu mereka hari ini, tetapi tidak disangka semuanya tidak seperti yang mereka bayangkan.Retno berpikir sejenak, lalu menjawab, "Karena anak kita lebih suka yang sudah menikah, kenapa kita nggak carikan janda saja untuknya?"Raut wajah Imran terlihat makin aneh."Kamu nggak lagi bercanda?""Di zaman sekarang ini, bercerai bukanlah masalah besar." Retno berpikiran terbuka. "Yang penting anak kita bisa cepat menikah dan memberi kita cucu."Imran tidak menolak atau membantah.Dia hanya diam saja.Retno menganggapnya sebagai jawaban persetujuan darinya."Ayo. Karena ini salah paham, kita pulang saja." Imran berdiri.Pada saat itulah dia tiba-tiba mendengar Ari berkata lagi, "Bu Reina, apa kamu dan Tuan Maxime rujuk? Kamu sudah yakin nggak mau mempertimbangkan yang lain?"Reina sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu."Kenapa kamu tanya begitu?""Mak
Reina dan Maxime tiba di dalam restoran sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Maxime menerima telepon dan keluar sebentar.Melihatnya dari kejauhan, Ari langsung berjalan cepat ke arahnya.Setelah sampai di tempat itu, dia melihat sekeliling dan bertanya, "Katanya Tuan Maxime datang juga, di mana dia?""Oh, dia keluar sebentar buat jawab telepon," jawab Reina.Mendengar itu, Ari mengangguk dan duduk di seberang Reina.Dia tidak menyadari bahwa saat ini orang tuanya sedang duduk di ruang sebelah.Orang tua Ari senang saat melihat orang yang ditemui putra mereka adalah seorang wanita dan memiliki penampilan yang khas."Ternyata dia sudah punya pacar, tapi menyembunyikannya dari kita," kata Imran.Retno bertanya bingung, "Apa kamu nggak merasa wanita ini agak familier? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat."Sebelumnya, Ari dan Reina pernah digosipkan dan berita keduanya menjadi pemberitaan hangat.Pada waktu itu, Retno sempat melihat foto profil Reina di berita."Memang n
Ibu kota.Keluarga Yinandar sangat meriah seperti biasa, Naria takut kedua orang tua itu kesepian, jadi meminta Reta untuk kembali lebih awal untuk menemani mereka merayakan Tahun Baru.Begitu Reina dan yang lainnya tiba, keduanya terlihat sangat gembira.Keempat cicit kecil itu memanggil mereka, kemudian mereka memberi keempatnya hadiah.Reina melihat bahwa mereka tidak bisa memegang semua hadiah itu dengan tangan mereka."Kakek, Nenek, kenapa beli banyak hadiah begini?""Kami senang karena mereka datang. Setiap kali kami melihat sesuatu yang bagus dan menyenangkan, kami berpikir untuk membelinya dan menyimpannya untuk mereka."Reina tidak berkata apa-apa lagi saat mendengar ini.Reina meminta keempat anaknya bermain bersama kakek dan neneknya, kemudian dia dan Maxime bisa keluar jalan-jalan, lalu sorenya menemui Ari....Rumah Ari.Ayah dan ibunya memegang banyak foto perempuan cantik dan menyerahkannya kepadanya. "Coba lihat."Ari hanya melirik mereka dan mengalihkan pandangannya."
"Ya."Riko mengiakan dengan sangat patuhDia menguap dan menyuruh ketiga adiknya untuk bangun.Kedua adiknya yang paling kecil langsung bangun, tetapi Riki yang selalu bersikap malas tidak mau bangun."Hoaam, Kak, aku masih ingin tidur. Kamu balik dulu saja, aku mau tidur sambil peluk Mama."Reina tidak bisa menahan tawa saat melihat adegan ini."Ya, kalian istirahat di sini dulu saja." Reina tidak tega berpisah dengan beberapa anak.Rasanya sangat bahagia bisa bersama anak-anak.Namun, Maxime berkata dengan tidak sabar, "Cepatlah."Riki beranjak dari lantai dengan gusar saat mendengar suara marah papanya."Ayo pergi." Dia menepuk lipatan di tubuhnya. Ternyata dia sudah bangun sejak tadi, dia hanya sengaja tidak ingin meninggalkan tempat itu.Reina melihat tanpa daya saat keempat anaknya pergi. Lalu, dia menggerutu kepada Maxime, "Kamu kenapa, sih? Kenapa ngusir mereka begitu?"Maxime bergegas menghampirinya dan memeluknya."Kalau ada mereka, bagaimana kita bisa punya waktu berdua?"".
Ketika Morgan pergi, dia melewati ruang tamu, melewati Aarav dan Daniel."Kamu baru pulang, apa sudah mau pergi lagi?" Daniel bertanya saat melihat Aarav akan keluar rumah."Hmm," jawab Morgan singkat.Daniel mengerutkan keningnya. "Jangan pergi, tunggu sampai makan nanti."Morgan tidak sependapat, bersikap seakan tidak mendengar perkataannya dan terus melangkahkan kakinya keluar rumah.Sikapnya membuat Daniel merasa canggung.Aarav yang berada di sampingnya memperhatikan semuanya dalam diam. Dia menyesap tehnya, lalu berkata, "Anak-anak sudah besar, jadi suka memberontak. Rendy juga sering membuatku kesal, jadi jangan ambil pusing.""Hmm." Daniel mengangguk."Kalau nggak ada yang lain, kami akan pulang dulu. Aku minta tolong kepadamu untuk bicara dengan Max terkait kerja sama ini." Aarav berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bagaimanapun juga, kamu itu ayah Max, kepala keluarga.""Kak, jangan khawatir."Daniel mengantarnya pergi.Sebenarnya Daniel tidak bodoh, mana mungkin dia tidak ta
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim