Kali ini Riko mau meretas peralatan laptop pribadi Maxime, dia tidak menyangka ayahnya masih terjaga saat ini.Maxime tidak bisa tidur dan sedang melakukan pekerjaan ketika dia mengetahui bahwa laptopnya telah diretas.Dia melihat kursor mengklik di mana-mana secara otomatis. Maxime memicingkan mata dan mengetik di keyboard.Di sisi lain, Riko yang sedang berjuang saat ini juga keringat dingin.Riki pun menghampiri kakaknya, "Kak, ada apa?""Kurang ajar, aku ketahuan!."Di saat-saat terakhir laptop Riko tiba-tiba mati. Dia tidak menyangka ternyata serangan balik Maxime berhasil.Bagaimanapun, Riko masih terlalu muda untuk menjadi lawan Maxime, jadi Maxime berhasil mendapatkan alamatnya."Cari mati."Maxime mengernyit saat mengetahui alamat itu ada di luar negeri.Dia mengirimkannya ke Ekki dan minta seseorang untuk memeriksanya.Sekarang Riko merasa lelah, "Sialan!""Nggak nyangka, ternyata Ayah bajingan hebat juga." Riki tidak tahu banyak tentang sistem.Tapi Riki juga tahu ada yang t
Deron memutar balik mobil dan berhenti di depan Reina, "Masuk."Reina merasa lega dan masuk ke dalam mobil."Maaf ya, aku jadi ngerepotin kamu lagi."....Setelah bertemu Deron pertama kalinya beberapa hari yang lalu, Maxime mengirim seseorang untuk menyelidikinya.Dia pun tahu Deron adalah pengawal pribadi Revin dan kemudian diminta melindungi Reina.Hari ini, Maxime sedikit mengernyit ketika mendengar bahwa orang yang mengawasi Reina melaporkan bahwa Deron juga ada di Kota Simaliki."Sekarang mereka tinggal bareng?"Maxime ingat akan sosok Deron. Pria itu cukup tampan dan matanya tegas, agak berbeda dengan pengawal pada umumnya."Nyonya tinggal di rumah Alana, dia tinggal di dalam mobil."Maxime terlihat lebih rileks dan menjawab, "Oke, terus awasi mereka.""Ya."Gugatan cerai Reina dilakukan secara diam-diam.Tidak ada orang lain yang tahu dan tidak ada orang dalam yang berani membeberkan masalah ini. Bagaimanapun, ini menyangkut Maxime dan seluruh Grup Sunandar.Namun sehari sebelu
Reina tiba-tiba merasa sedih. Setelah menikah dengan Keluarga Sunandar selama bertahun-tahun, dia tidak pernah meminta apa pun pada Keluarga Sunandar.Sebaliknya, dia memberikan semua yang dia miliki pada Maxime.Namun anggota Keluarga Sunandar malah curiga dia menginginkan aset Keluarga Sunandar.Sangat konyol dan menyedihkan!Reina berbalik memandang Joanna, "Tergantung keputusan pengadilan."Reina tidak menginginkan uang, tapi sekarang dia tidak mau membuat Joanna bahagia.Joanna benar-benar ketakutan. Melihat Reina pergi, dia buru-buru menelepon Maxime.Pernikahan Reina dan Maxime telah berlangsung selama delapan tahun.Dalam delapan tahun terakhir, perkembangan bisnis Keluarga Sunandar melampaui perkiraan. Dari perusahaan lokal biasa sekarang mereka sudah menjadi pemain internasional dan menduduki 100 perusahaan teratas dunia.Kalau dalam delapan tahun setengah dari semua milik Keluarga Sunandar diberikan pada Reina, jumlahnya akan lebih dari 100 miliar."Max, sekarang kamu ada di
Sebelum persidangan.Semua orang di Kota Simaliki tahu bahwa Maxime dan Reina sudah bercerai.Jovan, Ethan dan lainnya mencoba menebak siapa yang akan memenangkan gugatan cerai."Jelas Maxime-lah yang menang."Mereka semua adalah penggemar Maxime dan mereka mau menjadi kaki tangan Maxime.Ethan tersenyum, "Aku bertaruh pada Reina.""Ethan akan selalu memilih peluang tertinggi."Mereka memandang Jovan yang bingung, "Jo, kamu pilih siapa?""Kenapa masih tanya? Tentu saja Maxime. Jovan paling benci si tuli."Jovan tiba-tiba menatapnya dengan tajam, "Jangan panggil dia si tuli lagi."Karena tidak ada Maxime di sana, Jovan pun tidak ingin terus menyembunyikan perasaannya lagi.Ketika Jovan menjadi serius, semua orang berhenti dan tidak berani bercanda.Ethan menyesap anggurnya dalam-dalam dan berkata, "Kamu benar, dialah istri sah Kak Max."Yang lain juga setuju.Ketika mereka semua sedang minum, Ethan duduk di sebelah Jovan."Jo, kamu kenapa? Kamu nggak sedih karena kejadian anakmu, 'kan?"
Berita perceraian Maxime dan Reina sangat viral.Wartawan dari semua media besar meliput di luar pengadilan, berharap mendapatkan informasi langsung.Setelah Alana menenangkan diri, dia menyerahkan informasi tentang alasan kegagalan pernikahan Maxime dan Reina pada hakim.Kemudian, dia bertanya pada Maxime, "Pak Max, klienku telah menikah dengan kamu selama tiga tahun. Bukannya selama pernikahan kalian nggak pernah berhubungan sex?"Maxime mengernyit dan menjawab, "Ya.""Pak Max, setelah menikah, apakah kamu sengaja bersikap dingin dan kasar, sengaja nggak peduli pada klienku?"Mata Maxime tertuju pada Reina di sampingnya dan dia tidak berbohong, "Ya.""Pak Max, ini ada beberapa foto. Setelah pacar pertamamu, Marshanda pulang, sikapmu pada klienku dari ke hari juga makin menjauh, 'kan?"Alana bekerja penuh totalitas kali ini, bahkan meski pengacara pihak lawan adalah Yansen, dia tidak akan membiarkan teman baiknya kalah.Karena Alana tidak yakin Maxime pernah bermalam dengan Marshanda,
Reina memaksa diri untuk tenang dan melihat bukti pendukung yang mereka ajukan adalah beberapa foto.Yansen menyerahkan beberapa foto di depannya. Semuanya diambil ketika Reina merayu Maxime agar bisa hamil.Reina marah dan mengepalkan tangannya erat-erat.Reina tidak menyangka poin ini akan mempengaruhinya, dia juga tidak menyangka Maxime punya foto ini.Alana menatap Reina untuk tetap tenang. Tetapi tetap saja foto-foto ini bisa membuat pengadilan menyimpulkan bahwa keduanya punya ikatan cinta.Salah satu syarat perceraian adalah melakukan kekerasan batin dalam rumah tangga. Sikap acuh tak acuh yang dilakukan Maxime memenuhi syarat tersebut.Tetapi tidak disangka, detik berikutnya Yansen juga menyangkal hal ini."Yang Mulia, Bu Alana bilang klienku berdarah dingin dan melakukan kekerasan. Aku mau bertanya pada semua orang yang duduk di sini, bagaimana seharusnya kekerasan batin diartikan?""Apa ada penilaian medis?"Saat Yansen mempertanyakan hal ini, dia memandang Alana dengan ekspr
Di ruang tunggu.Maxime memijit pelipisnya sambil bertanya pada Yansen, "Dari mana kamu mendapatkan foto-foto itu?"Saat dia bersama Reina, dia tidak akan pernah membiarkan siapa pun mengambil foto sesuka hati.Yansen menjawab jujur, "Video kamera pengawas."Sejak kalah dalam gugatan dulu, Yansen tidak akan pernah lagi berperang dalam pertarungan yang tidak pasti.Maxime sedikit terperangah. Hanya dalam waktu singkat, Yansen mendapatkan begitu banyak foto dari kamera pengawas."Maaf, Bu Alana, kamu nggak boleh masuk.""Aku nggak akan masuk. Tolong minta Yansen keluar. Aku mau bicara dengannya."Terdengar suara Alana dan pengawal bicara di luar.Yansen berdiri, "Biar aku bereskan.""Ya." Maxime tidak menolak.Maxime tahu ambisi pria ini dan tidak akan pernah melepaskan kesempatan untuk menjadi terkenal di hadapan seorang wanita.Dalam gugatan cerai kali ini, pengacara kedua belah pihak pasti akan tampil di hadapan publik."Plak!" terdengar suara tamparan.Yansen berdiri di sana dan tida
Ketika pengadilan dibuka kembali, Alana telah menyeka air matanya. Dia tidak mau dipandang rendah oleh Yansen.Dia sekali lagi menyatakan pada pengadilan semua kesaksian tentang hancurnya hubungan Reina dan Maxime dan bagaimana Maxime bersikap dingin dan kejam ....Karena tidak ada bukti baru, hakim pun hendak membacakan putusan ketika tiba-tiba Reina bicara."Ada yang mau kukatakan."Hakim menatapnya dan memberi isyarat padanya untuk bicara.Reina melirik Maxime, balik badan dan berkata pada semua orang, "Aku selingkuh."Semua orang yang hadir langsung terdiam.Mata Maxime terlihat tenang dan dalam, saat ini terlihat gusar.Reina tidak berhenti sampai di situ dan terus menjelaskan, "Memang nggak ada perasaan antara aku dan Pak Max. Tadi Pak Yansen bilang enam bulan ini aku kembali menjalin hubungan dengannya, aku akui itu.""Tapi aku cuma mau balas dendam.""Maxime dulu memperlakukanku seperti rongsokan. Dia sama sekali nggak peduli dengan istrinya. Aku membencinya, sangat benci! Sela
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa
Sudut mulut Imran bergerak pelan, apakah itu kabar baik?"Lalu bagaimana sekarang?"Mereka berharap bisa bertemu dengan calon menantu mereka hari ini, tetapi tidak disangka semuanya tidak seperti yang mereka bayangkan.Retno berpikir sejenak, lalu menjawab, "Karena anak kita lebih suka yang sudah menikah, kenapa kita nggak carikan janda saja untuknya?"Raut wajah Imran terlihat makin aneh."Kamu nggak lagi bercanda?""Di zaman sekarang ini, bercerai bukanlah masalah besar." Retno berpikiran terbuka. "Yang penting anak kita bisa cepat menikah dan memberi kita cucu."Imran tidak menolak atau membantah.Dia hanya diam saja.Retno menganggapnya sebagai jawaban persetujuan darinya."Ayo. Karena ini salah paham, kita pulang saja." Imran berdiri.Pada saat itulah dia tiba-tiba mendengar Ari berkata lagi, "Bu Reina, apa kamu dan Tuan Maxime rujuk? Kamu sudah yakin nggak mau mempertimbangkan yang lain?"Reina sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu."Kenapa kamu tanya begitu?""Mak
Reina dan Maxime tiba di dalam restoran sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Maxime menerima telepon dan keluar sebentar.Melihatnya dari kejauhan, Ari langsung berjalan cepat ke arahnya.Setelah sampai di tempat itu, dia melihat sekeliling dan bertanya, "Katanya Tuan Maxime datang juga, di mana dia?""Oh, dia keluar sebentar buat jawab telepon," jawab Reina.Mendengar itu, Ari mengangguk dan duduk di seberang Reina.Dia tidak menyadari bahwa saat ini orang tuanya sedang duduk di ruang sebelah.Orang tua Ari senang saat melihat orang yang ditemui putra mereka adalah seorang wanita dan memiliki penampilan yang khas."Ternyata dia sudah punya pacar, tapi menyembunyikannya dari kita," kata Imran.Retno bertanya bingung, "Apa kamu nggak merasa wanita ini agak familier? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat."Sebelumnya, Ari dan Reina pernah digosipkan dan berita keduanya menjadi pemberitaan hangat.Pada waktu itu, Retno sempat melihat foto profil Reina di berita."Memang n
Ibu kota.Keluarga Yinandar sangat meriah seperti biasa, Naria takut kedua orang tua itu kesepian, jadi meminta Reta untuk kembali lebih awal untuk menemani mereka merayakan Tahun Baru.Begitu Reina dan yang lainnya tiba, keduanya terlihat sangat gembira.Keempat cicit kecil itu memanggil mereka, kemudian mereka memberi keempatnya hadiah.Reina melihat bahwa mereka tidak bisa memegang semua hadiah itu dengan tangan mereka."Kakek, Nenek, kenapa beli banyak hadiah begini?""Kami senang karena mereka datang. Setiap kali kami melihat sesuatu yang bagus dan menyenangkan, kami berpikir untuk membelinya dan menyimpannya untuk mereka."Reina tidak berkata apa-apa lagi saat mendengar ini.Reina meminta keempat anaknya bermain bersama kakek dan neneknya, kemudian dia dan Maxime bisa keluar jalan-jalan, lalu sorenya menemui Ari....Rumah Ari.Ayah dan ibunya memegang banyak foto perempuan cantik dan menyerahkannya kepadanya. "Coba lihat."Ari hanya melirik mereka dan mengalihkan pandangannya."
"Ya."Riko mengiakan dengan sangat patuhDia menguap dan menyuruh ketiga adiknya untuk bangun.Kedua adiknya yang paling kecil langsung bangun, tetapi Riki yang selalu bersikap malas tidak mau bangun."Hoaam, Kak, aku masih ingin tidur. Kamu balik dulu saja, aku mau tidur sambil peluk Mama."Reina tidak bisa menahan tawa saat melihat adegan ini."Ya, kalian istirahat di sini dulu saja." Reina tidak tega berpisah dengan beberapa anak.Rasanya sangat bahagia bisa bersama anak-anak.Namun, Maxime berkata dengan tidak sabar, "Cepatlah."Riki beranjak dari lantai dengan gusar saat mendengar suara marah papanya."Ayo pergi." Dia menepuk lipatan di tubuhnya. Ternyata dia sudah bangun sejak tadi, dia hanya sengaja tidak ingin meninggalkan tempat itu.Reina melihat tanpa daya saat keempat anaknya pergi. Lalu, dia menggerutu kepada Maxime, "Kamu kenapa, sih? Kenapa ngusir mereka begitu?"Maxime bergegas menghampirinya dan memeluknya."Kalau ada mereka, bagaimana kita bisa punya waktu berdua?"".
Ketika Morgan pergi, dia melewati ruang tamu, melewati Aarav dan Daniel."Kamu baru pulang, apa sudah mau pergi lagi?" Daniel bertanya saat melihat Aarav akan keluar rumah."Hmm," jawab Morgan singkat.Daniel mengerutkan keningnya. "Jangan pergi, tunggu sampai makan nanti."Morgan tidak sependapat, bersikap seakan tidak mendengar perkataannya dan terus melangkahkan kakinya keluar rumah.Sikapnya membuat Daniel merasa canggung.Aarav yang berada di sampingnya memperhatikan semuanya dalam diam. Dia menyesap tehnya, lalu berkata, "Anak-anak sudah besar, jadi suka memberontak. Rendy juga sering membuatku kesal, jadi jangan ambil pusing.""Hmm." Daniel mengangguk."Kalau nggak ada yang lain, kami akan pulang dulu. Aku minta tolong kepadamu untuk bicara dengan Max terkait kerja sama ini." Aarav berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bagaimanapun juga, kamu itu ayah Max, kepala keluarga.""Kak, jangan khawatir."Daniel mengantarnya pergi.Sebenarnya Daniel tidak bodoh, mana mungkin dia tidak ta
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim