Di ruang tunggu.Maxime memijit pelipisnya sambil bertanya pada Yansen, "Dari mana kamu mendapatkan foto-foto itu?"Saat dia bersama Reina, dia tidak akan pernah membiarkan siapa pun mengambil foto sesuka hati.Yansen menjawab jujur, "Video kamera pengawas."Sejak kalah dalam gugatan dulu, Yansen tidak akan pernah lagi berperang dalam pertarungan yang tidak pasti.Maxime sedikit terperangah. Hanya dalam waktu singkat, Yansen mendapatkan begitu banyak foto dari kamera pengawas."Maaf, Bu Alana, kamu nggak boleh masuk.""Aku nggak akan masuk. Tolong minta Yansen keluar. Aku mau bicara dengannya."Terdengar suara Alana dan pengawal bicara di luar.Yansen berdiri, "Biar aku bereskan.""Ya." Maxime tidak menolak.Maxime tahu ambisi pria ini dan tidak akan pernah melepaskan kesempatan untuk menjadi terkenal di hadapan seorang wanita.Dalam gugatan cerai kali ini, pengacara kedua belah pihak pasti akan tampil di hadapan publik."Plak!" terdengar suara tamparan.Yansen berdiri di sana dan tida
Ketika pengadilan dibuka kembali, Alana telah menyeka air matanya. Dia tidak mau dipandang rendah oleh Yansen.Dia sekali lagi menyatakan pada pengadilan semua kesaksian tentang hancurnya hubungan Reina dan Maxime dan bagaimana Maxime bersikap dingin dan kejam ....Karena tidak ada bukti baru, hakim pun hendak membacakan putusan ketika tiba-tiba Reina bicara."Ada yang mau kukatakan."Hakim menatapnya dan memberi isyarat padanya untuk bicara.Reina melirik Maxime, balik badan dan berkata pada semua orang, "Aku selingkuh."Semua orang yang hadir langsung terdiam.Mata Maxime terlihat tenang dan dalam, saat ini terlihat gusar.Reina tidak berhenti sampai di situ dan terus menjelaskan, "Memang nggak ada perasaan antara aku dan Pak Max. Tadi Pak Yansen bilang enam bulan ini aku kembali menjalin hubungan dengannya, aku akui itu.""Tapi aku cuma mau balas dendam.""Maxime dulu memperlakukanku seperti rongsokan. Dia sama sekali nggak peduli dengan istrinya. Aku membencinya, sangat benci! Sela
Karena profesinya sebagai pengacara, Yansen lebih waspada dibandingkan yang lain.Ketika orang-orang asing itu pergi, pelan-pelan Yansen mengikuti mereka.....Di sisi lain, Maxime mengemudikan mobilnya dan Reina duduk di kursi penumpang.Dia memikirkan apa yang dikatakan Reina selama sidang dan berkata, "Kamu beneran mau bercerai?"Meski sudah tahu hasilnya, Maxime tetap bertanya."Ya." Reina mengangguk, lalu berkata, "Selama kamu setuju, aku janji nggak akan minta apa-apa, yang aku mau cuma kebebasan."Maxime tercekat.Dia tidak melanjutkan topik pembicaraan dan bertanya, "Semua perkataanmu di persidangan tadi benar?"Reina ragu-ragu sejenak dan kemudian berkata, "Memangnya masih penting benar apa nggak?"Dia menatap Maxime dan berkata, "Kalau kamu masih nggak mau cerai, aku akan benar-benar memberitahu seluruh dunia kalau aku sudah lama berselingkuh."Reina tahu ini adalah solusi terburuk.Maxime sangat menjaga nama baik. Dia tidak akan membiarkan perusahaan yang sudah seperti anakn
Di luar sedang hujan angin.Reina bermimpi sangat panjang, dia tidak dapat mengingat apa yang terjadi dalam mimpinya."Dia hamil?""Ya, hamil delapan minggu."Setelah mendengarkan kata-kata dokter, Joanna menatap Reina dengan terkejut.Delapan minggu artinya sudah dua bulan, artinya dia hamil saat masih tinggal bersama Max.Reina sedang mengandung anak Max!"Dokter Lina, tolong jaga dia dengan baik, terutama anak dalam kandungannya. Jangan sampai terjadi apa-apa padanya.""Jangan khawatir, Nyonya Joanna."Mana mungkin Joanna tidak khawatir, putranya masih berada di ICU dan di ambang hidup dan mati.Joanna meninggalkan kamar rawat Reina dan pergi menemui Maxime.Saat ini.Reina memaksakan dirinya untuk membuka matanya yang terasa sangat berat dan akhirnya melihat sekelilingnya dengan jelas.Dia berusaha menggerakkan tangannya di perut bagian bawah dan mengalihkan pandangannya ke bawah untuk melihat kakinya yang diperban."Nona Reina sudah sadar?" tanya saat suster hendak mengganti pakai
Angin menderu-deru di luar dan ranting pohon di luar jendela meliuk-liuk diterpa angin.Suster membawakan makan malam untuk Reina, tapi dia kehilangan nafsu makan dan hanya makan beberapa suap.Joanna tiba-tiba masuk ke kamarnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia berjalan ke jendela dan menutup tirai.Dibandingkan dengan penampilannya yang biasa glamor, Joanna sekarang sangat kuyu dan pucat.Keheningan mengisi ruangan itu.Joanna berbalik menatap ke arah Reina dan bertanya, "Apa kamu hamil anak Max?"Reina secara naluriah berbohong. "Bukan."Mata Joanna menegang.Joanna berusaha untuk tenang. "Kamu nggak usah bohong. Aku tahu kamu hamil anak Max."Memangnya kamu mengawasi kami 24 jam?" Reina bertanya balik.Joanna terdiam.Sekarang Maxime belum sadar dan Reina mengaku anak yang dikandungnya bukan keturunan Keluarga Sunandar.Mungkinkah kelanjutan Keluarga Sunandar benar-benar harus diserahkan pada orang lain?Dia tidak mau menyerah!"Reina." Joanna melunakkan suaranya dan datang
Joanna buru-buru meninggalkan kamar rawat Reina dan berlari keluar.Reina juga ikut, tetapi dia dicegat pengawal di depan lift lantai dua."Maaf, Nyonya Joanna bilang nggak ada yang boleh naik ke lantai dua kecuali dia."Reina pun kembali ke kamarnya dan menunggu kabar.Reina hanya berharap tidak terjadi apa-apa pada Maxime dan terutama pada matanya.Bukan karena masih mencintainya, tapi karena Reina tidak mau berhutang padanya.Setelah beberapa saat, datanglah seorang pengawal ke kamar Reina, "Nona Reina, Nyonya Joanna memanggilmu."Reina pun keluar kamar menuju lantai dua.Seperti yang dikatakan Alana, keamanan di sini sangat ketat. Selain Joanna, hanya ada pengawal dan staf medis di sini.Pengawal itu berjalan mendahului dan berkata pada Joanna, "Nyonya Joanna, Nona Reina sudah datang.""Ya." Joanna berjalan ke pintu dan menatap Reina dengan mata merah, "Max nyariin kamu."Reina mengangguk, lalu masuk dan melihat Maxime terbaring di ranjang rumah sakit. Bagian kepala dan matanya dip
Reina tidak percaya pada amnesia, karena dia sendiri juga menggunakan trik ini.Dia langsung menarik tangannya, "Maxime, berhenti pura-pura, aku tahu kamu nggak hilang ingatan."Tangan Maxime kosong dan dia mulai meraba ke mana-mana lagi."Nana, kamu di mana?"Maxime tidak bisa melihat, jadi dia hanya bisa menyentuh secara acak.Luka yang baru saja dibalut terbuka kembali.Karena luka parah dan gerakan yang terlalu tiba-tiba barusan, suster memberi Maxime obat penenang. Barulah Maxime lama-lama mengantuk dan tertidur.Sebelum terlelap, dia masih bergumam, "Nana ...."Dokter memanggil Reina dan Joanna keluar."Menurut diagnosis kami, Pak Max menderita gegar otak setelah kecelakaan mobil, saraf otaknya mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan amnesia. ""Dia nggak pura-pura.""Ada banyak kasus serupa di dunia."Reina membayangkan penampilan Maxime barusan dan bertanya, "Lalu kenapa dia ingat aku?""Saat kami mengoperasi Pak Max, dia terus menyebut namamu, Nana. Aku rasa inilah alasanny
Reina terdiam dan menatapnya dengan canggung.Maxime tidak bisa melihat apa-apa dan hanya bisa mengandalkan suara untuk mengetahui keberadaan Reina, "Tolong antar aku ke toilet?"Reina tersadar dari lamunannya dan mengulurkan tangannya."Oke."Dia membantu Maxime turun dari ranjang rumah sakit.Reina langsung keluar setelah mengantarnya ke kamar mandi dan memberi tahu di mana letak toiletnya.Setelah sekian lama, tiba-tiba terdengar suara, "Prang!"Reina bergegas membuka pintu dan melihat tangan Maxime tidak sengaja menjatuhkan kaca dari wastafel. Dia membungkuk untuk mengambilnya, tangannya tergores dan berdarah."Tanganmu berdarah."Reina buru-buru menolongnya.Maxime tiba-tiba meraih tangan Reina dan mengulangi pertanyaannya semalam."Apa kamu nggak suka aku lagi?"Reina tertegun , tidak menjawab dan dengan lembut menarik tangannya."Aku akan minta suster membalut lukamu."Sepuluh menit kemudian, suster datang dan membersihkan kamar mandi serta mengganti semua benda rapuh dan tajam.
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa
Sudut mulut Imran bergerak pelan, apakah itu kabar baik?"Lalu bagaimana sekarang?"Mereka berharap bisa bertemu dengan calon menantu mereka hari ini, tetapi tidak disangka semuanya tidak seperti yang mereka bayangkan.Retno berpikir sejenak, lalu menjawab, "Karena anak kita lebih suka yang sudah menikah, kenapa kita nggak carikan janda saja untuknya?"Raut wajah Imran terlihat makin aneh."Kamu nggak lagi bercanda?""Di zaman sekarang ini, bercerai bukanlah masalah besar." Retno berpikiran terbuka. "Yang penting anak kita bisa cepat menikah dan memberi kita cucu."Imran tidak menolak atau membantah.Dia hanya diam saja.Retno menganggapnya sebagai jawaban persetujuan darinya."Ayo. Karena ini salah paham, kita pulang saja." Imran berdiri.Pada saat itulah dia tiba-tiba mendengar Ari berkata lagi, "Bu Reina, apa kamu dan Tuan Maxime rujuk? Kamu sudah yakin nggak mau mempertimbangkan yang lain?"Reina sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba itu."Kenapa kamu tanya begitu?""Mak
Reina dan Maxime tiba di dalam restoran sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Maxime menerima telepon dan keluar sebentar.Melihatnya dari kejauhan, Ari langsung berjalan cepat ke arahnya.Setelah sampai di tempat itu, dia melihat sekeliling dan bertanya, "Katanya Tuan Maxime datang juga, di mana dia?""Oh, dia keluar sebentar buat jawab telepon," jawab Reina.Mendengar itu, Ari mengangguk dan duduk di seberang Reina.Dia tidak menyadari bahwa saat ini orang tuanya sedang duduk di ruang sebelah.Orang tua Ari senang saat melihat orang yang ditemui putra mereka adalah seorang wanita dan memiliki penampilan yang khas."Ternyata dia sudah punya pacar, tapi menyembunyikannya dari kita," kata Imran.Retno bertanya bingung, "Apa kamu nggak merasa wanita ini agak familier? Sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat."Sebelumnya, Ari dan Reina pernah digosipkan dan berita keduanya menjadi pemberitaan hangat.Pada waktu itu, Retno sempat melihat foto profil Reina di berita."Memang n
Ibu kota.Keluarga Yinandar sangat meriah seperti biasa, Naria takut kedua orang tua itu kesepian, jadi meminta Reta untuk kembali lebih awal untuk menemani mereka merayakan Tahun Baru.Begitu Reina dan yang lainnya tiba, keduanya terlihat sangat gembira.Keempat cicit kecil itu memanggil mereka, kemudian mereka memberi keempatnya hadiah.Reina melihat bahwa mereka tidak bisa memegang semua hadiah itu dengan tangan mereka."Kakek, Nenek, kenapa beli banyak hadiah begini?""Kami senang karena mereka datang. Setiap kali kami melihat sesuatu yang bagus dan menyenangkan, kami berpikir untuk membelinya dan menyimpannya untuk mereka."Reina tidak berkata apa-apa lagi saat mendengar ini.Reina meminta keempat anaknya bermain bersama kakek dan neneknya, kemudian dia dan Maxime bisa keluar jalan-jalan, lalu sorenya menemui Ari....Rumah Ari.Ayah dan ibunya memegang banyak foto perempuan cantik dan menyerahkannya kepadanya. "Coba lihat."Ari hanya melirik mereka dan mengalihkan pandangannya."
"Ya."Riko mengiakan dengan sangat patuhDia menguap dan menyuruh ketiga adiknya untuk bangun.Kedua adiknya yang paling kecil langsung bangun, tetapi Riki yang selalu bersikap malas tidak mau bangun."Hoaam, Kak, aku masih ingin tidur. Kamu balik dulu saja, aku mau tidur sambil peluk Mama."Reina tidak bisa menahan tawa saat melihat adegan ini."Ya, kalian istirahat di sini dulu saja." Reina tidak tega berpisah dengan beberapa anak.Rasanya sangat bahagia bisa bersama anak-anak.Namun, Maxime berkata dengan tidak sabar, "Cepatlah."Riki beranjak dari lantai dengan gusar saat mendengar suara marah papanya."Ayo pergi." Dia menepuk lipatan di tubuhnya. Ternyata dia sudah bangun sejak tadi, dia hanya sengaja tidak ingin meninggalkan tempat itu.Reina melihat tanpa daya saat keempat anaknya pergi. Lalu, dia menggerutu kepada Maxime, "Kamu kenapa, sih? Kenapa ngusir mereka begitu?"Maxime bergegas menghampirinya dan memeluknya."Kalau ada mereka, bagaimana kita bisa punya waktu berdua?"".
Ketika Morgan pergi, dia melewati ruang tamu, melewati Aarav dan Daniel."Kamu baru pulang, apa sudah mau pergi lagi?" Daniel bertanya saat melihat Aarav akan keluar rumah."Hmm," jawab Morgan singkat.Daniel mengerutkan keningnya. "Jangan pergi, tunggu sampai makan nanti."Morgan tidak sependapat, bersikap seakan tidak mendengar perkataannya dan terus melangkahkan kakinya keluar rumah.Sikapnya membuat Daniel merasa canggung.Aarav yang berada di sampingnya memperhatikan semuanya dalam diam. Dia menyesap tehnya, lalu berkata, "Anak-anak sudah besar, jadi suka memberontak. Rendy juga sering membuatku kesal, jadi jangan ambil pusing.""Hmm." Daniel mengangguk."Kalau nggak ada yang lain, kami akan pulang dulu. Aku minta tolong kepadamu untuk bicara dengan Max terkait kerja sama ini." Aarav berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Bagaimanapun juga, kamu itu ayah Max, kepala keluarga.""Kak, jangan khawatir."Daniel mengantarnya pergi.Sebenarnya Daniel tidak bodoh, mana mungkin dia tidak ta
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim