Reina memaksa diri untuk tenang dan melihat bukti pendukung yang mereka ajukan adalah beberapa foto.Yansen menyerahkan beberapa foto di depannya. Semuanya diambil ketika Reina merayu Maxime agar bisa hamil.Reina marah dan mengepalkan tangannya erat-erat.Reina tidak menyangka poin ini akan mempengaruhinya, dia juga tidak menyangka Maxime punya foto ini.Alana menatap Reina untuk tetap tenang. Tetapi tetap saja foto-foto ini bisa membuat pengadilan menyimpulkan bahwa keduanya punya ikatan cinta.Salah satu syarat perceraian adalah melakukan kekerasan batin dalam rumah tangga. Sikap acuh tak acuh yang dilakukan Maxime memenuhi syarat tersebut.Tetapi tidak disangka, detik berikutnya Yansen juga menyangkal hal ini."Yang Mulia, Bu Alana bilang klienku berdarah dingin dan melakukan kekerasan. Aku mau bertanya pada semua orang yang duduk di sini, bagaimana seharusnya kekerasan batin diartikan?""Apa ada penilaian medis?"Saat Yansen mempertanyakan hal ini, dia memandang Alana dengan ekspr
Di ruang tunggu.Maxime memijit pelipisnya sambil bertanya pada Yansen, "Dari mana kamu mendapatkan foto-foto itu?"Saat dia bersama Reina, dia tidak akan pernah membiarkan siapa pun mengambil foto sesuka hati.Yansen menjawab jujur, "Video kamera pengawas."Sejak kalah dalam gugatan dulu, Yansen tidak akan pernah lagi berperang dalam pertarungan yang tidak pasti.Maxime sedikit terperangah. Hanya dalam waktu singkat, Yansen mendapatkan begitu banyak foto dari kamera pengawas."Maaf, Bu Alana, kamu nggak boleh masuk.""Aku nggak akan masuk. Tolong minta Yansen keluar. Aku mau bicara dengannya."Terdengar suara Alana dan pengawal bicara di luar.Yansen berdiri, "Biar aku bereskan.""Ya." Maxime tidak menolak.Maxime tahu ambisi pria ini dan tidak akan pernah melepaskan kesempatan untuk menjadi terkenal di hadapan seorang wanita.Dalam gugatan cerai kali ini, pengacara kedua belah pihak pasti akan tampil di hadapan publik."Plak!" terdengar suara tamparan.Yansen berdiri di sana dan tida
Ketika pengadilan dibuka kembali, Alana telah menyeka air matanya. Dia tidak mau dipandang rendah oleh Yansen.Dia sekali lagi menyatakan pada pengadilan semua kesaksian tentang hancurnya hubungan Reina dan Maxime dan bagaimana Maxime bersikap dingin dan kejam ....Karena tidak ada bukti baru, hakim pun hendak membacakan putusan ketika tiba-tiba Reina bicara."Ada yang mau kukatakan."Hakim menatapnya dan memberi isyarat padanya untuk bicara.Reina melirik Maxime, balik badan dan berkata pada semua orang, "Aku selingkuh."Semua orang yang hadir langsung terdiam.Mata Maxime terlihat tenang dan dalam, saat ini terlihat gusar.Reina tidak berhenti sampai di situ dan terus menjelaskan, "Memang nggak ada perasaan antara aku dan Pak Max. Tadi Pak Yansen bilang enam bulan ini aku kembali menjalin hubungan dengannya, aku akui itu.""Tapi aku cuma mau balas dendam.""Maxime dulu memperlakukanku seperti rongsokan. Dia sama sekali nggak peduli dengan istrinya. Aku membencinya, sangat benci! Sela
Karena profesinya sebagai pengacara, Yansen lebih waspada dibandingkan yang lain.Ketika orang-orang asing itu pergi, pelan-pelan Yansen mengikuti mereka.....Di sisi lain, Maxime mengemudikan mobilnya dan Reina duduk di kursi penumpang.Dia memikirkan apa yang dikatakan Reina selama sidang dan berkata, "Kamu beneran mau bercerai?"Meski sudah tahu hasilnya, Maxime tetap bertanya."Ya." Reina mengangguk, lalu berkata, "Selama kamu setuju, aku janji nggak akan minta apa-apa, yang aku mau cuma kebebasan."Maxime tercekat.Dia tidak melanjutkan topik pembicaraan dan bertanya, "Semua perkataanmu di persidangan tadi benar?"Reina ragu-ragu sejenak dan kemudian berkata, "Memangnya masih penting benar apa nggak?"Dia menatap Maxime dan berkata, "Kalau kamu masih nggak mau cerai, aku akan benar-benar memberitahu seluruh dunia kalau aku sudah lama berselingkuh."Reina tahu ini adalah solusi terburuk.Maxime sangat menjaga nama baik. Dia tidak akan membiarkan perusahaan yang sudah seperti anakn
Di luar sedang hujan angin.Reina bermimpi sangat panjang, dia tidak dapat mengingat apa yang terjadi dalam mimpinya."Dia hamil?""Ya, hamil delapan minggu."Setelah mendengarkan kata-kata dokter, Joanna menatap Reina dengan terkejut.Delapan minggu artinya sudah dua bulan, artinya dia hamil saat masih tinggal bersama Max.Reina sedang mengandung anak Max!"Dokter Lina, tolong jaga dia dengan baik, terutama anak dalam kandungannya. Jangan sampai terjadi apa-apa padanya.""Jangan khawatir, Nyonya Joanna."Mana mungkin Joanna tidak khawatir, putranya masih berada di ICU dan di ambang hidup dan mati.Joanna meninggalkan kamar rawat Reina dan pergi menemui Maxime.Saat ini.Reina memaksakan dirinya untuk membuka matanya yang terasa sangat berat dan akhirnya melihat sekelilingnya dengan jelas.Dia berusaha menggerakkan tangannya di perut bagian bawah dan mengalihkan pandangannya ke bawah untuk melihat kakinya yang diperban."Nona Reina sudah sadar?" tanya saat suster hendak mengganti pakai
Angin menderu-deru di luar dan ranting pohon di luar jendela meliuk-liuk diterpa angin.Suster membawakan makan malam untuk Reina, tapi dia kehilangan nafsu makan dan hanya makan beberapa suap.Joanna tiba-tiba masuk ke kamarnya. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia berjalan ke jendela dan menutup tirai.Dibandingkan dengan penampilannya yang biasa glamor, Joanna sekarang sangat kuyu dan pucat.Keheningan mengisi ruangan itu.Joanna berbalik menatap ke arah Reina dan bertanya, "Apa kamu hamil anak Max?"Reina secara naluriah berbohong. "Bukan."Mata Joanna menegang.Joanna berusaha untuk tenang. "Kamu nggak usah bohong. Aku tahu kamu hamil anak Max."Memangnya kamu mengawasi kami 24 jam?" Reina bertanya balik.Joanna terdiam.Sekarang Maxime belum sadar dan Reina mengaku anak yang dikandungnya bukan keturunan Keluarga Sunandar.Mungkinkah kelanjutan Keluarga Sunandar benar-benar harus diserahkan pada orang lain?Dia tidak mau menyerah!"Reina." Joanna melunakkan suaranya dan datang
Joanna buru-buru meninggalkan kamar rawat Reina dan berlari keluar.Reina juga ikut, tetapi dia dicegat pengawal di depan lift lantai dua."Maaf, Nyonya Joanna bilang nggak ada yang boleh naik ke lantai dua kecuali dia."Reina pun kembali ke kamarnya dan menunggu kabar.Reina hanya berharap tidak terjadi apa-apa pada Maxime dan terutama pada matanya.Bukan karena masih mencintainya, tapi karena Reina tidak mau berhutang padanya.Setelah beberapa saat, datanglah seorang pengawal ke kamar Reina, "Nona Reina, Nyonya Joanna memanggilmu."Reina pun keluar kamar menuju lantai dua.Seperti yang dikatakan Alana, keamanan di sini sangat ketat. Selain Joanna, hanya ada pengawal dan staf medis di sini.Pengawal itu berjalan mendahului dan berkata pada Joanna, "Nyonya Joanna, Nona Reina sudah datang.""Ya." Joanna berjalan ke pintu dan menatap Reina dengan mata merah, "Max nyariin kamu."Reina mengangguk, lalu masuk dan melihat Maxime terbaring di ranjang rumah sakit. Bagian kepala dan matanya dip
Reina tidak percaya pada amnesia, karena dia sendiri juga menggunakan trik ini.Dia langsung menarik tangannya, "Maxime, berhenti pura-pura, aku tahu kamu nggak hilang ingatan."Tangan Maxime kosong dan dia mulai meraba ke mana-mana lagi."Nana, kamu di mana?"Maxime tidak bisa melihat, jadi dia hanya bisa menyentuh secara acak.Luka yang baru saja dibalut terbuka kembali.Karena luka parah dan gerakan yang terlalu tiba-tiba barusan, suster memberi Maxime obat penenang. Barulah Maxime lama-lama mengantuk dan tertidur.Sebelum terlelap, dia masih bergumam, "Nana ...."Dokter memanggil Reina dan Joanna keluar."Menurut diagnosis kami, Pak Max menderita gegar otak setelah kecelakaan mobil, saraf otaknya mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan amnesia. ""Dia nggak pura-pura.""Ada banyak kasus serupa di dunia."Reina membayangkan penampilan Maxime barusan dan bertanya, "Lalu kenapa dia ingat aku?""Saat kami mengoperasi Pak Max, dia terus menyebut namamu, Nana. Aku rasa inilah alasanny
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba