Dulu Tia sangat sombong, tapi sekarang dia menyesalinya. Dia bertanya-tanya pada orang tetapi tidak dapat menemukan informasi kontak Reina."Apa aku harus ke rumahnya?"Tia tidak mau kehilangan muka, tapi dia harus pergi karena rumah tangganya yang jadi taruhan.Saat itu sudah larut malam, Tia pergi ke vila Keluarga Andara.Lampu di vila menyala, tetapi ternyata Reina tidak ada di rumah."Si Nana ke mana pula?"Tia kesal, tapi tidak lagi sombong seperti tadi."Setiap malam bos merawat ibunya di rumah sakit," jawab satpam itu dengan ramah."Oh, rumah sakit mana?"Satpam menjawab, "Tentu saja ini adalah rumah sakit terbaik di Kota Simaliki."Tia lalu pergi.Saat ini, di dalam rumah sakit.Kondisi Liane semakin memburuk dari hari ke hari, malam ini tiba-tiba kondisinya kritis, untung saja dokter berhasil menariknya dari jurang kematian.Reina berdiri di samping Maxime, menatap Liane yang masih tidak sadarkan diri.Maxime memegangi lengan Reina, "Jangan khawatir, dokter sudah bilang semua
Tatapan penuh kasih sayang antar Reina dan Maxime membuat Tia memikirkan hubungannya dengan suaminya.Awalnya, mereka juga sangat mesra.Namun seiring berjalannya waktu, hubungan mereka menjadi membosankan. Sekarang setelah terjadi sesuatu pada Keluarga Libera, suaminya bersikap sangat dingin padanya.Tia bertanya-tanya apa segalanya akan berbeda kalau dia bisa menikah dengan pria seperti Maxime.Reina mendatangi Tia."Nona Tia, ngapain kamu di sini?"Karena ada banyak orang dan Tia tidak mau kehilangan muka, dia berkata, "Nana, kita bicara di luar ya."Reina pergi bersamanya.Di luar agak dingin karena gerimis.Tia ragu-ragu sejenak sebelum bicara, "Nana, kamu pemilik mal yang tadi kita datangi, 'kan? Apa kamu bisa membantuku?""Apa?" Reina pura-pura tidak tahu."Pakaian yang kubeli tadi, setelah kucoba ternyata nggak cocok. Apa bisa bantu aku buat balikin baju itu?" Tia memberanikan diri untuk bertanya.Reina berakting, "Wah, nggak bisa dong. Kan kamu juga tahu itu baju mewah, nggak
Tia sama sekali tidak mengetahui rencana Reina. Setelah pulang, dia memberi tahu suami dan ibu mertuanya kabar baik.Suaminya merasa lega dan berkata, "Makanya kamu jalin benar-benar tuh hubungan sama Reina. Statusnya berbeda, mulai sekarang, kita semua bergantung sama dia."Tia juga sadar akan logika ini.Dia cemburu pada Reina, tapi kalau Reina bisa membuat hidupnya lebih baik, kenapa dia tidak memanfaatkan Reina?"Ya, aku mengerti."Tia mandi dan beristirahat, tidak lupa menambah Reina di daftar kontaknya.Dia juga menarik Reina ke grup Whatsapp Keluarga Libera.Semua ini berjalan lancar karena tidak memerlukan persetujuan Reina.Setelah Tia menarik Reina masuk, dia berkata, "Ini Nana, aku juga baru dapat kontaknya hari ini. Kita 'kan satu keluarga, nggak boleh ada yang terlupakan."Reina sudah tidur dan tidak tahu apa yang terjadi pada Whatsapp-nyaBegitu mereka tahu Reina masuk ke grup, semua langsung menyambutnya dengan ramah."Selamat datang, selamat datang.""Nana akhirnya pula
Reina melihat pesan itu, tapi tidak membalasnya.Di sisi lain, Tia cemas menunggu balasan Reina yang tidak kunjung datang."Kok dia nggak balas ya? Apa lagi sibuk kerja?"Tia hanya bisa menunggu dengan tenang.Sampai malam, Tia tidak menerima kabar dari Reina.Tia terus mengirim pesan ke Reina. 10 menit ... 1 jam berlalu, tapi masih tidak ada balasan.Tia panik dan menelepon Reina.Reina melihat ponselnya berdering, dia pun menelepon Sisil."Sisil, pergi ke mal dan cari bos toko kemarin."Sisil mengernyit bingung, "Bos, bukannya kamu bilang nggak akan bantuin dia?"Reina tersenyum, "Iya, tapi kita harus pura-pura. Buat jaga-jaga, kamu bilang aja hubunganku sama bos toko kemarin itu biasa, jadi dia juga nggak nanggapin permintaanku.""Oke." Sisil mengerti dan langsung melakukannya.Setelah Sisil pergi, Reina menelepon Tia.Begitu ditelepon Reina, Tia menghela napas lega, "Nana, akhirnya kamu angkat teleponku.""Maaf, aku sibuk banget hari ini dan baru lihat pesanmu. Makanya sekarang aku
"Sudah. Mana sini aku lihat dulu bajunya."Setelah bos selesai bicara, dia memutar matanya."Sejujurnya kalau bukan karena Bu Reina, kami nggak akan berani menerima tamu kayak Anda."Tia merasa tertampar.Dia mengangguk berulang kali, "Oke, tolong ya."Dia sangat menyesal sekarang. Kenapa kemarin dia begitu kompetitif dan bersaing dengan Reina untuk mendapatkan pakaian?Bos mengambil pakaian yang dibawakan Tia, memeriksanya dengan cermat, lalu memilih beberapa pakaian dan berkata pada Tia, "Nona Tia, semua pakaian ini dibuat khusus dengan kualitas bahan terbaik. Kamu tahu 'kan barang mewah biasanya cuma bisa dipakai sekali?"Bos terdiam sesaat."Kamu sudah memakai pakaian ini di rumah?"Tia mematung.Dia memang sudah mencobanya. Kemarin waktu sampai di rumah, dia langsung buru-buru memakainya, memotret dirinya dalam balutan gaun mewah itu dan mempostingnya di status Whatsapp."Nggak kok. Aku 'kan memang sudah berniat mau balikin, masa aku pakai?" Tia berbohong.Bos merasa Tia tidak aka
Tentu saja, Tia yang tidak bisa menguangkan pakaian itu kembali langsung dipulangkan ke rumah orangtuanya sore itu juga oleh suami dan ibu mertuanya.Ibu mertuanya bahkan berkata, "Pokoknya selama kamu nggak dapat uang itu, kamu nggak perlu pulang."Tia pulang ke rumah orangtuanya dengan menyedihkan, ayahnya masih memarahinya pula.Kalau bukan karena keluarga mereka punya anak laki-laki, Tia pasti tidak diperbolehkan masuk ke rumahnya.Sekarang dia sangat menyesal, "Aku menyesal banget, boleh nggak pinjam 11 miliar?""Kamu pikir uang 11 miliar itu turun dari langit? Masih mending pas dulu ada bibimu."Baru di saat seperti ini mereka ingat akan Treya."Sayang banget Reina tidak peduli sama Keluarga Libera, coba dia bisa seperti Treya."Ibu Tia bernostalgia saat Treya menikah dengan Anthony yang kaya dari Keluarga Andara, dia yang membuat seluruh Keluarga Libera kaya raya.Tia hanya bisa cemberut, "Keluarga kita sudah banyak ambil uang Keluarga Andara, masa 11 miliar aja nggak ada?""Ya
"Ya, ya, Bu Sisil benar. Makanya sekarang aku sangat menyesal." Nyonya Liz tampak malu.Reina menatapnya dalam diam untuk waktu yang lama, lalu berkata, "Menurutmu maaf bisa memperbaiki kerugian Grup Yinandar karena ulahmu?""Rugi? Kerugian apa?"Sisil melangkah maju, "Nyonya, kamu sudah membuat rumor bahwa bos kami nggak mau merawatmu dan nggak berterima kasih sama keluarga kalian. Berita ini membuat harga saham Grup Yinandar anjlok dan kami rugi puluhan triliun. Bagaimana kamu mau ganti rugi ke kami?""Pu ... puluhan triliun?" Nyonya Liz sangat terkejut, "Ini nggak mungkin.""Nggak mungkin apanya? Kalau kamu nggak percaya, tanya aja sama anakmu. Kalau anakmu juga nggak ngerti, silakan cari pengacara. Sudah bagus bos kami nggak menuntutmu karena melihat kamu yang sudah lanjut usia. Eh, sekarang kamu malah tiap hari jongkok di depan perusahaan kami. kamu sengaja mau memojokkan dan membuat kami terus rugi?"Begitu bicara tentang penuntutan, wajah Nyonya Liz menjadi pucat, dia ketakutan.
Hati Nyonya Liz terasa dingin saat mendengar makian putranya.Angin dingin bertiup di wajahnya, dia jadi gelandangan. Sekarang dia tidak punya uang, kehilangan cucu dan putranya pula, kemana dia harus pergi?Nyonya Liz bukan orang yang mudah menyerah. Setelah lama berpikir, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rumah Hanna....Di rumah, Hanna sedang sibuk menghindari kencan buta yang diatur orangtuanya.Hanna dikunci orangtuanya di kamar, "Pokoknya kamu baru boleh keluar kalau sudah bisa mikir jernih.""Hanna, Hans itu cuma sudah menikah tapi nggak punya anak. Apa salahnya?" kata ibu Hanna di depan pintu."Waktu dia kenalan sama aku, dia belum cerai dari istrinya! Dia juga pria berengsek!"Hanna tahu orang-orang seperti Hans akan lebih menjijikkan daripada pria berengsek seperti Jason."Kami sudah tanya sama orang tentang dia, mereka semua bilang dia pria baik. Justru dia menceraikan istrinya karena istrinya mandul. Mana mungkin Keluarga Chalisa rela nggak punya keturunan? Hans bahka
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba