Ayah dan ibu Hans bukan orang yang murah hati. Jika mereka tahu putra mereka datang ke pesta lelang amal dan membeli kalung seharga 160 miliar, mereka pasti akan marah besar.Melisha mengepalkan tangannya dan berkata, "Jangan, aku akan cari sisa uangnya.""Oke, terima kasih Kak." Hans tersenyum.Melisha mau menangis, tetapi tidak bisa.Meski Hans bilang hanya meminjam, Melisha tidak yakin Hans akan mengembalikannya.Melisha berdoa supaya pertemuan Hans dan Hanna berjalan lancar dan tidak terjadi masalah. Lebih bagus kalau keduanya sungguh bisa bersama, dengan begitu dia bisa balik modal.Barang lelang pertama terjual dengan harga tinggi, 160 miliar.Sehingga barang-barang selanjutnya tidak berarti apa-apa.Orangtua Hanna awalnya ingin mengambil kesempatan ini untuk melihat kekuatan para pemuda kalangan atas, tetapi sekarang mereka benar-benar menghasilkan banyak uang.Hanya 10% dari produk yang mereka jual akan disumbangkan.Namun nilai dari 10% ini adalah nilai yang fantastis bagi mas
"Aku tahu, kesannya aku agak kasar. Tapi dengan posisi keluargaku, aku nggak bisa nolak kamu duluan," lanjut Hans.Dia menatap wajah cantik Hanna dengan tatapan yang dalam.Harus Hans akui, Hanna sangat cantik dan anggun, cocok sekali dengan wibawa wanita kelas atas.Jika Hans belum menikah, dia pasti akan memilih wanita seperti ini.Tapi, dia sudah menikah ...."Boleh aku tahu kenapa? Kamu nggak menyukaiku?" Hanna bertanya dengan ragu.Pada lelang hari ini, dia melihat Hans dan Diego bersaing memperebutkan kalungnya.Kalau Hans tidak menyukainya, untuk apa dia menghabiskan begitu banyak uang?Hans tidak menjawab, tapi mengeluarkan kalung yang dimenangkannya melalui pelelangan dan menyerahkannya pada Hanna, "Aku minta maaf, ini aku kembalikan ke pemilik aslinya."Wah! Murah hati sekali! Barang 160 miliar langsung dia berikan ke pemilik awal begitu saja.Meski begitu, Hanna bukan tipe yang bisa dibeli. Dia langsung menolak, "Nggak ada imbalan tanpa usaha. Lagian, kita bahkan nggak bisa
Hans merasa tidak nyaman saat melihat momen ini.Namun sebagai seorang pria sejati, dia terlihat tenang saat kedua orang itu bertukar kontak.Setelah mendapatkan nomor Hanna, Diego memasukkan ponselnya.Lalu dia menatap Hans, "Bukannya ini Pak Hans?"Hans spontan tersenyum, "Kamu mengenalku?""Lho? Pasti dong? Terakhir kali 'kan aku melihatmu datang di perjamuan para pebisnis. Kok hari ini istrimu nggak datang?"Sebuah kalimat yang terlontar dari mulut Diego seketika membuat ekspresi Hans berubah drastis.Biasanya Hans hanya memperhatikan orang-orang yang bisa membawa keuntungan baginya, jadi dia tidak memperhatikan orang-orang tidak berguna seperti Diego.Oleh karena itu, dia tidak punya informasi keburukan Diego.Hanna menatap Hans dengan tidak percaya, "Pak Hans sudah menikah?"Hans awalnya ingin menunggu sampai dia dan Hanna mengenal satu sama lain sehingga Hanna punya kesan yang baik tentangnya sebelum Hans menceritakan tentang pernikahannya.Tapi sekarang, Diego langsung membuka
Hans tidak menyangka Hanna akan membantu Diego seperti ini.Citra baik yang awalnya dia buat di depan Hanna kini telah hilang.Karena tidak ada gunanya tinggal di sini lebih lama lagi, Hans pun tersenyum dan berkata, "Nona Hanna bisa saja, aku 'kan cuma nanya. Ah, acara 'kan sudah selesai, aku pergi dulu ya, masih ada urusan."Setelah berkata demikian, Hans buru-buru pergi.Saat mereka keluar, Melisha bertanya."Hans, gimana?""Nggak bagus, sudah hancur," kata Hans.Melisha terkejut, "Siapa? Siapa yang berani merusak urusanmu?""Adik Reina." Hans terdiam, "Sekarang kamu nggak perlu bekerja keras lagi. Hanna sudah tahu aku sudah menikah, bahkan meski aku cerai pun, kayaknya nggak ada kesempatan."Setelah berkata demikian, Hans masuk ke dalam mobil.Melisha mematung di tempat dan menghentakkan kakinya dengan marah."Adik Reina sialan!"Hans sedang duduk di dalam mobil saat ponselnya bergetar. Dia mengangkatnya dan melihat pesan dari istrinya."Hans, malam ini pulang jam berapa?" Di akhir
Dulu Hans sering memberikannya hadiah, tetapi seiring berjalannya waktu, Hans berhenti memberikannya.Hans bilang karena usia pernikahan yang sudah tua, tidak ada gunanya mereka seperti pasangan muda.Hans juga bilang, istrinya bisa beli apa yang dia butuhkan dan Hans akan membayarnya.Hans juga terkejut dengan pertanyaan istrinya, "Ya ngasih aja, apanya yang kenapa?"Istrinya tertegun lalu memeluk pinggang ramping Hans."Makasih sayang, aku suka banget."Hans menegang, seolah tak terbiasa dipeluk oleh istrinya.Setelah sekian lama, dia menepuk bahu istrinya dan berkata, "Aku mau ngomong sesuatu.""Apa?""Aku mau bercerai."Istri Hans tertegun dan tidak bereaksi dalam waktu lama.Suasana seketika jadi sunyi. Begitu tersadar, istri Hans buru-buru mengembalikan kalung itu, "Hans, aku nggak mau hadiah apa-apa, kamu jangan bercanda."Suaranya bergetar.Keduanya sudah lama menikah, mereka hampir tidak pernah bertengkar apalagi bercerai.Hans tidak berani menatap mata istrinya dan berkata sa
Diego dan Hanna berjalan menghampirinya.Saat Hanna melihat Reina, dia langsung menyapanya, "Nana."Diego juga menyapanya, "Kakak."Wajah Reina kaku."Ya." Dia mengangguk, lalu bertanya, "Kapan kalian berdua kenal?""Barusan." Hanna berkata pada Reina, "Kalau bukan karena Diego, aku pasti sudah ditipu oleh orang munafik.""Memang ada apa?" Reina tampak bingung.Kebaikan apa yang adiknya lakukan?Hanna memberi tahu Reina tentang Hans yang sudah menyembunyikan status pernikahan."Dia mau kencan buta sama aku, tapi dia nggak bilang kalau sudah menikah atau bahkan belum bercerai, tapi dia mulai mencari pasangan. Dia juga bilang nggak punya perasaan terhadap istrinya. "Reina mendengarkan dalam diam dan melihat sisi baik Diego.Dalam hal ini, Diego melakukan pekerjaannya dengan baik.Namun, Reina ingin memberi tahu Hanna bahwa adik laki-lakinya tidak lebih baik dari laki-lakinya yang munafik itu, yang jelas-jelas seorang bajingan.Saat Diego tidak punya uang, dia tega menjual kakak perempua
Sesampainya di rumah, Diego langsung mengirim pesan ke Hanna."Hanna, kamu suka nonton opera nggak? Temanku memberiku dua tiket opera. Besok kamu ada waktu? Mau nonton bareng aku?"Diego sudah menyelidiki Hanna. Dia berbeda dari wanita lain karena punya hobi menonton opera.Saat Hanna melihat pesan itu, dia teringat tentang kebaikan Reina padanya, juga tentang pengakuan Diego hari ini, jadi dia menjawab, "Oke, sampai jumpa besok."Tidak lama setelah Hanna membalas pesan Diego, sebuah panggilan telepon masuk ke ponselnya.Hans-lah yang menelepon."Hanna.""Hans? Ada apa?" Hanna tidak menyangka Hans akan meneleponnya."Aku mau minta maaf."Hans terdiam sesaat, "Setelah kupikir, ucapanmu hari ini benar, aku sudah menjelaskannya pada istriku."Hanna tercengang."Maksudmu, kamu dan istrimu ...."Hanna tidak berani menyelesaikan kalimatnya.Hans langsung mengaku, "Ya, aku sudah minta cerai. Ke depannya, aku mau menemukan orang yang benar-benar kusuka dan cocok denganku."Hanna tidak tahu har
Hanna menatap Diego dengan bingung, "Bukannya aku bilang, aku yang traktir?""Ini pertama kalinya kita makan, mana mungkin aku berani minta wanita yang bayar?" Diego tampak seperti pria istimewa."Tapi ...." Hanna masih ingin mengucapkan sesuatu lagi, tapi Diego menyela, "Lain kali aja. Lain kali kamu traktir aku ya?"Bagi wanita muda seperti Hanna, Diego tahu betul bahwa Hanna tidak akan memanfaatkannya.Benar saja, Hanna mengangguk setuju, "Oke. Lain kali, aku yang bayar.""Ya."Artinya, Diego punya kesempatan lagi untuk bertemu Hanna.Hanna tidak banyak berpikir.Hanna tidak mencurigai Diego sama sekali.Mereka berdua pergi menonton opera bersama.Diego sama sekali tidak tertarik dengan hal semacam ini, tapi dia tidak menunjukkannya, malah dia duduk diam di samping Hanna.Setelah mereka berdua selesai menonton, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.Hanna sudah menganggap Diego sebagai teman dan menceritakan ucapan Hans tadi malam.Sesama pria pasti mengerti pikiran pria. Dieg
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim
Hidup memang tidak bisa diprediksi.Diego memandang Sophia yang terbaring tidak jauh dari sana melalui cahaya yang redup, tiba-tiba merasa bahwa kehidupan seperti ini tampaknya menyenangkan.Dia memejamkan mata dan memasuki alam mimpi.Pada hari pertama tahun ini, ada kegembiraan di mana-mana.Reina mengajak keempat anaknya membuat boneka salju di halaman rumah, sementara Maxime mengawasi mereka dari jauh.Mereka tampak harmonis.Pada saat itu, sebuah mobil melaju di luar rumah.Morgan duduk di dalam mobil mewah, menyaksikan pemandangan ini dari jauh. Dia tidak merasakan apa pun di dalam hatinya.Simpul di tenggorokannya bergulir pelan saat dia memberi isyarat kepada pengemudi untuk menepi.Saat Morgan turun, Reina juga memperhatikannya.Baru satu atau dua bulan sejak terakhir kali Reina melihatnya, tetapi Morgan terlihat kehilangan sebagian besar berat badannya. Bahkan wajahnya terlihat sangat tirus.Dia dan Maxime adalah saudara kembar, dulu mereka terlihat persis sama. Namun, sekara
Sophia bisa memahami pemikiran keduanya.Di masa lalu, semua orang biasanya pulang ke pedesaan untuk merayakan malam Tahun Baru, di mana kerabat dan tetangga tinggal bersama, berbicara dan mengobrol dengan gembira.Namun, Tahun Baru kali ini mereka harus tinggal di kota karena khawatir penyakit kedua orang tuanya kambuh dan tidak bisa sampai ke rumah sakit tepat waktu."Ya, kalau sudah selesai, kalian harus tidur." Sophia membujuk keduanya, seakan mereka adalah anak kecil.Erna dan Robi pun bersimpati padanya. Mereka menganggukkan kepala tanda setuju. "Ya."Diego juga menemani di samping, membicarakan tentang acara yang mereka saksikan kepada keduanya."Program-program sekarang nggak sebagus dulu. Sayang sekali, Tahun Baru sudah nggak semeriah dulu," kata Robi pelan.Dia juga tahu bahwa di pedesaan pun demikian. Semua orang bermain dengan ponsel mereka, jadi komunikasi secara langsung pun jadi berkurang."Kalau tahun depan kita pulang kampung, pasti akan lebih meriah," kata Sophia samb
Tahun Baru hampir tiba.Reina menyiapkan banyak kebutuhan Tahun Baru, mengirimkan sebagian untuk kakek dan neneknya.Sebagian lagi, dia tetap menyimpannya di rumah sendiri.Pada malam Tahun Baru.Reina dan Maxime membawa anak-anak mereka kembali ke kediaman Keluarga Sunandar. Pertemuan ini membuat suasana menjadi sangat meriah.Namun, di meja makan, hubungan Joanna dan Daniel agak renggang.Daniel menunjukkan wajah muram. "Max, tolong hubungi Morgan. Katakan padanya bahwa hari ini, di malam Tahun Baru, dia harus kembali."Morgan sudah lama tidak kembali ke kediaman Keluarga Sunandar.Daniel menghubunginya beberapa kali, tetapi panggilannya selalu ditolak."Ayah, Morgan bukan anak kecil lagi, dia akan pulang kalau memang ingin pulang. Kalau nggak, jangan diambil pusing," kata Maxime dengan tenang."Bicara apa kamu ini. Malam Tahun Baru harusnya jadi reuni keluarga, mana bisa dibenarkan kalau Morgan nggak pulang?" tegur Daniel.Di sampingnya, Joanna menyuapi Leo makanan pendamping ASI de
Setelah makan sampai kenyang, semua orang duduk bersama dan mengobrol cukup lama.Ketika tiba waktunya untuk tidur di malam hari, Sophia dan Diego tidur secara terpisah.Namun, Erna berpikiran sangat terbuka. "Kalian berdua akan menikah, nggak masalah kalau tidur di satu kamar.""Apa boleh begini?" Sophia sedikit tidak percaya.Dia pernah menjalin hubungan, tetapi Erna selalu menyuruhnya untuk menjaga diri dan tidak melakukan hubungan badan atau apa pun sebelum mereka menikah.Sekarang, ibunya ini malah menawarinya tidur dengan Diego?"Tentu saja boleh, masyarakat sekarang sudah nggak seperti dulu lagi," kata Erna sambil tersenyum.Zaman sudah berbeda. Sekarang, kondisinya dan suaminya sudah seperti ini, jadi Sophia harus mempertahankan pria sebaik Diego."Tapi ...." Sophia masih ragu, merasa ada yang aneh dengan kedua orang tuanya.Erna mendorongnya ke kamar Diego. "Sudah, masuk sana. Ayahmu sudah ingin menggendong cucu."Kata-kata itu membuat Sophia makin tidak percaya.Dia didorong
"Apa kakakmu sudah menikah?" Erna bertanya, mengambil alih pembicaraan.Para wanita biasanya khawatir akan memiliki seorang kakak ipar yang terlalu mendominasi di dalam keluarga mertua."Sudah menikah dan punya beberapa anak," kata Diego dengan jujur."Oh, begitu rupanya." Mata Erna tertuju pada Robi.Robi tidak basa-basi lagi dan bicara langsung pada intinya, "Diego, sejujurnya sejak bertemu denganmu, kami merasa kamu anak yang baik.""Hanya saja, kami nggak tahu bagaimana pendapatmu tentang Sophia ...."Sebelum Robi sempat menyelesaikan kalimatnya, Diego mengambil alih pembicaraan, "Aku sangat menyukai Sophia dan aku pasti akan memperlakukannya dengan baik di masa depan."Sophia menyantap makanannya dengan menunduk tanpa berkata apa-apa.Meskipun ini adalah kalimat yang telah mereka bicarakan dan sepakati, dia masih agak malu ketika mendengar ada seorang pria mengatakan bahwa dia mencintainya dan akan memperlakukannya dengan baik.Melihat Sophia bersikap seperti itu, Robi dan Erna ma
Ketika Robi dan Erna mendengar bahwa orang tua Diego sudah meninggal dunia, mereka menatapnya dengan kesedihan di matanya."Orang tuamu seharusnya belum terlalu tua, kenapa mereka bisa meninggal?"Diego berkata dengan jujur, "Ayah mengalami kecelakaan mobil dan ibu meninggal karena kanker."Mendengar ini, Erna makin merasa tidak tega kepada Diego."Anak baik, jangan sedih. Mulai sekarang, kami akan jadi keluargamu."Diego mengangguk berulang kali. "Ya."Sophia berdiri di samping, melihat keakraban Diego dan kedua orang tuanya. Pembicaraan ini seakan dia dan Diego benar-benar bersama."Ayah dan Ibu, kalian bicara dulu saja, aku akan menyiapkan makanan," kata Sophia.Diego langsung berdiri. "Sophia, aku akan membantumu. Om, Tante, kalian istirahat dulu saja.""Ya."Senyum di wajah Erna dan Robi belum hilang sejak mereka melihat Diego.Ketika putri mereka dan Diego pergi ke dapur untuk memasak bersama ....Erna tidak bisa menahan diri lagi dan berkata, "Diego anak yang sangat baik, tampan
Robi langsung bertingkah seperti orang yang sangat bersemangat. "Aku dan Ibumu merasa makin bersemangat akhir-akhir ini. Sepertinya setelah kita kembali untuk merayakan Tahun Baru, kita nggak perlu lagi dirawat di rumah sakit."Melihat wajah pucat kedua orang tuanya, Sophia tahu bahwa mereka hanya ingin menghibur dan membohonginya.Namun, dengan momen hangat seperti ini, tentu saja dia tidak akan merusaknya."Hmm, baguslah."Robi berencana untuk menanyakan identitas Diego.Sophia berdiri. "Kita kembali dulu saja dan lanjutkan pembicaraan di sana. Tempat ini terlalu kecil dan nggak ada tempat istirahat. Setelah pulang nanti, aku akan memasak makanan untuk kalian. Kalian bisa bicara dengan Diego pelan-pelan.""Ya, ya, ya."Keduanya mengangguk berkali-kali.Sejujurnya, mereka sangat ingin keluar, tidak ingin terus tinggal di rumah sakit.Namun, penyakit mereka sangat serius. Jika mereka meninggalkan rumah sakit terlalu lama, nyawa mereka mungkin akan jadi taruhannya.Sophia juga mengetahu