Rombongan Reina yang baru pulang pun kebetulan melihat Liane.Sisil mengernyit bingung, "Ngapain dia di sini lagi?""Mungkin dia nyariin Nana," kata Gaby.Reina meminta mereka berdua pulang dulu, lalu dia berjalan menghampiri Liane sendirian.Liane berdiri melamun, jadi dia tidak sadar Reina menghampirinya."Bu Liane."Suara ini menyadarkan Liane, dia menoleh, "Nana."Reina mengangguk, "Ada urusan apa ke sini?"Liane menggeleng pelan, "Ah, nggak ada."Reina hendak pergi, tapi Liane memanggilnya."Nana, boleh temani aku jalan-jalan? Kita bisa sekalian mengobrol." Liane berujar dengan penuh harap.Reina menatap mata Liane yang memohon, dia tidak enak hati menolak dan akhirnya mengangguk."Oke."Mata Liane berbinar, dia sangat senang.Dia mendekati Reina dengan hati-hati dan berjalan berdampingan dengan Reina seperti seorang ibu bertanya pada anaknya, "Hari ini kamu ke mana saja?""Baru selesai belanja, besok temanku akan menikah," jawab Reina."Oh," Liane mengangguk, "Apa besok aku boleh
"Sama-sama," jawab Reina.Tenggorokan Liane terasa seperti tertusuk jarum saat melihat bekas luka di wajah Reina."Kalau begitu aku pulang dulu.""Oke." Reina masih terlihat tenang.Liane merasa semakin sedih melihat sikap Reina.Liane dengan enggan memaksa dirinya untuk berjalan keluar.Setelah masuk ke dalam taksi, dia tidak lupa melihat kembali ke arah Reina hingga anak itu menghilang dari pandangannya.Liane langsung menelepon sekretarisnya, "Siapkan hadiah pernikahan."Sekretaris Liane mengernyit bingung, "Sepertinya nggak ada keluarga klien yang akan menikah?""Teman Nana yang menikah, siapkan hadiah seperti klien VIP," pinta Liane."Baik."Sekretaris Liane langsung menyiapkan.Sekretaris Liane agak iri dengan Reina yang punya ibu seperti Liane.Sayang sekali keduanya terpisah selama puluhan tahun dan Reina menjalani hidup yang sulit.Jika Reina tumbuh besar di bawah Liane, pastinya dia sudah jadi putri yang diagungkan di seluruh kota....Di kediaman utama Keluarga Andara.Reina
Reina terlihat enggan, "Aku sudah janji sama Gaby.""Biar aku telepon Gaby, dia pasti tahu prioritas," ucap Maxime sambil mengangkat ponselnya.Reina tidak mau mengingkari janjinya begitu saja, jadi dia langsung merebut ponsel itu, "Jangan."Maxime yang lebih tinggi dari Reina pun dapat dengan mudah menyambar ponsel itu lagi, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi sehingga Reina tidak bisa mengambil balik.Reina yang panik pun berjinjit untuk merebut ponsel itu.Begitu Jovan datang, dia langsung menyaksikan momen seperti ini. Jovan pun berdeham.Reina baru sadar kalau dia sudah hampir sepenuhnya bersandar pada Maxime. Reina langsung mundur beberapa langkah dan wajahnya merona merah.Jovan pura-pura tidak melihat apa pun dan berjalan menghampiri, "Kak Max, kalau nggak ada urusan lain aku pulang dulu ya. Tenang saja, Kak Reina nggak apa-apa kok, wajar kalau dia sakit kepala sedikit."Reina pun menyambut jawaban baik ini."Lihat, Dokter Jovan saja sudah ngomong gitu. Ayo pulang, nggak usah tele
̋Jam tujuh pagi, Ekki datang bersama sekelompok pengiring mempelai pria.Hari ini dia sangat bangga karena semua orang penting di Kota Simaliki datang menghadiri pernikahannya.Semua orang melihat kediaman utama Keluarga Andara dengan kagum, "Pak Ekki benar-benar luar biasa. Pernikahan ini bahkan lebih bagus daripada pernikahan anak orang kaya.""Dia itu tangan kanan Maxime, pasti nggak bisa dibandingkan sama orang kaya biasa."Semua orang membicarakannya.Reina dan Sisil berjaga di depan pintu kamar Gaby, mereka menyiapkan berbagai permainan untuk pengantin pria mainkan, sebelum bisa masuk menjemput Gaby.Gaby yang duduk di dalam kamar terlihat sangat gugup, tidak lupa dia berpesan, "Jangan tega-tega ya sama Ekki, dia itu nggak bisa minum banyak.""Iya, iya. Belum sah aja sudah protektif banget," goda Sisil.Ayah Gaby berkata, "Sekarang kita harus membuatnya sedikit menderita, masa aku menikahkan putriku tersayang begitu saja? Kalau terlalu gampang, nanti si Ekki nggak menghargai Gaby
"Oke." Gaby setuju, "Maaf ya merepotkan."Reina mengambil ponselnya dan menghubungi Liane.Saat ini Liane sedang berada di kantor. Begitu melihat telepon dari Reina, dia sangat bersemangat dan langsung menjawabnya, "Nana, ada apa?""Ah, temanku menerima hadiahmu dan bertanya apa kamu ada waktu hari ini? Dia mengundangmu ke pesta," ucap Reina.Liane menyibukkan diri hari ini setelah ditolak Reina kemarin.Begitu mendengar ucapan Reina, tanpa ragu sedikit pun, dia langsung menjawab, "Kosong kok. Di mana Nana acaranya? Aku datang.""Oke."Reina langsung mengirimkan alamat acara pernikahan Ekki dan Gaby ke Liane.Setelah Liane menerimanya, dia berdiri.Sekretaris Liane berkata, "Bu Liane, nanti ada janji temu dengan klien.""Undur semuanya, aku ada urusan penting," ucap Liane.Karena sudah tua, sebenarnya Liane tidak terlalu peduli dengan urusan perusahaan. Yang dia inginkan hanya menghabiskan lebih banyak waktu dengan putrinya."Ya." Meski sekretarisnya bingung, dia tetap mengangguk dan m
Syena tersenyum lembut, "Nggak deh, aku takut kalau kebanyakan bareng dia, aku nggak bisa lupain dia waktu nanti dia meninggal."Liane terdiam."Bu, yuk masuk bareng. Rasanya sudah lama sekali aku nggak datang ke pernikahan semeriah ini.""Oke."Liane membawa Syena bersamanya.Sesampainya di lobi, Liane melihat sekilas Reina dan yang lainnya.Hari ini Reina menjadi pengiring pengantin. Dia mengenakan gaun berwarna merah muda dan hanya merias tipis wajahnya, tapi sudah terlihat begitu cantik.Liane hendak menghampiri Reina, tapi dihentikan oleh Syena."Bu, kayaknya adik lagi sibuk deh, mendingan kita nggak ganggu. Kita duduk di sana aja yuk?"Yang paling ditakuti Syena sekarang adalah Liane terus berhubungan dengan Reina.Sudah tidak banyak berhubungan saja, Liane merevisi surat wasiatnya. Bagaimana kalau Liane dan Reina makin dekat? Bisa-bisa Liane memberikan semua warisan pada Reina, 'kan?Kalau itu terjadi, Syena tidak akan punya apa-apa."Oke."Liane tidak berpikir macam-macam, dia
"Aku pikir cantik, ternyata kalau dilihat dari dekat, dia punya bekas luka di mukanya. Mana mungkin anak orang kaya mau sama dia?" bisik seorang gadis.Mereka pikir Reina datang untuk mencari ribut dengan mereka, jadi satu per satu pun duduk tegak dan menatap Reina dengan tatapan mengejek.Tidak ada yang menyangka ternyata Reina berjalan melewati mereka dan mendatangi Liane."Bu Liane, Nona Syena, apa kalian butuh sesuatu?" Reina bertanya dengan sopan.Liane langsung berdiri.Ketika para wanita itu mendengar Reina memanggil nama Liane, seketika mereka langsung menoleh.Ternyata memang benar Liane, apa wanita pengiring pengantin ini benar-benar mengenal Bu Liane?Masa dia datang untuk mencari koneksi?Liane menggeleng, "Ibu nggak butuh apa-apa kok, apa Ibu ganggu kamu?"Ibu?Mereka yang tadi meremehkan Reina langsung terkejut."Hah? Dia Reina? Istri Maxime dan putri kandung Liane?""Ah, Reina!"Para wanita itu berbisik pelan-pelan. Meski tidak dapat mendengar apa yang mereka katakan, Li
Reina mengernyit bingung. Belum pernah dia melihat cara licik rendahan seperti ini.Apa Syena kebanyakan nonton sinetron?Para tamu pun menuding Reina dan menatapnya dengan aneh.Reina juga tidak peduli, "Kamu sendiri melakukan, jangan nuduh orang lain."Kejadian ini menarik perhatian Liane.Dia melihat Syena jatuh dan punggung Reina yang melenggang pergi."Syena, kamu nggak apa-apa?"Liane langsung membantu Syena.Syena menggeleng, "Nggak apa-apa, cuma aku nggak berhasil meyakinkan adik.""Kamu mau apa?" Liane bertanya-tanya."Aku minta dia nggak dendam sama Ibu lagi, tapi dia nggak setuju dan mendorongku, dia bilang semua punyaku sekarang adalah miliknya."Syena memasang tampang memelas.Kalau dulu, Liane pasti percaya akan ucapan Syena.Namun sekarang dia sudah paham sifat putri angkatnya lebih baik dari siapapun."Syena, Nana bukan orang seperti itu. Lagian dia 'kan amnesia, mana mungkin dia dendam sama Ibu? Nggak usah pakai trik lagi. Apa nggak ada yang ngasih tahu kamu, dengan si
Setelah berkata demikian, Diego menatap Sophia dalam-dalam, "Apa kita masih berteman?"Sejak dulu Diego tidak punya teman sejati, semua kenalannya tidak sudi bicara dengannya saat Diego tidak punya uang.Tapi Sophia berbeda. Dia menerima Diego saat Diego tidak punya uang dan memperlakukannya dengan sangat baik.Baru sekarang Diego mengerti apa itu teman sejati dan dia tidak mau kehilangan Sophia.Sophia tidak tahu bagaimana harus menjawab. Dia membuang muka dan berkata, "Kita omongin lagi nanti."Dia buru-buru meninggalkan kamar rawat dan menutup pintu.Diego menyunggingkan senyum.Entah kenapa meski sekujur tubuhnya terasa sakit, dia merasa sangat bahagia.Sophia keluar membeli semangkuk bubur dan sup penambah tenaga yang mahal untuk Diego.Diego agak terkejut saat melihat semangkuk besar dan kecil sup dan bubur yang dibawanya."Ini ... mahal ya?"Diego terbiasa berhemat saat tinggal bersama Sophia. Begitu dibelikan barang mahal, Diego sampai sungkan memakannya."Dokter bilang kamu ha
Manajer itu menghela napas, lalu berkata, "Aku nggak tahu kenapa orang ini bermasalah banget. Semalam dia baru pulang larut banget dan minta aku kasih dia kesempatan. Dia mau menghasilkan uang dan membayarmu balik.""Aku cuma mau melihat apa dia tulus, tapi aku nggak menyangka orang ini serius.""Dia berlari ke dalam ruang VIP dan mencoba menyenangkan tamu. Tamu memintanya untuk minum sebotol anggur dan memberinya 20 juta. Dia maksa buat minum 12 botol anggur dengan konsentrat alkohol tinggi, makanya dia langsung jatuh pingsan di tempat."Setelah manajer selesai bicara, dia memberikan Sophia tas hitam yang diletakkan di depannya."Waktu tadi dibawa sama tandu, Diego minta aku ngasih ini ke kamu.""Tamu itu takut terjadi sesuatu, dia ngasih tambahan 160 juta. Jadi ini total uangnya ada 400 juta. Diego minta aku kasih ke kamu.""Dia juga bilang akan cari uang lebih banyak buat kasih ke kamu," ucap manajer itu.Manajer itu melihat, Diego bukan orang jahat.Sophia tidak bisa mengungkapkan
Diego meringkuk dan memeluk kakinya. Entah setelah berapa lama, terdengar suara langkah kaki.Diego perlahan mengangkat kepalanya dan melihat Sophia berjalan mengenakan jaket, topi dan syal sambil membawa sayuran.Diego agak terkejut.Dia mengusap matanya dan melihat pemandangan di depannya dengan tidak percaya."Sophia! Apa aku sedang bermimpi?"Saat Sophia mendengar pertanyaan Diego, dia tidak menjawab. Sophia langsung mendatanginya dengan tatapan acuh tak acuh."Ngapain kamu di sini? Masih belum cukup bohongin aku?"Sophia tersenyum pahit, "Aku nggak punya uang, sepeser pun nggak punya."Begitu mendengar suara Sophia, Diego yakin dia tidak sedang bermimpi. Dia langsung meraih tangan Sophia."Sophia, maaf ... Maafkan aku ...."Sophia melepaskan tangan Diego, "Apa gunanya minta maaf?"Tangan Diego yang ditepis Sophia membuat hati Diego terasa tidak nyaman seperti ditusuk jarum.Sekarang tidak ada yang bisa dia lakukan selain meminta maaf.Dengan wajah pucat, dia bertanya, "Paman dan b
Saat manajer mengetahui bahwa Diego telah pulang, dia bergegas keluar kantor, mengangkat tangannya dan meninju Diego."Masih berani ya kamu pulang! Mana uangnya?" tanya manajer dengan marah.Diego merasakan sakit di wajahnya dan mundur beberapa langkah, tetapi dia tidak melawan atau menghindar.Dia tidak menjawab manajer, tetapi melihat sekeliling, "Sophia mana?""Masih berani nanya? Kamu tahu nggak, kamu sudah membunuh orangtuanya?" kata manajer itu dengan marah."Membunuh?"Diego membelalak tidak percaya."Apa maksud ekspresimu itu? Kamu mengambil semua uang yang akan dia gunakan untuk menyelamatkan orangtuanya! Kamu sadar nggak sih apa konsekuensinya?"Diego limbung, "Nggak ... Aku ... aku cuma mau melipat gandakan uang itu supaya dia nggak perlu bekerja terlalu keras... Aku ... aku nggak sengaja ...."Dia melangkah mundur selangkah demi selangkah.Di mata manajer, Diego adalah penipu, "Sudah jangan banyak alasan, mendingan sekarang kamu serahkan diri ke polisi."Diego menggeleng, "
Meski Nyonya Liz nenek Diego diusir oleh kedua putranya, dia masih punya uang di tangan.Sesampainya di hotel, kedua putranya menelepon dan memarahinya.Nyonya Liz paham betul keseriusan masalah ini, dia menyesal."Sekarang Reina nggak mau ketemu aku, aku harus gimana?""Ya pergi dong ke perusahaannya atau hadang dia di satu tempat. Kalau kamu nggak menyelesaikan masalah ini, kami nggak akan mengakuimu sebagai ibu."Durhaka sekali kedua putra Nyonya Liz.Nyonya Liz disalahkan kedua putranya.Menantu perempuannya bahkan berkata, "Orangtua ini selalu saja bikin masalah, biar saja dia mati di luar!"Sebelum panggilan ditutup, nenek Diego mendengar menantu perempuannya menyumpahinya dan kali ini tidak menjawab.Nyonya Liz berjanji pada putranya dan menutup telepon, dia merasa seolah seluruh kekuatannya telah terkuras habis.Nyonya Liz selalu lebih menyukai anak laki-laki daripada anak perempuan. Dia sangat baik pada kedua putranya, tapi sangat buruk pada Treya.Tapi Treya, putri yang berba
Nenek Diego menstabilkan tubuhnya, lalu bertanya dengan ragu, "Nak, maksudmu seluruh dunia tahu?""Ya iya lah. Sekarang semua orang tahu kalau kamu menindas dan memeras Reina buat aku dan kakak. Kakak juga akan jadi sasaran netizen, aku sudah. Semua orang balikin produkku yang mereka beli, Ibu tahu nggak berapa kerugianku?" Putra bungsu Nyonya Liz menghela napas, "Aku sudah nggak punya tambahan modal, Ibu malah membuatku bangkrut lebih cepat!"Nenek Diego menyadari keseriusan masalah ini saat mendengar ucapan putranya."Terus sekarang kita harus gimana?""Ya mau gimana lagi? Sana mohon sama Reina buat mengampunimu dan melepaskan kita.""Minta maaf sama dia? Kamu bercanda? Aku itu lebih tua. Meski aku salah pun, dia nggak bisa marah sama aku!"Nenek Diego masih berpikiran kolot. Dalam konsepnya, selama dia lebih tua, dia tidak akan minta maaf pada yang lebih muda."Kalau gitu Ibu tunggu saja kami mati!"Putra bungsu Nyonya Liz benar-benar kehabisan kata-kata dengan sikap ibunya ini.Per
Netizen diliputi kemarahan dan langsung menyelidiki seluk beluk mengenai putra nenek Diego.Yang satu bergerak dalam perdagangan luar negeri dan yang lainnya bergerak di bidang makanan ringan.Hasil investigasi para netizen menunjukkan ternyata kedua perusahaan tersebut terlilit banyak masalah.Bahkan ada yang menemukan bahwa kedua perusahaan tersebut kini tidak punya modal.Begitu informasi ini terungkap, semua orang tiba-tiba sadar."Pantas saja dia tiba-tiba mendatangi Reina. Ternyata putranya nggak punya uang, makanya dia minta Reina, cucunya buat ngasih dia uang.""Hei, bukan cucunya lho, tapi cucu yang diadopsi. Reina itu nggak punya hubungan apa-apa sama dia.""Kita harus memboikot kedua perusahaan itu!"Putra sulung Diego yang bergerak dalam perdagangan luar negeri tidak terlalu terpengaruh, tapi lain dengan putra bungsu nenek Diego. Netizen langsung bertanya pada layanan pelanggan apa berita yang mereka selidiki itu benar.Barang-barang yang dijual di internet pun diberi penil
Reina tersenyum pahit, "Ya, aku memang perhitungan. Aku mengingatnya karena hampir mati."Reina bicara dengan nada mencela diri sendiri sambil menatap nenek Diego."Ngomong-ngomong, harusnya kamu juga tahu apa yang putrimu lakukan padaku, 'kan? Dia ngambil mas kawinku, terus mau menjualku ke pria tua! Waktu itu, aku sudah menjelaskan padanya kalau aku mati, anggap saja aku sudah mengembalikan nyawaku ke dia dan kami putus hubungan.""Sayang, aku diberkati langit dan nggak mati. Tapi aku sudah merekam pembicaraan kami waktu itu. Nyonya mau dengar?" tanya Reina.Nenek Diego sudah tahu tentang Treya yang mau menjual Reina pada seorang lelaki tua.Nenek Diego terlihat kesal, "Itu semua masa lalu, bukannya sekarang kamu hidup dengan baik?"Artinya, nenek Diego mengakui semua kejadian ini.Akhirnya netizen pun akhirnya melihat wajah asli nenek Diego.Semua orang mulai marah dan mencela nenek Diego."Memang sih katanya pahala membesarkan anak tiri itu lebih besar dari pada melahirkan, tapi me
Reina memakai peralatan siaran langsung yang kecil, jadi tidak terlihat.Siaran langsung Reina mulai sejak dia masuk rumah ini.Awalnya netizen penasaran, video apa yang disiarkan di akun resmi Grup Yinandar, namun akhirnya mereka paham setelah melihat nenek Diego.Awalnya mereka memaki Reina yang kurang ajar karena tidak tahu balas budi, tapi pandangan mereka berubah setelah melihat kelakuan nenek Diego yang keterlaluan dan sombong."Kenapa rasanya wanita tua ini bukan orang baik?""Iya, aku setuju. Harusnya nenek menyayangi cucunya, 'kan? Tadi si nenek ini bilang bukan perkara uang, sekarang malah nyuruh Reina transfer satu triliun ke para pamannya.""Ini pemerasan nggak sih? Dia punya anak dan cucu kandung lho. Kenapa malah minta diurus sama cucu yang bahkan bukan cucu kandungnya?"Meski sebagian orang sudah melihat dengan jelas wajah asli nenek Diego, masih ada sebagian orang yang merasa keberatan."Memangnya dia nggak boleh nyari Reina kalau punya anak dan cucu kandung? Gimanapun