Diego merapikan pakaiannya lalu berjalan melewati Syena.Syena menggertakkan giginya dengan marah, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan."Diego! Tunggu saja aku! Kalian semua, tunggu pembalasanku!""Kalian semua yang sudah meremehkanku, aku pasti akan membuat kalian menyesal!"Syena menarik napas dalam-dalam beberapa kali, lalu pergi dengan menyedihkan.Di sisi lain.Saat Reina keluar dari kamar mandi, dia melihat Liane berdiri tidak jauh dari situ dengan wajah bersalah.Reina menghampirinya dan berkata, "Bu Liane mau membela Syena?"Dia tahu Liane selalu melindungi Syena.Liane buru-buru menggeleng, "Nana, kamu salah paham. Aku datang ke sini untuk minta maaf ke kamu.""Minta maaf?" Reina mengernyit bingung. Padahal jelas-jelas di mata orang luar, dialah yang sudah mendorong Syena, kenapa Liane malah minta maaf padanya?"Reina mengernyit tidak mengerti, tapi wajah Liane terlihat tulus."Aku tahu kamu gadis yang baik. Kamu nggak akan mendorong Syena. Syena seperti itu karena kumanjakan
Inilah ketulusan terbesar Ethan.Brigitta membelalak tidak percaya, "Apa katamu?"Separuh dari aset Keluarga Yusdwindra bernilai entah berapa kali lipat jika dibanding dengan Keluarga Fandie yang bangkrut.Ethan meremas tangan Brigitta dan berkata, "Kalau kamu masih nggak percaya, aku nggak punya cara lain."Lagipula, sebenarnya Ethan akan mewariskan semua hartanya ke Erina setelah dia mati nanti.Ethan tahu tidak mudah berhadapan dengan orangtuanya.Brigitta tidak bisa memercayainya dengan mudah, "Jangan bohong, aku bukan anak kecil."Brigitta menepis tangan Ethan."Nanti aku minta pengacara membuat surat sahnya." Ethan berkata dengan serius."Kalau begitu kamu buat drafnya."Brigitta takut Ethan akan terus mengganggunya, jadi dia langsung pergi.Di dalam ruang ganti pengantin wanita.Gaby sangat cantik dan sempurna. Reina serta Sisil juga cantik.Salah satu dari pengiring pengantin pria adalah Deron.Deron awalnya tidak mau, tetapi begitu mendengar Sisil adalah pengiring pengantin, d
Liane sadar makin banyak mereka berinteraksi, dirinya makin tidak terpisahkan dari Reina.Reina merasa sangat tidak nyaman, "Maaf, aku nggak mau pergi."Liane jelas sedikit kecewa.Dia tidak mau melewatkan kesempatan ini."Kalau gitu besok kamu ada kosong? Besok 'kan akhir pekan."Sebelum Reina menjawab, Liane melanjutkan, "Kamu bisa datang ke kantor? Ada sesuatu yang mau aku berikan padamu.""Ah ...." Reina terlihat ragu-ragu, "Mau kasih apa?""Nanti juga kamu tahu, kamu harus datang ya."Angin dingin mulai berhembus.Liane batuk, dia langsung mengeluarkan saputangannya dan menutup mulutnya.Reina langsung luluh dan menyetujui permintaannya, "Oke.""Oke, janji ya.""Ya."Liane memperhatikan Reina pergi sebelum masuk ke mobil.Begitu masuk ke mobil, Liane membentangkan saputangan yang dia pegang erat-erat. Ada noda darah di sana."Bu Liane batuk darah?" Sekretaris Liane panik.Liane tersenyum pahit, "Sudah seperti ini belakangan ini.""Bu Liane, ini nggak boleh dibiarkan. Ayo pergi ke
Setelah semuanya sepakat.Maxime mengantar Reina dan Riki ke kantor cabang Grup Yinandar.Liane sudah lama menunggu di sini bersama seorang wanita paruh baya yang cantik."Kak, kenapa kamu nggak bawa pulang anakmu dan mengenalkannya ke keluarga besar?" tanya adik Liane, Naria Yinandar.Dia adalah orang yang membantu Syena untuk perihal dunia maya.Liane menyesap tehnya dan menghela napas, "Kamu belum tahu ya? Orang yang selama ini Syena serang dengan minta bantuanmu, dialah putriku, keponakanmu.""Apa?" Naria langsung bangkit berdiri karena terlalu terkejut, "Terus gimana dong? Aku beneran nggak tahu!""Awalnya aku juga nggak tahu. Aku sudah menyakiti anak dan cucuku sendiri," ucap Liane.Naria datang ke sini hanya untuk menemui keponakannya, dia tidak menyangka akan mendengar hal yang begitu mengejutkan ini.Sekarang, Naria tidak bisa duduk tenang."Bagaimana aku harus minta maaf nanti?""Jangan khawatir, Nana mudah diajak bicara. Sekarang dia lagi nggak sehat, jadi nggak bisa menging
Naria bicara dengan lugas.Liane mendekat dan tampak sedikit khawatir, "Naria, jangan menakuti Nana."Saat itulah Naria sadar. Dia melepaskan Reina, menunduk dan menatap Riki.Riki buru-buru mundur selangkah."Nenek tua, tolong jangan peluk aku."Naria tertawa terbahak-bahak, "Aduuuh, aku bukan nenek tua, aku nenek buyutmu.""Aku nggak punya nenek." Riki membuang muka.Naria tidak merasa marah sama sekali. Sebaliknya, dia menjadi lebih bahagia. Dia berlutut dan berkata, "Gimana juga, aku nenek buyutmu. Sini, aku peluk.""Nggak mau."Riki mundur lagi.Liane takut Naria menakuti Reina sekeluarga, jadi dia menangkap Naria."Sudah cukup. Anak kecil takut sama orang asing."Riki membatin, "Aku bukan takut sama orang asing. Aku nggak akan datang ke sini kalau bukan untuk melindungi mama."Baru pada saat itulah Naria menyerah. Dia menatap Maxime dengan kagum."Pak Maxime, aku sudah lama mendengar tentang Anda."Maxime juga menyapa dengan sopan."Tolong jaga Nana baik-baik ya." Naria langsung
Liane mengernyit bingung, "Nana, kamu pantas mendapatkan ini."Naria pun langsung berkata, "Ya, kamu adalah putri kandung saudaraku. Kalau dia nggak ngasih kamu, kasih siapa lagi?"Pak Gilbert di sampingnya juga mengagumi Reina yang tidak dapat tergoda oleh properti dalam jumlah besar akan berpura-pura atau benar-benar tidak peduli dengan uang.Reina menunduk, "Sejujurnya, aku masih nggak percaya ibuku adalah orang lain. Rasanya semuanya hanya mimpi."Meski Treya tidak baik padanya, dari ingatannya, dia adalah ibunya.Sekarang orang lain dan sangat sulit baginya untuk menerimanya untuk sementara waktu.Liane memberinya begitu banyak properti, yang membuatnya semakin stres."Nana masih marah sama Ibu?" Mata Liane memerah, "Atau menurutmu Ibu nggak seharusnya ngasih sebagian ke Syena?"Reina tercengang.Liane menjelaskan, "Bagaimanapun, aku yang membesarkan Syena. Aku menyayanginya sebesar rasa sayangku ke kamu."Reina tidak tahu bagaimana menjelaskannya untuk beberapa saat.Maxime bisa
Mereka sudah mengalami terlalu banyak pengalaman dalam Keluarga Yinandar.Naria tidak membesarkan Syena, jadi dia menatap segala sesuatunya dengan lebih rasional."Kalau memang begitu, aku nggak akan tinggal diam!" Tenggorokan Liane sepertinya tersengat sesuatu dan dia pun terbatuk hebat, "Uhuk! Uhuk!""Kakak, kamu baik-baik saja?" Naria bertanya dengan cemas.Liane menggeleng, "Nggak apa, sudah biasa."Dia menekan rasa tidak nyaman di hatinya dan kembali bertanya, "Kapan kamu pulang?"Naria awalnya berencana untuk pulang setelah melihat Reina, lagipula, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di sana. Sekarang melihat Liane seperti ini, dia memutuskan untuk tinggal beberapa hari lagi."Aku nggak sibuk kok. Aku temenin beberapa hari ya di sini.""Oke, nanti kita ketemu lagi sama Nana dan jelasin semuanya ke dia.""Oke."...Reina melamun di dalam mobil sepanjang perjalanan pulang.Riki mengulurkan tangan kecilnya dan menggenggam tangan Reina."Mama."Reina kembali sadar, menatap
Ekspresi Joanna berubah saat mendengar ini."Mereka sudah lama aku asuh lho, masa kamu ambil begitu saja? Nggak mau! Aku nggak rela!" Begitu banyak suka duka yang terjadi selama ini, hubungan emosional di antara mereka begitu dalam.Namun, Joanna juga merasa tidak baik kalau anak dipisahkan dari orang tuanya."Kalau nggak, gimana kalau kalian saja yang tinggal balik di sini?" Joanna menyarankan.Maxime tahu Reina pasti tidak mau pindah ke sini, jadi dia menolak, "Nggak, Nana belum sembuh, jadi nggak nyaman tinggal di sini.""Kenapa? Kamu bersikeras mengambil kedua anak itu, sengaja membuat ibu sedih?" Joanna tampak sedih, "Apa menurutmu aku nggak merawat kedua anak itu dengan baik?"Maxime melihat ke si kembar.Reina sedang bermain dengan mereka."Kalau begitu kita tunggu sampai ingatan Nana pulih. Saat itu, kalau Reina mau tinggal sama anak-anak, maka akan kami jemput pulang," kata Maxime.Saat Joanna mendengar ini, dia tidak bisa menolak, "Oke.""Hah, gini deh pria. Kalau sudah punya
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba