Mereka sudah mengalami terlalu banyak pengalaman dalam Keluarga Yinandar.Naria tidak membesarkan Syena, jadi dia menatap segala sesuatunya dengan lebih rasional."Kalau memang begitu, aku nggak akan tinggal diam!" Tenggorokan Liane sepertinya tersengat sesuatu dan dia pun terbatuk hebat, "Uhuk! Uhuk!""Kakak, kamu baik-baik saja?" Naria bertanya dengan cemas.Liane menggeleng, "Nggak apa, sudah biasa."Dia menekan rasa tidak nyaman di hatinya dan kembali bertanya, "Kapan kamu pulang?"Naria awalnya berencana untuk pulang setelah melihat Reina, lagipula, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di sana. Sekarang melihat Liane seperti ini, dia memutuskan untuk tinggal beberapa hari lagi."Aku nggak sibuk kok. Aku temenin beberapa hari ya di sini.""Oke, nanti kita ketemu lagi sama Nana dan jelasin semuanya ke dia.""Oke."...Reina melamun di dalam mobil sepanjang perjalanan pulang.Riki mengulurkan tangan kecilnya dan menggenggam tangan Reina."Mama."Reina kembali sadar, menatap
Ekspresi Joanna berubah saat mendengar ini."Mereka sudah lama aku asuh lho, masa kamu ambil begitu saja? Nggak mau! Aku nggak rela!" Begitu banyak suka duka yang terjadi selama ini, hubungan emosional di antara mereka begitu dalam.Namun, Joanna juga merasa tidak baik kalau anak dipisahkan dari orang tuanya."Kalau nggak, gimana kalau kalian saja yang tinggal balik di sini?" Joanna menyarankan.Maxime tahu Reina pasti tidak mau pindah ke sini, jadi dia menolak, "Nggak, Nana belum sembuh, jadi nggak nyaman tinggal di sini.""Kenapa? Kamu bersikeras mengambil kedua anak itu, sengaja membuat ibu sedih?" Joanna tampak sedih, "Apa menurutmu aku nggak merawat kedua anak itu dengan baik?"Maxime melihat ke si kembar.Reina sedang bermain dengan mereka."Kalau begitu kita tunggu sampai ingatan Nana pulih. Saat itu, kalau Reina mau tinggal sama anak-anak, maka akan kami jemput pulang," kata Maxime.Saat Joanna mendengar ini, dia tidak bisa menolak, "Oke.""Hah, gini deh pria. Kalau sudah punya
Melihat si kembar mengantuk, Reina langsung memanggil pengasuh dan mengajak kedua anaknya untuk tidur.Lalu dia menggenggam tangan Riki, "Riki, yuk lihat papa sudah balik apa belum.""Oke."Riki buru-buru setuju begitu bisa melepaskan diri dari Morgan.Morgan melihat Reina menggendong anak itu dan berjalan melewatinya.Ekspresinya rumit, entah apa yang dia pikirkan.Joanna juga turun dari lantai atas . Dia mengernyit bingung saat melihat putra keduanya datang hari ini."Morgan, kok kamu ada di sini? Kamu sudah dengar kondisi Tabitha? Dia dirawat di ICU lho, kamu kunjungin gih kalau ada waktu."Joanna sudah tahu Tabitha bukanlah cucu kandungnya.Tapi Joanna tidak mau buang muka begitu saja karena bagaimanapun mereka pernah saling berhubungan.Morgan tersadar dari lamunan dan wajahnya terlihat dingin, "Bu, mulai sekarang kita nggak usah ngurusin Syena dan anaknya. Aku nggak akan mengunjunginya."Joanna terkejut."Tapi ....""Sejak kapan Ibu jadi baik banget?" Morgan bertanya padanya, "Ib
"Kakak ipar, akhirnya kamu dan Kak Max pulang. Nginap sebentar saja di sini. Ibu kangen sama kalian," kata Morgan perlahan.Dia sekarang memanggil Reina kakak ipar. Dia tidak terlihat sebagai pelaku yang sudah menculik Reina selama setahun.Reina tidak tahu harus menjawab apa.Maxime menjawab, "Kami akan langsung pulang malam ini."Morgan ada di sini, Maxime jadi khawatir.Morgan menyuap dan berkata, "Kok buru-buru pulang? Kalian juga akan bawa pulang si kembar?"Morgan sepertinya hanya akan menanyakan hal umum."Si kembar akan tinggal sama Ibu dulu sampai Nana sembuh," timpal Joanna."Benar juga." Morgan menunduk untuk makan dan tidak kembali bertanya, tapi matanya tertuju pada Reina dari waktu ke waktu.Reina merasa tidak nyaman dan langsung berdiri tanpa makan banyak, "Aku kenyang, kalian makan saja.""Kok cuma makan sedikit?" Joanna bertanya dengan cemas, "Kamu nggak selera? Atau kamu sakit?""Nggak, aku benar-benar kenyang."Reina buru-buru pergi.Morgan langsung meletakkan sendok
Morgan keluar vila, lalu masuk ke dalam mobil.Jess juga sedang duduk di dalam mobil. Dia mengernyit bingung, "Tuan Morgan kok balik lagi?"Sebenarnya hari ini Morgan pulang untuk bicara dengan Joanna tentang kerja sama dengan Keluarga Debrista.Morgan memijit pelipisnya, "Nggak perlu lah, dia selalu memihak Kak Maxime, mendingan kita langsung ke Sandy aja."Jess tidak bisa berkata apa-apa lagi."Ya."Padahal seingat Jess, Joanna selalu adil pada Maxime dan Morgan. Entah mengapa Morgan menganggap ibunya pilih kasih.Jess meminta sopir untuk pergi ke kediaman Keluarga Debrista.Sandy dari Keluarga Debrista punya temperamen yang aneh dan kepribadian yang kejam. Entah apa dia setuju untuk bekerja sama dengan Morgan atau tidak.Morgan tidak terburu-buru karena dia memegang rahasia Sandy.Dia memejamkan mata untuk tidur sesaat, tapi tidak bisa. Bayangan Reina dan keluarganya masih melekat di benaknya.Harusnya momen yang begitu hangat ini adalah miliknya!Tapi sekarang, malah jadi milik Max
Di satu sisi, Jess merasa kasihan karena neneknya mengkhawatirkannya di usia yang begitu tua. Di sisi lain, dia merasa di usia yang begitu tua, dia benar-benar harus mencari pendamping.Dia mengetik balasan, "Nenek, aku mengerti, nanti aku hubungi Erik lagi."Setelah pesan ini terkirim, neneknya akhirnya berhenti mengirim pesan.Jess juga mematikan teleponnya dan berhenti bicara.Akhirnya mereka sampai di kediaman Keluarga Debrista.Morgan membuka matanya dan keduanya turun dari mobil bersama-sama. Tidak ada satu pun yang membahas percakapan Jess dengan neneknya tadi....Di sisi lain, malam itu Reina dan Maxime pulang ke rumah.Reina bertanya padanya, "Ke depannya kedua anak itu akan tinggal di sana?"Meski Reina amnesia, entah mengapa dia agak enggan berpisah dengan si kembar."Nanti waktu ingatanmu balik, kalau kamu mau membesarkan anak-anak itu sendiri, kita jemput mereka pulang," jawab Maxime.Reina mengangguk, "Oke."Sesampainya di rumah Keluarga Andara, hari sudah sangat larut d
Tentu saja Sisil sangat mau. Kalau mereka tinggal bersama, mereka pasti bisa lebih dekat. Siapa tahu, dua orang yang sendirian bisa ....Dia tidak berani memikirkannya lagi dan mengangguk berulang kali, "Oke, oke, setuju.""Terus Brigitta gimana?"Setelah menyingkirkan Sisil, 'kan masih ada Brigitta.Maxime juga merasa sulit.Sebenarnya ada beberapa rumah kecil di vila Keluarga Andara. Maxime akan bicara dengan Brigitta besok.Malam itu, Reina bermimpi dia dan Maxime tidur bersama, lalu melakukan beberapa hal yang seharusnya tidak mereka lakukan.Setelah bangun, pikiran Reina dipenuhi dengan momen aneh.Dia menepuk wajahnya, "Reina, kamu kenapa sih! Jangan begini dong!"Reina tidak berani keluar kamar begitu teringat semalam ciumannya dengan Maxime ketahuan Sisil.Setelah ragu-ragu untuk waktu yang lama dan mendengar sepertinya tidak ada gerakan di luar, Reina keluar.Tapi, dia langsung melihat Sisil sedang mengemasi barang bawaannya.Dia mengernyit bingung, "Sisil, kamu ngapain? Kamu
"Bos, aku benar-benar nggak menyangka orang yang membantu Syena dan memfitnahmu di internet itu ternyata tantemu sendiri." Sisil tidak bisa berkata-kata. Setelah bicara, dia menambahkan, "Tapi waktu itu dia belum tahu identitasmu, semua salah paham."Saat mereka mengobrol, Naria sudah datang ke ruang tamu."Nana."Naria tampak berseri-seri. Meski sudah kepala empat, dia masih terlihat seperti di usia kepala tiga.Dia mau memeluk Reina, tapi kali ini Reina sudah bersiap dan menghindarinya.Naria merasa kecewa, "Nana, kok jahat sih? Kok nggak ngasih tantemu ini meluk kamu?"Naria bertingkah seperti anak manja.Sisil tidak percaya saat melihat bos besar bertingkah seperti ini di depan Reina."Bibi Naria, jangan seperti ini.""Boleh nggak jangan manggil aku Bibi? Panggil Tante aja, soalnya panggilan Bibi itu terlalu formal, aku jadi kelihatan tua." Naria berpura-pura tidak senang.Reina hanya bisa menurut, "Tante, kok ada di sini?"Yah, memanggil 'tante' lebih mudah dibanding memanggil 'ib
"Gimana caranya?" Putra sulung Nyonya Liz mengernyit, "Mereka semua sudah kayak anjing gila. Mereka bukan cuma balikin barang yang sudah dibeli, mereka bahkan ngasih penilaian buruk ke barang yang sudah lama banget mereka beli."Putra bungsu Nyonya Liz menghela napas, "Ya sekarang mau gimana lagi? Kita cuma bisa buat pernyataan maaf di depan publik."Sore itu.Kedua orang tersebut mengadakan konferensi pers dan memposting video permintaan maaf di internet."Netizen yang terhormat, maaf sudah membuat kekacauan ini. Kami minta maaf pada semua netizen dan Bu Reina. Ini semua salah kami yang tidak mengontrol ibu kami dengan baik dan membuat kalian semua mempunyai opini buruk padanya ...."Kedua putra Nyonya Liz meminta maaf di depan umum.Begitu mereka meminta maaf, emosi netizen mulai mereda."Yang salah orangtua, yang minta maaf anaknya.""Untung saja anaknya tahu diri.""Kalian polos banget. Menurutku, justru mereka baru keluar minta maaf karena kejadiannya jadi seheboh ini.""Ya, kenap
Kedua pria itu langsung terdiam lagi.Saat Reina masih kecil, mereka bahkan tidak pernah membelikannya permen. Mereka seperti orang asing, jasa membesarkan dari mana?Putra sulung Nyonya Liz tampak sedikit murung, "Kamu jangan ngomong gitu dong, mungkin kami nggak membesarkanmu secara langsung, tapi adik kami 'kan sudah membesarkanmu. Kalau bukan karena dia, kamu akan mati membeku di jalanan. Kamu nggak lupa akan hal ini, 'kan?"Reina sudah tahu mereka akan mengatakan hal itu.Reina duduk dengan tatapan kosong."Aku nggak ada hubungan apa pun sama Keluarga Libera, aku sudah balikin nyawaku ke Treya. Alasan kenapa aku bisa hidup sampai sekarang nggak ada hubungannya sama kalian.""Kalau kamu mau menggunakan masalah ini untuk menindasku, maaf. Aku nggak sebodoh dulu."Reina berujar dengan tegas.Putra sulung Nyonya Liz mau mengatakan sesuatu yang lain, tetapi dihentikan oleh adiknya.Putra bungsu Nyonya Liz jauh lebih pintar. Dia paham sekarang bukan momen yang tepat untuk memaksa Reina.
Di kantor CEO.Resepsionis sudah menelepon Sisil.Sisil tahu Vior telah membawa orang Keluarga Libera dan hendak menghentikannya.Reina pun menghentikannya, "Nggak apa-apa, nggak ada gunanya menghentikannya sekarang.""Oke."Benar saja, tidak lama kemudian, Vior membuka pintu dan masuk dengan senyuman lebar."Kak Nana, kesepakatan bisnisku berhasil lho."Reina berdiri, "Hebat, Vior memang hebat."Saat bicara, mata Reina spontan tertuju pada dua paman yang mengikuti Vior.Kedua putra Nyonya Liz tersenyum saat sadar Reina menatap mereka."Nana, ternyata kamu ada di kantor." Putra tertua Nyonya Liz berkata, "Tadi resepsionis bilang kamu nggak di tempat."Reina mengabaikan mereka berdua dan berkata pada Vior, "Vior, kamu istirahat dulu gih. Kan sudah kerja keras."Vior menggeleng, dia belum sadar ada yang salah di sini."Nggak masalah. Kak, tolong kasih aku lebih banyak proyek dong. Aku yakin kalau makin banyak proyek berhasil, kita akan makin besar."Sisil yang bisa membaca situasi langsu
Kedua pria itu menunggu sambil mengobrol."Si Reina itu beruntung banget sih? Ternyata dia nona Keluarga Yinandar." Putra bungsu Nyonya Liz berkata, "Kalau tahu dari awal, harusnya kita baik-baikin dia."Putra sulung Nyonya Liz juga mengangguk berulang kali, "Ya, semoga kita belum terlambat."Dia terdiam dan secercah harapan muncul lagi di matanya."Coba putriku bisa bekerja di Grup Yinandar."Umumnya para pekerja di Grup Yinandar berasal dari universitas ternama dalam hal kualifikasi akademik.Putri dari anak sulung Nyonya Liz juga belajar di universitas ternama, bayar pula.Putra bungsu Nyonya Liz juga mengangguk berulang kali, "Ya, bagus banget sih kalau anak kita kerja di sini. Hahh, ini semua salah ibu. Kenapa pula dia menyinggung perasaan Reina? Dia nggak bisa baca situasi ya?"Makin mengobrol, mereka makin mengandai-andai masa depan.Vior yang baru kembali ke kantor setelah berhasil mendapat sebuah kesepakatan bisnis, awalnya ingin memberi tahu Reina kabar bahagia ini. Namun, ke
Padahal belum lama ini Diego meninggalkan rumah, Nyonya Liz tidak percaya dengan perubahan besar Diego.Kalau dulu, Diego pasti bilang barang Reina adalah miliknya dan Reina harus menjaganya karena dia adalah adik Reina.Sekarang ... Diego kenapa?Nyonya Liz bahkan meragukan apa dia sungguh sedang bicara dengan cucunya."Cucuku sayang, kamu tertipu sama si Reina itu ya? Kamu tahu nggak berapa banyak orang yang memarahi nenek dan pamanmu di internet gara-gara dia? Sekarang perusahaan pamanmu juga dalam masalah."Diego sudah melihat beritanya di internet, "Ya, aku tahu. Tapi ini semua salah Nenek, Nenek nggak bisa memeras Reina."Nyonya Liz sangat terkejut dengan ucapan Diego sampai tidak bisa menjawab.Diego melanjutkan, "Sekarang, Nenek minta maaf sama kakakku. Dia itu baik, asal Nenek minta maaf dengan tulus, dia pasti nggak akan membuat kalian menderita."Diego tahu bahwa kalau Nyonya Liz dibiarkan ngomong sembarangan di internet, bisnis kedua pamannya pasti hancur.Nyonya Liz sangat
Diego mau menyusul Sophia, tapi perutnya sakit dan kepalanya pusing.Karena tidak bisa apa-apa, Diego tidak punya pilihan selain berbaring.Dia mau istirahat, tapi begitu matanya terpejam, semua obrolannya dengan Sophia barusan kembali terngiang.Diego tidak menyangka Sophia yang punya temperamen buruk itu bisa punya pacar.Entah mengapa, Diego merasa tidak nyaman.Dia benar-benar tidak bisa tidur, jadi dia membuka matanya dan mengeluarkan ponselnya untuk melihat berita.Dia sangat terkejut.Baru sekarang dia tahu bahwa neneknya pergi mencari Reina dan membuat segala macam keributan yang kini menyebabkan masalah di dua perusahaan pamannya.Kalau dulu, Diego pasti tidak akan peduli. Tapi sekarang dia mengerti, nenek berbuat seperti ini pasti karena uang 160 miliar yang dia ambil.160 miliar!Diego tidak tahu apa dia bisa mengembalikannya.Diego juga masih punya banyak hutang. Kalaupun pendapatannya 400 juta sehari, tetap saja dia tidak mampu melunasinya."Hahh, kenapa dulu aku bodoh ban
"Kalau gitu, kalian masih berhubungan?" Diego bertanya.Sophia menggeleng, "Sudah nggak, kudengar dia sudah menikah dan punya anak."Sophia tampak sangat santai.Diego melihat ada kekecewaan di mata Sophia dan hal ini membuatnya merasa tidak nyaman."Setelah tahu kondisi keluargamu, dia setuju buat putus?" tanya Diego.Sophia jadi kesal saat diinterogasi Diego, "Kamu kenapa sih hari ini?""Aku cuma nanya."Diego buru-buru menunduk dan menyeruput habis bubur di mangkuknya.Padahal buburnya gurih, tapi entah kenapa terasa pahit saat dimakan."Buat apa? Dunia orang dewasa 'kan memang seperti ini? Ini bukan serial TV. Semua orang bekerja keras untuk hidup dan nggak ada yang mau disusahkan," jawab Sophia.Diego selalu menunduk, tidak berani menatap Sophia lagi, "Kalau aku, nggak mungkin begitu.""Itu karena kamu hidup enak dulu." Sophia sekarang yakin Diego dulu adalah anak orang kaya.Bagaimanapun, sekali lihat saja Sophia tahu Deron bukan orang sederhana.Deron juga menyuruhnya membuat Di
Setelah berkata demikian, Diego menatap Sophia dalam-dalam, "Apa kita masih berteman?"Sejak dulu Diego tidak punya teman sejati, semua kenalannya tidak sudi bicara dengannya saat Diego tidak punya uang.Tapi Sophia berbeda. Dia menerima Diego saat Diego tidak punya uang dan memperlakukannya dengan sangat baik.Baru sekarang Diego mengerti apa itu teman sejati dan dia tidak mau kehilangan Sophia.Sophia tidak tahu bagaimana harus menjawab. Dia membuang muka dan berkata, "Kita omongin lagi nanti."Dia buru-buru meninggalkan kamar rawat dan menutup pintu.Diego menyunggingkan senyum.Entah kenapa meski sekujur tubuhnya terasa sakit, dia merasa sangat bahagia.Sophia keluar membeli semangkuk bubur dan sup penambah tenaga yang mahal untuk Diego.Diego agak terkejut saat melihat semangkuk besar dan kecil sup dan bubur yang dibawanya."Ini ... mahal ya?"Diego terbiasa berhemat saat tinggal bersama Sophia. Begitu dibelikan barang mahal, Diego sampai sungkan memakannya."Dokter bilang kamu ha
Manajer itu menghela napas, lalu berkata, "Aku nggak tahu kenapa orang ini bermasalah banget. Semalam dia baru pulang larut banget dan minta aku kasih dia kesempatan. Dia mau menghasilkan uang dan membayarmu balik.""Aku cuma mau melihat apa dia tulus, tapi aku nggak menyangka orang ini serius.""Dia berlari ke dalam ruang VIP dan mencoba menyenangkan tamu. Tamu memintanya untuk minum sebotol anggur dan memberinya 20 juta. Dia maksa buat minum 12 botol anggur dengan konsentrat alkohol tinggi, makanya dia langsung jatuh pingsan di tempat."Setelah manajer selesai bicara, dia memberikan Sophia tas hitam yang diletakkan di depannya."Waktu tadi dibawa sama tandu, Diego minta aku ngasih ini ke kamu.""Tamu itu takut terjadi sesuatu, dia ngasih tambahan 160 juta. Jadi ini total uangnya ada 400 juta. Diego minta aku kasih ke kamu.""Dia juga bilang akan cari uang lebih banyak buat kasih ke kamu," ucap manajer itu.Manajer itu melihat, Diego bukan orang jahat.Sophia tidak bisa mengungkapkan