Karena Maxime tidak bergeming meski sudah digigit, Reina pun bicara baik-baik."Maxime, tolong lepasin aku. Nggak peduli betapa baiknya hubungan kita dulu, tapi sekarang aku nggak bisa menerima kamu."Reina panik dan bingung."Lepasin nggak? Aku marah nih." Reina merasa sangat tidak berdaya.Melihat wajah Reina yang memerah, Maxime pun dengan enggan melepaskannya."Jangan marah."Reina mengabaikan Maxime dan bergegas ke pintu untuk keluar.Ketika pintu terbuka, terlihatlah si kembar mematung di depan pintu seolah tadinya sedang bersandar.Wajah Reina jadi semerah kepiting rebus, "Riki, Riko, ngapain kalian nguping di sini?"Riko langsung menggeleng, "Ma, jangan salah paham, kami cuma kebetulan lewat."Riki juga berkata, "Ya, ya, kami cuma lewat kok, kamu nggak tahu kalau papa meluk mama."Reina terdiam.Sudahlah, tidak ada gunanya berdebat dengan si kembar. Reina pun bergegas pergi."Kalian jangan nakal."Setelah bicara, Reina langsung ke ruang tamu di lantai bawah.Alana menggandeng R
Brigitta benar-benar tidak menyangka Revin yang selalu bersikap dingin ternyata punya sisi yang berbeda ketika masih kecil."Apa lagi?" Brigitta terus bertanya, sepertinya dia sangat penasaran dengan masa lalu Revin.Reina menceritakan semua cerita masa kecil yang diingatnya.Dulu Revin adalah anak yatim piatu, dia sangat kekurangan dan hidupnya sangat menyedihkan.Brigitta mendengarkan dalam diam dan mencoba mengerti kenapa Revin terus mengirim orang untuk mencari Reina sewaktu Reina menghilang.Keduanya sudah saling kenal sejak kecil dan Reina sangat baik pada Revin."Kasihan sekali Pak Revin waktu kecil? Apa orang tuanya nggak peduli padanya?"Begitu mengungkit orangtua Revin, kepala Reina terasa sangat sakit. Seakan ada suatu ingatan, tetapi Reina tidak bisa mengingatnya.Reina merasa ini pasti karena amnesianya. Mungkin sebelum amnesia, dia tahu sesuatu.Saat keduanya mengobrol, yang lain mulai bangun.Begitu Maxime tiba, ruang makan pun terasa dingin.Sisil merendahkan suaranya d
Kalimat ini membuat hati Reina langsung melunak.Dia langsung menjelaskan, "Riki, Mama cuma ngurus sesuatu sebentar kok. Kenapa kamu mikirnya Mama malah membuang kamu?"Darah lebih kental dari air, meski Reina tidak dapat mengingat anak-anaknya, hatinya otomatis luluh setiap anak-anaknya bertingkah manja.Riki menarik tangan Reina, "Memangnya Mama mau ngapain? Kok nggak ngajak aku dan Papa? Memangnya kami beban? Atau jangan-jangan ... Mama punya anak lain ya makanya nggak peduli lagi sama aku?"Kalimat Riki membuat hati Reina sangat pedih."Nggaklah, mana mungkin?""Kalau gitu aku dan papa ikut ya. Sebagai keluarga, 'kan sudah seharusnya kita selalu bersama." Riki terus merengek.Reina tidak punya pilihan selain setuju, "Ya sudah, ayo ikut."Riki langsung tersenyum, "Mama memang yang terbaik deh! Muah!"Kenapa Reina merasa seperti sudah ditipu Riki?Maxime dan Riki masuk ke mobil yang sama dengan Reina, supaya tidak diusir, keduanya bersikap sangat patuh, tidak berani bicara atau berge
Sekarang Liane berfokus pada Reina, jadi dia tidak melarang Syena dan berpesan agar Syena belajar lebih banyak di perusahaan.Syena setuju dan sangat penurut.Sekretaris Liane agak tidak percaya ketika melihatnya pergi, "Apa Nona Syena sudah berubah? Kenapa hari ini penurut sekali?"Liane menyesap tehnya."Semoga ini semua bukan hanya sandiwara.""Semoga nggak. Lagi pula, Nyonya 'kan yang selama ini membesarkan Nona Syena," ucap sekretaris Liane."Ya."Liane mengangguk.Liane hendak minum lagi saat tiba-tiba dia terbatuk-batuk hebat. Jantungnya serasa ditekan oleh batu besar, membuatnya sangat sesak dan tidak nyaman."Nyonya baik-baik saja? Apa mau telepon dokter?" Sekretaris buru-buru bertanya.Liane menggeleng, "Nggak usah, ini penyakit lama. Aku nggak apa-apa.""Oke."Dulu Liane sangat menderita karena dijebak oleh paman dan saudara laki-laki keluarganya."Gimana situasi Morgan?" Liane kembali bertanya.Liane tidak tega melihat Syena dianiaya, jadi dia mengirim seseorang untuk menca
Syena kembali ke tempat kerjanya dan tidak niat kerja. Dia fokus memikirkan apa yang harus dilakukan.Tidak mudah bagi Syena untuk melakukan sesuatu pada Reina, karena Maxime menjaga Reina 24 jam penuh.Tiba-tiba ponselnya berdering. Syena mengangkat ponselnya dan melihat Melisha yang sudah lama tidak ada kabarnya yang meneleponnya.Sejak Grup Rajawali diambil kembali oleh Maxime, Melisha sekeluarga tidak terlalu menonjolkan diri, namun Syena tahu bahwa mereka sudah bersatu di belakang layar untuk melawan Maxime.Syena mengangkat telepon itu, "Halo Melisha, lama nggak ketemu. Ada apa telepon?"Melisha pura-pura bersimpati."Aku sudah lihat beritanya di internet, kamu baik-baik saja?"Syena tentu saja tidak mau orang luar melihat kerentanannya, "Memangnya aku kenapa? Cuma cerai aja, 'kan?""Hahh ... Morgan tuh benar-benar deh. Masa begitu Reina pulang, dia langsung buru-buru ngusir kamu? Kok dia tega ya?""Kalau kamu telepon aku cuma buat bahas hal ini, mending kita nggak usah teleponan
Malam itu Tommy mimpi indah. Dalam mimpinya, Tuan Besar Latief dan semua orang di Keluarga Sunandar hanya menyukainya seorang.Riki dan Riko bahkan menjadi pengikutnya, "Bos Tommy, jangan tinggalkan kami ya.""Bos Tommy, kasihanilah kami, tolong terima kami."Leo dan Liam bahkan terlihat kotor seperti pengemis.Tommy tersenyum dan berkata, "Hmph! Mulai sekarang, kalian semua akan menjadi pelayanku.""Ya, ya, kami semua adalah pelayanmu, tolong jangan buang kami."Tommy terbangun sambil tertawa dalam tidurnya.Paginya dia sangat bersemangat berangkat sekolah.Teman-temannya bisa melihat Tommy begitu energik, mereka pun bertanya padanya apa yang terjadi.Tommy tidak menjawab, "Nggak usah tanya, pokoknya ada hal bagus deh."Setelah berkata demikian, dia berjalan dengan bangga di depan teman sekelasnya dan duduk di sebelah Riko.Riko masih hidup dalam mimpinya, lupa kalau faktanya dialah pengikut Riko."Riko, mulai sekarang kamu harus tunduk padaku!"Riko sedang sibuk di depan komputer pun
Riko tidak ingin banyak basa basi dengan Maxime, dia langsung menceritakan semua yang dikatakan Tommy padanya hari ini.Maxime terdiam beberapa saat lalu berkata, "Jangan khawatir, kita akan baik-baik saja.""Kamu harus melindungi mama." Yang paling Riko khawatirkan adalah Reina."Ya, pasti." Setelah itu, Maxime menambahkan, "Riko, kapan kamu mau menerimaku?"Ketika Riko mendengar ini, dia menarik napas dan terdiam lama, "Kita bahas nanti."Dia langsung menutup telepon.Sebenarnya Riko tidak memusuhi Maxime, hanya saja dia tidak nyaman mengakui Maxime sebagai ayahnya.Bagaimanapun, sejak kecil dia hidup bersama Reina.Maxime menatap ponselnya dan tersenyum.Maxime kemudian menghubungi bawahannya, "Mulai sekarang perkuat keamanan, terutama di sekitar Reina."Mereka tetap harus waspada.Mencelakai seseorang adalah hal yang mudah, kita tidak tahu kapan lawan akan menyerang.Maxime merasa dia tidak bisa duduk diam dan menunggu kematian."Awasi juga orang-orang Aarav."Jika Maxime punya buk
Kedua pria itu tidak memercayai sepatah kata pun dari ucapan Marshanda.Jovan jadi tidak sabar."Menurutmu kami masih bisa percaya kamu? Mending kamu keluar aja sana kalau nggak mau mati!"Dia tidak punya waktu untuk berurusan dengan wanita seperti Marshanda.Marshanda tidak pergi, tapi menatap Maxime, "Pak Maxime juga nggak percaya padaku?"Maxime menatapnya dengan acuh tak acuh, "Sudah kuingatkan ya, kalau sampai ternyata kejadian Nana ini ada hubungannya denganmu, kamu tunggu saja kematianmu."Marshanda merasa ngeri mendengarnya.Justru saat ini Marshanda sangat takut ingatan Reina pulih. Jadi ketika dia tahu Reina ada di rumah sakit, dia berusaha menemuinya."Pak Maxime, jangan khawatir. Aku benar-benar nggak akan menyakiti Nana, aku sudah berubah. Sekarang aku cuma mau melihat bagaimana keadaannya, boleh?"Suara perdebatan di pintu juga terdengar oleh Reina yang sedang berbaring di kamar rawat. Dia mengernyit bingung, lalu bangun dan berjalan ke pintu dan membuka pintu.Begitu men
Sophia benar-benar terdiam. Orang aneh macam apa yang dia selamatkan?Sophia menjawab sambil menyantap mi-nya."Orangtuaku sakit dan aku anak tunggal. Keluargaku menjauh dari keluarga kami."Sejak orangtuanya jatuh sakit, semua sanak saudara menghindarinya.Diego langsung mengerti posisi Sophia."Hahh, aku nggak nyangka ada orang semenyedihkan kamu di dunia ini."Diego berpikir, kalau dia masih jadi dirinya di masa lalu, sedikit sedekah dari Diego pasti bisa membuat hidup Sophia berbalik 180 derajat.Meski ucapan ini terkesan penuh simpati, entah mengapa Sophia malah merasa kesal."Makanya kamu jangan jadi parasit aku. Sana pergi kalau sudah kenyang, aku beneran nggak punya duit."Diego tidak ingin pergi begitu saja."Sophia, aku itu nggak bohong sama kamu. Selama aku bisa menghubungi kakakku, dia pasti mau ngasih uang sebanyak yang kamu minta."Sophia memutar bola matanya, "Kamu itu sudah besar, tapi masih nyari kakakmu lah, nyari saudara lah. Kamu nggak merasa dirimu itu nggak bergun
"Ya sudah kalau sudah bangun, pergi sana," ucap gadis itu dengan nada kesal.Diego merasa seluruh tubuhnya sangat sakit. Dia tidak mau pergi, ke mana pula dia harus pergi?Dia tidak mau hidup di jalanan."Siapa namamu?" Diego malah bertanya pada gadis itu.Gadis itu menjawab, "Sophia Aries."Sophia?"Namaku Diego." Diego memperkenalkan dirinya, "Kukasih tahu ya, aku itu anak orang kaya. Kalau kamu bersedia menampungku, nanti waktu aku pulang, aku pasti balas kebaikanmu."Kalau Diego keluar dari rumah ini sekarang, sama saja dia akan mati.Para penagih hutang masih mencarinya ke mana-mana, jadi Diego tidak berani pulang."Oh. Ya kalau begitu cepat pulang sana, aku nggak perlu kamu balas budi kok."Sophia merasa Diego sedang membual.Kalau Diego benar-benar kaya, mana mungkin bisa begitu terpuruk?Diego bisa melihat Sophia tidak mempercayainya, tapi dia tidak dapat membuktikannya, "Aku masih nggak enak badan. Boleh nggak aku nginap di sini dua hari lagi?"Meski tempat ini kumuh dan kecil
Setelah akhirnya bertemu dengan orang yang bersedia membantunya, mana mungkin Diego membiarkan gadis itu pergi begitu saja?Diego pun mengikuti gadis itu langkah demi langkah.Mulanya gadis itu tidak memperhatikannya, tapi saat dia sampai di lantai bawah tempat tinggalnya, dia memergoki Diego yang mengikutinya.Gadis itu langsung balik badan dengan ekspresi terkejut, "Ngapain kamu ngikutin aku ke sini?"Diego menatapnya dengan penuh harap, "Tolong tampung aku."Gadis itu mengepalkan tangannya."Kan sudah kubilang nggak mungkin!"Padahal tadi gadis itu merasa Diego orang baik yang pantas ditolong, tidak disangka ternyata Diego adalah seorang bajingan.Kalau tahu dari awal akan begini, dia tidak akan bersimpati."Pergi sekarang juga atau aku lapor polisi."Diego langsung ketakutan, "Oke, oke, aku pergi. Tolong jangan lapor polisi."Diego balik badan hendak pergi, tapi tiba-tiba kepalanya terasa sakit dan penglihatannya menjadi gelap.Tubuhnya langsung terjatuh ke tanah dengan keras, kepa
"Aku lapar ... lapar banget ...." Diego berteriak dengan bersusah payah.Urat malu Diego sudah putus.Melihat Diego tidak terlihat seperti penipu, gadis itu pun mengambil keputusan."Oke, tunggu di sini. Aku belikan makanan dulu."Gadis itu menarik tangannya dan berjalan menuju toko kelontong terdekat.Di sana, dia melihat roti kukus yang di lemari kaca. Gadis itu langsung memborong empat buah dan memberikannya pada Diego.Saat Diego melihat empat roti kukus polos, dia merasa sedikit jijik dan tidak mau memakannya."Ayo makan, tadi katanya lapar?" Gadis itu menyodorkan roti kukus itu ke mulut Diego.Diego masih tidak mau makan, meskipun dia sangat lapar."Nggak ada yang lain?" tanya Diego dengan suara lemah.Ekspresi gadis itu langsung berubah, "Kayaknya kamu nggak kelaparan. Mestinya aku nggak perlu kasihan sama kamu."Gadis itu memasukkan lagi roti kukus yang dia beli ke kantong belanjaan dan hendak pergi.Diego buru-buru meraih celananya, "Mau ... mana, aku mau ...."Dia sangat lapa
Reina sedang menonton video penderitaan Diego.Dia tidak merasa iba sama sekali, Diego pantas menerima semua ini.Jika orang lain diberi kesempatan reinkarnasi menjadi Diego, mereka pasti akan memanfaatkan momen hidup dengan baik. Namun, coba lihat apa yang dilakukan Diego? Dia hanya tahu cara menghamburkan uang, dia sangat egois dan tidak memikirkan keluarganya sama sekali.Deron bertanya pada Reina, "Sudah cukup?""Belum. Aku mau dia lebih menderita supaya dia tahu nggak mudah untuk mulai dari awal dan nggak gampang cari uang." Reina berkata dengan kejam."Oke."...Setelah Diego diusir dari hotel, dia kehilangan ponsel dan semua harta beda, bahkan uang untuk makan saja tidak ada.Dia hanya bisa luntang-lantung di jalanan.Dua hari kemudian."Sakit banget ...."Sekarang bulan Desember, cuaca semakin dingin dan Diego tidak punya pakaian tebal.Kruyuk ....Karena sangat lapar, Diego mendatangi sebuah restoran dan melongok ke dalam, ingin sekali dia makan di dalam. Diego meraba sekujur
Diego tidak tersentuh sama sekali dengan ucapan neneknya..Sebaliknya, dia bertanya, "Nenek, masih punya uang nggak? Aku lagi butuh uang, boleh transfer nggak?"Padahal nenek Diego pikir cucunya menelepon untuk mengembalikan pinjaman, tidak disangka Diego malah minta pinjaman tambahan."Cucuku sayang, aku sudah ngasih semua uangku ke kamu. Nenek nggak punya uang lagi."Nenek Diego tampak sedih.Dia masih memikirkan bagaimana cara menutupi kekurangan putranya."Nggak perlu banyak, puluhan juta aja cukup.""Aku benar-benar nggak punya uang lagi ....""Nenek mau lihat aku mati?" Diego langsung membentak begitu melihat dia tidak bisa mendapatkan uang.Nenek Diego langsung menjadi khawatir, "Ada apa? Kamu kenapa?""Nenek nggak usah khawatir soal itu, kasih aja aku uangnya," jawab Diego dengan tidak sabar."Tapi sekarang Nenek benar-benar nggak punya uang." Nenek Diego ingin sekali memberikan uang yang dibutuhkan Diego, tapi dia tidak punya.Uang yang nenek Diego dapat dari paman Diego semua
Sorot tatapan Reina terlihat sangat tidak percaya melihat betapa patuhnya Raihan.Bagaimana caranya Liane bisa membuat Raihan menjadi sepatuh ini?"Pergilah," kata Liane.Raihan pun mundur selangkah demi selangkah, lalu berkata kepada Reina sambil tersenyum, "Nana, jaga ibumu baik-baik, ya. Paman benar-benar nggak bermaksud jahat."Raihan berjalan mundur keluar dari kamar rawat, lalu menutup pintu dengan hati-hati.Begitu dia pergi, Reina langsung menghampiri Liane."Ini ada apa sih, Bu?""Kok kamu nggak kasih tahu Ibu ada masalah segawat itu di kantor?" tanya Liane berpura-pura kesal.Reina menundukkan kepalanya."Soalnya aku ingin mencoba menyelesaikannya sendiri dulu."Pertimbangan utama Reina adalah kesehatan Liane. Dia takut tubuh Liane akan tumbang karena terbawa amarah.Tentu saja Liane mengerti jalan pikiran Reina, tetapi dia tetap berkata, "Ibu nggak menyalahkanmu, Ibu hanya berharap kamu bisa lebih mengandalkan Ibu.""Iya.""Kondisi Ibu makin memburuk, waktu Ibu untuk bisa me
Saat Marshanda mendengar ini, hatinya tiba-tiba menjadi dingin.Dia masih ingin mengucapkan sesuatu yang lain, tetapi suara perawat terdengar dari belakang, "Telepon siapa kamu!"Marshanda langsung menutup telepon dan berpura-pura menekan nomor telepon secara acak."Keluar! Kalau nggak aku panggil Kak Max. Kalau dia tahu aku di sini, dia pasti akan datang untuk menyelamatkanku. Kamu nanti akan dibunuh sama dia!"Perawat itu melangkah maju dengan marah, "Kamu gila ya? Aku potong lho tanganmu."Marshanda meringis."Nggak, nggak, aku nggak berani ulangin lagi.""Kamu nggak berani, kenapa nggak balik ke kamarmu!" ucap perawat itu.Beraninya Marshanda kembali?Masalahnya kalau kembali, Marshanda pasti akan dipukul oleh temannya yang sakit jiwa itu.Namun dia tahu jika tidak menurut, perawat akan memberinya obat penenang. Jadi Marshanda hanya bisa masuk ke kamar.Saat dia masuk, dia berdoa agar teman sekamarnya sedang tidur.Marshanda membuka pintu dan memasuki kamar, dia langsung merasa leg
Morgan memperhatikan kedua orang itu pergi dengan depresi.Dia sendirian di depan pintu vila, angin dingin menderu-deru dan dia pun batuk-batuk.Pelayan yang melihatnya berkata, "Tuan Morgan, di luar dingin, silakan masuk ke dalam?"Morgan menggeleng, "Nggak, aku mau pergi.""Kalau begitu aku ambilkan jaket dulu sebentar.""Nggak perlu."Morgan menolak dan masuk ke dalam mobil.Di mata para pelayan, Morgan mudah bergaul, dia rendah hati dan sopan, tidak terlihat seperti tuan muda.Morgan duduk di dalam mobil dan kemarahan di wajahnya hilang.Dia menyetir, tapi tidak tahu ke mana harus pergi.Hari ini, Morgan sadar dia itu kesepian.Tanpa disadar, Morgan melajukan mobil ke apartemen tempat tinggal Jess.Sejak Jess mengundurkan diri, Morgan jadi pemarah.Ini pernah terjadi sekali.Yaitu waktu di luar negeri dia menerima kabar Reina sudah menikah dengan Maxime.Morgan pikir dia tidak akan merasa seperti itu lagi, tapi sekarang dia merasakannya lagi.Dia merasa seperti ada batu di hatinya.