Dengan kehadiran Ethan di vila, suasana pun makin meriah.Ethan terus menyombongkan putrinya di depan Maxime. Hari ini Jovan juga datang, dia hanya bisa terdiam melihat kedua sahabatnya yang sudah punya anak. Yang satu punya empat putra dan yang satu lagi punya seorang putri.Jovan tiba-tiba menyadari ucapan kakeknya, bagaimana rasanya sendirian.Matanya pun tertuju pada Alana yang sedang bermain dengan para bocah, sebuah pemikiran aneh pun muncul di dalam hatinya.Namun, Jovan buru-buru menggeleng dan berkata pada dirinya sendiri, "Nggak, nggak ... enakan nggak punya anak."Maxime tidak mendengar dengan jelas apa yang Jovan gumamkan, dia malah menyerahkan sesuatu pada Jovan."Periksa apa ini."Maxime memberikan sejenis obat pada Jovan.Ekspresi Jovan langsung menjadi serius, "Kak Reina pernah mengonsumsi ini?"Maxime mengangguk."Oke, aku akan memeriksanya."Maxime mendapat daftar obat dari suruhannya yang diminta membuntuti Reina.Jovan memfoto dokumen itu, lalu mengirimkannya ke baw
Maxime pusing saat mendengar ini.Adik laki-lakinya ini benar-benar membuatnya gelisah.Maxime terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "Aku tahu, kita awasi dia.""Oke."Setelah Ethan dan Maxime selesai membicarakan bisnisnya, mereka mulai membicarakan urusan rumah tangga.Situasi Ethan saat ini bahkan lebih buruk daripada situasi Maxime. Brigitta memaksa bercerai darinya dan membawa Erina pergi."Kak Max, aku benar-benar nggak ngerti deh. Apa aku nggak memperlakukannya dengan baik? Kenapa dia ngotot banget mau cerai sama aku?"Maxime tidak tahu bagaimana menjawabnya."Pokoknya bicara baik-baik, jelaskan semuanya supaya nanti nggak ada penyesalan," ucap Maxime.Maxime bisa berkata seperti ini karena antara dia dan Reina juga sering terjadi kesalahpahaman. Andai mereka langsung membicarakannya baik-baik, mereka tidak perlu bertengkar.Saat ini, di dalam ruang tamu.Reina dan Alana berbaring bersama.Alana merangkul lengan Reina dan berkata, "Ya ampun Nana akhirnya kamu pulang. Kamu tahu
Reina tidak menyangka Ari juga akan datang.Reina tidak mengabaikan kebaikan orang lain, dia melangkah ke arah Ari, namun sebelum langkah kedua, Maxime sudah meraih lengannya.Reina spontan menarik tangannya.Maxime menggenggam tangan Reina lebih erat dan menyatakan kedaulatannya.Reina agak kesal. Dia pun berujar dengan dingin, "Pak Maxime, tolong ...."Belum juga Reina sempat berkata 'jaga sikapmu', Maxime sudah melepaskan tangannya.Reina langsung menjauh dari Maxime.Meski sekarang dia memercayai Maxime, dalam hal perasaan, dia belum bisa menerima Maxime.Tangan Maxime kosong dan dia merasa sangat tertekan.Kenapa dia begitu takut pada Reina sekarang?Reina buru-buru menjauhi Maxime dan mendatangi semua orang.Ari buru-buru menyapanya, "Sini, duduk di sebelahku."Reina tidak berani duduk di sebelahnya.Untungnya, Riko dan Riki peka dan langsung berinisiatif, "Ma, ayo duduk sini, masih lega."Reina minta maaf pada Ari."Maaf, sebaiknya aku duduk bersama mereka."Setelah itu dia lang
Memang ya, kalau bukan kita sendiri yang tertampar, kita tidak akan tahu rasa sakitnya.Ketiga lelaki itu menatap Ari dengan kesal.Ari terbiasa disanjung sebagai bintang, dia sudah terbiasa ditatap sinis oleh para pria."Siapa yang ngundang dia?" Ethan bertanya.Ekki menghela napas, "Gaby bilang dia maksa mau datang, jadi Gaby ngasih alamat tempat ini."Jovan memutar matanya."Jadi kamu yang ngundang serigala masuk rumah? Lain kali, suruh aja istrimu sendiri yang main sama dia, jangan bawa-bawa pasangan kami."Ethan setuju.Ekki terdiam.Ari sengaja datang ke sini untuk bertemu Reina. Dia menyajikan makanan untuk Reina dengan sangat penuh perhatian.Maxime juga mau bersikap baik pada Reina, tapi selalu keduluan Ari.Riki menghela napas, "Pa, kamu nggak bisa bikin mama senang kalau gini."Maxime tentu saja mengerti."Terus kamu punya ide apa?"Riki berpikir sejenak, "Biasanya wanita itu suka bunga, terus hadiah kayak perhiasan dan pakaian. Papa harus siapin yang banyak."Sebenarnya Ked
Ekki juga tidak berdaya."Ini semua 'kan butuh uang. Sudahlah, kita nggak usah buang uang buat hal kayak gini.""Hmph." Gaby mendengus dingin, terlalu malas untuk bicara dengannya lagi.Sekarang, Ekki berharap Gaby bisa menjauh dari Maxime.Setelah Gaby berteman dengan Reina, dia selalu minta diperlakukan sama seperti Maxime memperlakukan Reina.Mana mungkin bisa sama? Kekayaan Ekki dan Maxime 'kan berbeda.Meski Ekki adalah asisten Maxime dan bisa dibilang kaya raya, dia enggan menghamburkan uang seperti itu.Alana juga berkata pada Jovan, "Meski aku sendiri nggak terlalu suka bunga, tapi senang deh lihat bunga sebagus ini. Boleh nggak kita tanam juga di rumah Keluarga Tambolo?"Jovan menjawab, "Kalau mau ya kamu tanam aja sendiri, aku nggak punya waktu.""Ih pelit banget! Iya! Aku tanam sendiri! Bwek!" Alana menjawab acuh tak acuh.Namun tanpa sepengetahuan Alana, Jovan langsung meminta bawahannya untuk menghias rumah mereka.Tapi Jovan menemui masalah. Maxime sudah menggunakan begit
Karena Maxime tidak bergeming meski sudah digigit, Reina pun bicara baik-baik."Maxime, tolong lepasin aku. Nggak peduli betapa baiknya hubungan kita dulu, tapi sekarang aku nggak bisa menerima kamu."Reina panik dan bingung."Lepasin nggak? Aku marah nih." Reina merasa sangat tidak berdaya.Melihat wajah Reina yang memerah, Maxime pun dengan enggan melepaskannya."Jangan marah."Reina mengabaikan Maxime dan bergegas ke pintu untuk keluar.Ketika pintu terbuka, terlihatlah si kembar mematung di depan pintu seolah tadinya sedang bersandar.Wajah Reina jadi semerah kepiting rebus, "Riki, Riko, ngapain kalian nguping di sini?"Riko langsung menggeleng, "Ma, jangan salah paham, kami cuma kebetulan lewat."Riki juga berkata, "Ya, ya, kami cuma lewat kok, kamu nggak tahu kalau papa meluk mama."Reina terdiam.Sudahlah, tidak ada gunanya berdebat dengan si kembar. Reina pun bergegas pergi."Kalian jangan nakal."Setelah bicara, Reina langsung ke ruang tamu di lantai bawah.Alana menggandeng R
Brigitta benar-benar tidak menyangka Revin yang selalu bersikap dingin ternyata punya sisi yang berbeda ketika masih kecil."Apa lagi?" Brigitta terus bertanya, sepertinya dia sangat penasaran dengan masa lalu Revin.Reina menceritakan semua cerita masa kecil yang diingatnya.Dulu Revin adalah anak yatim piatu, dia sangat kekurangan dan hidupnya sangat menyedihkan.Brigitta mendengarkan dalam diam dan mencoba mengerti kenapa Revin terus mengirim orang untuk mencari Reina sewaktu Reina menghilang.Keduanya sudah saling kenal sejak kecil dan Reina sangat baik pada Revin."Kasihan sekali Pak Revin waktu kecil? Apa orang tuanya nggak peduli padanya?"Begitu mengungkit orangtua Revin, kepala Reina terasa sangat sakit. Seakan ada suatu ingatan, tetapi Reina tidak bisa mengingatnya.Reina merasa ini pasti karena amnesianya. Mungkin sebelum amnesia, dia tahu sesuatu.Saat keduanya mengobrol, yang lain mulai bangun.Begitu Maxime tiba, ruang makan pun terasa dingin.Sisil merendahkan suaranya d
Kalimat ini membuat hati Reina langsung melunak.Dia langsung menjelaskan, "Riki, Mama cuma ngurus sesuatu sebentar kok. Kenapa kamu mikirnya Mama malah membuang kamu?"Darah lebih kental dari air, meski Reina tidak dapat mengingat anak-anaknya, hatinya otomatis luluh setiap anak-anaknya bertingkah manja.Riki menarik tangan Reina, "Memangnya Mama mau ngapain? Kok nggak ngajak aku dan Papa? Memangnya kami beban? Atau jangan-jangan ... Mama punya anak lain ya makanya nggak peduli lagi sama aku?"Kalimat Riki membuat hati Reina sangat pedih."Nggaklah, mana mungkin?""Kalau gitu aku dan papa ikut ya. Sebagai keluarga, 'kan sudah seharusnya kita selalu bersama." Riki terus merengek.Reina tidak punya pilihan selain setuju, "Ya sudah, ayo ikut."Riki langsung tersenyum, "Mama memang yang terbaik deh! Muah!"Kenapa Reina merasa seperti sudah ditipu Riki?Maxime dan Riki masuk ke mobil yang sama dengan Reina, supaya tidak diusir, keduanya bersikap sangat patuh, tidak berani bicara atau berge
Sophia benar-benar terdiam. Orang aneh macam apa yang dia selamatkan?Sophia menjawab sambil menyantap mi-nya."Orangtuaku sakit dan aku anak tunggal. Keluargaku menjauh dari keluarga kami."Sejak orangtuanya jatuh sakit, semua sanak saudara menghindarinya.Diego langsung mengerti posisi Sophia."Hahh, aku nggak nyangka ada orang semenyedihkan kamu di dunia ini."Diego berpikir, kalau dia masih jadi dirinya di masa lalu, sedikit sedekah dari Diego pasti bisa membuat hidup Sophia berbalik 180 derajat.Meski ucapan ini terkesan penuh simpati, entah mengapa Sophia malah merasa kesal."Makanya kamu jangan jadi parasit aku. Sana pergi kalau sudah kenyang, aku beneran nggak punya duit."Diego tidak ingin pergi begitu saja."Sophia, aku itu nggak bohong sama kamu. Selama aku bisa menghubungi kakakku, dia pasti mau ngasih uang sebanyak yang kamu minta."Sophia memutar bola matanya, "Kamu itu sudah besar, tapi masih nyari kakakmu lah, nyari saudara lah. Kamu nggak merasa dirimu itu nggak bergun
"Ya sudah kalau sudah bangun, pergi sana," ucap gadis itu dengan nada kesal.Diego merasa seluruh tubuhnya sangat sakit. Dia tidak mau pergi, ke mana pula dia harus pergi?Dia tidak mau hidup di jalanan."Siapa namamu?" Diego malah bertanya pada gadis itu.Gadis itu menjawab, "Sophia Aries."Sophia?"Namaku Diego." Diego memperkenalkan dirinya, "Kukasih tahu ya, aku itu anak orang kaya. Kalau kamu bersedia menampungku, nanti waktu aku pulang, aku pasti balas kebaikanmu."Kalau Diego keluar dari rumah ini sekarang, sama saja dia akan mati.Para penagih hutang masih mencarinya ke mana-mana, jadi Diego tidak berani pulang."Oh. Ya kalau begitu cepat pulang sana, aku nggak perlu kamu balas budi kok."Sophia merasa Diego sedang membual.Kalau Diego benar-benar kaya, mana mungkin bisa begitu terpuruk?Diego bisa melihat Sophia tidak mempercayainya, tapi dia tidak dapat membuktikannya, "Aku masih nggak enak badan. Boleh nggak aku nginap di sini dua hari lagi?"Meski tempat ini kumuh dan kecil
Setelah akhirnya bertemu dengan orang yang bersedia membantunya, mana mungkin Diego membiarkan gadis itu pergi begitu saja?Diego pun mengikuti gadis itu langkah demi langkah.Mulanya gadis itu tidak memperhatikannya, tapi saat dia sampai di lantai bawah tempat tinggalnya, dia memergoki Diego yang mengikutinya.Gadis itu langsung balik badan dengan ekspresi terkejut, "Ngapain kamu ngikutin aku ke sini?"Diego menatapnya dengan penuh harap, "Tolong tampung aku."Gadis itu mengepalkan tangannya."Kan sudah kubilang nggak mungkin!"Padahal tadi gadis itu merasa Diego orang baik yang pantas ditolong, tidak disangka ternyata Diego adalah seorang bajingan.Kalau tahu dari awal akan begini, dia tidak akan bersimpati."Pergi sekarang juga atau aku lapor polisi."Diego langsung ketakutan, "Oke, oke, aku pergi. Tolong jangan lapor polisi."Diego balik badan hendak pergi, tapi tiba-tiba kepalanya terasa sakit dan penglihatannya menjadi gelap.Tubuhnya langsung terjatuh ke tanah dengan keras, kepa
"Aku lapar ... lapar banget ...." Diego berteriak dengan bersusah payah.Urat malu Diego sudah putus.Melihat Diego tidak terlihat seperti penipu, gadis itu pun mengambil keputusan."Oke, tunggu di sini. Aku belikan makanan dulu."Gadis itu menarik tangannya dan berjalan menuju toko kelontong terdekat.Di sana, dia melihat roti kukus yang di lemari kaca. Gadis itu langsung memborong empat buah dan memberikannya pada Diego.Saat Diego melihat empat roti kukus polos, dia merasa sedikit jijik dan tidak mau memakannya."Ayo makan, tadi katanya lapar?" Gadis itu menyodorkan roti kukus itu ke mulut Diego.Diego masih tidak mau makan, meskipun dia sangat lapar."Nggak ada yang lain?" tanya Diego dengan suara lemah.Ekspresi gadis itu langsung berubah, "Kayaknya kamu nggak kelaparan. Mestinya aku nggak perlu kasihan sama kamu."Gadis itu memasukkan lagi roti kukus yang dia beli ke kantong belanjaan dan hendak pergi.Diego buru-buru meraih celananya, "Mau ... mana, aku mau ...."Dia sangat lapa
Reina sedang menonton video penderitaan Diego.Dia tidak merasa iba sama sekali, Diego pantas menerima semua ini.Jika orang lain diberi kesempatan reinkarnasi menjadi Diego, mereka pasti akan memanfaatkan momen hidup dengan baik. Namun, coba lihat apa yang dilakukan Diego? Dia hanya tahu cara menghamburkan uang, dia sangat egois dan tidak memikirkan keluarganya sama sekali.Deron bertanya pada Reina, "Sudah cukup?""Belum. Aku mau dia lebih menderita supaya dia tahu nggak mudah untuk mulai dari awal dan nggak gampang cari uang." Reina berkata dengan kejam."Oke."...Setelah Diego diusir dari hotel, dia kehilangan ponsel dan semua harta beda, bahkan uang untuk makan saja tidak ada.Dia hanya bisa luntang-lantung di jalanan.Dua hari kemudian."Sakit banget ...."Sekarang bulan Desember, cuaca semakin dingin dan Diego tidak punya pakaian tebal.Kruyuk ....Karena sangat lapar, Diego mendatangi sebuah restoran dan melongok ke dalam, ingin sekali dia makan di dalam. Diego meraba sekujur
Diego tidak tersentuh sama sekali dengan ucapan neneknya..Sebaliknya, dia bertanya, "Nenek, masih punya uang nggak? Aku lagi butuh uang, boleh transfer nggak?"Padahal nenek Diego pikir cucunya menelepon untuk mengembalikan pinjaman, tidak disangka Diego malah minta pinjaman tambahan."Cucuku sayang, aku sudah ngasih semua uangku ke kamu. Nenek nggak punya uang lagi."Nenek Diego tampak sedih.Dia masih memikirkan bagaimana cara menutupi kekurangan putranya."Nggak perlu banyak, puluhan juta aja cukup.""Aku benar-benar nggak punya uang lagi ....""Nenek mau lihat aku mati?" Diego langsung membentak begitu melihat dia tidak bisa mendapatkan uang.Nenek Diego langsung menjadi khawatir, "Ada apa? Kamu kenapa?""Nenek nggak usah khawatir soal itu, kasih aja aku uangnya," jawab Diego dengan tidak sabar."Tapi sekarang Nenek benar-benar nggak punya uang." Nenek Diego ingin sekali memberikan uang yang dibutuhkan Diego, tapi dia tidak punya.Uang yang nenek Diego dapat dari paman Diego semua
Sorot tatapan Reina terlihat sangat tidak percaya melihat betapa patuhnya Raihan.Bagaimana caranya Liane bisa membuat Raihan menjadi sepatuh ini?"Pergilah," kata Liane.Raihan pun mundur selangkah demi selangkah, lalu berkata kepada Reina sambil tersenyum, "Nana, jaga ibumu baik-baik, ya. Paman benar-benar nggak bermaksud jahat."Raihan berjalan mundur keluar dari kamar rawat, lalu menutup pintu dengan hati-hati.Begitu dia pergi, Reina langsung menghampiri Liane."Ini ada apa sih, Bu?""Kok kamu nggak kasih tahu Ibu ada masalah segawat itu di kantor?" tanya Liane berpura-pura kesal.Reina menundukkan kepalanya."Soalnya aku ingin mencoba menyelesaikannya sendiri dulu."Pertimbangan utama Reina adalah kesehatan Liane. Dia takut tubuh Liane akan tumbang karena terbawa amarah.Tentu saja Liane mengerti jalan pikiran Reina, tetapi dia tetap berkata, "Ibu nggak menyalahkanmu, Ibu hanya berharap kamu bisa lebih mengandalkan Ibu.""Iya.""Kondisi Ibu makin memburuk, waktu Ibu untuk bisa me
Saat Marshanda mendengar ini, hatinya tiba-tiba menjadi dingin.Dia masih ingin mengucapkan sesuatu yang lain, tetapi suara perawat terdengar dari belakang, "Telepon siapa kamu!"Marshanda langsung menutup telepon dan berpura-pura menekan nomor telepon secara acak."Keluar! Kalau nggak aku panggil Kak Max. Kalau dia tahu aku di sini, dia pasti akan datang untuk menyelamatkanku. Kamu nanti akan dibunuh sama dia!"Perawat itu melangkah maju dengan marah, "Kamu gila ya? Aku potong lho tanganmu."Marshanda meringis."Nggak, nggak, aku nggak berani ulangin lagi.""Kamu nggak berani, kenapa nggak balik ke kamarmu!" ucap perawat itu.Beraninya Marshanda kembali?Masalahnya kalau kembali, Marshanda pasti akan dipukul oleh temannya yang sakit jiwa itu.Namun dia tahu jika tidak menurut, perawat akan memberinya obat penenang. Jadi Marshanda hanya bisa masuk ke kamar.Saat dia masuk, dia berdoa agar teman sekamarnya sedang tidur.Marshanda membuka pintu dan memasuki kamar, dia langsung merasa leg
Morgan memperhatikan kedua orang itu pergi dengan depresi.Dia sendirian di depan pintu vila, angin dingin menderu-deru dan dia pun batuk-batuk.Pelayan yang melihatnya berkata, "Tuan Morgan, di luar dingin, silakan masuk ke dalam?"Morgan menggeleng, "Nggak, aku mau pergi.""Kalau begitu aku ambilkan jaket dulu sebentar.""Nggak perlu."Morgan menolak dan masuk ke dalam mobil.Di mata para pelayan, Morgan mudah bergaul, dia rendah hati dan sopan, tidak terlihat seperti tuan muda.Morgan duduk di dalam mobil dan kemarahan di wajahnya hilang.Dia menyetir, tapi tidak tahu ke mana harus pergi.Hari ini, Morgan sadar dia itu kesepian.Tanpa disadar, Morgan melajukan mobil ke apartemen tempat tinggal Jess.Sejak Jess mengundurkan diri, Morgan jadi pemarah.Ini pernah terjadi sekali.Yaitu waktu di luar negeri dia menerima kabar Reina sudah menikah dengan Maxime.Morgan pikir dia tidak akan merasa seperti itu lagi, tapi sekarang dia merasakannya lagi.Dia merasa seperti ada batu di hatinya.