"Aku akan mencekiknya sampai mati!" Marshanda meletakkan tangannya di leher kecil anak itu, lalu berkata seolah sedang bicara pada dirinya sendiri, "Sejujurnya bayi ini lucu banget, mirip sama kamu waktu masih kecil."Reina langsung panik, "Jangan sentuh dia. Aku janji akan menuruti apa pun maumu."Setelah itu, barulah Marshanda perlahan melepaskan tangannya dari leher si bayi."Kenapa nggak nurut aja sih dari awal. Aku juga orang baik tahu, nggak ingin melakukan apa-apa pada bayi sekecil ini."Marshanda mengembalikan bayi itu pada pengasuh.Mungkin karena Marshanda takut Reina tidak patuh, dia membiarkan kedua bayi Reina tetap di ruangan ini.Kemudian seseorang melepaskan ikatan Reina dan membaringkannya di kursi medis.Dokter berjas putih mendatangi Reina, "Tutup matamu, mulai sekarang, kamu akan melakukan apa yang aku katakan, mengerti?""Ya."Reina perlahan menutup matanya.Reina masih sadar dan tahu apa yang boleh dilakukan dan tidak.Reina mencoba untuk tidak melakukan ucapan si
Syena mencibir, "Mana kutahu? Kamu saja nggak tahu di mana istri dan anakmu? Masa nanya aku? Lucu."Maxime tidak punya kesabaran.Maxime langsung memeriksa kamera pengawas dan melihat bahwa Reina pergi sendiri. Dia langsung meminta seseorang untuk melacak keberadaan Reina.Syena mencibir, "Hahh, Kak. Menurutku mendingan kamu nggak usah nyari dia deh. Menurutku dia pasti punya selingkuhan, mungkin dia kabur sama selingkuhannya.""Hahh, dasar wanita serakah. Sudah punya anak saja masih bertingkah seperti ini ...."Syena tidak berhenti mengompori. Saat ini Maxime sangat cemas, dia langsung berjalan ke hadapan Syena dan tidak sungkan lagi.Dia mencengkeram leher Syena!"Usia kandunganmu sudah lebih dari 20 minggu, 'kan? Aku akan membunuhmu, lalu meminta dokter mengeluarkan bayimu. Dengan kemampuan Keluarga Sunandar, kami nggak akan kesulitan membesarkan bayi prematur."Pupil mata Syena membesar, dia membelalak tidak percaya. Namun, Syena merasa kakinya perlahan meninggalkan lantai dan dia
Maxime tidak bodoh, mana mungkin dia memercayai kebohongan Syena?"Kurung dia."Maxime memerintahkan anak buahnya."Ya."Syena langsung panik, "Kak, tolong lepaskan aku. Aku ini hamil anak Morgan."Maxime tidak melirik Syena dan berkata."Setelah nanti aku menemukan Nana dan dia bilang kamu nggak bersalah, aku akan melepaskanmu. Kalau kamu ternyata bersalah, tunggu saja. Nggak akan ada yang bisa menyelamatkanmu."Syena kembali dimasukkan ke dalam mobil dan hatinya terasa dingin.Sekarang dia sangat menyesal kenapa tadi mau saja mencari Reina dan mengakui semua hal ini.Sekarang, dia tidak punya jalan keluar.Maxime sendiri menambahkan lebih banyak orang untuk mencari Reina.Akhirnya, dia menerima telepon dari Ekki, "Bos, kami menemukan anting-anting yang ditinggalkan Nyonya di dalam taksi. Menurut rekaman mobil, kami bisa memastikan rute perjalanan Nyonya.""Oke, tolong kirimkan padaku dan aku akan mencarinya di sepanjang rute.""Ya."Cakupan pencarian dipersempit. Selain itu, Maxime m
Morgan benar-benar tidak menyangka kakaknya akan begitu peduli pada Reina.Tapi dunia ini begitu besar dan Morgan sudah memutuskan semua yang berhubungan dengan Reina. Selamanya, Maxime tidak akan pernah bisa menemukan Reina."Nggak usah peduliin dia," ucap Morgan."Ya." Marshanda masih berdiri di tempat dan berkata, "Terus janjimu?""Semuanya belum selesai, kenapa buru-buru?" jawab Morgan.Sekarang Marshanda mengikuti Morgan dan harus mematuhinya dalam segala hal.Dia menundukkan kepala dan menjawab, "Maaf, aku salah.""Sekarang kita hanya perlu pertunjukan yang bagus untuk memberi tahu Maxime bahwa Nana sudah meninggal." Morgan menambahkan.Marshanda merasa Morgan ini pria gila, bisa-bisanya memilih menderita seperti ini demi seorang wanita."Oke, aku akan mengaturnya.""Ya."Setelah Marshanda pergi, Morgan mengenakan mantelnya dan pergi bekerja.Setibanya di perusahaan.Jess menatap Morgan dengan cemas, "Tuan Morgan, Anda kelihatan pucat belakangan ini, apa perlu kupanggilkan dokter
Hasil dari tes DNA itu dengan jelas menyatakan bahwa Liane dan Reina adalah ibu dan anak kandung.Sekretaris Liane mengambil laporan tes DNA di beberapa rumah sakit."Bu Liane, harusnya semua hasil ini benar. Reina memang putri kandung Anda. Sepertinya terakhir kali kita semua sudah salah paham padanya."Tangan Liane yang memegang laporan tes DNA gemetar hebat. "Bagaimana mungkin? Bagaimana dia bisa menjadi putriku?"Liane berkata demikian bukan karena merasa Reina tidak layak menjadi putrinya, tetapi karena dia tidak bisa menerima fakta ini.Karena selama ini terlalu banyak kesalahan tak terampuni yang sudah dia lakukan pada Reina, putri kandungnya."Aku harus bagaimana? Kenapa Tuhan mempermainkan aku seperti ini?" Mata Liane memerah, dia meremas hasil tes DNA erat-erat dan merasa sangat terpuruk."Aku nggak punya muka ketemu dia, bagaimana aku bisa minta maaf? Aku seorang ibu yang nggak mengakui putrinya dan malah mempermalukannya ...."Liane tidak pernah merasa begitu terpuruk seper
"Apa?"Liane membelalak tidak percaya, "Kok dia bisa menghilang?""Aku juga nggak tahu." Brigitta menghela napas, "Yang jelas dia sudah menghilang selama dua hari. Kami mencarinya ke mana-mana tetapi belum ketemu."Ketika Liane mendengar kabar ini, dia terhuyung dan hampir jatuh. Untung sekretarisnya langsung tanggap memapahnya."Bu Liane, hati-hati."Kepala Liane terasa pusing, dia menggenggam tangan sekretaris sambil berkata, "Kenapa? Susah payah akhirnya aku menemukannya, kenapa dia menghilang lagi?""Bu Liane, jangan khawatir. Kita akan segera menemukannya," hibur si sekretaris."Ya, benar. Cepat kamu suruh orang mencari Reina," ucap Liane.Kali ini, dia tidak akan pernah membiarkan Reina meninggalkan sisinya lagi. Apapun yang terjadi, dia akan menemukan Reina."Ya."Keluarga Yinandar juga mulai mengirim orang untuk mencari kemana-mana.Brigitta menatap sosok Liane yang pergi dan menjadi semakin bingung. Dia tidak mengerti kenapa Liane tiba-tiba menjadi orang yang berbeda."Nana, c
Liane terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "Harusnya kamu juga sudah tahu kalau Nana adalah putri kandungku, 'kan?"Setelah Maxime mendengar ini, dia bertanya balik dengan ekspresi acuh tak acuh."Bukannya kamu nggak percaya?"Liane tercekat."Aku nggak berpikir jernih waktu itu, aku salah ... sekarang aku sangat menyesal."Dari dulu Syena selalu memberi tahu Liane betapa buruknya dan jahatnya Reina, sehingga sosok Reina di mata Liane otomatis terkesan buruk.Oleh karena itu, dia melakukan terlalu banyak hal yang menyakiti Reina.Ketika Reina mendatanginya, Liane malah mengejek dan mengusir Reina begitu saja."Di mana Nana sekarang? Apa kamu menemukannya?" Liane bertanya lagi dengan mata merah.Maxime menunjuk ke reruntuhan dan menunjukkan pada Liane sebuah cincin yang dipegang erat di tangannya."Tempat terakhir yang kita lacak adalah di sini. Barusan aku menemukan cincin yang dikenakan Nana di sini."Ketika Liane mendengar berita itu, dia terhuyung dan hampir jatuh ke tanah.Sekre
"Bu ...." panggil Marshanda ragu-ragu, lalu berkata, "Bu, kakak hilang."Setelah menyelesaikan masalah Reina, ̨Marshanda mencoba menghubungi Syena, tetapi ternyata tidak bisa dihubungi.Liane berbalik dengan tatapan kosong dan tidak percaya dengan kabar itu, "Apa?""Apa yang terjadi dengan Syena?""Aku nggak tahu. Rencananya aku mau menemaninya memeriksa kehamilan hari ini, tapi tiba-tiba dia menghilang," jawab Marshanda.Liane mengernyit bingung. Sebelum dia sempat bereaksi, Maxime datang menghampiri."Aku yang mengurung Syena."Liane menatapnya dengan bingung, "Kenapa kamu mengurung Syena?""Hilangnya Reina berhubungan dengan Syena." Setelah bicara, Maxime menatap Marshanda, "Syena bilang kamu yang menculik anakku dan memaksa Reina datang mencari bayi kami? Sekarang di mana Reina?"Marshanda pura-pura tidak tahu, "Kak Max ngomong apa? Ngapain aku melakukan itu? Nana dan aku sudah nggak bermusuhan."Maxime tidak memercayai kata-katanya.Beberapa pengawal melangkah maju untuk mengendal
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re