Keesokan harinya, pagi-pagi sekali.Berita itu tersebar di seluruh dunia maya.Berita bahwa informasi bisnis Keluarga Hinandar bocor pun tersebar di semua platform utama.Awalnya, Liane meminta sekretarisnya untuk tidak membocorkan berita tersebut, tetapi tidak disangka semua orang tahu kabar ini keesokan harinya."Sebenarnya apa yang terjadi?"Sekretaris Liane juga tidak paham apa yang terjadi, dia menggeleng, "Semalam aku sudah menyuruh orang mengawasi internet dan nggak ada yang tahu kejadian ini kecuali kita.""Nana!"Liane menyalahkan segalanya pada Reina.Liane langsung menggebrak meja dengan penuh amarah, "Semalam aku memang merasa agak bersalah karena anaknya masuk rumah sakit, tapi sekarang sepertinya dia memang pantas mendapatkannya!""Ya, Reina ini memang sangat kurang ajar. Dulu dia berani merayu suami Nona Syena, sekarang dia mengincar Grup Yinandar," timpal sekretaris Liane.Liane benar-benar tidak tahan.Marshanda dan Syena yang sudah mencuri dengar dari luar pintu pun m
"Oke, akan kuurus." Liane membulatkan tekad.Syena dan Marshanda saling bertatapan dan akhirnya merasa lega.Jika Liane sudah turun tangan, Reina pasti mati.Liane hanya mau memberi pelajaran pada Reina agar dia tidak berani mengincar Keluarga Hinandar dan Syena lagi. Dia tidak pernah mengira putrinya akan mengincar nyawa Reina dan bayi Reina....Riko merasa puas dan bangga saat melihat mahakaryanya di internet. Meski dampak kejadian ini bagi Grup Yinandar tidak sefatal Perusahaan XS, Grup Yinandar tetap saja kesulitan mengatasinya.Liane sudah meminta orang menyelidiki pelakunya, tapi ternyata Riko menggunakan akun virtual luar negeri, sehingga Liane pun tidak punya pilihan lain selain tidak memperkarakan hal ini.Reina yang menjaga Riki di rumah sakit, tidak mengetahui hal ini.Sisil-lah yang meneleponnya untuk memberitahunya.Sekarang Reina tidak tertarik mengurusi urusan Grup Yinandar, dia fokus merawat Riki.Setelah melihat Riki tertidur, Reina pun bertanya pada Maxime, "Apa kita
Pagi ini Joanna pergi ke kediaman utama Keluarga Andara dan mendapat kabar kalau Riki kumat dan sedang dirawat di rumah sakit.Di depan Riki, Reina tidak bisa memberitahunya tentang kondisi Riki."Nggak apa-apa. Dokter bilang dia akan sembuh setelah beristirahat beberapa hari.""Syukurlah." Joanna berjalan ke sisi Riki dan berkata, "Cucuku sayang, kok kamu bisa kumat, kamu nggak minum obat tepat waktu?"Begitu melihat kehadiran Joanna, Riki pun langsung memanfaatkannya.Pertama, dia mengeluarkan Reina dari kamar dengan dalih butuh dibelikan makanan enak. Lalu, Riki memasang tampang teraniaya dan berujar dengan sedih, "Nenek, aku selalu patuh kok, tapi ...."Riki terdiam sesaat, buliran air matanya jatuh menuruni pipinya."Tapi ... aku ditindas seseorang.""Apa?" Joanna langsung kehilangan kesabaran, "Siapa yang menindasmu? Katakan pada Nenek, biar Nenek kasih orang itu pelajaran!"Joanna tidak menyangka ada seseorang yang berani menindas cucunya.Riki mengisap kembali ingusnya dan menj
"Iya, Bu," jawab Syena sambil menahan amarahnya.Joanna masih belum puas. "Sebentar lagi aku akan ke rumah Keluarga Yinandar, keluar dan temui aku.""Ya."Syena masih sedikit waspada terhadap ibu mertuanya.Kemudian, Joanna menelepon Liane.Liane pura-pura menganggap semua ini hanya salah paham dan memberi tahu Joanna bahwa pengawal-lah yang tidak sengaja melukai Riki.Joanna tidak menerima akal bulus Liane dan menyahut, "Bu Liane, kita adalah orang pintar, jangan main-main denganku. Sebaiknya kau urus baik-baik putrimu itu, atau aku yang akan menggantikanmu mengurusnya.Setelah selesai bicara, Joanna menutup telepon.Meski sudah marah-marah, dia tetap merasa tidak nyaman. Kalau kedua cucunya yang begitu patuh dan cerdas itu mati karena Syena, Joanna tidak akan sungkan membunuh Syena.Sesampainya di luar rumah kediaman Keluarga Yinandar.Syena mendatanginya di luar rumah.Joanna turun dari mobil dan berjalan ke arahnya."Bu." Syena menyapa dengan ragu.Namun, Syena tidak terlalu merasa
"Di mana dia sekarang?" Reina bertanya dengan tergesa-gesa."Di rumah sakit jiwa swasta yang jaraknya lebih dari sepuluh kilometer dari sini," jawab Deron.Rumah sakit jiwa?Reina tahu bahwa ini adalah cara Liane untuk membalas dendam pada Raisa, "Apa ada cara untuk masuk dan menemuinya?""Aku sudah menyuap orang-orang di dalam. Kalau Anda mau menemuinya, Anda bisa berpura-pura menjadi suster atau dokter.""Baiklah, kalau begitu aku akan pergi ke sana malam ini.""Oke."Sekarang setelah Reina melihat Riki terluka, dia semakin merasa bahwa dia harus menjadi lebih kuat dan tidak bisa membuang waktu.Malamnya, Reina hendak berangkat setelah Riki tertidur.Tapi sebelum dia melangkah lebih jauh, Maxime berdiri di depannya, "Mau ke mana?"Reina tersedak, "Ah ... aku mau keluar jalan-jalan.""Aku temani.""Nggak perlu." Reina tahu belakangan ini Maxime sangat lelah dan kurang istirahat. "Kamu tidur aja dulu. Aku nggak pergi lama-lama kok."Maxime langsung memegangi pergelangan tangan Reina, "
Marshanda melihat pemandangan yang berlalu di luar jendela mobil, "Kalau kamu nggak menyukaiku, aku akan menghancurkanmu. Kalau aku nggak bisa mendapatkanmu, Reina juga nggak bisa mendapatkannya."Tangannya terkepal, ujung jarinya menusuk telapak tangannya dalam-dalam dan darah keluar....Di sisi lain, Reina duduk di mobil Deron dan menuju ke rumah sakit jiwa.Di dalam rumah sakit jiwa.Tatapan Raisa terlihat kosong, sekarang dia tidak punya apa-apa. Ibunya sudah meninggal, putranya masih di rumah sakit dan suaminya juga menghilang.Dia sangat menyesal, kenapa dia menjadi serakah!Kalau mereka tidak rakus akan kekayaan, meski keluarga mereka miskin, mereka tidak akan berakhir seperti ini!Raisa tahu betul bahwa orang kejam seperti Syena tidak akan pernah membiarkannya pergi. Saat nanti dia meninggal, maka riwayat putra dan suaminya juga akan berakhir.Dia tidak mau menyerah dan mencoba melarikan diri dari sini beberapa kali, tetapi selalu tertangkap.Saat Raisa sedang melamun dan bers
Reina tidak menjawab, dia perlahan bangkit berdiri dan berjalan keluar.Pikirannya kacau balau.Deron menunggu Reina di luar dan begitu melihat wajah Reina yang pucat pasi, dia langsung menghampiri dan bertanya, "Ada apa?""Nggak apa-apa, ayo kembali.""Oke."Setelah masuk ke dalam mobil.Ucapan Raisa terngiang di benak Reina. Apa Liane adalah ibu kandungnya?Bagaimana hal seperti ini bisa terjadi?Ibu kandungnya dulu pernah menginginkan nyawanya dan putranya?Tidak, ucapan Raisa tidak bisa dipercaya begitu saja."Deron, aku butuh bantuanmu."Reina mau memeriksa apa dirinya dan Liane benar-benar ibu dan anak.Setelah menyuruh Deron untuk menangani masalah ini, Reina kembali ke rumah sakit Riki.Anak itu sudah tertidur. Maxime duduk di samping anak itu tanpa istirahat. Ketika dia melihat Reina kembali, Maxime langsung berdiri untuk memapahnya berjalan, "Bagaimana?""Nggak ada apa-apa." Reina belum ingin menceritakan hal ini pada siapa pun sebelum mendapatkan hasil tes DNA.Maxime meliha
"Bu, ini bubur yang kubuat sendiri untukmu."Pagi-pagi sekali, Marshanda masak dan berusaha menyenangkan Liane.Kalau bukan karena Liane sudah tahu Marshanda menipunya, tindakan ini sungguh akan membuat Liane tersentuh.Liane bahkan tidak melirik bubur itu dan berkata, "Taruh saja di situ.""Oke."Setelah Marshanda meletakkan buburnya, dia tidak berniat pergi.Dia datang ke belakang Liane dan berkata, "Ibu sudah kerja keras tiap hari, mau aku pijitin nggak Bu?""Nggak usah, kalau kamu bosan di rumah, kamu boleh keluar jalan-jalan," ucap Liane.Kembali diperlakukan dengan dingin, membuat Marshanda mengernyit bingung dengan sikap Liane.Marshanda pun keluar dan mengernyit bingung, "Apa salahku? Kenapa dia begitu acuh tak acuh padaku?"Marshanda tidak bisa memahaminya dan tiba-tiba melihat Syena yang memasang muka manja sedang pergi mendatangi Liane.Tiba-tiba, Marshanda pun mengerti dan senyuman menyeramkan tersungging di mulutnya."Liane sendiri yang menginginkan hal ini, sepertinya dia
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re