Reina juga pergi ke TK Riko setelah menyelesaikan kesibukannya hari ini.Jovan dan Alana juga datang, mereka menjadi orangtua Riko.Riko menatap mereka berdua dengan jijik, "Kalian jangan sampai jadi bebanku ya."Jovan mengernyit, "Dasar anak nakal, memangnya aku terlihat kayak orang yang akan jadi bebanmu?"Alana juga memasang tampang sedih, "Riko jahat banget deh sama Tante."Reina yang berdiri di samping pun berkata pada Riko."Riko, yang sopan. Om Jovan dan Tante Alana sudah meluangkan waktu lho buat nemenin kamu."Karena ditegur Reina, Riko langsung mengubah ekspresinya dan berujar dengan sopan, "Kalau gitu, mohon bantuannya ya Om, Tante.""Nah, gitu dong," puji Jovan.Kalau bukan karena dipaksa Tuan Besar Jacob untuk latihan sebagai orangtua, Jovan mana mau berpartisipasi dalam kegiatan yang membosankan seperti ini.Dan poin terpentingnya, cuaca sekarang terik bukan main.Sebelum kegiatan mereka dimulai, Riko mendatangi Reina, "Mama, dia nggak datang?"Pandangan Riko pada Maxime
Reina tersenyum seperti bunga dan berjalan menghampiri Morgan dengan wajah yang disinari cahaya. Tatapan Reina begitu cerah seperti lautan bintang.Morgan tertegun cukup lama.Matahari sangat menyilaukan dan Morgan tidak bicara, sama seperti Maxime.Reina tidak sadar kalau dia sudah mengenali orang yang salah dan berkata padanya, "Ayo pergi."Morgan tahu Reina sudah salah mengenalinya, tapi dia tidak menjelaskan dan tetap berjalan mengikutinya ke depan.Karena sedang hamil besar, Reina berjalan pelan-pelan. Melihat Morgan diam saja, Reina pun bicara pada diri sendiri."Nanti kamu bujuk si Riko ya, kayaknya dia ngambek. Aku sih yang kurang pengertian karena nggak mengundangmu ke sini."Morgan hanya menggumam singkat. Dia tidak berani banyak bicara dan memecah ketenangan saat ini.Di belakang mereka, Syena yang sudah selesai menelepon baru turun mobil. Dia melihat punggung Morgan dan Reina berjalan bersama dari kejauhan.Matanya menegang dan terlihat penuh amarah. Dia langsung berjalan m
Maxime berpikir sejenak, "Mulai sekarang setiap kali kita ketemu, aku akan gandeng tangan kirimu. Gimana?"Sebenarnya bagi Reina ini merepotkan, tapi setelah memikirkan apa yang terjadi barusan, Reina pikir ide ini memang diperlukan."Oke."Maxime pun tanpa sungkan menggandeng tangan Reina dan berjalan ke depan.Sekarang Reina sadar Maxime punya sisi yang kekanak-kanakan. Hanya wajah mereka saja yang mirip, tapi kepribadiannya berbeda jauh dari Morgan.Reina dan Maxime pun berjalan sambil bergandengan tangan.Di belakang, Morgan tampak murung, sementara Syena merasa malu.Meski sekarang dia paham kalau kejadian tadi hanya salah paham, dia tetap tidak bisa terima. Kenapa baik Morgan dan Maxime selalu berpihak pada Reina?"Morgan, kalau kamu diminta memilih antara Reina dan aku, siapa yang akan kamu pilih?" Syena bertanya.Morgan menoleh menatapnya, entah mengapa Syena selalu merasa Morgan selalu menatapnya dengan lembut."Pertanyaan seperti ini nggak masuk akal."Tenggorokan Syena teras
"Lancar kok, semuanya berjalan dengan baik.""Syukurlah. Nana, kalau kamu butuh bantuan, bilang saja padaku." Sisca meraih tangan Reina, "Meski aku nggak punya kekuatan yang luar biasa, aku punya beberapa kenalan yang pasti bisa membantumu. Aku bisa mengenalkan mereka padamu.""Oke, kalau gitu aku nggak sungkan ya." Reina menjawab sambil tersenyum.Mama Bobby juga menimbrung, "Mama Riko, kalau kamu butuh kerja sama dengan keluarga kami, langsung hubungi aku aja.""Oke."Mama Diera dengan sungkan ikut mendekat ke Reina, sekaligus membawa beberapa orangtua murid yang selama ini tidak terlalu mencolok.Reina tidak menyangka ternyata setelah mengobrol ada beberapa kerja sama yang bisa dinegosiasikan. Benar saja, tidak ada salahnya bertemu lebih banyak teman.Dengan kehadiran Syena dan Morgan, sebagian besar tatapan para orangtua pun tertuju pada mereka."Dasar sekumpulan orang tidak berguna," bisiknya.Sebagian besar ibu-ibu sudah menerima kabar dari Melisha dan mengetahui bahwa pendukung
Para orangtua pendukung Syena berlari mati-matian, sedangkan Jovan yang sama sekali tidak peduli pihak siapa yang kalah dan menang pun akhirnya kalah telak."Orang-orang ini ngapain sih?"Riko menguap, "Masa nggak tahu? Mereka lagi menjilat yang berkuasa.""Mereka nggak mau menjilatku?" Jovan berujar dengan tidak tahu malu."Kalau dibanding Morgan dan Keluarga Hinandar, Om Jovan masih kalah sih," sahut Riko dengan acuh tak acuh.Jovan terdiam.Tapi dia sudah berjanji akan memberikan mobil mainan itu pada Riko, dia harus menepati janji.Jovan pun menghampiri tim Tommy yang menang."Tommy, boleh jual hadiah ini ke Om nggak? Nanti Tommy mau apa, Om beliin deh, gimana?"Tommy terlihat bangga karena inilah pertama kalinya dia bisa mengalahkan Riko."Tidak, aku memenangkan ini. Riko mengandalkannya sendiri."Jadi, Tommy pun berlagak pelit.Ekspresi Jovan terlihat jelek, dia menoleh menatap Maxime, berdoa agar Maxime tidak benar-benar mengusirnya.Riko tidak kekanak-kanakan seperti Tommy, jad
"Hahh ...." Jovan menghela napas. Berdasarkan pemahamannya tentang Maxime selama bertahun-tahun, Maxime terkadang benar-benar tidak bercanda.Tapi kali ini.Maxime menghampiri dan berkata, "Terima kasih atas kerja kerasmu hari ini."Jovan sedikit tersanjung, "Kak Max nggak muji aku buat membunuhku nantinya, 'kan?"Maxime memutar matanya. Pria ini sepertinya terlalu banyak berkhayal.Maxime tidak lagi bicara dengan Jovan, dia mengajak Reina mencari Riko.Alana tidak menyangka Jovan begitu takut pada Maxime, dia pun berkata, "Setiap kali kamu selalu memamerkan kekuatanmu di hadapanku, ternyata ada seseorang yang bisa mengendalikanmu."Jovan mengernyit, "Kamu lupa janjimu padaku?"Alana baru ingat dia harus menurut pada Jovan karena pria ini sudah membantunya mengusir Yansen."Maaf, barusan aku lupa. Maaf."Baru setelah itu Jovan melepaskan Alana.Tidak jauh dari situ, Syena sedang memperhatikan komplotan Reina. Dia menyaksikan Jovan dan Alana bertengkar, lalu melihat keluarga Reina hidup
Jess menghela napas, "Tuan Morgan, suatu hari nanti Tuan juga akan mendapat kebahagiaanmu sendiri, jangan terlalu dipikirkan."Morgan kembali menatap Jess, "Aku tahu."Jess pergi mengambilkannya obat.Karena kondisi kesehatan Morgan kembali memburuk, sekarang dia perlu minum obat lagi.Setelah Morgan meminum obatnya, dia ke ruang istirahat.Jess menyiapkan semua keperluan Morgan, dia menyiapkan kamar istirahat Morgan, merapikan kantornya, lalu memesankan makanan untuknya.Jess baru pulang setelah Morgan selesai makan.Sekarang sudah lewat jam delapan malam dan dia lapar.Setelah selama ini bekerja, dia punya kebiasaan makan malam setelah jam delapan.Namun entah mengapa, hari ini perutnya terasa tidak nyaman.Jess tidak ambil pusing, dia naik mobilnya dan berkendara pulang....Sejak Raisa bergabung dalam bisnis Keluarga Hinandar, dia mulai melatih karyawan sendiri.Karena semua orang percaya bahwa dia adalah putri kandung Liane, Raisa bisa dengan mudah membuat mereka semua beralih ke
Reina langsung memeriksanya.Awalnya Reina pikir Raisa mengubah kontrak tersebut untuk menguntungkan Keluarga Hinandar, dia tidak menyangka bahwa isi kontrak ini setara dengan bekerja sama dengan perusahaan XS secara gratis."Apa dia melakukan kesalahan?"Tepat saat Reina hendak menelepon dan bertanya pada Raisa, secarik kertas jatuh dari dokumen kontrak.Di kertas itu, Raisa menulis, "Nona Reina, ibu aku dan aku sama-sama orang jahat, terima kasih selama ini kamu selalu begitu baik pada kami. Aku sungguh nggak punya apa-apa untuk membalas budi padamu. Jadi tolong terima kontrak ini, anggap saja ini niat baikku.""Aku benar-benar nggak menyangka." Sisil tertegun, "Kontrak ini bernilai biliunan lho? Masa dia memberikan secara cuma-cuma ke kita?"Reina menelepon Raisa, tapi nomornya sibuk.Reina memberi tahu Sisil, "Sisil, tahan dulu kontrak ini.""Oke."Sisil mengerti dan mengangguk setuju.Di sisi lain, Raisa mengirimkan kontrak ke Syena untuk diperiksa.Syena sangat marah, "Raisa, kam
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba