Deron melanjutkan dan berkata, "Bukan seperti yang kamu pikirkan. Aku menganggapnya sebagai teman."Maxime agak terkejut saat mendengar ini."Pak Maxime harusnya pernah menyelidiki tentangku. Sekarang aku cuma ingin hidup seperti orang biasa dan nggak mau terlibat banyak pertarungan. Jangan khawatir, aku hanya akan memperlakukan Reina sebagai teman.""Baguslah kalau begitu."Maxime menatap Deron, pria ini tidak terlihat membohonginya.Lagi pula, bukan sikap pria sejati yang akan berbohong saat kedua pria bicara empat mata."Aku sudah salah paham. Selanjutnya, mohon bantuannya ya." Maxime mengulurkan tangannya.Deron menyambut jabatan tangan Maxime. Kali ini, sudah tidak ada aura permusuhan seperti sebelumnya.Reina mendapati Maxime lama sekali tidak kembali ke dalam rumah. Reina pun keluar rumah dan mendapati Maxime sedang mengobrol dengan Deron.Reina berjalan mendekat, kebetulan Maxime yang sudah selesai bicara dengan Deron juga berjalan balik ke dalam rumah."Barusan ngobrolin apa s
"Suruh orang ikuti Raisa, laporkan padaku dia pergi ke mana dan ngapain."Raisa adalah kartu truf Syena, tidak boleh ada kesalahan apa pun.Syena menutup telepon dan kembali ke kamar untuk beristirahat....Begitu Raisa sudah di luar, mobil Reina sudah menunggu. Raisa langsung masuk mobil itu tanpa tahu kalau dia sedang diawasi."Nona Reina, mana ibuku?" Raisa terlihat sangat cemas, "Apa terjadi sesuatu padanya?"Setelah hilang selama berhari-hari dan tidak dapat dihubungi, Raisa pun mulai terpikir kemungkinan terburuk.Reina menatap Raisa, wanita ini sepertinya tidak tahu apa-apa."Kamu akan tahu kalau sudah sampai."Mobil Reina pun melaju dan tidak berapa lama dia menyadari ada mobil yang mengikuti mereka.=Dia mengernyit, "Kalian berdua, duduk baik-baik ya. Ada yang mengikuti kita.""Hah?" Raisa tercengang, "Siapa yang mengikuti kita?"Deron tidak menjawab dan hanya mempercepat laju mobilnya.Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, dia berhasil menyingkirkan orang yang membuntuti mer
Deron memberi tahu Raisa semua yang dia ketahui.Raisa membelalak kaget, "Ada orang yang mau membunuh ibuku?"Raisa membelalak tidak percaya. Dulu mereka hanya orang biasa, tidak punya uang atau kekuasaan, mereka juga tidak pernah menyinggung siapa pun di sekitar mereka.Tapi sekarang ...."Apa ini ulah Liane?"Raisa meraih tangan Reina dan bertanya.Setelah Raisa pikir-pikir, besar kemungkinan Liane yang mencoba membunuh ibunya.Lagi pula, mana mungkin seorang bos besar seperti Liane akan membiarkan putrinya memiliki dua ibu?Reina juga terpikir akan hal ini, tapi tidak ada bukti."Aku nggak tahu. Kita nggak punya bukti bahwa Liane yang mencelakainya."Raisa mengangkat tangannya untuk menyeka air mata dari sudut matanya, "Aku yakin pasti dia. Aku tahu, dulu dia pernah membuat Syena memutuskan hubungan ibu-anak dengan ibu kandungnya supaya Syena cuma punya seorang ibu."Elly yang menceritakan hal ini pada Raisa.Dulu Raisa merasa hal ini sangat tidak masuk di akal. Kalau dia berdiri di
Ternyata, Maxime mengiriminya pesan."Malam ini kamu nggak pulang?"Maxime mengiriminya pesan jam 11 malam.Reina membalas: "Ya, aku nggak pulang, sudah kemalaman, jadi aku nginap di luar."Reina pikir Maxime sudah tidur, tidak disangka Maxime langsung membalas pesannya."Semalam ini masih belum tidur? Apa terjadi sesuatu?" Maxime tidak bisa tidur karena terus menunggu balasan dari Reina.Meski sedang istirahat, Maxime tetap terjaga. Dia juga sudah menyetel nada dering khusus untuk Reina.Reina dapat melihat sepertinya Maxime mengkhawatirkannya, jadi Reina memberi tahu secara singkat situasinya sekarang."Iya, aku lagi menjenguk teman. Sekarang dia sakit parah dan tempat dia dirawat jauh banget. Dokter bilang kondisi temanku kritis, jadi sekarang aku baru sempat istirahat."Maxime merasa lega setelah membaca pesan Reina."Ayo cepat tidur.""Ya."Reina mematikan ponselnya.Maxime juga bersiap tidur dan memutuskan untuk mendatangi Reina besok....Di sisi lain, di rumah Keluarga Hinandar
Raisa tidak tidur lama. Dia baru ingat pada ponselnya yang mati, setelah diisi daya, dia mendapati Syena sudah meneleponnya berkali-kali.Dia langsung menelepon kembali.Syena langsung mengangkatnya, "Raisa! Kamu ke mana aja? Kenapa nggak pulang semalaman? Sekarang kamu lagi sama siapa!"Raisa melirik Reina dan Reina juga menoleh.Raisa menjawab ragu-ragu, "Ah, maaf semalam aku terlalu banyak minum dan ketiduran. Ponselku juga mati, sekarang aku baru bangun. Maaf."Kalau bukan karena laporan bawahannya, Syena pasti akan memercayai alasan Raisa ini."Oh gitu? Kamu tahu nggak aku dan ibu khawatir banget sama kamu? Cepat pulang.""Tapi ...."Raisa sedikit bingung. Mana mungkin dia pulang sekarang saat ibunya terbaring tidak berdaya di rumah sakit?"Aku masih ada urusan, apa boleh aku nggak pulang buat beberapa hari?" Raisa bertanya ragu-ragu."Nggak pulang?"Syena meninggikan suaranya, bertanya-tanya apa Raisa sudah memberi tahu sesuatu pada Reina?Syena pun menjawab dengan nada serius, "
Kalau mereka dibuntuti Maxime, Deron pasti akan melaporkannya pada Reina.Maxime meminta Reina masuk ke mobil dulu lalu bicara.Setelah itu, Maxime menjawab, "Kan kemarin kamu kirim pesan ke aku, ya aku minta orang buat melacak posisimu. Ini nggak termasuk membuntutimu, 'kan?"Maxime tahu Reina tidak suka dibuntuti.Reina terdiam, tindakan ini memang tidak termasuk menguntit."Lain kali kalau mau datengin aku, tanya aku dulu baru periksa lokasiku, oke?""Oke."Maxime langsung menyetujuinya.Melihat Maxime tidak membantah, Reina merasa sedikit lebih nyaman dan tidak mengatakan apa pun lagi."Anterin aku ke kantor ya? Aku mau merem sebentar."Reina kurang tidur, dia ingin tidur sebentar di mobil.Mungkin karena terlalu lelah, tidak berapa lama pun dia langsung terlelap.Maxime memeluknya dan berbisik pada sopir, "Pelan-pelan.""Ya."...Sesampainya di rumah, Raisa melihat Syena dan Liane duduk di ruang tamu.Liane terlihat sangat cemas, "Raisa, kamu nggak apa-apa?"Sejak Raisa tinggal be
Ketika Raisa mendengar tentang pengobatan putranya, dia langsung gelap mata dan membeberkan segalanya pada Syena."Reina bukan mencariku karena tahu identitasku. Dia cuma mau ngasih tahu kalau dia sudah menemukan ibuku."Setelah mendengar ini, Syena terkejut, "Apa?"Dia langsung kembali tenang, lalu pura-pura kebingungan."Bukannya ibumu ada di rumah? Apa maksudnya dia nemuin ibumu? Sekarang dia ada di mana?""Belakangan ini ibuku hilang jejak. Aku sendiri sudah mencoba mencarinya tapi nggak ada petunjuk sama sekali. Kemarin, Reina meneleponku untuk menemuinya. Baru kemarin aku tahu kalau ada orang yang mau membunuh ibuku." Mata Raisa sudah memerah dan berkaca-kaca.Ketika Syena mendengar ini, dia berpura-pura bersimpati, "Hah? Ibumu mati? Turut berbela sungkawa ya. Nanti tunggu Ibu bangun, kita minta Ibu mengatur pemakaman ibumu. "Syena pikir, ibu Raisa memang sudah meninggal.Namun apa yang dikatakan Raisa selanjutnya membuatnya bergidik."Ibuku dirawat di rumah sakit sekarang, dia
Belakangan ini, begitu Reina ada waktu, dia pasti akan mengunjungi Elly.Sayangnya setelah beberapa hari, Elly masih belum menunjukkan tanda-tanda akan sadar.Dokter juga bingung, "Aneh. Pasien ini punya tekad bertahan hidup yang kuat, harusnya dia sudah sadar.""Dokter, tolong jaga dia baik-baik. Kalau terjadi sesuatu, tolong beri tahu aku secepatnya," kata Reina."Oke."Setelah dokter menyanggupi, Reina pun pergi.Reina langsung pergi ke kantor cabang XS yang dulunya adalah Grup Yinandar.Karena terakhir kali mereka sudah mengusir Tanu, Syena dan para antek-anteknya, pagi ini Reina dapat kabar kalau mereka datang dengan membawa awak media dan melakukan protes di luar gedung perusahaan.Mereka para pendemo membentangkan sebuah spanduk lebar.Tanu dan Syena duduk di dalam mobil, tidak jauh dari sana.Tanu menatap dengan tajam, "Anak muda zaman sekarang terlalu kekanak-kanakan. Dia pikir bisa melakukan apa pun yang diinginkan karena dia memegang sebagian besar saham perusahaan? Hmph, ak
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba