Judul berita itu langsung menarik perhatian Morgan.Maxime!Akun IG Maxime yang sudah lama tidak digunakan, hari ini tiba-tiba memperbaharui status: "Memangnya aku nggak cukup? Pria mana yang bisa membuat istriku pindah hati? Haha, bercanda!"Akun IG ini jarang sekali digunakan, dulunya akun ini dikelola oleh bawahan Maxime.Meski begitu, akun tersebut penuh dengan penggemar wanita.Seperti yang semua orang tahu, Maxime adalah idola para wanita. Bahkan ada sekelompok pria yang juga mengaguminya.Totalnya ada puluhan juta pengikut!Jadi, begitu akun IG Maxime memposting status, berita ini langsung menduduki posisi teratas berita terpanas.Netizen meledak."Maxime menanggapi?""Hah? Ternyata Maxime bisa main IG juga? Sudah lama aku nggak melihatnya.""Ya, nggak ada kabar setelah dia mengundurkan diri dari Grup Rajawali tahun lalu. Aku kira dia kenapa-kenapa.""Seorang bos akan selalu menjadi bos. Sambil melindungi istrinya, dia nggak lupa memamerkan dirinya sendiri.""Benar. Kalau punya
Ekki tahu temperamen bosnya yang pasti akan balas dendam untuk hal seperti ini."Ya, aku proses segera."Maxime kembali memanggil Ekki, "Biar Yansen aja yang urus. Minta semua media itu mengeluarkan pernyataan minta maaf.""Ya."Ekki keluar ruangan dan memberi tahu Yansen.Belakangan ini Yansen sedang dalam suasana hati yang buruk akhir-akhir ini karena Alana akan menikah dengan Jovan.Dulu mereka pernah bertunangan, namun sekarang Alana akan menikah dengan orang lain."Pak Yansen? Kamu nggak apa-apa?" Ekki menaikkan suaranya saat melihat Yansen tidak fokus.Yansen kembali sadar, "Nggak apa-apa, aku akan mengurusnya.""Oke, terima kasih."Ekki berpikir dia akhirnya bisa beristirahat dengan baik.Yansen bekerja dengan sangat efisien. Pertama, dia mengumpulkan bukti lalu membuat draf tuntutan.Setelah itu dia mendatangi para media itu dan mengumumkan faktanya.Di dalam Grup Rajawali.Reina juga tidak percaya saat melihat postingan IG Maxime. Dia pikir Maxime akan meragukannya dan mengint
"Bibi hebat banget!" Syena tahu adik Liane memang hebat, namun dia tidak menyangka akan sehebat itu.Tiba-tiba, opini publik balik arah. Semua orang mulai menyerang Reina dan basis penggemar Ari mulai menurun lagi.Adik Liane tidak menganggap ini masalah besar dan berkata, "Ini bukan apa-apa. Wanita nggak tahu malu seperti dia pantas mendapat balasan.""Baiklah, terima kasih Bibi."Syena menutup telepon dengan gembira.Sekarang tidak ada gunanya Reina mencari bukti di rumah sakit karena sekarang gosip sudah berganti.Kali ini tentang Ari dan Reina.Maxime mengernyit setelah melihat berita itu, "Goblok!"Maxime hendak membereskan hal ini, namun dia tidak menyangka Ari malah membuat masalah baru.Ekki juga tidak menduganya."Bos, Ari sepertinya sangat tertarik pada Nyonya. Kalau nggak, dia nggak mungkin mengambil risiko untuk diri sendiri demi membantu Nyonya."Ekspresi Maxime seketika terlihat jijik, dia memutar bola matanya, "Sudah tahu!"Kuncinya sekarang, banyak orang yang mengirimin
Sekretaris itu mengetuk pintu dan setelah mendapat izin, mempersilakan Ari dan manajernya masuk.Ari langsung masuk ke dalam kantor dan terdiam saat melihat sosok familiar di kursi bos.Dia sudah pernah bertemu Maxime dan menyelidiki informasi tentangnya.Namun, karena Maxime punya saudara kembar, Ari pikir pria yang di depannya ini adalah Morgan karena dia bisa melihat."Kamu CEO Grup Rajawali, Morgan?"Ari langsung bertanya tanpa sungkan.Kalau Morgan, masih masuk akal.Lagipula, Morgan yang mengelola Grup Rajawali, jadi pastinya dia bisa mendirikan Grup IM.Maxime menjawab dengan dingin, "Aku mantan suami Reina, Maxime.""Kita sudah pernah bertemu." Maxime melanjutkan.Ari kaget, "Bukannya matamu bermasalah?""Sudah sembuh."Perkataan ini langsung terngiang di telinga Ari.Ari tidak pernah menyangka atasannya adalah mantan suami Reina!Kepercayaan diri Ari seketika hilang."Kamu CEO Grup IM?" Ari masih tidak percaya dan terus bertanya."Yah." Maxime langsung menjawab jujur saat meli
Maxime telah menyelidiki semua aset Ari, termasuk milik ayahnya.Dia yakin, Ari tidak akan mampu membayar biaya penalti pemutusan kontrak.Benar saja, tidak lama setelah Yansen dan Ari bicara, Ari meledak, "Empat triliun? Kalian merampok ya?""Kalau kamu keberatan dengan nilai ini, silakan bicara dengan pengacaramu," ucap Yansen tanpa basa-basi.Ari bukannya tidak menghasilkan sebanyak ini, hanya saja dia tidak menabung karena dia suka berdonasi.Jadi, dia tentu tidak mampu membayar semahal itu. Bahkan kalau meminjam pun, tidak mungkin meminjam sebanyak ini.Dia berdiri dan berkata, "Kalau gitu kita bicara lagi di persidangan."Karena negosiasi gagal, inilah satu-satunya cara.Yansen tertawa konyol, "Boleh, tapi kuingatkan, siapkan tim pengacara yang bagus ya."Sudah jelas ini bukan perkara mudah bagi Ari, karena dia artis yang ingin memutuskan kontrak.Setelah manajer Ari tahu duduk perkaranya, dia pun mengoceh, "Sudah kubilang Maxime itu bukan orang yang sederhana, sekarang akhirnya
"Apa?" tanya Reina.Sisil berkata, "Selain melakukan klarifikasi, kita bisa membongkar rahasia orang lain.""Terus ... Apa Ari punya pacar?" tanya Sisil.Reina menggeleng, "Nggak tahu deh, kayaknya sih nggak."Reina tidak terlalu dekat dengan Ari."Ah, lebih bagus kalau dia punya pacar yang belum dipublikasikan.""Malam ini aku ada janji makan malam dengannya. Kamu mau ikut? Kita bisa tanya langsung."Mata Sisil berbinar, "Oke! Aku sudah lama nggak ketemu pria ganteng, aku mau cuci mata!""Tenang, tenang." Reina tersenyum."Ya." Sisil mengangguk berulang kali.Di luar pintu, Melisha mengernyit bingung saat melihat Reina dan Sisil bisa begitu bahagia.Bukankah Reina seharusnya sekarang sedang cemas menghadapi opini publik? Kenapa dia begitu tenang? Bahkan bisa mengobrol santai dengan bawahannya.Apa dia sudah menemukan solusinya?Melisha langsung menelepon Syena, "Syena, kamu harus hati-hati. Kulihat Reina terlihat tenang, bahkan bisa bergurau sama bawahannya. Kayaknya dia sudah punya s
Reina bisa membaca tujuan Melisha.Semua orang melakukan semuanya demi keuntungan pribadi, Melisha juga sama.Tapi mencari Morgan jelas tidak mungkin.Reina harus menyelesaikan masalah ini sendiri.Opini publik makin tidak karuan. Reina diberitakan sebagai wanita tidak tahu malu yang punya banyak kekasih gelap.Setelah menikah, dia pergi ke luar negeri. Di sana dia punya banyak simpanan bahkan melahirkan anak dengan orang asing.Desas-desus itu menyebar luas dan banyak yang percaya. Mereka pun mulai mengkritik Reina sebagai orang yang tidak bermoral."Ya Tuhan, wanita ini menjijikkan sekali. Dia sesuka itu sama orang asing? Ya sudah ngapain balik ke tanah air?""Ya, ya, aku benci orang yang terlalu memuja orang asing.""Kasihan sekali Maxime. Dia pasti menangis."Sisil kesal setengah mati melihat berita yang begitu menghina."Orang-orang ini sangat menjijikkan."Reina terlihat santai, "Jangan dibaca, abaikan saja."Berita di internet makin heboh, Riko pun tahu."Kurang ajar!"Riko tida
Ini perbuatan kotor blogger ini.Para penggemar yang tadinya mendukung blogger ini langsung melihat daftar perbuatan tercela blogger ini. Misalnya seperti peretasan, menghina penggemar, merekam video diam-diam dan lainnya.Penggemar pun pergi.Mereka mulai mengkritik blogger ini.Blogger itu mencoba memberi pembelaan, tapi sia-sia.Satu menit, lima belas menit, setengah jam ... Semua informasi perbuatan kotornya terungkap.Kalau bukan karena Riko dihampiri guru dan ditegur untuk memasukkan komputernya, sepertinya blogger itu akan dikuliti hidup-hidup.Setelah blogger itu bisa masuk kembali ke akunnya, dia harus menerima caci maki dari para penggemar.Dalam waktu kurang dari tiga menit, semua penggemarnya memutuskan hubungan dan mulai mengeksposnya.Akhirnya dia sadar kalau dia sudah menyinggung seseorang.Saat dia menghubungi bosnya, akunnya langsung diblokir.Begitu atasan blogger itu tahu, dia langsung berkata dengan dingin, "Kenapa kamu bersikap begitu? Lihat, jutaan penggemar raib
Morgan tidak bisa menghindar, tidak punya pilihan selain menerima pukulan keras itu.Darah keluar dari sudut mulutnya, tubuhnya limbung. Cengkeraman tangannya di lengan Jess terlepas saat dia terdorong mundur dan hampir jatuh ke tanah.Erik mengepalkan tinjunya dan berdiri di antara dia dan Jess, menatap Morgan dengan dingin."Aku sudah berbaik hati mengantarmu ke rumah sakit, tapi aku nggak menyangka kamu akan datang ke sini dan berbuat kasar sama Jess. Sepertinya kamu masih belum cukup sadar, jadi aku akan membuatmu sadar!"Jika dia tidak datang untuk menjemput Jess, dia tidak akan melihat adegan Morgan yang mengganggu Jess.Dia mengatupkan giginya karena marah, ada sedikit kejengkelan dalam tatapannya saat dia menatap Jess."Kamu baik-baik saja?" tanyanya.Jess sedikit panik saat mendengar pertanyaannya, tetapi dia mengangguk. "Ya, aku baik-baik saja."Erik menoleh ke arah Morgan dan melangkah mendekatinya.Morgan berdiri diam sebelum menatap orang di depannya. Dia mengangkat tangan
Morgan melihat ke arah panggilan yang ditutup, suasana hatinya langsung jatuh ke titik terendah.Namun, dia tidak beranjak pergi.Di dalam perusahaan.Jess mengira Morgan sudah pergi, jadi dia berkemas seperti biasa dan keluar dari perusahaan.Sebelum dia keluar, Erik bahkan mengiriminya pesan."Aku jemput, ya?"Jess membalas pesan itu, "Nggak perlu, aku pulang sendiri saja."Dia terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri, bahkan setelah menghabiskan banyak waktu dengan Erik, dia masih belum terbiasa untuk dijaga olehnya seperti itu."Penolakan ditolak, aku sudah di lantai bawah perusahaanmu, cepat keluar." Erik tersenyum dan mengirimkan pesan itu.Jess sedikit tidak berdaya saat melihat pesan itu, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi.Erik memang seperti itu, selalu melakukan segala sesuatu terlebih dahulu, baru memberitahunya. Jess sudah terbiasa dengan hal itu.Berjalan keluar dari pintu perusahaan, Jess mencari-cari mobil Erik. Namun, sebelum dia bisa menemukannya, sesosok tu
Morgan hanya perlu menunggu persetujuan Jess, tidak mempermasalahkan apakah Jess sudah menikah atau belum.Jess tidak tahu harus bahagia atau sedih saat ini.Ternyata orang yang dia sukai kini juga menyukainya. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.Namun, yang menyedihkan adalah dia sudah menikah. Pernikahan ini diatur oleh orang tuanya, yang juga atas keinginannya sendiri. Erik memperlakukannya dengan baik, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu yang kiranya bisa mengkhianati Erik."Maafkan aku, Tuan Morgan. Tuan mungkin sudah salah paham dengan niatku untuk Tuan. Tuan itu atasanku, jadi aku harus bersikap baik kepada Tuan karena tuntutan pekerjaan, bukan karena aku menyukai Tuan seperti yang Tuan katakan." Jess terdiam sejenak, kemudian melanjutkan, "Selain itu, aku sudah menikah dan suamiku memperlakukanku dengan sangat baik. Kami berdua saling mencintai dan aku nggak akan menceraikannya."Kami berdua saling mencintai!Kata-kata itu sangat tajam dan menusuk ketika terdenga
Morgan membuka kontaknya dan melihat catatan panggilan pegawai tempat dia minum dengan Jess saat dia mabuk.Pikirannya kacau dan dia ingin sekali memastikannya.Entah sudah berlalu berapa lama, Morgan akhirnya berhasil menghubungi nomor Jess.Pada saat itu, Jess sedang sendirian di dalam perusahaan, sementara Erik pergi untuk menjalankan tugasnya sendiri setelah mengantarnya.Melihat panggilan dari Morgan, Jess ragu-ragu sejenak sebelum mengangkatnya."Tuan Morgan, ada apa?"Tuan Morgan?Morgan sedikit terdiam saat mendengar panggilan yang tidak biasanya digunakan Jess saat memanggilnya."Kamu yang membawaku ke rumah sakit hari ini?" tanya Morgan.Jess tidak mencoba menyembunyikan apa pun dan menjawab, "Aku dan Erik yang mengantarmu. Untung saja ada dia yang membantu. Kalau nggak, aku nggak akan bisa membawamu ke rumah sakit sendirian."Sepanjang jawabannya, dia menyebutkan nama Erik hingga beberapa kali.Morgan mengerti bahwa ini adalah untuk memberitahukan bahwa dia dan Erik sudah me
Simpul di tenggorokan Morgan bergulir. Dia menggunakan seluruh kekuatannya untuk membuka matanya dan melihat Jess. Ketika dia yakin itu adalah Jess, dia langsung mengangkat kedua tangannya.Jess tidak tahu apa yang ingin dilakukan Morgan, jadi dia mendekat dan bertanya kepadanya."Tuan Morgan, apa Tuan baik-baik saja? Apa ada yang nggak nyaman? Apa Tuan butuh air? Sebentar lagi kita sampai di rumah sakit."Begitu kata-kata terakhir itu terucap, tangan Morgan tiba-tiba mendarat di sisi wajahnya.Pria itu bergumam dengan suara pelan, "Jess? Apa aku sedang ... bermimpi?"Wajah Jess terasa panas, tubuhnya menegang dan dia menatapnya tidak percaya.Wajah Erik yang duduk di samping langsung berubah muram. Dia mengangkat tangannya untuk menepis tangan Morgan."Ngapain kamu?"Tangan Morgan jatuh dan dia benar-benar kehabisan tenaga, menutup matanya lagi.Jess menatap Erik dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Maafkan aku."Erik kesal, tetapi tidak menunjukkannya."Dia yang menyentuhmu, jadi kam
Ketika Jess dan Erik sampai, mereka langsung dimarahi."Kalian akhirnya datang juga. Bukan hanya mabuk, dia juga merusak banyak minuman di toko kami. Jadi, jangan lupa bayar dulu sebelum kalian membawanya pergi," kata pemilik tempat itu.Mendengar itu, Jess melihat ke arah yang pria ini tunjuk.Ini adalah pertama kalinya dia melihat Morgan seperti itu.Pakaiannya sedikit acak-acakan, wajahnya berjanggut dan sedikit tidak terawat. Dia mabuk berat, duduk tidak berdaya di kursi. Ada banyak pecahan botol di sekelilingnya, membuat udara pekat oleh bau alkohol.Mata Jess terlihat khawatir. Dia hendak meminta maaf kepada pemilik tempat ini, tetapi Erik yang berada di antara mereka berkata dengan dingin, "Apa kalian nggak tanggung jawab? Apa kamu tahu, kalau sesuatu terjadi dengannya di tempatmu ini, tidak ada satu pun dari kalian yang bisa lepas dari tanggung jawab."Dia tidak sebaik Jess."Itu masalah dia, apa hubungannya dengan kita?" Pelayan tidak terintimidasi oleh perkataan Erik.Ini ada
Jess sedikit tidak percaya. Kesehatan Morgan tidak baik. Selama bertahun-tahun dia merawatnya, dia tidak pernah melihat Morgan minum.Sekarang, mendengar nada bicara pria itu, Morgan sepertinya sedang mabuk berat.Namun ....Jess menoleh ke arah Erik, hatinya terkoyak.Dia sudah menikah dan bertekad untuk menjauhi Morgan. Dia tidak akan pernah bisa mengkhianati Erik."Itu, aku nggak bisa ke sana. Kalau kamu ada waktu, tolong antar dia ke rumah sakit. Setelah dia sadar dari mabuk, dia pasti akan sangat berterima kasih kepadamu," jawab Jess dengan sopan."Apa kamu bercanda? Kamu yang temannya saja nggak mau antar dia ke rumah sakit, apalagi aku yang cuma orang asing? Kamu ingin aku mengantarnya? Aku masih harus kerja." Pria itu menjawab dengan tidak sabar. "Kalau kamu nggak datang, aku juga nggak peduli lagi."Setelah mengatakan itu, pria di seberang sana menutup telepon.Wajah Jess terlihat cemas.Melihat ini, Erik tidak bisa menahan diri dan bertanya, "Ada apa?""Morgan mabuk." Jess me
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut