Setelah mengobrol dengan Riki, Reina mengantarnya ke rumah Doni.Sebenarnya Doni juga mau bertemu Riki, tapi Raisa khawatir Reina akan menemukan petunjuk akan kebohongan mereka, jadi Raisa melarang Doni menemui Riki."Huhuhuhuhuhu! Aku mau pergi main sama Kak Riki!""Kamu nakal banget sih? Kenapa nggak mau nurut? Mama nggak ngebolehin kamu pergi, ngerti nggak?" Raisa berujar dengan sangat tegas.Sekarang Liane sedang pergi mengurus pernikahan Syena.Sesampainya Reina di depan pintu, dia mendengar Doni yang menangis dan Raisa yang marah-marah.Reina pun masuk dan berkata, "Nona Raisa, apa kemarin Riki melakukan kesalahan atau aku yang sudah menyinggungmu? Kenapa kamu nggak mengizinkan Doni main sama Riki?"Begitu mendengar suara Reina, Raisa spontan menjadi gugup dan menoleh. Reina bisa melihat jelas tatapan panik Raisa."Ah ...."Ketika Doni melihat Riki, dia langsung tertawa lebar dan berlari menyambutnya, "Kak Riki."Riki mengangguk, "Ya."Reina melihat hubungan kedua anak itu baik-b
Tentu, Reina melakukannya juga karena hal ini menyangkut nyawa Elly.Reina memutuskan untuk jujur pada Raisa dan bertanya apa dia mengetahui keberadaan Elly.Raisa pulang sore harinya. Dia pikir Reina dan Riki sudah pergi karena bosan.Namun begitu Raisa masuk rumah, dia mendapati Reina sedang membaca buku sedangkan anak-anak masih bermain.Raisa hendak pergi untuk menghindari Reina.Tidak disangka, Reina angkat bicara untuk menghentikannya, "Nona Raisa, aku baru ingat. Ibu angkatmu Elly Sahaja, 'kan?"Raisa berhenti melangkah dan mau berbohong."Hah? Aku nggak tahu ...."Sebelum Raisa selesai bicara, Doni sudah berkata lebih dulu, "Tante Reina kok bisa kenal nenekku?"Sekarang, Raisa tidak bisa terus berdalih.Raisa mengernyit dan mengaku, "Ya, ibu angkatku adalah Elly Sahaja, dia adalah suster perawat ibumu waktu sakit."Reina merasa Raisa adalah orang yang aneh. Saat dia bertanya baik-baik, wanita ini tidak mau menjawab. Saat Reina tidak bertanya lebih lanjut, dia malah menjelaskan.
Tidak disangka, jawaban dari pertanyaan Riki selanjutnya akan membuatnya melompat kaget."Doni, kok kamu bisa yakin banget Liane itu nenekmu?"Doni berhenti bermain, menatap Riki, lalu berpikir sejenak sebelum bicara, "Mamaku bilang dia nenek palsu.""Nenek palsu?" Riki membelalak tidak percaya.Doni mengangguk, lalu merendahkan suaranya, "Kak Riki, aku cuma ngasih tahu Kak Riki aja. Jangan sampai bocor ke orang lain ya.""Oke."Riki langsung setuju, kemudian dia membawa Doni ke sudut kamar untuk mendengarkan ceritanya.Doni memberi tahu Riki, "Aku dengar percakapan mama dan nenekku di telepon. Mereka bilang Bu Liane bukan ibu mamaku."Padahal awalnya Riki hanya ingin bertanya tentang gambaran umum kehidupan Doni, tidak disangka dia malah mendapat rahasia yang begitu mengejutkan.Namun, Doni hanya anak berumur empat tahun, belum tentu semua ucapannya benar.Bagaimana seorang wanita secerdas Liane bisa menerima orang lain sebagai putri kandungnya?Memangnya dia tidak pernah melakukan te
Syena mau Raisa menjelek-jelekkan Reina di depan Liane supaya Liane mau menyingkirkan Reina.Raisa terlihat ragu, "Bukannya kemarin kita sudah cari masalah dengannya?""Itu nggak ada apa-apanya." Syena mengepalkan tangannya, "Sudah kubilang, ibu Tommy itu teman baikku, lain kali lebih hati-hati!""Ya, ya."Raisa kesal setengah mati dimarahi Syena yang selalu memperlakukannya seperti anak kecil begini. Ingin sekali dia membunuhnya.Sekarang dia sadar Syena tidak berniat menjadi kakaknya yang baik. Syena hanya ingin memanfaatkannya untuk menyingkirkan Reina.Kalau Reina sampai tersingkir, target Syena selanjutnya adalah Raisa.Raisa sudah lama memikirkan hal ini. Reina, kemungkinan besar adalah putri kandung Liane. Alasan mengapa Syena mempertahankan Raisa mungkin karena dia takut Liane dan Reina akan saling mengenali.Sekarang, Syena ingin menggunakan tangan Raisa untuk menyingkirkan Reina.Begitu Reina meninggal, Liane tidak akan pernah menemukan putri kandungnya.Bahkan kalau suatu sa
Jess sudah mengamatinya dari tadi. Sudah setengah jam berlalu namun Morgan masih membaca halaman pertama."Tuan Morgan, apa mau istirahat dulu?"Morgan tersadar dari lamunannya dan menjawab, "Nggak perlu."Morgan menutup bukunya, lalu bangkit berdiri. Namun tiba-tiba tubuhnya limbung.Jess langsung memapahnya."Tuan Morgan."Jess terlihat sangat khawatir.Dia tahu betul Morgan sama sekali tidak mau menikahi Syena, tetapi dia harus menikahi Syena.Karena sekarang hanya Syena yang bisa membantunya mengamankan posisi CEO Grup Rajawali.Pandangan Morgan seketika menggelap, butuh waktu lama baginya untuk kembali normal. Dia menoleh dan menatap Jess, "Maaf ya, kamu jadi kaget dan khawatir."Jess menggeleng dengan getir."Nggak apa Tuan Morgan, aku sudah terbiasa."Air mata mulai menumpuk di bagian bawah mata Jess, dia berkata, "Tuan Morgan, sekarang masih belum terlambat. Kalau kamu nggak mau menikah, bicara saja dengan Nyonya Joanna, dia pasti setuju.""Posisi CEO berikan saja pada siapa ya
Reina tertegun sesaat, lalu mengangguk, "Aku tahu, selamat ya."Selamat?Tenggorokan Morgan terasa sakit. Dia hanya berdiri diam di sana, tidak tahu harus berkata apa.Riki yang ada di dalam kamar melihat mamanya belum kembali, jadi dia keluar dan kebetulan melihat Reina berdiri bersama Morgan yang Riki takuti."Mama."Riki buru-buru memanggil Reina.Meski Morgan pernah menyelamatkannya, Riki masih agak takut pada pria ini, takut dia akan menyakiti mamanya.Reina merasa lega saat mendengar teriakan Riki, dia langsung menyerahkan payungnya yang sudah terbuka pada Morgan."Aku balik dulu."Morgan memegang gagang payung yang masih hangat dan menyaksikan Reina menghilang dari pandangannya selangkah demi selangkah.Morgan tidak tahu kalau tidak jauh darinya, Jess sedang berdiri di tengah hujan sambil membawa payung untuknya.Tapi setelah melihat Reina memberikan Morgan payung, Jess pun menyimpan balik payung yang dia bawa.Supaya tidak mempermalukan Morgan, Jess berpura-pura tidak melihat a
"Oke, cepat obati sakitmu.""Oke."Setelah Jess pergi, Morgan duduk dengan lelah di sofa sambil memijit pelipisnya.Begitu Syena tahu Morgan sudah pulang, dia langsung bergegas ke rumah Morgan. "Morgan, ibu dan adikku sudah dari kemarin lho datang ke sini, tapi kamu belum menyapa mereka."Morgan menatap Syena dan berkata, "Kan ada kamu? Tolong gantikan aku menyambut ibu dan adik."Syena girang bukan main mendengar Morgan mengubah panggilan untuk ibu dan adiknya. Syena pun merangkul lengan Morgan."Aku ya aku, kamu ya kamu. Ibu pasti senang kalau kamu sendiri yang mengunjunginya.""Oke, besok aku ke sana," jawab Morgan.Syena melihat Morgan yang selalu menuruti permintaannya, dia pun memberanikan diri untuk membuka kancing kemeja Morgan.Mereka berdua sudah bertunangan begitu lama, tapi dia belum pernah benar-benar menyentuh Morgan.Satu-satunya momen intim mereka adalah waktu Syena membiusnya, itu pun ketahuan.Syena berhasil membuka sebuah kancing kemeja Morgan, namun detik berikutnya
"Benar juga. Nanti begitu Aarav tiba, Grup Rajawali pasti akan lebih kacau, dengan begitu makin mudah bagi Grup IM untuk merebut Grup Rajawali," jawab Ekki.Maxime tidak banyak berkomentar tentang pamannya, tapi menanyakan kabar Tanu akhir-akhir ini."Cuma bersenang-senang sambil menangani tuntutan hukum Diego," jawab Ekki."Cari cara supaya Diego bisa menang.""Baik."Sebenarnya Ekki merasa Diego akan menang tanpa perlu dibantu Maxime.Karena Ekki tahu selama ini Diego selalu dibantu oleh Morgan.Entah apa maksud Morgan membantu Diego, dia bahkan tidak takut mengkhianati Syena.Tiba-tiba pintu kamar Maxime diketuk.Maxime menutup telepon dan ternyata orang yang masuk adalah Reina.Begitu Reina masuk kamarnya, dia langsung duduk dengan lunglai, "Hahh, capek banget."Berjalan sebentar saja sudah selelah ini. Reina merasa lebih lelah dalam kehamilan kali ini.Maxime menghampirinya dan berkata, "Aku pijitin?"Saat Maxime hendak mengulurkan tangannya, Reina langsung menghentikannya."Nggak
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba