Reina menggeleng, "Sebenarnya aku selalu merasa dia itu nggak suka sama aku. Tapi kemudian dia berkali-kali menyelamatkanku tanpa memedulikan keselamatannya sendiri. Mungkin sejak itu perlahan aku bisa menerima dia.""Awalnya aku memutuskan hidup bersama dengan Maxime demi anak-anak. Tapi entah mengapa perlahan kurasa aku punya perasaan padanya."Morgan hanya mendengarkan dalam diam, sebuah emosi berkilat di matanya yang lembut.Inti dari ucapan Reina adalah, perasaannya pada Maxime tumbuh seiring waktu.Tiba-tiba Morgan terbatuk."Kamu nggak apa-apa? Mau ke rumah sakit dulu?" tanya Reina.Morgan melambaikan tangannya dan setelah batuknya sedikit mereda, Morgan menyesap air hangat dari botol minumnya. "Nggak apa-apa, penyakit lamaku kambuh."Saat ini mobil mereka sudah masuk ke dalam sebuah rumah.Tempat ini sangat terpencil dan dijaga ketat oleh para pengawal. Morgan pasti langsung tahu kalau ada pergerakan apa pun."Kita sudah sampai, ayo turun.""Oke."Reina dan Morgan turun dari mo
Reina sedikit khawatir dengan situasi Maxime saat ini.Morgan berhenti melangkah, lalu menjawab, "Nggak."Morgan menjelaskan, "Pertama, kondisi Kak Maxime sekarang sangat nggak stabil dan mungkin melukaimu dan anak-anak. Kedua, tenaga medis di sini lebih memadai. Ketiga, kalian sudah bercerai. Keluarga Sunandar nggak akan setuju kalau Kak Max tinggal sama kamu."Setelah mendengar penjelasan Morgan, Reina sendiri merasa pertanyaannya barusan agak aneh.Maxime punya Keluarga Sunandar yang kuat sebagai pendukungnya. Memulihkan diri di sini memang jauh lebih baik daripada harus ikut pulang dengan Reina."Oke, kalau begitu ... maaf ya sudah merepotkanmu.""Bukan masalah repot atau nggak, gimana pun juga dia itu kakak kandungku. Aku juga sangat mengkhawatirkannya lebih dari siapa pun," jawab Morgan.Awalnya, Morgan mau mengantar Reina pulang, tapi Reina meminta Morgan mengantarnya kembali ke kantor.Reina bilang dia akan pulang dengan sopirnya sendiri.Morgan tidak senang hati saat melihat R
Tuan Besar Latief duduk di kursi utama.Joanna dan Morgan duduk bersebelahan. Wanita yang kuat itu tidak bisa menahan air matanya.Begitu melihat Ekki dipapah masuk, dia langsung bertanya, "Ekki, kamu kenapa?"Ekki berbaring di tandu, mengangkat kepalanya dan menatap Morgan di samping Joanna. Ekki masih belum tahu kenapa mereka memanggilnya datang, jadi dia tidak berani melapor situasi lebih dulu."Nyonya, Tuan Besar, kenapa kalian memanggilku ke sini?""Kenapa Max operasi otak? Kenapa dia jadi gila?" tanya Tuan Besar Latief.Ekki tercengang."Gila?"Morgan berjalan menghampiri dan berkata, "Pak Ekki, lihat perbuatanmu ini."Dia menunjukkan video tingkah Maxime pada Ekki.Ekki terhenyak, "Kok bisa? Kenapa bisa begini?"Apa operasinya gagal?Tatapan Morgan terlihat dingin, "Kalau bukan karena aku, apa ada hal lain yang akan terjadi pada kakakku?"Saat Morgan bertanya pada Ekki, dia tidak menyebut nama Jovan.Bagaimanapun, Keluarga Tambolo dan Keluarga Sunandar punya hubungan yang baik.
Tuan Besar Latief merasa bingung saat mendengar hal ini."Memangnya dia suka siapa?""Sudah jelas si Christy lah. Kakek tahu nggak waktu si Max cerai sama Reina, Max itu bawa si Christy," ucap Melisha.Tuan Besar Latief tidak menyangka Maxime akan jatuh cinta pada Christy.Keluarga Revilino yang sekarang sudah jauh menurun dari yang dulu.Orang tua Christy sudah lama meninggal, sebenarnya Christy tidak punya latar belakang yang cukup baik untuk pantas bersanding dengan Maxime."Kakek 'kan tahu Christy sejak kecil. Dia cantik, baik hati, bijaksana dan berbakti. Sekarang Max 'kan buta, kalau ada Christy yang merawatnya, kita juga lebih tenang."Melisha punya rencananya sendiri.Christy adalah seorang gadis yang lemah dan mudah dikendalikan. Kalau Christy menikah dengan Maxime, Melisha dan Rendy tidak perlu lagi mengkhawatirkan Maxime, mereka bisa fokus membereskan Morgan dan istrinya.Saat Tuan Besar Latief mendengar ucapan Melisha, hatinya pun tergerak.Sekarang Maxime buta dan idiot, d
"Dari awal kalian sudah tahu 'kan kalau operasi itu berbahaya?" tanya Reina.Ekki terdiam lama sebelum menjawab, "Semua operasi ada risikonya. Sekarang Anda sudah bercerai dengan bos dan kalian tidak punya hubungan apa-apa. Menurutku aku nggak perlu menjawab detail pertanyaanmu."Ekki sudah berjanji pada Maxime kalau operasinya gagal, dia tidak perlu bilang yang sebenarnya pada Reina supaya Reina tidak banyak pikir.Reina ingin menanyakan hal lain, tetapi Ekki sudah lebih dulu melanjutkan, "Gaby itu baik hati dan sangat ringan tangan. Tapi Anda nggak bisa minta tolong padanya begini hanya karena sekarang Anda adalah tuan rumahnya.""Tolong, jangan minta Gaby meneleponku lagi!" Ekki langsung menutup telepon.Karena Ekki sudah bilang begitu, Reina tentu sungkan menghubungi Ekki lagi. Dengan begitu, Ekki juga tidak perlu terbebani harus memberi penjelasan pada Reina.Reina menurunkan tangannya dan terlihat sangat kecewa.Melihat Reina seperti ini, Gaby pun bertanya, "Jadi gimana? Kamu nya
"Hmm, baguslah. Aku lega kalau kamu sudah bilang begini." Tuan Besar Latief tersenyum ramah, "Nanti kamu nggak usah takut ya waktu ketemu Max, kamu harus merawatnya dengan baik ya."Christy mengangguk sungguh-sungguh, "Oke Kek, tenang aja."Mobil pun melaju menuju sebuah vila.Morgan sudah dari tadi menunggu karena takut terjadi suatu perubahan.Christy ... Morgan saja tidak menyangka gadis seperti Christy mau merawat Maxime yang seperti ini.Christy pun sampai di tempat, setelah turun dari mobil, dia pun membantu Tuan Besar Latief turun dari mobil."Max, aku sudah membawa Christy. Ayo, kita sama-sama melihat Maxime.""Ya."Morgan berjalan di depan.Christy agak terkejut, kenapa Maxime pindah ke tempat terpencil seperti ini?Namun Christy tidak bertanya dan mengikuti Tuan Besar Latief masuk ke dalam rumah.Saat ini, Maxime masih belum bangun.Di luar kamar, para pelayan sedang membersihkan barang-barang yang rusak karena kekacauan kemarin dan menata kembali semua perabotan."Apa Tuan M
Christy akhirnya kalah telak dari Maxime.Dia keluar kamar dengan wajahnya yang memar."Ada apa ini? Kak Max kenapa?"Christy bertanya dengan nada tinggi.Para pelayan yang baru saja dimarahi Christy pun menunduk dan menahan tawa, tapi tidak ada yang menjawab.Mata Christy memerah karena marah. Akhirnya Christy sadar kalau para pelayan juga ditindas Maxime, namun nasib mereka jauh lebih baik daripada dirinya karena setidaknya para pelayan itu tidak terluka.Sedangkan Christy, sekarang dia hampir tidak berbentuk."Ayo ngomong! Kalian mau aku laporin ke Kakek Latief? Kalian semua bisa dipecat nanti!" Christy langsung mengancam saat melihat tidak ada yang hendak bicara.Seorang pelayan pun menjawab, "Nona Christy, Tuan Maxime sudah seperti ini sejak pertama kali diantar Tuan Morgan. Sepertinya dia gila."Gila?Christy tidak percaya dan tidak ingin percaya. Pria yang dari kecil dia kagumi sekarang berubah menjadi ... orang gila?Pantas saja Tuan Besar Latief terus menyuruhnya menjaga Maxim
Morgan terdiam setelah mendengar jawaban Reina.Reina menatapnya dengan begitu memohon, "Kumohon, izinkan aku bertemu Max."Reina sangat khawatir melihat kondisi Maxime yang seperti itu.Reina sudah berencana kalau Morgan tidak setuju, dia akan pergi minta izin ke Joanna.Bagaimanapun juga, Joanna adalah nenek dari anak-anaknya. Harusnya dia akan mengizinkan Reina."Oke, tapi kamu harus hati-hati ya," jawab Morgan."Ya."Morgan menambahkan, "Nanti pulang kerja kutemani ke sana. Kondisinya nggak stabil, hampir semua pelayan sudah dia pukulin.""Oke, maaf ya merepotkan. Aku lanjut kerja dulu," jawab Reina."Ya."Morgan memperhatikan Reina pergi. Setelah itu Morgan menelepon pelayan untuk menanyakan kondisi Maxime.Pelayan melaporkan bahwa Maxime masih tidak terkontrol dan suka memukul orang. Christy juga sudah dipukuli sampai babak belur dan diguyur air kotor.Morgan pun bertanya, "Apa dokter sudah datang?""Tuan Maxime baru saja tidur, sekarang sedang diperiksa oleh dokter.""Oke, kalau
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba