Share

BAB 3 (Teera dan Angin)

Penulis: Bung Choi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-14 17:18:57

Bumm, suara itu begitu keras terdengar. Riku, yang berada tidak jauh, bergegas cepat memastikan, apa? Atau siapakah itu?

Jikalau pun ada ledakan, biasanya adalah ledakan bahan peledak.

Sebagai tempat yang cukup tertutup dan jarang diketahui, hutan Yooru menyimpan banyak sekali spesies tumbuhan ataupun hewan yang langka, dimana proses pelestarian diserahkan kepada kakek, sekaligus diantara hal-hal yang terlarang untukku adalah memetik tumbuhan atau memburu hewan langka tersebut. 

Disini lah para pemburu ilegal mengambil kesempatan, dan secara aneh, mereka memang sering menggunakan peledak sebagai cara cepat untuk membunuh hewan-hewan tersebut, yang nantinya langsung mereka jual mahal, tentunya secara ilegal.

Jika itu memang mereka, maka Riku pun bertugas untuk mencegah dan menangkap mereka jika perlu.

Bumm, suara itu terdengar lagi, letaknya agak jauh, hampir di sisi terluar hutan yang mengarah ke sungai Mazz.

Meski terlampau agak jauh, tidak ada alasan bagi Riku untuk tidak memeriksanya.

Pertama, ditakutkan mereka adalah pemburu ilegal. Kedua, mereka juga mengganggu wilayah pribadinya. 

Riku sampai disana, dia mengambil tempat terbaiknya di pepohonan, ia mengintai, terdapat satu orang disana, seorang laki-laki.

Orang itu tidak nampak seperti pemburu ilegal, Riku pun diam untuk memperhatikannya dahulu. 

"Dari mana asal suara besar itu?" Gumamnya.

Orang itu nampak seperti kelelahan dari jauh, nafasnya seperti memburu. Sejenak ia seperti membuat kuda-kuda, mengatur nafasnya, lalu melompat dan ber-

"Apa? Berjalan di udara?"

Orang itu berjalan di udara dalam beberapa langkah. Tempat kakinya berpijak seperti tertahan oleh sesuatu seperti angin yang padat, pijakan terakhir mendorongnya tinggi, melesat ke atas.

Tepat saat ia mulai melambat, ia mengangkat tangannya, seperti menggenggam sesuatu, mengucap sejumlah kata dengan cepat, dan dalam sekejap, sejumlah angin berputar cepat di sekitar tangannya, menjadi padat berbentuk sebuah tombak, yang seketika itu juga ia tembakkan ke arah pohon besar di depannya, dan bumm.

Ternyata itu asal suaranya, gumam Riku yang masih tercengang dengan apa yang terjadi, siapa dia? 

Semantara masih di dalam ketinggian, orang itu kembali mengeluarkan jurus yang sama, meski dalam keadaan tubuhnya yang terbalik hingga 180 derajat dalam posisi terjatuh, tidak melemahkan fokusnya, tombak kedua, bumm. 

Sesaat sebelum jatuh, ia mengeluarkan tombak lagi, tombak ketiga, lalu melemparkannya. Tapi aneh, arah tombaknya terasa berbeda, arah itu--

Oh tidak--bumm. Riku berhasil menghindari tombak itu, sedetik saja ia lengah, maka ia akan habis oleh tombak itu.

Bagaimana dia tahu aku disini, gumam Riku. 

Sekejap dalam posisi terjatuh, sebab terkejut, Riku melihat ke arah orang itu, yang ternyata sudah berada di atasnya dengan tangan terangkat, siap menghantamnya.

Dengan sigap Riku menendang tubuh orang itu, memanfaatkan hal itu untuk memutar tubuhnya, menjauh dari jangkauan pukulan tersebut--bumm, pukulan tersebut menyentuh ruang kosong, tekanannya sampai ke tanah di bawah mereka dan membuat lubang berukuran sedang.

Riku dan orang itu terjatuh dalam keadaan sigap dengan kuda-kuda. Riku bersiap-siap menyerang, dan--

"Riku?" Ucap orang tersebut. Tudung di kepala membuatnya sulit dikenali. Riku masih menjaga kuda-kudanya.

"Ini aku, Teera." Ucap orang itu seraya melepas tudungnya. Riku melepas kuda-kudanya.

"Teera? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Riku. Teera merupakan teman jauhnya. Kakek Teera merupakan teman dari kakek Riku. 

"Kemarin, aku diminta kakekmu untuk berkunjung. Katanya, kau kesepian hahaha, benar itu?"

"Tidak, itu tidak benar. Mau saja kau dibodohi orang tua itu"

"Ya, setidaknya aku bisa melihatmu. Lihat lah aku, sudah resmi menjadi dewasa, hehe." Ucapnya seraya menunjukkan kalung yang terpaut di lehernya.

Kalung biasa, namun dengan sebuah batu kecil ditengahnya, batu yang indah, apakah?

"Jimat, kah?" Tanya Riku.

"Ya, kau benar"

Riku tidak percaya, bagaimana Teera sudah mendapat Jimat? 

"Jimatku adalah tipe elemen, angin lebih tepatnya." Teera menjelaskan.

"Memang bukan tipe yang kuat. Tapi, aku tahu bagaimana menggunakannya."

Riku masih berkutat dalam dipikirannya, bagaimana Teera mendapat kekuatannya? Angin? Seberapa kuat kekuatan itu? Tidak kuat? Lantas suara dentuman tadi, bukankah itu terlalu kuat?

Melihat temannya berpikir keras, Teera mengambil inisiatif.

"Sudah, jangan terlalu dipikirkan, otakmu masih tumpul, hahaha."

"Ini sudah sore, ayo kita ke rumahmu." Lanjut Teera.

Riku yang melihat hari sudah malam, hanya mengangguk dan mulai berlari cepat meninggalkan hutan bersama Teera, pulang kembali ke rumah.

Bab terkait

  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 4 (Menjadi Dewasa)

    Karena jarak yang cukup jauh, mereka baru sampai saat matahari sudah benar-benar tenggelam, dan malam baru saja datang. Dari jauh, pintu rumah nampak berbeda dengan adanya satu alas kaki yang berbeda, tamu? Pikir Riku."Kakek, aku pu-" suara Riku terhenti, ada sesuatu disana, dilihatnya tamu tersebut, dia tahu orang itu, dan tidak ada orang yang lebih dicintai Riku, selain orang itu. Riku pun merangsek berlari memeluknya."Halo Riku, kau tambah besar ya, haha." Ucap orang itu, Morgan."Kenapa kau kesini, Morgan?""Kakek bilang dia butuh teman, kesepian d

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-14
  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 5 (Titik Awal)

    Makan malam terasa begitu panjang, dan selesai saat menyentuh tengah malam. Morgan dan Teera menginap untuk malam itu. Teera tidur bersama Riku, dan Morgan tidur sendiri, dia selalu punya tempat untuk kembali, karena ini juga rumahnya. Sebab kebahagian yang memuncak, Riku tertidur lebih pulas, sehingga ia bangun lebih pagi esoknya. Keluar rumah, membawa semua hadiahnya semalam, jimat--yang kini ia ikatkan menjadi kalung di lehernya--dan busur barunya yang diberikan oleh Teera. "Baiklah, waktunya mencoba." Sebab langit masih sangat gelap, maka Riku akan mencoba berlatih untuk mengetahui kekuatan jimatnya. Mengetahui jimat ini menerimanya, dan lagi, ini adalah peninggalan ayahnya, ia tak sabar sekali untuk mencobanya. Ia berusaha mengingat apa yang dijelaskan oleh Morgan semalam. "Dalam mengaktifkan kekuatan Jimat. Banyak sekali prosesnya, Riku. Em...maksudnya, banyak sekali pemicu." "Bisa

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-14
  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 6 (Jimat Api)

    Teera yang tidak memahami apa yang tengah terjadi hanya diam dan berteriak."Apa yang dicoba?! Hey?!"Morgan hanya tersenyum, dan--splash. Morgan melesat cepat, yang kini, secara tiba-tiba, sudah berada di atas Riku. Teera tercengang dengan pergerakan Morgan.Inikah pergerakan seorang anggota pasukan kerajaan? Gumam Teera.Dalam gerak lambatnya di atas Riku, Morgan mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Riku mengambil posisi, memperhatikan apa yang keluar dari sakunya Morgan, itu--Riku terdiam, bingung, pemantik api?Morgan menyalakan pemantik api, dan dalam sekejap semua api dari pemantik tersebut seperti ditarik keluar dan berputar memadati salah satu tangannya yang teracung ke bawah, mengarah tepat ke Riku."Sihir api." Ucapnya."Fire...ball!"Selepas kata itu disebut, gumpalan

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-14
  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 7 (Pasukan Kerajaan)

    Malam setelah Riku mendapat kekuatannya, ia terbangun setelah kelelahan tadi sore. Ia pergi ke ruang makan, perutnya lapar setelah seharian berlatih dengan Morgan.Sesaat setelah sampai, kakek tengah duduk sendirian di meja makan. Riku duduk, dan langsung mengambil makan, tak memperdulikan kakeknya."Kau kelelahan? Dasar lemah!? Hehe." Ucap kakeknya, membuat Riku menahan suapannya, waktunya membalas."Bilang saja kau iri, heh. Sekarang aku sudah kuat, dan setelah berlatih menjadi lebih kuat, aku akan pergi dari sini.""Berkelana jauh, menuju tempat-tempat yang belum pernah aku kunjungi. Tempat dimana kau tidak bisa memarahiku.""Lalu--" ucapnya tertahan."Pergi mencari ayah." Ucap Riku, dan melanjutkan makan.Kakek hanya memandangnya diamDia sudah tumbuh secepat ini hah? Hehe. Lihat lah Kur

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 8 (Kekuatan dan Rencana)

    Setelah panjang menjelaskan bagaimana kehidupan Ayah Riku. Kakek pun melanjutkan pembicaraan.“Kekuatanmu persisi seperti ayahmu, kekuatan api murni." Ucap Kakek.Riku yang mendengar kata itu pun masih bingung, ia tidak paham mengenai dasar-dasar kekuatan dan sejenisnya.“Jika aku pemilik api murni, apakah artinya ada pemilik kekuatan api yang tidak murni? Dan apa yang membedakan keduanya, kakek?” Ucap Riku.Kakek melihat keingintahuan Riku, sepertinya ia harus menjawab semua hal yang ingin ditanyakan Riku malam ini.“Mudahnya, kekuatan murni adalah kekuatan dimana pemiliknya dapat mengeluarkan sihir tersebut tanpa perlu pemantik atau sesuatu sejenisnya…” Jelas kakek.“Sebagai contoh kekuatan api-mu. Kau bisa langsung mengeluarkan kekuatan tersebut bukan? Berbeda dengan Morgan yang menggunakan pemantik api, ja

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 9 (Teman dan Musuh)

    Riku baru saja sampai di rumah pohon. Ia perhatikan dengan seksama temannya yang satu ini. Teman tak bernyawa yang telah menemaninya pada masa-masa awal kehidupan bermainnya. Tempat berteduh, tempat belajar, tempat berlindung, tempat untuk kembali. Ia tarik nafas yang dalam, dan mulai memanjat naik ke atas.Dilihatnya apa-apa yang ada disana, seluruh proyeksi kehidupannya, gambaran perkembangan dirinya. Dibukanya semua catatannya, disana lah semua kebahagian, keluh kesah yang ia miliki tercurahkan. Ia baca sekali lagi dan ia tutup buku tersebut, ia tak akan membawa buku itu, ia sudah bertekad untuk pergi dan menjadi dirinya, semua hal yang akan membuatnya rindu kembali, akan ia tinggalkan.Dia ambil beberapa buku disana, ia baca kembali sebelum ia masukkan ke dalam tas. Apapun yang terjadi nantinya, ia akan menggunakan semua yang ia pahami untuk berjuang di tempat selanjutnya. Ia membaca dan terus mengulang bacaan tersebut sampai

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-15
  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 10 (Kecewa)

    "Apa yang kau lakukan disini, Morgan?"Morgan hanya memandangnya dengan dingin."Aku mencarimu." Tegasnya.Mencariku? Untuk apa?"Apa kau akan melindungi kami dari para penyerang hutan ini?" Tanya Riku.Morgan hanya menghela nafas, menundukkan kepala ke arah Riku."Aku yang membakar hutan ini"Apa ini? Gumam Riku.Morgan membakar hutan ini? Mengapa? "Aku membakar hutan ini, sebab kakek tidak mau memberi tahu apapun.""Jadi, aku menyerangnya dan membakar hutan ini. Memancingmu untuk datang kesini."Apa? Memancingku? Kenapa ia juga menyerang kakek?Morgan maju selangkah lebih dekat dengan berdiri tegap."Riku, atas perintah dari perdana menteri kerajaan, kau kami tahan karena terlahir sebagai anak dari orang yang terkutuk, Raja Api Kuri."Terkutuk? Raja Api Kuri? Ayahku? Ayahku orang terkutuk?"Apa maksudmu, Morgan? Bukankah ayahku adal

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-19
  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 10 (Pengkhianat)

    "Apa yang kau lakukan disini, Morgan?"Morgan hanya memandangnya dingin."Aku mencarimu." Tegasnya.Mencariku? Untuk apa?"Apa kau akan melindungi kami dari para penyerang hutan ini?" Tanya Riku.Morgan hanya menghela nafas, menundukkan kepala ke arah Riku."Aku yang membakar hutan ini"Apa? Gumam Riku.Morgan membakar hutan ini? Mengapa?"Aku membakar hutan ini, karena kakek tidak mau memberitahu keberadaanmu.""Jadi aku menyerangnya dan membakar hutan ini, memancingmu untuk datang kesini."Apa? Memancingku? Tapi, untuk apa? Dan mengapa ia melakukan semua ini?Morgan maju selangkah lebih dekat dengan berdiri tegap."Riku, atas perintah dari perdana menteri kerajaan, kau kami tahan karena terlahir sebagai anak dari orang yang terkutuk, Raja Api Kuri."Terkutuk? Raja Api Kuri? Ayahku?Ayahku orang terkutuk? A

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-10

Bab terbaru

  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 22 (Para Pencuri – Pertarungan Pertama)

    “Apa kalian lihat seorang bocah disini?” tanya Morgan. Para pemburu terdiam dengan rasa takut. Mereka sadar siapa yang berdiri di hadapan mereka. Kapten dari Pasukan Kerajaan, terlebih seorang kapten dari pasukan pertama. “Apa yang dilakukan seorang Pasukan Kerajaan di hutan Yooru?” Morgan berjalan maju. Sedangkan, para pemburu mempersiapkan diri, menjaga jarak. “Aku tadi merasakan bocah itu disini. Dimana dia?” Morgan terus mendekat. Diambilnya pemantik api, ia nyalakan api itu. Dengan cepat itu membuat tekanan panas dengan api itu. Morgan mencoba menfokuskan dirinya, perluasan tekanan itu menjadi radar, namun – “Mati kau!! Hahaha!!!” Seseorang meloncat dari kegelapan, mencoba menerjang Morgan dengan sebilah pedang yang dihunuskan kepadanya. Wajahnya – sudah siap membunuh. Morgan dengan cepat membakar sekelilingnya dengan api. Api besar nampak membara mengelilinginya. Orang tadi langsung menghindar. Api Morgan terasa begitu panas, bahkan sebelum orang itu menyentuhnya. “Cih

  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 21 (Pemburu Liar)

    Pertandingan sudah dimulai. Pertandingan yang dibuat sepihak oleh Riku guna membuat Morgan menyadari kehebatannya.Morgan sendiri hanya mengikuti keinginan Riku.Mungkin tidak apa jika aku ikut permainannya – pikirnya, ini permainan baginya, liburan di masa senggangnya.Morgan sendiri baru saja selesai mendapat buruannya.“Aku rasa ini sudah cukup.” Ucapnya, sedang di hadapannya terdapat seekor Bison yang sudah terkapar.“Semoga ini tidak terlalu berat.” Ia pun berjalan pulang. Diangkatnya bison di pundak.Di tengah perjalanan, Morgan hanya memenuhi kepalanya dengan banyak hal.“Dia begitu menyayangi ayahnya. Kini, ia terbebani dengan betapa kuatnya ia, dan kekecewaan dalam hatinya terhadap apa yang dilakukan Kuri padanya – meninggalkannya.” Perkataan Yuo sebelumnya terlintas.Dan jauh sebelum itu –“Aku serahkan anak itu padamu.”“Anak itu? Siapa dia?!”“Anakku, Riku namanya.”Kenangan lain, ikut terlintas. Morgan hanya tersenyum dalam diamnya.“Bodohnya aku menerima tugas yang merep

  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 20 (Pertandingan Dimulai)

    “Bagaimana dengan pertandingan!? Aku akan mengalahkanmu, dan menutup mulutmu itu.”Morgan pun berdiri, dan menatap Riku tajam, lalu ia tersenyum.“Baiklah, aku terima. Apa tantangannya?”“Mudah saja, akan ku jelaskan di luar.”*****Riku dan Morgan pun berjalan ke luar rumah, Yuo memperingatkan Morgan.“Jangan dibawa terlalu serius, Morgan. Dia masih anak-anak.” Jelas Yuo.Morgan mendengarnya dan tertawa kecil.“Kau tahu, kakek. Sebagai orang yang terlihat kasar kepada Riku, rupanya kau begitu memperhatikannya.”Kali ini Yuo yang tertawa cukup keras mendengar ucapan Morgan.“Ya, bisa kau sebut itu sebagai naluri orang tua.”“Tenang saja. Aku hanya akan mengajarkan dia apa yang diajarkan kapten kepadaku.” Jelas Morgan.Sesampainya di depan rumah.“Kita akan berburu. Siapa yang membawa buruan terbaik, dia pemenangnya.” Ucap Riku.“Kau yakin malam ini? Bukankah banyak hewan buas yang keluar pada malam hari?”Riku memandangnya dengan tatapan menghina.“Jadi, kau takut?”Demi menghadapi ta

  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 19 (Awal yang Buruk)

    Sementara itu, Riku dan Teera.“Baik. Em…kita mulai dari mana dahulu ya?” tanya Teera.“Kau sendiri yang bilang kalau kau hebat dalam berdiskusi!? Jangan tanya aku.”“Oke, sebentar.”Teera berpikir sejenak.“Oke. Pertama, apa yang diinginkan kerajaan dari dirimu?” tanya Teera.“Em….”“Entahlah Teera, aku pun tidak tahu.” Jelas Riku.“Tidak mungkin tidak ada sesuatu yang penting darimu, yang sampai membuat pasukan kerajaan menyerang.” Tegas Teera, Riku pun hanya menganggukkan kepala.“Kau benar. Bahkan sampai kakek berusaha begitu keras untuk menolongku.” Ucapnya sedih, ia masih memikirkan kakeknya.“Apapun hal itu. Aku yakin kakekmu tahu sesuatu, begitu pula dengan Morgan.”Riku terlihat memadatkan kepalan tangannya, wajahnya mengkerut penuh amarah.“Morgan…” uc

  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 18 (Joker)

    “Bicaralah.” Tegas teman Rengga. “Aku tidak bertanggungjawab jika tubuhmu hancur setelah ini.” Rengga merendahkan tubuhnya, mendekatkan dirinya kepada sosok tersebut. Dengan pukulan yang cukup keras, rupanya sosok tersebut masih sadar, namun nampak terduduk kesakitan dan tidak mampu berdiri. Semakin dekat Rengga memastikan, yang ia lihat hanya sebuah senyum tipis dari sosok tersebut. “Siapa kau? Bicaralah.” Tegas Rengga. Sosok tersebut hanya mengangkat kedua tangannya, dan memperlihatkan seyumnya kepada mereka berdua. Teman Rengga yang tidak suka melihat wajah itu, langsung bergerak menghantamnya. “Tunggu!” teriak Rengga, namun telat. “15 kali.” Pukulan itu pun melesat bebas menghantam sosok tersebut, bumm. Tepat setelah pukulan tersebut kembali diangkat, tidak ada siapapun disana. Kepala Rengga dan temannya seketika terasa begitu pusing, penuh getaran, seperti diputar secara paksa. Hal itu terjadi dalam sekejap saja, setelah itu hilang. “Memang kekuatan yang mengerikan.” R

  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   Bab 17 (Apa yang sebenarnya terjadi?)

    Lima belas menit berlalu semenjak Rengga pergi. Teera masih melakukan pemanasan, tubuhnya sudah dibanjiri keringat, namun belum ada tanda Riku sudah menyelesaikan makannya.“Kemana Riku? Padahal hanya makan sayuran, kenapa dia bisa selama ini.”“Apa dia memang selemah ini dengan sayuran?”Setelah menyentuh dua puluh menit, Teera menghembuskan nafas, menyerah.Sepertinya aku terlalu memaksa dia, akan kulihat apakah dia pingsan atau sejenisnya. Gumam Teera.Namun, baru beberapa langkah, Riku datang, dan ya – wajahnya seperti mau mati mencoba menelan banyak sekali sayuran.“Ayo latihan, huekk.” Ucapnya menahan mual.Teera yang melihatnya hanya tertawa ringan.“Telan dulu semua itu, baru kita latihan.”Riku dengan mata yang sudah basah dan keringat dinginnya, langsung menelan semua sayuran hijau itu, huekkk.Selepas membasuh wajah, ia kembali datang ke Teera dan sudah siap untuk latihan. Namun, tidak butuh waktu lama ia menyadari bahwa tidak ada Rengga.“Hei Teera. Dimana kakekmu? Bukanny

  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   Bab 16 (Yura dan Pemilik Rasa Takut)

    “Aku pulang.” Ucap orang tersebut seraya masuk ke dalam rumah. Dari jauh, seorang anak kecil berlari cepat menuju arah dari suara itu.“Ayah!” teriaknya yang disambut oleh pelukan ayahnya.“Kamu sudah pulang. Bagaimana tugasmu tadi?” tanya seseorang yang kemudian Nampak datang dari arah dapur, itu istrinya.“Ya cukup aman, Mareta.”“Hanya membereskan sedikit cecunguk yang berteriak Revolusi. Hehe.” Anak kecil itu mendengarkan dengan seksama, walau tidak paham di umurnya yang masih tiga tahun itu, namun melihat bagaimana sang ayah tertawa dan bercerita adalah hal yang keren.“Bagus lah kalau seperti itu, sayangku.” Namun setelahnya sang ayah menundukan kepalanya. Mareta terdiam, ia tahu ada sesuatu yang mengganggunya.“Ada apa sayangku?”Sang ayah menatap Mareta. “Aku rasa, pelakunya masih orang yang sama.”Mareta hanya terdi

  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 15 (Tuan Muda dan Helena)

    “Morgan, kau yakin dengan ini?” orang itu bukan karena tidak percaya, hanya saja, hal ini begitu beresiko, terlebih bagi Morgan. “Ya, aku sangat yakin.” Tidak perlu ada lagi keraguan, hal seperti itu hanya akan menghalangi apapun. Selama kau memiliki rencana,mempertimbangkan semuanya, bahkan sampai kepada keadaan terburuk, maka tidak aan ada masalah, dan lagi, selama kau tidak bermain dengan emosi di dalamnya. “Apa kau ragu?” Morgan bertanya. Orang itu menggeleng. “Tidak.” “Hanya saja, aku berharap kita bisa saling berbagi kesulitan dalam hal ini.” “Karena aku juga bagian dari rencana ini.” Morgan tidak menggubris pernyataan temannya itu. “Maaf, aku tidak bisa.” Orang yang bersamanya nampak heran. “Apa sesulit itu hanya untuk berbagi?” Morgan tersenyum kecil. “Bukan masalah itu.” Morgan menunduk. “Aku hanya tidak ingin menyusahkan siapapun lagi.” “Hanya itu.”  

  • Riku's Story (Benua Meera dan Raja Api)   BAB 14 (Hal Tersembunyi)

    Morgan beserta pasukan kerajaan kembali, Yuo ikut bersama mereka. Tubuhnya diikat kuat, dan itu bukanlah pengikat sembarangan, melainkan alat khusus yang dapat menahan kekuatan sihir dari jimat.Setelah sampai di kerajaan, mereka berjalan sedikit lebih jauh, bergerak ke bagian terburuk di dalam kerajaan ini, penjara kesengsaraan. Yuo pun dilempar dan ditempatkan di sel tersendiri, sebab mereka tahu seberbahaya apa Yuo jika tidak ditekan sekeras ini.“Jadi, inikah penjara kesengsaraan? Tidak begitu buruk.”Yuo hanya diam memperhatikan, masalah seperti ini? Hanya masalah sepele bagi kakek tua ini.“Kau akan tahu setelah ini, kakek tua.”“Atau aku harus membunuhmu sekarang?”Moreey hendak mencabut pedangnya.“Moreey! Tahan dirimu.”Morgan baru sampai, dia baru saja menyampaikan hasil penyerangan ini kepada perdana menteri.Moreey kembali memasukkan pedangnya dan tertundu

DMCA.com Protection Status