Narendra dan Ibu Rubi menuntun Natasya masuk ke ruang dokter. Baru melihat dokter saja Natasya sudah terlihat sangat ketakutan dan ingin keluar dari ruangan itu. Sayangnya Ibu Rubi memegang tangan Natasya dengan sangat kuat.
“Silakan pasiennya berbaring di tempat tidur,” titah sang dokter.
“Ayo Natasya,” ajak Ibu Rubi.
“Bu, Natasya baik-baik aja. Natasya nggak perlu diperiksa sama dokter,” ucap Natasya, tapi Ibu Rubi membaringkan Natasya di ranjang rumah sakit.
“Natasya udah sembuh,” tambah Natasya.
“Natasya, kita sudah sampai di sini. Biarkan Dokter periksa kamu,” titah Ibu Rubi.
“Dokter, silakan periksa putri saya,” ucap Ibu Rubi.
“Dokter, saya nggak sakit. Maaf, saya harus pergi,” ucap Natasya.
Natasya beranjak dari ranjang rumah sakit dan langsung kabur dari sana karena ketakutan.
“Natasya,” panggil Ibu Rubi dan Narendra.
“Maaf, Dokter. Putri saya takut kalau dia akan di suntik, itu sebabnya dia lari,” ucap Ibu Rubi.
“Iya, Bu. Tidak apa-apa,” jawab sang dokter.
“Maaf sudah mengganggu waktu dokter. Saya permisi,” ucap Ibu Rubi.
“Silakan,” ucap dokter.
“Narendra, ayo kita susul Natasya,” ajak Ibu Rubi.
“Iya, Tante,” jawab Narendra.
Mereka pun pergi menyusul Natasya. Sayangnya saat mereka sampai di depan rumah sakit, Natasya sudah pergi naik taksi.
“Natasya itu, dia kabur dan pulang naik taksi,” ujar Ibu Rubi.
“Narendra, maafkan tante karena jadi merepotkan kamu,” ucap Ibu Rubi.
“Nggak papa, Tante. Narendra akan antar Tante ke rumah,” ucap Narendra.
“Iya, Nak. Terima kasih,” ucap Ibu Rubi.
***
“Ada apa sama ibu? Seharusnya ibu tau kalau aku cuma pura-pura sakit agar nggak pergi ke mall sama Narendra,” ujar Natasya kesal.
“Maaf, Mba. Mau saya antar kemana?” tanya supir taksi.
“Lurus aja, Pak. Saat ada perempatan belok kira dan nanti saya tunjukan lagi jalannya,” jawab Natasya.
Ponsel Natasya berdering. Natasya melihat layar ponselnya dan ternyata suara dering itu karena ada panggilan masuk dari Ibu Rubi.
“Ibu,” ucap Natasya seraya menerima panggilan itu.
“Halo, bu,” ucap Natasya.
“Natasya, kenapa kamu kabur? Dokter nggak akan suntik kamu, Nak,” ucap Ibu Rubi.
“Bu, Ibu tau kalau Natasya takut pergi ke dokter. Seharusnya Ibu jangan paksa Natasya pergi ke sana,” ucap Natasya.
“Lagian Natasya cuma pura-pura sakit aja. Natasya baik-baik aja,” ucap Natasya.
Ibu Rubi menatap Narendra yang sedang menyetir.
“Maaf, Natasya. Kita akan bicara lagi nanti. Kamu lagi pulang ke rumah, kan?” tanya Ibu Rubi.
“Iya, Natasya lagi di perjalanan ke rumah,” jawab Natasya.
“Ya sudah, Ibu tutup teleponnya. Sampai ketemu di rumah,” ucap Ibu Rubi, lalu memutus pembicaraannya di telepon.
“Bagaimana, Tante? Natasya pulang ke rumah, kan?” tanya Narendra.
“Iya, dia sangat ketakutan dan pulang ke rumah,” jawab Ibu Rubi.
Narendra tersenyum. “Jujur, Narendra sampai harus tahan tawa karena tau Natasya takut disuntik,” ucap Narendra.
“Itu lucu aja menurut Narendra,” tambah Narendra.
Ibu Rubi tersenyum tipis. “Iya, dari kecil Natasya memang takut di suntik. Dokter yang menyuntik Natasya harus berusaha keras. Dan semua orang rumah harus bujuk Natasya,” ucap Ibu Rubi.
“Tapi, hanya ada dua orang yang bisa bujuk Natasya,” ujar Ibu Rubi.
“Pasti Tante Rubi dan Om Adam,” tebak Narendra.
“Bukan, tapi Nara dan Abi,” ucap Ibu Rubi keceplosan. Dia tak sengaja menyebutkan nama Nara di depan Narendra.
“Siapa Nara? Narendra kira saudara Natasya cuma Kak Abi,” tanya Narendra penasaran.
Ibu Rubi sedikit gugup, tapi dia berusaha untuk tenang dan menjawab pertanyaan Narendra dengan santai.
“Nara, dia memang bukan saudara Natasya. Kalau dia saudara pasti dia ikut makan malam kemarin,” ucap Ibu Rubi.
“Nara itu teman masa kecil Natasya. Tapi, saat ini dia ada di luar negeri karena sedang menempuh pendidikannya,” jawab Ibu Rubi.
“Oh, sahabat masa kecilnya,” ucap Narendra.
“Iya,” jawab Ibu Rubi.
“Tante, dari kecil Natasya bilang kalau kalian menganggap Natasya sebagai putri kalian. Tante pasti sangat deket dengan Natasya, kan?” tanya Narendra.
“Iya, tentu kami sangat deket. Bahkan tante lebih dekat dengan Natasya daripada sama anak kandung tante, Abimanyu,” jawab Ibu Rubi.
“Sejak kecil Natasya adalah anak yang rajin, mandiri dan juga pekerja keras,” ucap Ibu Rubi.
“Saat ini usia Natasya baru dua puluh tiga tahun, tapi Natasya punya bisnis yang dia rintis sendiri. Dan Natasya juga masih sempat bekerja di kantor keluarga untuk membantu ayahnya dan Abi,” kata Ibu Rubi.
“Bisnis? Natasya punya bisnis sendiri?” tanya Narendra.
“Iya, dia punya bisnis kuliner. Tapi, dia percayakan bisnis itu pada sahabatnya. Natasya lebih memilih sibuk di kantor daripada mengurus restoran miliknya,” ucap Ibu Rubi.
“Natasya nggak ceritain soal bisnisnya. Narendra baru tau dari Tante Rubi,” ucap Narendra.
“Mungkin dia belum punya waktu untuk menceritakannya. Tante yakin lain waktu dia akan cerita ke kamu,” ucap Ibu Rubi.
“Narendra semakin yakin untuk menikahi Natasya. Natasya benar-benar gadis yang sangat sempurna,” ujar Narendra.
“Iya, kalau begitu kamu harus nikahi Natasya secepatnya. Jangan ditunda lagi karena Natasya itu benar-benar gadis yang sangat baik. Kamu akan bahagia jika menikah dengannya,” ucap Ibu Rubi.
Tante nggak sabar melihat kehancuran kamu. Kamu menghancurkan masa depan Naraya, jadi kamu harus membayar perbuatan kamu itu, batin Ibu Rubi.
***
“Naraya,” ucap Natasya saat taksi berbelok ke arah kanan dan dia melihat Naraya berjalan ke arah kiri.
“Pak, hentikan taksinya di sini! titah Natasya.
Supir taksi menghentikan taksinya secara mendadak.
“Tetap di sini! Saya akan kembali,” titah Natasya.
Natasya langsung turun dari taksi dan menyeberangi jalan, lalu mengejar Naraya yang berjalan kaki di tepi jalan.
“Nara,” teriak Natasya sambil berlari.
Naraya melihat ke arah Natasya, tapi langsung berlari ketakutan.
“Naraya,” teriak Natasya semakin menambah kecepatan larinya.
“Nara, jangan lari,” teriak Natasya hingga dia terjatuh karena terus berlari.
“Aww,” pekik Natasya karena telapak tangannya kembali terluka.
“Astaga, kenapa tangan kanan ini selalu terluka. Kemarin karena Narendra dan sekarang karena kecerobohan aku,” ucap Natasya.
“Naraya, kenapa dia ada di jalanan? Aku harus kejar Nara dan hubungi Abi agar Abi kasih tau pihak rumah sakit,” ucap Natasya.
Natasya bangun dengan susah payah dan berusaha menekan nomor Abi dengan tangan kirinya.
“Halo, Abi. Naraya ada di jalanan. Aku udah berusaha kejar, tapi dia lari,” ucap Natasya.
“....”
“Iya, tolong hubungi pihak rumah sakit yang merawat Nara. Aku akan berusaha cari Nara. Dia pasti belum jauh dari sini,” kata Natasya.
“....”
“Iya, aku share lokasinya. Aku tunggu kamu,” ucap Natasya, lalu memutuskan teleponnya.
“Nara, kenapa kamu bisa kabur dari rumah sakit?” ujar Natasya, kemudian pergi mencari Naraya.
Tak lama kemudian Abimanyu datang dan menghampiri Natasya.
“Aku udah hubungi pihak rumah sakit. Mereka bilang kalau Nara kabur dari rumah sakit dan sejak tadi mereka sedang mencari Nara,” ucap Abimanyu.
“Kamu jangan cemas, Nara pasti akan ketemu dan kembali di bawa ke rumah sakit,” ucap Abimanyu.
“Iya, makasih udah mau datang ke sini. Aku benar-benar bingung,” ucap Natasya.
“Iya, kamu nggak perlu berterima kasih. Nara bukan cuma adik kamu, dia juga adik aku,” ucap Abimanyu.
“Kenapa kamu di sini sendirian?” tanya Natasya.
“Aku akan ceritakan nanti, Abi. Saat ini aku benar-benar cemas sama Nara, tapi aku harus pulang ke rumah karena Narendra dan Ibu tadi pergi sama aku,” ucap Natasya.
“Natasya, Abi, kalian di sini?” tanya Ibu Rubi yang tiba-tiba datang bersama dengan Narendra.
Natasya terkejut melihat kedatangan mereka dia pun tak bisa menjawab pertanyaan Ibu Rubi.
“Mah, Natasya dan Abi nggak sengaja ketemu di sini,” jawab Abi.
“Iya, taksi aku ada di seberang jalan, Bu. Aku lihat Kak Abi, jadi aku turun dulu,” jawab Natasya.
“Natasya pasti ngadu sama kamu kalau dia kabur dari rumah sakit karena takut di suntik, kan?” tebak Ibu Rubi.
“Iya, Mah. Natasya udah cerita semuanya. Dia ini memang seperti anak kecil,” ucap Abi berpura-pura tau semuanya.
“Natasya, telapak tangan kamu berdarah,” ucap Narendra.
“Iya, luka yang kemarin belum kering dan aku kembali terluka. Tadi aku jatuh,” jawab Natasya.
“Apa? Kamu jatuh? Kenapa kamu nggak bilang ke aku,” ucap Abimanyu dengan sangat cemas.
“Ini cuma luka kecil, Kak,” ucap Natasya.
“Coba aku liat,” ucap Abi. Abimanyu menarik tangan Natasya dan meniup luka di tangan Natasya.
Kakak Natasya sangat perhatian pada Natasya. Natasya sangat beruntung karena punya keluarga angkat yang sangat baik. Seluruh keluarga Atmaja memperlakukannya seperti seorang putri, batin Narendra, lalu tersenyum.
“Jangan cemas, aku akan obati luka ini setelah sampai di rumah,” ucap Natasya, lalu menarik tangannya karena dia tak mau Narendra curiga kepada Abimanyu.
“Natasya, biar aku antar kamu dan Tante Rubi ke rumah. Kamu juga bisa obati luka kamu di dalam mobil. Ada kotak P3K di mobil aku,” ucap Narendra.
“Natasya, kamu bisa pergi sama Narendra. Obati luka kamu, ya. Jangan sampai infeksi,” ucap Abimanyu.
“Iya,” jawab Natasya.
“Aku akan urus semuanya. Kamu jangan khawatir,” ucap Abimanyu.
“Iya,” jawab Natasya sambil mengangguk.
“Urus apa, Abi?” tanya Ibu Rubi.
“Urusan kantor, Mah,” jawab Abimanyu.
“Ya sudah, kami pergi dulu,” ucap Ibu Rubi.
“Iya, Mah. Kalian hati-hati di jalan. Abimanyu ada meeting di daerah sini. Mungkin Abi akan pulang telat,” ucap Abimanyu.
“Kalian bisa pergi ke pesta lebih dulu dan Abimanyu akan menyusul,” ucap Abimanyu.
“Iya, Nak. Sampai ketemu nanti,” ucap Ibu Rubi.
“Iya, Ma,” jawab Abimanyu.
“Ayo Natasya. Luka kamu harus di obati,” ucap Ibu Rubi sembari menuntun Natasya.
“Permisi,” ucap Narendra kepada Abimanyu.
“Silakan,” ucap Abimanyu.
Narendra pun berjalan di belakang Ibu Rubi dan Natasya.
“Semoga petugas rumah sakit bisa menemukan Naraya. Natasya nggak akan tenang sebelum Naraya di temukan,” ucap Abimanyu.
Kemudian Abimanyu berlari ke mobilnya dan menjalankan mobilnya untuk mencari keberadaan Naraya yang kabur dari rumah sakit jiwa.
Natasya terlihat begitu cantik dengan balutan gaun berwarna hitam yang dihiasi dengan ornamen bunga-bunga. Natasya, Pak Adam dan Ibu Rubi bersama-sama datang ke rumah Narendra yang sudah didatangi oleh banyak tamu undangan. Lalu, saat mereka mau masuk rumah itu tiba-tiba Natasya menghentikan langkahnya.“Natasya, ayo kita masuk. Kenapa kamu berhenti di sini?” tanya Ibu Rubi kepada Natasya.“Bu, Abi belum kasih kabar. Natasya cemas dengan Nara,” ucap Natasya.“Natasya, sebaiknya kita masuk. Ayah yakin kalau Naraya sudah ditemukan. Abi kan harus siap-siap ke pesta, mungkin dia belum sempat menghubungi kita,” ucap Pak Adam.“Pak Adam, Ibu Rubi, ternyata kalian sudah tiba di sini. Kami menunggu kedatangan kalian dari tadi,” ucap Ibu Monica dengan sangat ramah dan senang dengan kedatangan mereka.“Natasya, ayo masuk, Nak. Narendra terus menunggu kamu dari tadi. Hanya kamu or
“Dasar laki-laki kurang ajar!” teriak wanita yang tiba-tiba datang ke pesta ulang tahun Narendra.Ibu Monica merasa tidak terima karena putranya di tampar oleh wanita tidak jelas itu. Ibu Monica pun mendekat dan menampar wanita itu dengan sangat keras.“Siapa kamu? Kenapa datang ke sini dan langsung menampar anak saya? Orang seperti kamu nggak seharusnya di tempat ini! Pesta ini hanya untuk orang-orang terhormat!” tandas Ibu Monica.“Iya, saya memang bukan orang terhormat dan kalian juga bukan orang terhormat. Narendra ini bukan laki-laki terhormat. Dia hanya laki-laki yang suka bermain wanita dan melecehkannya,” ucap wanita itu.“Ibu berbuat kesalahan dengan menampar saya,” tandas wanita itu dengan penuh amarah.“Jaga bicara kamu!” teriak Narendra.“Saya bahkan nggak kenal sama kamu. Tolong jangan fitnah saya,” ucap Narendra.“Iy
Natasya menempelkan ponselnya ke telinga dan mulai bicara kepada Narendra di telepon.“Halo, Narendra,” ucap Natasya di depan keluarga angkatnya.“Natasya, ayah dan ibu kamu pasti udah cerita semuanya sama kamu. Aku mohon jangan batalin pernikahan kita,” pinta Narendra dengan suara yang sangat cemas.Natasya menatap seluruh keluarganya, lalu Narendra kembali bicara di telepon.“Wanita yang datang ke pesta itu adalah pembohong. Aku nggak pernah menghamili wanita manapun. Buat aku kehormatan wanita itu sangat penting. Kamu masih ingat kata-kata aku waktu itu, kan?” ucap Narendra.“Narendra, ibu dan ayah aku adalah segalanya buat aku. Mereka memutuskan untuk membatalkan perjodohan kita, tapi .... ” ucap Natasya.“Natasya, aku mohon jangan lakukan itu. Aku benar-benar mencintai kamu dan aku nggak bisa kehilangan wanita seperti kamu. Kamu datang dalam
“Aku takut petir,” ucap Natasya masih sambil memejamkan matanya dan memeluk Narendra dengan erat di bawah rinai hujan.“Jangan takut! Aku ada di sini,” ucap Narendra, lalu tersenyum sambil mendekap tubuh Natasya.“Narendra mencari kesempatan untuk menyentuh Natasya. Aku nggak bisa biarin ini. Tapi, aku nggak bisa keluar dari mobil. Aku udah janji sama Natasya untuk mengawasi dia dari kejauhan. Aku nggak bisa mengecewakan Natasya,” ucap Abimanyu yang sudah sangat geram melihat Natasya ada di pelukan Narendra.Natasya tersadar kalau dia memeluk Narendra. Karena itu Natasya langsung melepaskan pelukan Narendra dan menatap Narendra dengan rasa bersalah.“Aku minta maaf, seharusnya aku nggak peluk kamu sembarangan,” ucap Natasya.“Nggak papa, Natasya,” ucap Narendra dengan santai.“Natasya, lebih baik aku antar kamu pulang. Kamu takut petir, kan?” tany
Pagi hari, Natasya dan Abimanyu sibuk di dapur dan sedang mengemas makanan ke kotak makan. Natasya menutup kotak makanan itu dan kemudian memberikannya pada Abimanyu karena Abimanyu yang meminta Natasya membuatnya.“Untuk apa makanan ini? Kita udah sarapan dan kamu bilang kalau nggak mau pergi ke kantor,” ucap Natasya.“Ini bukan bekal ke kantor, kan?” tanya Natasya.“Kenapa kamu kasih ke aku?” tanya Abimanyu.“Karena kamu yang minta aku buat itu,” ucap Natasya.“Natasya, ini bukan buat aku. Aku minta kamu buat ini, tapi bukan berarti makanan ini buat aku,” ucap Abimanyu.“Lalu?” tanya Natasya heran.“Ayo kita pergi ke kantor Narendra. Kasih nasi goreng itu ke Narendra,” ajak Abimanyu.“Kasih nasi goreng ini ke Narendra?” tanya Natasya terkejut.Natasya menatap Abimanyu dengan heran da
Bertengkar dengan adiknya sendiri membuat Narendra sangat pusing. Dia hanya bisa duduk dan menyesal karena bertengkar dengan Dania. Kemudian, Natasya mulai beraksi untuk mencari perhatian dari calon suaminya itu.“Narendra, aku minta maaf. Pertengkaran itu terjadi karena aku. Aku buat kakak dan adik jadi bertengkar,” ucap Natasya.Sebenarnya Natasya sama sekali tak peduli dengan pertengkaran kakak dan adik itu. Tapi, dia harus pura-pura peduli untuk mendapatkan simpati dari Narendra.“Itu bukan salah kamu, Natasya. Dania yang keterlaluan,” kata Narendra.“Aku minta maaf atas sikap nggak sopan Dania,” ucap Narendra dengan sangat merasa bersalah.Natasya merasa sangat senang dalam batinnya karena Narendra meminta maaf padanya.“Narendra, kamu nggak perlu minta maaf sama aku. Seharusnya kamu minta maaf sama Dania,” ucap Natasya.
Di tepi sebuah danau, seorang pria dan wanita berdiri berdampingan. Mereka menatap air danau yang tenang dan menikmati tiupan angin yang sejuk.“Natasya Aceline, gadis mandiri, cantik dan juga pintar. Selamat karena kamu sukses mendapatkan hati seorang Abimanyu Atmaja,” ucap seorang laki-laki tampan yang mengenakan setelan kemeja dan jas berwarna hitam. Pakaian itu membuat pria itu terlihat sangat tampan dan juga berwibawa.“Abimanyu, kita berteman sejak kita masih sangat kecil. Tapi, apa aku pantas mendapatkan cinta kamu?” Gadis cantik itu mengajukan pertanyaan yang membuat pria itu mengernyitkan dahinya.Mereka saling menatap dengan begitu dalam. Kemudian, Abimanyu menggenggam tangan Natasya dengan sangat erat.“Natasya, kamu wanita yang baik. Kamu pantas untuk laki-laki manapun. Aku justru beruntung karena bisa mendapatkan h
Natasya sampai di sebuah hotel besar yang di depannya bertuliskan 'HOTEL KENCANA'. Natasya langsung turun dari taksi dan lari ke dalam hotel dengan terburu-buru.“Maaf, apa bisa berikan informasi tentang wanita bernama Naraya? Naraya Aceline nama lengkapnya,” ucap Natasya kepada resepsionis di hotel itu dengan sangat terburu-buru.“Maaf, kami tidak bisa berikan informasi apapun kepada orang asing,” ucap resepsionis itu.“Tapi, adik saya ada di hotel ini dan dia ada dalam bahaya,” ucap Natasya.“Tunjukkan keberadaan adik saya,” teriak Natasya.“Tolong kasihani saya, saya yatim piatu dan saya hanya punya adik saya. Kalau terjadi sesuatu sama adik saya, saya nggak akan bisa hidup. Saya mohon tunjukan
Bertengkar dengan adiknya sendiri membuat Narendra sangat pusing. Dia hanya bisa duduk dan menyesal karena bertengkar dengan Dania. Kemudian, Natasya mulai beraksi untuk mencari perhatian dari calon suaminya itu.“Narendra, aku minta maaf. Pertengkaran itu terjadi karena aku. Aku buat kakak dan adik jadi bertengkar,” ucap Natasya.Sebenarnya Natasya sama sekali tak peduli dengan pertengkaran kakak dan adik itu. Tapi, dia harus pura-pura peduli untuk mendapatkan simpati dari Narendra.“Itu bukan salah kamu, Natasya. Dania yang keterlaluan,” kata Narendra.“Aku minta maaf atas sikap nggak sopan Dania,” ucap Narendra dengan sangat merasa bersalah.Natasya merasa sangat senang dalam batinnya karena Narendra meminta maaf padanya.“Narendra, kamu nggak perlu minta maaf sama aku. Seharusnya kamu minta maaf sama Dania,” ucap Natasya.
Pagi hari, Natasya dan Abimanyu sibuk di dapur dan sedang mengemas makanan ke kotak makan. Natasya menutup kotak makanan itu dan kemudian memberikannya pada Abimanyu karena Abimanyu yang meminta Natasya membuatnya.“Untuk apa makanan ini? Kita udah sarapan dan kamu bilang kalau nggak mau pergi ke kantor,” ucap Natasya.“Ini bukan bekal ke kantor, kan?” tanya Natasya.“Kenapa kamu kasih ke aku?” tanya Abimanyu.“Karena kamu yang minta aku buat itu,” ucap Natasya.“Natasya, ini bukan buat aku. Aku minta kamu buat ini, tapi bukan berarti makanan ini buat aku,” ucap Abimanyu.“Lalu?” tanya Natasya heran.“Ayo kita pergi ke kantor Narendra. Kasih nasi goreng itu ke Narendra,” ajak Abimanyu.“Kasih nasi goreng ini ke Narendra?” tanya Natasya terkejut.Natasya menatap Abimanyu dengan heran da
“Aku takut petir,” ucap Natasya masih sambil memejamkan matanya dan memeluk Narendra dengan erat di bawah rinai hujan.“Jangan takut! Aku ada di sini,” ucap Narendra, lalu tersenyum sambil mendekap tubuh Natasya.“Narendra mencari kesempatan untuk menyentuh Natasya. Aku nggak bisa biarin ini. Tapi, aku nggak bisa keluar dari mobil. Aku udah janji sama Natasya untuk mengawasi dia dari kejauhan. Aku nggak bisa mengecewakan Natasya,” ucap Abimanyu yang sudah sangat geram melihat Natasya ada di pelukan Narendra.Natasya tersadar kalau dia memeluk Narendra. Karena itu Natasya langsung melepaskan pelukan Narendra dan menatap Narendra dengan rasa bersalah.“Aku minta maaf, seharusnya aku nggak peluk kamu sembarangan,” ucap Natasya.“Nggak papa, Natasya,” ucap Narendra dengan santai.“Natasya, lebih baik aku antar kamu pulang. Kamu takut petir, kan?” tany
Natasya menempelkan ponselnya ke telinga dan mulai bicara kepada Narendra di telepon.“Halo, Narendra,” ucap Natasya di depan keluarga angkatnya.“Natasya, ayah dan ibu kamu pasti udah cerita semuanya sama kamu. Aku mohon jangan batalin pernikahan kita,” pinta Narendra dengan suara yang sangat cemas.Natasya menatap seluruh keluarganya, lalu Narendra kembali bicara di telepon.“Wanita yang datang ke pesta itu adalah pembohong. Aku nggak pernah menghamili wanita manapun. Buat aku kehormatan wanita itu sangat penting. Kamu masih ingat kata-kata aku waktu itu, kan?” ucap Narendra.“Narendra, ibu dan ayah aku adalah segalanya buat aku. Mereka memutuskan untuk membatalkan perjodohan kita, tapi .... ” ucap Natasya.“Natasya, aku mohon jangan lakukan itu. Aku benar-benar mencintai kamu dan aku nggak bisa kehilangan wanita seperti kamu. Kamu datang dalam
“Dasar laki-laki kurang ajar!” teriak wanita yang tiba-tiba datang ke pesta ulang tahun Narendra.Ibu Monica merasa tidak terima karena putranya di tampar oleh wanita tidak jelas itu. Ibu Monica pun mendekat dan menampar wanita itu dengan sangat keras.“Siapa kamu? Kenapa datang ke sini dan langsung menampar anak saya? Orang seperti kamu nggak seharusnya di tempat ini! Pesta ini hanya untuk orang-orang terhormat!” tandas Ibu Monica.“Iya, saya memang bukan orang terhormat dan kalian juga bukan orang terhormat. Narendra ini bukan laki-laki terhormat. Dia hanya laki-laki yang suka bermain wanita dan melecehkannya,” ucap wanita itu.“Ibu berbuat kesalahan dengan menampar saya,” tandas wanita itu dengan penuh amarah.“Jaga bicara kamu!” teriak Narendra.“Saya bahkan nggak kenal sama kamu. Tolong jangan fitnah saya,” ucap Narendra.“Iy
Natasya terlihat begitu cantik dengan balutan gaun berwarna hitam yang dihiasi dengan ornamen bunga-bunga. Natasya, Pak Adam dan Ibu Rubi bersama-sama datang ke rumah Narendra yang sudah didatangi oleh banyak tamu undangan. Lalu, saat mereka mau masuk rumah itu tiba-tiba Natasya menghentikan langkahnya.“Natasya, ayo kita masuk. Kenapa kamu berhenti di sini?” tanya Ibu Rubi kepada Natasya.“Bu, Abi belum kasih kabar. Natasya cemas dengan Nara,” ucap Natasya.“Natasya, sebaiknya kita masuk. Ayah yakin kalau Naraya sudah ditemukan. Abi kan harus siap-siap ke pesta, mungkin dia belum sempat menghubungi kita,” ucap Pak Adam.“Pak Adam, Ibu Rubi, ternyata kalian sudah tiba di sini. Kami menunggu kedatangan kalian dari tadi,” ucap Ibu Monica dengan sangat ramah dan senang dengan kedatangan mereka.“Natasya, ayo masuk, Nak. Narendra terus menunggu kamu dari tadi. Hanya kamu or
Narendra dan Ibu Rubi menuntun Natasya masuk ke ruang dokter. Baru melihat dokter saja Natasya sudah terlihat sangat ketakutan dan ingin keluar dari ruangan itu. Sayangnya Ibu Rubi memegang tangan Natasya dengan sangat kuat.“Silakan pasiennya berbaring di tempat tidur,” titah sang dokter.“Ayo Natasya,” ajak Ibu Rubi.“Bu, Natasya baik-baik aja. Natasya nggak perlu diperiksa sama dokter,” ucap Natasya, tapi Ibu Rubi membaringkan Natasya di ranjang rumah sakit.“Natasya udah sembuh,” tambah Natasya.“Natasya, kita sudah sampai di sini. Biarkan Dokter periksa kamu,” titah Ibu Rubi.“Dokter, silakan periksa putri saya,” ucap Ibu Rubi.“Dokter, saya nggak sakit. Maaf, saya harus pergi,” ucap Natasya.Natasya beranjak dari ranjang rumah sakit dan langsung kabur dari sana karena ketakutan.
“Hi!” sapa Narendra kepada Abimanyu dan Natasya, ditambahkan dengan senyuman manis.Abimanyu melepaskan tangan Natasya. “Untuk apa kamu ke sini?” tanya Abimanyu sedikit ketus.“Maksudnya, ada perlu apa?” tanya Abimanyu.“Saya mau bertemu dengan Natasya,” jawab Narendra.“Iya, kamu pasti ingin bicara dengan calon istri kamu. Baru aja Natasya bilang mau telfon kamu untuk tanyakan pakaian apa yang akan kamu pakai,” ucap Abimanyu pura-pura ramah.“Natasya ingin memakai pakaian yang warnanya sama agar kalian terlihat serasi,” tambah Abimanyu.“Oh, ya? Aku ke sini juga untuk tanyakan hal itu pada Natasya. Malam ini Natasya akan jadi orang yang paling spesial di pesta,” ucap Narendra.“Sangat kebetulan kalau begitu. Silakan kalian bicara,” ucap Abimanyu.“Natasya, aku akan pulang duluan ke rumah, ya,” ucap Ab
“Siapa yang kirimkan foto ini?” tanya Narendra pada dirinya sendiri.Dia terus mengamati foto Naraya dan kemudian dia menemukan sebuah surat yang juga ada di dalam paket yang dia terima.“Foto wanita dan surat. Aku nggak paham sama orang yang kirim paket ini. Buat apa kirim paket ini ke aku?” tanya Narendra heran.Narendra membuka surat itu dan membacanya di dalam batin.Hi, Narendra! Apa kamu masih ingat wajah ini? Wajah ini adalah wajah wanita yang kamu lecehkan. Kamu akan menerima balasan karena telah melecehkan aku. Narendra, aku nggak akan biarkan kamu hidup tenang setelah kamu melecehkan aku dan menghancurkan masa depan aku. Kamu nggak akan pernah bahagia. Aku akan hancurkan kamu! Kamu akan sangat hancur dan kamu akan menyesali perbuatan kamu.“Orang yang sangat aneh. Kenapa ada orang yang berani kirim foto dan surat seperti ini? Apa orang ini nggak tau siapa aku?