Hanya Tuhan yang tahun atas jalan hidup Aletta ke depannya. Mencoba untuk selalu tersenyum. Memperlihatkan dirinya tegar, kuat menghadapi rintangan. Faktanya Aletta muak dengan semua itu, ia ingin cepat-cepat meninggalkan dunia ini. Ingin tidur selama-lamanya.
Pada suatu hari Aletta mendengar kalau dirinya akan dijodohkan oleh tetangganya yang bernama Algara.
Marcel dan Renaldo tengah berbincang serius. Kedua orang dewasa ini sepakat kalau Anak mereka saling dijodohkan. Padahal Aletta masih kelas 1 SMA sama seperti Anaknya Renaldo. Dan Algara bukan orang yang mudah bersosialisasi. Bahkan membuat Aletta kesal jika menyapa cowok itu dengan ramah. Pasti akan dibalas dengan tatapan datar.
Semua berjalan begitu cepat, kini Aletta menjalin hubungan pertunangan dengan Algara. Sudah hampir 1 tahun.Tapi, Algara tidak pernah mengubah sikapnya, cuek dan tidak memperdulikan Aletta sedikitpun.
Aletta selalu berusaha menakhlukan hati Algara, sampai gunung pun akan ia daki. Tidak peduli berapa kali Algara membuat dadanya sesak. Bahkan sering diabaikan saat berbicara, meninggalkan saat Aletta curhat.
"Alga, lo dengerin gue nggak sih?" tanya Aletta seraya mengegaskan suaranya.
"Nggak," jawabnya singkat menatap cewek itu dengan tatapan malas.
****
Aletta melirik jam tangan kecil berwarna pink di tangannya. Cewek itu langsung beranjak mengambil ranselnya lalu memakai sepatu. Ada beberapa pembantu di sini, mereka ada tugas masing-masing. Tetap saja Aletta tidak membutuhkan mereka semua.
Dengan malas Aletta melangkah keluar, merapikan rambutnya sebentar lalu menerbitkan senyum paling ceria. Untuk menutupi rasa kecewa, kesal dan sedih Aletta mencoba tersenyum setiap hari dan setiap saat.
Aletta yakin dia kuat, ia tidak selemah Orang tuanya kira. Langkah kakinya tepat di hadapan mobil yang siap untuk mengantarkannya ke sekolah. Pak Kodir supir pribadi sekaligus seseorang yang selalu ada untuk Aletta.
"Pak kodir, Aletta mau berangkat bareng Alga aja." ucap Aletta seraya tersenyum genit, memperlihatkan gigi gingsulnya.
"Siap non," balas Pak Kodir.
"Aletta berangkat dulu ya pak, dadah." pamit Aletta sembari melambaikan tangannya dadah. Lalu berlari kecil membuat rok pendeknya berayun-ayun.
Pak Kodir membalas lambaian tangan dadah kepada Aletta sembari tersenyum.
Aletta tidak perlu lagi jauh-jauh menghampiri Algara. Karena memang tetanggaan, dan seharusnya Algara yang menjemput Aletta, tapi memang begitulah sosok tunangan Aletta yang super cuek.
Ketika Algara akan melajukan motornya, tiba-tiba Aletta menghadangnya dengan merentangkan kedua tangan."Kenapa nggak nungguin aku ih," pekik Aletta, membuat cowok itu berdecih, dan menatap malas ke arah Aletta.
Belum mendapat jawaban dari Algara, cewek itu langsung menangkring di atas motor sembari memeluk erat Algara. Seperti inilah Aletta yang selalu manja, selalu menempel pada Algara. Dimana ada Algara pasti ada Aletta, mereka selalu bersama-sama.
Dengan memeluk Algara seperti ini Aletta mendapatkan kenyamanan tersendiri. Ada yang mampu membuatnya semangat, semringah meski respon Algara terlalu cuek. Terasa risih Algara dengan cepat memberontak kasar agar tangan Aletta melepaskan pelukannya.
Gagal, Aletta tetap kekeh.
"Gue bilangin Papa mertua loh, lagian gue mau pulang sama siapa, Alga." rengeknya seraya mengancam, pinterkan.
Algara mendengus sabar, percuma marah-marah buang tenaga.Aletta juga nggak ngerti bahasa manusia, anjim banget emang. "Bisa nggak sih nggak usah meluk. Sesak nih," protes Algara kesal,
"Gue longgarin aja, karena meluk saat naik motor itu wajib!" balas Aletta, ia hanya melonggarkan pelukannya. Tidak peduli dengan decihan Algara, Aletta tetap cengar-cengir tanpa berdosa.
"Sakit jiwa ni cewek," cetusnya kesal,
"Karena lo penyebabnya," jawabnya spontan. Algara sengaja mengendarai motor dengan ngebut. Tapi ini malah menjadi kesempatan Aletta semakin erat memeluknya.
****
"Gue tadi liat lo bareng sama Algara, terus Nara sama Zaenal berduaan juga. Duh, gue jomblo iri njir!" celoteh Meira sembari memasang wajah lesu. Kedua sahabatnya sudah memiliki pasangan masing-masing, tapi dia masih jomblo.
"Yaelah, daripada lo mikirin yang kagak jelas, mending kerjain tugas deh." sahut Nara sembari melemparkan buku cetak yang akan dipelajari hari ini.
"Napa lo bagiin buku? Buk--"
"Bu mitha nggak berangkat, jam kosong lagi hari ini." sewot Nara, Meira menipiskan bibirnya lalu membuka buku dengan kasar.
"Al, halaman berapa sih?" tanya Meira kepada Aletta yang sebangku dengannya. Tidak tahu kalau cewek itu sedang tidur sembari menelungkupkan kedua tangan.
"Etdah ni anak ternyata molor." cibir Meira sembari mengguncangkan lengan Aletta. Kebiasaan Aletta kalau pelajaran kosong pasti molor. Kesempatan bagi Aletta.
"Meira, biarin aja napa. Orang lagi tidur juga lu gangguin." celetuk Nara seraya duduk kembali ke tempat duduknya.
"Kayak orang begadang aja, tidurnya nyenyak banget." ujar Meira, kemudian membiarkan Aletta tidur dengan nyenyak.
Keasikan tidur membuat Aletta tidak mengerjakan tugas. Entahlah pagi ini matanya sangat lengket, karena memang semalam Aletta tidak tidur semalaman. Kebiasaan yang benar-benar merugikan Aletta sendiri.
****
Di malam yang sepi ini Aletta menikmati lagu yang ia dengarkan lewat Earphone nya. Gadis itu memejamkan matanya sejenak, di atas balkon sendirian. Matanya melihat ada orang di jalan menuju ke rumahnya. Ia langsung membuka matanya, ternyata benar itu adalah Algara. Malam-malam cowok itu datang, tumben. Ketika akan turun, Aletta mendapat pesan dari Algara.
Ayang galak
[Gue di depan rumah lo!]
Aletta bergegas untuk turun, lagian di rumah sedang sepi. Entah kemana sang ibu pergi dengan selingkuhannya.
"Ada apa?" tanya Aletta seraya senyam-senyum bahagia Algara datang tiba-tiba.
"Dari Mommy," sembari memberikan bingkissan putih pada Aletta.
"Paling lo kangen sama gue, alesan ngasih beginian haha." ledeknya,
"Ge'er, ogah ngangenin lo!" cetus Algara.
Lagi-lagi mata Algara menangkap sesuatu yang aneh di tubuh Aletta. Lengan mulusnya terdapat biru-biru lebam, apa mungkin dia jatuh? Masa iya? Algara tidak mau tahu tentang Aletta. Masa bodoh, cowok itu bergegas untuk pulang lagi. Baru akan melangkah pergi, pergelangan tangannya di cekal oleh Aletta mencuri cium kilas di pipi Algara.
"Muuuach, hati-hati di jalan sayang. Salam buat Ibu mertua. Makasih bingkisannya," ucap Aletta dengan senang hati, bahagia. Tapi Algara hanya menatapnya dengan ogah. Kemudian kembali melangkah pergi meninggalkan Aletta.
Aletta memastikan kalau Algara sudah benar-benar pulang. Cowok itu masuk ke pekarangan rumahnya. Punya pacar tetangga memang asik ya, hanya 5 langkah saja.
"Waah, seblak terus jus buah. Ya ampun Ibu mertua pengertian banget kalau mantunya belum makan malam." gumam Aletta, raut cerianya memudar air matanya membendung penuh. Ia langsung masuk ke dalam rumah. Mengambil piring untuk makan malam sendiri. Aletta menginginkan keluarga yang harmonis. Mama dan papa ada di sampingnya, kasih sayang yang tidak terukir bentuknya. Berkumpul bercanda ria, kapan Aletta akan merasakan itu. Bahkan tidak pernah sedikitpun. Dari kecil sudah dibiasakan mandiri. Mandiri tanpa dipedulikan oleh sang mama dan papa.
Setelah menghabiskan seblak dengan lahap, Aletta meminum jus buah. Enak sekali, calon mertuanya sangat pandai membuat sesuatu. Apalagi soal makanan, hem Aletta ingin belajar bersamanya. Andai, Aletta memiliki ibu seperti calon mertuanya. Pasti akan sangat bahagia sekali.
Tidak! Tidak boleh, Aletta harusnya bersyukur masih di urus dan di sekolahkan oleh ibu-nya.
Waktu sudah menunjukkan 22.00 malam, Alana belum pulang. Membuat Aletta kepikiran, meski sudah biasa ditinggal setiap malam. Aletta merasa khawatir padahal Ibu-nya itu sedang foya-foya bersama lelaki lain. Tetap saja toh, sang anak khawatir pada Ibu-nya.
Terdengar pintu utama terbuka, Aletta hanya mengawasinya dari atas kamar. Tidak berniat untuk menggangu, terlalu takut. Wanita itu sepertinya sedang mabuk, sudah pasti. Jalan saja terhuyung-huyung sampai kamar. Miris sekali rasanya, huh. Cewek itu menetikkan air matanya, berharap semuanya akan berlalu dan kembali normal. Tapi kapan?
Alana memang sudah berselingkuh di belakang Marcel. Makanya, Marcel sering sekali marah-marah dan menunduh yang memang benar terjadi. Itu membuat Aletta semakin terpuruk dan trauma, mentalnya terganggu. Dan juga kekerasan yang sedari kecil ia terima.
Terimakasih sudah membaca.
Menyimpan lukanya sendiri, menyemangati diri sendiri memang sulit. Tapi, bagi Aletta ini lah salah satu cara untuk dirinya menjadi kuat. Tidak boleh lemah sedikitpun, ia nampak tak mempermasalahkan sesuatu yang membebaninya. Aletta selalu tersenyum di setiap waktu, bahkan semua orang menganggapnya adalah gadis ceria.Dibalik itu semua, Aletta adalah orang yang hancur sehancur-hancurnya.Pagi-pagi sekali Aletta bangun, ia memasang alarm 05.00 pagi. Agar bisa membuatkan sarapan untuk sang ibu. Meski hanya nasi goreng dan kopi susu. Aletta sarapan sembari menelfon Algara berkali-kali. Semoga saja cowok itu beriniatif untuk menjemputnya. Hitung-hitung hemat ongkos.Tiiiiiiin.Suara klakson terdengar keras, terlihat Algara dengan gagah menunggangi motor besarnya. Aletta terklepek-klepek melihatnya, dengan cepat cewek itu menangkring di boncengan. Tangannya tak lupa pula memeluk Algara dengan erat.
Triiinggg!!!!!Aletta mencoba mencari-cari alarm yang mengusiknya. Masih pagi ganggu-ganggu, Aletta berusaha membuka matanya. Ia terpelonjat kaget melihat jam sudah pukul setengah 7 siang. Beuh, cewek itu grasah-grusuh hatinya bimbang, mandi atau enggak nih? Aletta berhenti di depan pintu kamar mandi."Mandi atau enggak ya?""Aah, enggak deh. Nanti malam telat haduuh hari pertama belajar nih."Aletta memilih untuk tidak mandi pagi ini. Hanya gosok gigi dan cuci muka. Setelah selesai urusan itu, Aletta memakai seragam sekolah kemudian menyemprotkan minyak wangi sampai habis. Hampir satu botol, gimana bauknya tuh.Karena memang tidak ada yang membangunkannya, sarapan pun tidak ada. Bukan hari ini saja tapi memang sudah hampir setiap hari. Aletta jarang sarapan di rumah kecuali kalau menginap di tempat Algara. Aletta mendengus sabar, ia menahan amarah ketika melihat seseorang ke
Di pagi hari yang cerah tapi tidak secerah wajah Aletta. Barusan ia mendapat tamparan dari sang Ibu, hanya karena tidak menyiapkan sarapan pagi. Gadis itu memegangi pipinya sembari menahan air mata yang akan jatuh. Tidak boleh menangis, Aletta harus kuat. Alana mengatakan kalau sebenarnya ia sangat membenci Aletta. Jujur, Aletta langsung drop lemas apa mungkin kehadirannya di dunia memang tidak diinginkan?Air mata gadis itu lolos dengan deras, hanya diri sendiri yang merasakannya. Tidak mau larut dalam kesedihan, Aletta menghapus air matanya kasar, lalu mengambil ranselnya yang ada di sofa, Alana sudah pergi keluar rumah. Tidak ada uang jajan tidak ada ongkos, sudahlah ini sudah biasa baginya. Aletta mengambil uang dari tabungannya yang diberikan oleh sang papa. Hari ini Algara tidak menjemputnya, jadi Aletta berlari menuju bus. Ini akan terlambat."Huft, bakal terlambat nih." gumamnya sembari melihat arloji hitam di tangannya. Sudah 7 menit
Untuk kesekian kalinya Aletta harus menahan sabar menghadapi sikap ketidakpedulian Algara padanya. Gadis itu menatap geram ke arah Algara yang sedang mengobrol dengan Yera. Cowok itu hanya mengantar dan lagi pula tidak mampir. Tapi Aletta dibakar api cemburu."Algara, ngapain di sini?" Aletta bertanya sembari bergantian menatap kedua orang itu."Ngapain lo di sini?" cowok itu malah melempar pertanyaan."Jawab gue dulu!" bentak Aletta, tidak peduli dengan pertanyaan Algara."Apa urusannya sama lo? Mending lo pergi sana!" sahut Yera dengan menatap sinis ke arah Aletta.Algara menarik pergelangan tangan Aletta dengan kasar. Cowok itu seakan menyeret Aletta sampai ke motor."Lepasin Algara! Sakit begok!" cetus Aletta,"Ngapain lo ke sini segala? bukannya lo pulang bareng sama cowok baru lo itu, ha?!" ujar Algara."Maksud lo apa s
Aletta memutarkan bola matanya jengah, kemudian merapikan poni kesayangannya yang sedikit berantakan. Cewek itu sudah memiliki musuh, hanya karena Algara? Aih, Aletta juga heran dengan Yera gadis menel itu. Tidak mungkin Algara akan menyukai Yera yang suka mengatakan hal kasar pada orang lain. Huft,Ketika sedang berjalan di koridor sendirian, tak sengaja ia bertemu dengan Haru. Cowok itu sedang membawa Daftar murid baru yang akan masuk class Dancer ."Hai," sapaan Aletta dibalas ramah oleh Haru."Hai juga, btw mau kemana?" tanya Haru."Eum, kantin nih.""Oh sendirian?""Iya, tapi di kantin gue udah tungguin. Gue duluan yak." ujar Aletta, ketika akan melanjutkan langkah kakinya. Pergelangan tangan Aletta ditahan oleh Haru."Em, kenapa?" tanya Aletta,"Bisa ikut gue sebentar?" belum mendapatkan jawaban dari Aletta,
"Arghhh," cowok itu menonjok dinding yang tidak berdosa."Lo kenapa?" tanya Zaenal, yang tiba-tiba muncul di hadapan Algara. Cowok itu melepaskan headseatnya, menatap penuh pertanyaan kepada Algara. Mereka sedang berada di kelas kebetulan Zaenal mengambil sesuatu yang ketinggalan."Nggakpapa, keknya gue perlu minum." jawab Algara,"Balik ke ruang ganti, ada air putih di sana.""Ok," Algara dan Zaenal kembali ke ruang ganti, sebentar lagi akan mengikuti pelajaran olahraga."Bro, tadi ada cewek lo ngasih seperangkat cemilan buat lo," ujarnya heboh, Syaiful paling hobi kalau menggoda Algara. Muka culas itu sedang menatap tajam ke arahnya."Ugh, soswet banget sih. Jadi pengen punya pacar deh," seru Dimas,"Gayaan lo," sindir Syaiful tidak setuju dengan ucapan Dimas. "Cih, sok-sok'an pengen punya cewek, tuh si Maya buat apa? Yaela
Di pagi hari ini Aletta duduk anteng sembari menunggu bus. Ia sengaja tidak menghubungi atau meminta Algara untuk menjemputnya. Kedua matanya bengkak seperti habis ke entup tawon (sengat lebah). Cewek itu menangis semalaman, sampai tidak bisa tidur. Wajah lesu itu sangat tidak semangat pagi ini. Entahlah, Aletta sulit untuk mengatakan menyerah. Karena ini sangat bertentangan dengan tujuannya. Aletta harus semangat dan menyelesaikan masalah ini.Tiiiiiin, Klakson motor berbunyi membuat Aletta yang tengah melamun itu tersentak kaget. Mengangkat kepalanya melihat ke arah cowok tampan memakai jaket kulit hitam pekat menatap dingin ke arahnya. Cewek itu bingung, kenapa Algara tiba-tiba muncul?"Mau berangkat nggak? Malah bengong," celetuk Algara, cewek itu masih diam di tempat duduknya."Heh, lo budek, ya? Ha?!" sentak Algara membuat cewek itu terkejut. Kemudian menghampiri Algara lalu mengenakan helm. Menangkring dan bersand
Algara menyuruh Pak Anjay untuk membawa mobil pribadinya ke sekolah. Kemudian motor hitam kesayangannya, dibawa oleh Pak Anjay ke bengkel terdekat. Untuk ganti olišµ, Algara sengaja melakukan ini demi Aletta. Agar cewek itu duduk dan bersandar lebih nyaman. Tapi, apalah daya dengan dirinya yang tak mampu melakukannya.___Algara mengusap wajahnya kasar, bersandar di kursi kemudi dengan pikiran yang semrawut. Algara memutuskan untuk mengikuti mobil Meira yang sudah melaju cukup jauh. Pasti mereka menuju rumah Meira, tidak ke rumah sakit.Di tengah perjalanan, telinganya terganggu dengan deringan ponsel yang sejak tadi berisik. Algara melihat nama yang terdapat di layar ponselnya, ternyata Aletta. Ia langsung mengangkat panggilan itu."Em?""Kamu di mana yang?" tanya Aletta dengan nada lirih, biasanya cempreng sangat."Di rumah," jawab Algara, lagi-lagi berdusta yan
Di pagi hari yang cerah. Aletta berjalan memasuki sekolah bersama Algara. Menggandeng lengan Doi saat di sekolah adalah sebuah keinginan Aletta. Akhirnya sekarang terwujud, lengan Algara tidak menolak gandengan darinya. Menjadi sebuah perhatian dan cibiran pagi ini, Aletta tidak peduli. Ia sangat gembira, meski wajah Algara masih sama seperti biasanya. Wajahnya DATAR!"Yang, pulang nanti temenin aku beli Novel, yah?" pinta Aletta merengek manja membuat Algara jengah."Nggak gratis," balasnya."Ih, kok gitu." tiba-tiba Haru datang menghampiri mereka berdua. Lalu memegang pergelangan Aletta seperti akan mengajak cewek itu pergi."Bisa ikut gue sebentar, nggak?" tanya Haru,Aletta masih melongo, kenapa tiba-tiba cowok ini datang. "Ih, gue mau ke kelas tau. Mau kemana coba?" Aletta tak suka dengan sikap Haru, yang seenaknya memegang tangan secara tiba-tiba."Lepasin tangan dia!" bentak Algara."Wou, eman
Hari ini Aletta benar-benar tidak semangat. Tidak mendapat balasan apapun dari Algara. Dan cowok itu tidak masuk sekolah, kepikiran terus. Apalagi tentang semalam Algara bersikap aneh padanya. Seperti ada yang disembunyikan, Aletta tidak tahu apa sebenarnya. Apa mungkin traumanya kambuh? Tapi, itu tidak mungkin bukan?Tante Lisya pernah bercerita sedikit tentang masa kecil Algara dan alasan Algara menjadi anak pendiam dan pemurung. "Masa sih?" batinnya seraya memainkan pulpennya. Cewek itu tidak fokus pada pelajaran pak Sehun pagi ini. Otaknya sedang traveling ke Algara.Bergumam dan bingung sendiri. Rautnya berubah menjadi lesu. "Lo kenapa sih?" tanya Meira. Penasaran dengan Aletta yang tidak seperti biasanya.Cewek itu menoleh, menatap datar ke arah sahabatnya. Berbicara sedikit memuncungkan bibirnya, "Kangen Algara, masa dari semalem gue diabaikan terus, Mei." jawabnya."Temuin aja kali, l
Brakkkk!!Motor Algara oleng sampai keduanya mengalami kecelakaan kecil. Kehilangan kendali saat mengendarai motor, menabrak trotoar yang tidak bersalah. Tapi, Aletta mengalami luka yang cukup di bagian kaki dan sikunya. Melihat darah yang keluar membuat Algara langsung membopong AlettaCewek itu terkejut, Algara sekhawatir ini padanya. Banyak orang yang membantu mereka berdua. Kepala Algara semakin sakit, Gadis kecil yang mengejar kelinci tadi sudah tidak ada. Apa hanya halusinasi Algara saja?Algara membawa Aletta ke Rumah sakit untuk mengobati luka di kakinya. Rasanya khawatir sekali dengan Aletta. Apalagi saat cewek itu meringis kesakitan. Setelah selesai diobati, Dokter mengatakan kalau Aletta harus istirahat dulu di sini. Anak itu pasti syok."Luka kamu nggak di obati?" tanya Aletta,"Ini luka kecil, kamu gimana? Masih sakit banget nggak?" tanya Algara penuh kekhawatiran.&nbs
Brakkkk!!!!Pintu terbuka begitu keras, langkah kaki terdengar semakin dekat. Algara terbangun dari tidurnya karena sosok itu sangat begitu tergesa-gesa. Melihat Alyeta dan Layla yang sedang terlelap di sampingnya. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada gadis kecil itu. Algara lebih mengorbankan nyawanya untuk mereka. Tidak masalah jika penculik itu menghukumnya. Asal. Jangan sakiti kakak beradik itu.Sial! Itu tidak mungkin.Alyeta begitu ketakutan ketika melihat ruangan semakin gelap. Seketika lampu itu redup dan padam."Syuuuttt, kamu diem Alyeta. Jangan bersuara." pinta Algara, ia berusaha keras untuk melepaskan Cable tibles di tangannya . Namun, ini sangatlah kuat jika terus dipaksa, tangannya akan terluka."Hikss, aku takut. Aku takut." isaknya seraya mencari-cari keberadaan Algara dengan tangannya yang terikat."Papy, mamy, hiksss tolong Alyeta.
Algara duduk di kantin seraya memijit pelipis keningnya. Cowok itu kepikiran tentang mimpi semalam. Kenapa seperti nyata? Lalu menyebut-nyebut nama gadis kecil itu membuat Aletta cemburu tak karuan. Algara benar-benar pusing, setiap kali Aletta merengek meminta penjelasan darinya."Woi, napa bengong?" senggol Syaiful, "Mikirin kondomnya Zaenal? Keknya emang itu milik dia. Ya kali, punya kakaknya. Nggak mungkin bre!" cerocos Syaiful masih curiga tentang benda berharga dan intim milik Zaenal."Anjing lo! Dibilangin itu bukan punya gue juga!" sarkas Zaenal tidak setuju dengan perkataan Syaiful."Dih ngambek," sahut Dimas."Terkampret kelen bedua!""Heh, heh, yaelah. Kalau bener milik Zaenal ya kagak papa. Lagian dia juga normal! Punya nafsu juga njir!" bela Dimas"Tap--""Masih mau pusing ngurusin kondom? Makanya punya Doi!" cetus Zaenal memoton
Setelah dirawat satu hari dan Aletta tidak bisa sekolah hari ini. Begitu juga dengan Algara yang menunggu dan menemani Aletta. Ada Lisya sang calon Ibu mertua, wanita itu yang mengurus Aletta di rumah sakit. Alana tidak bisa datang, alasan dirinya sedang sibuk di luar kota.Tidak masalah bagi Aletta, yang penting sudah ada kabar tentang Ibunya. Soalnya kemarin ia tidak mendapat kabar dan balasan pesan dari sang ibu."Nginap di rumah aja, biar tante bisa ngawasin kamu." pinta Lisya,"Aletta udah sehat Tante, jangan khawatir hehe." elaknya lembut."Beneran?""Iya tante, beneran nih.""Kalau ada apa-apa, jangan lupa kabari Algara atau tante, ya." pesan Lisya, seraya memeluk Aletta.Saat dipeluk oleh Lisya, Aletta merasakan betapa senangnya mendapatkan calon mertua seperti Lisya. Wanita lemah lembut dan hangat padanya. Kenapa de
Algara menyuruh Pak Anjay untuk membawa mobil pribadinya ke sekolah. Kemudian motor hitam kesayangannya, dibawa oleh Pak Anjay ke bengkel terdekat. Untuk ganti olišµ, Algara sengaja melakukan ini demi Aletta. Agar cewek itu duduk dan bersandar lebih nyaman. Tapi, apalah daya dengan dirinya yang tak mampu melakukannya.___Algara mengusap wajahnya kasar, bersandar di kursi kemudi dengan pikiran yang semrawut. Algara memutuskan untuk mengikuti mobil Meira yang sudah melaju cukup jauh. Pasti mereka menuju rumah Meira, tidak ke rumah sakit.Di tengah perjalanan, telinganya terganggu dengan deringan ponsel yang sejak tadi berisik. Algara melihat nama yang terdapat di layar ponselnya, ternyata Aletta. Ia langsung mengangkat panggilan itu."Em?""Kamu di mana yang?" tanya Aletta dengan nada lirih, biasanya cempreng sangat."Di rumah," jawab Algara, lagi-lagi berdusta yan
Di pagi hari ini Aletta duduk anteng sembari menunggu bus. Ia sengaja tidak menghubungi atau meminta Algara untuk menjemputnya. Kedua matanya bengkak seperti habis ke entup tawon (sengat lebah). Cewek itu menangis semalaman, sampai tidak bisa tidur. Wajah lesu itu sangat tidak semangat pagi ini. Entahlah, Aletta sulit untuk mengatakan menyerah. Karena ini sangat bertentangan dengan tujuannya. Aletta harus semangat dan menyelesaikan masalah ini.Tiiiiiin, Klakson motor berbunyi membuat Aletta yang tengah melamun itu tersentak kaget. Mengangkat kepalanya melihat ke arah cowok tampan memakai jaket kulit hitam pekat menatap dingin ke arahnya. Cewek itu bingung, kenapa Algara tiba-tiba muncul?"Mau berangkat nggak? Malah bengong," celetuk Algara, cewek itu masih diam di tempat duduknya."Heh, lo budek, ya? Ha?!" sentak Algara membuat cewek itu terkejut. Kemudian menghampiri Algara lalu mengenakan helm. Menangkring dan bersand
"Arghhh," cowok itu menonjok dinding yang tidak berdosa."Lo kenapa?" tanya Zaenal, yang tiba-tiba muncul di hadapan Algara. Cowok itu melepaskan headseatnya, menatap penuh pertanyaan kepada Algara. Mereka sedang berada di kelas kebetulan Zaenal mengambil sesuatu yang ketinggalan."Nggakpapa, keknya gue perlu minum." jawab Algara,"Balik ke ruang ganti, ada air putih di sana.""Ok," Algara dan Zaenal kembali ke ruang ganti, sebentar lagi akan mengikuti pelajaran olahraga."Bro, tadi ada cewek lo ngasih seperangkat cemilan buat lo," ujarnya heboh, Syaiful paling hobi kalau menggoda Algara. Muka culas itu sedang menatap tajam ke arahnya."Ugh, soswet banget sih. Jadi pengen punya pacar deh," seru Dimas,"Gayaan lo," sindir Syaiful tidak setuju dengan ucapan Dimas. "Cih, sok-sok'an pengen punya cewek, tuh si Maya buat apa? Yaela