Untuk kesekian kalinya Aletta harus menahan sabar menghadapi sikap ketidakpedulian Algara padanya. Gadis itu menatap geram ke arah Algara yang sedang mengobrol dengan Yera. Cowok itu hanya mengantar dan lagi pula tidak mampir. Tapi Aletta dibakar api cemburu.
"Algara, ngapain di sini?" Aletta bertanya sembari bergantian menatap kedua orang itu.
"Ngapain lo di sini?" cowok itu malah melempar pertanyaan.
"Jawab gue dulu!" bentak Aletta, tidak peduli dengan pertanyaan Algara.
"Apa urusannya sama lo? Mending lo pergi sana!" sahut Yera dengan menatap sinis ke arah Aletta.
Algara menarik pergelangan tangan Aletta dengan kasar. Cowok itu seakan menyeret Aletta sampai ke motor."Lepasin Algara! Sakit begok!" cetus Aletta,
"Ngapain lo ke sini segala? bukannya lo pulang bareng sama cowok baru lo itu, ha?!" ujar Algara.
"Maksud lo apa sih?" Aletta bingung dengan perkataan Algara barusan, apa sih maksudnya dia?
"Cih," decihan itu membuat Aletta mengernyitkan alisnya, Algara melepaskan cengkeramannya kembali menaiki motor. Algara juga tidak menggubris perkataan dari Yera, yang seakan menyuruhnya pulang dengan hati-hati.
Cowok itu mengegaskan motornya, melirik ke arah Aletta yang masih terpaku bingung. Algara menghidupkan klaksonnya, menbuat gadis itu terkejut. Maksudnya apa? Aletta langsung naik di boncengan memeluk Algara seperti biasa di depan Yera.
Wajah bingung itu menjadi ceria kembali, ternyata Algara akan mengantarnya pulang. Tunangan yang baik dan pengertian pada pasangannya. Prett, itu kalau bukan karena kasian mah apa lagišµ.
"Algara, maksud lo tadi apa sih?" tanya Aletta,"Gue cuma punya lo dan maunya ya elo!" Aletta mengeraskan suaranya sampai telinga Algara berdenging.
Cowok itu tidak merespon sama sekali. Masa bodo tentang perasaan Aletta, keinginan Aletta untuk hidup bersamanya. Ketidakpedulian inilah yang membuat Algara merasa janggal. Harusnya tidak senang mendengar ucapan Aletta barusan. Tapi, Algara menerbitkan senyum tipis.
Cie elah.
***
Makan malam bersama keluarga Alexanders adalah suatu kebahagiaan untuk Aletta. Kebersamaan antara keluarga adalah keinginan terbesarnya. Gadis itu banyak berbicara saat makan, tidak heran lagi. Lisya mengelus rambut Aletta dengan lembut. Gadis seceria ini memiliki beban hidup yang berat.
"Al, kenyangin makannya. Biar nggak sia-sia kamu bantuin tante." ujar Lisya.
"Kayaknya perut Aletta udah nggak muat,"
"Mom, aku ke kamar ya. Ngantuk." Algara pamit duluan,
"Yah, padahal aku mau ngajak kamu ke alfamart." lirih Aletta.
Namun, semua itu hanyalah angan-angannya saja. Jangankan ke alfa, untuk duduk bersama Aletta saja Algara sangatlah malas. Mager, cewek cerewet, ribet dan bar-bar seperti Aletta hanya membuatnya pusing. Algara tidak menggubris sama sekali ia langsung menaiki tangga dengan santai.
"Algara capek Al, besok siang aja ya." ujar Lisya.
"Iya tadi kak Alga bantuin Daddy." timpal Kaella.
"Habis makan istirahat ya, besok pagi aja cuci piringnya."
"Oke tante,"
Seusainya makan malam Aletta menuju kamar atas khusus untuk dirinya. Malam ini ia akan menginap di rumah Algara. Gadis itu menuju balkon kamar, menoleh sebentar ke sebelah kamar Algara. Lampu sudah mati pertanda cowok dingin itu terlelap. Aletta mendengus sabar,"Huft, kapan ya Algara bakal membuka hati?" gumamnya sembari menatap ke arah langit yang bersinar terang bulan.
Di saat sedang sendirian seperti ini, adalah momen yang paling Aletta tidak suka. Selintas ingatannya ia melihat kejadian yang benar-benar mengerikan. Ia tidak tahu siapa mereka, wajahnya terlihat samar-samar. Aletta saja tidak ingat apa yang terjadi di masa kecilnya.
"Aw, kepalaku sakit lagi." desisnya sembari meringis pelan, tangannya memijit pelipis kepalanya.
Sudah malam, waktunya Aletta istirahat saja. Gadis itu pun kembali ke dalam kamarnya. Daripada kepalanya semakin sakit memikirkan memori yang tidak jelas lebih baik tidur.
****
Di pagi hari yang cerah Algara menyalakan mesin motor besar hitamnya. Sebelum berangkat ke sekolah ia sangat rajin untuk mengelap dan menginclongkan motornya. Orang ganteng, motor pun harus terlihat keren dong. Sembari menunggu Aletta yang sejak tadi belum keluar-keluar setelah sarapan. Cowok itu hanya mendengus, ternyata semalam ia diam-diam memandangi Aletta yang sedang sendirian di balkon. Ada apa dengan gadis itu?
Seperti ada sesuatu yang aneh. Tidak, tidak perlu tahu apa itu. Algara menghilangkan rasa kepo dan berhenti memikirkan gadis bawel itu. Etsss peduli?
"Selamat pagi beib, anyeooong." ujar Aletta sembari tersenyum ceria melihat kegantengan tunangannya.
"Em," respon Algara tanpa menatap ke arah gadis itu.
"Liat sini dong, udah dandan cantik nih buat kamu."
"Berisik."
"Yaelah, cuma bilang doang sayang ih." Aletta berdiri di hadapan Algara, gadis itu ingin memegang poni ala cowok dingin yang pintar sekali membuat matanya terpesona. Ciahh
Baru akan memegang tangannya sudah di tepis oleh Algara. Cowok itu menatap tanpa ekspressi, kemudian menunggangi motor besarnya. "Buruan naik!" perintahnya.
"Aaah, siapp." tak peduli dengan tepisan Algara barusan, gadis itu pun melakukan hal seperti biasa.
"Bisa nggak, nggak usah terlalu mepet. Engap rasanya." cetus Algara sebelum melajukan motornya.
"Sa ae lu yang, enak gini tauk!"
Aletta merenggangkannya, menjahili Algara memang kesehariannya dan berakhir terkena cetusan cowok itu.
Di tengah perjalanan yang ramai, banyak orang yang melakukan aktivitasnya di pagi hari. Membuat jalanan harus macet, lagi-lagi Algara mengeluarkan jurusnya untuk nyalip-nyelip agar cepat sampai sekolahan. Karena Aletta tidak memakai Helm, rambutnya pun sedikit berantakan.
"Duh, rambut akoh berantakan yang." rengeknya manja sembari mencoba merapikan rambut.
"Nggak usah banyak gerak, pegangan aja!" perintah Algara, karena ia sedang nyelip-nyelip di jalanan kecil.
"Iya, iya." Aletta kembali memeluk Algara dengan erat. Polusi udara yang membuat resah, Aletta diharuskan memakai helm.
Akhirnya mereka bebas dari jalanan macet, dan melaju dengan kecepatan lumayan.
***
Pelajaran matematika sudah dimulai, Aletta yang memang cewek paling tidak menyukai pelajaran ini terpaksa ia harus suka. Karena apa? Gurunya tuh ganteng pake banget. Bisa banget bikin senam jantung. Bapak Cahyo memberikan beberapa tugas untuk semua muridnya di kelas XĀ².
"Huft, bengek banget banyak tugas." gerutu Meira sembari membuka buku paket dengan kasar.
"Emang kerjaan lu ngapain sih?" tanya Aletta tidak setuju dengan gerutuan sahabatnya.
"Mager, pusing tau Al."
"Dari pada Daring cuk, sekolah online itu nggak enak."
"Em, iya juga sih."
"Eh Aletta, lo tau nggak? Kalau hari ini tuh acara pendaftaran Dancer club gitu. Lo mau ikut nggak? Gratis kok." ujar Meira memberikan kabar gembira untuk Aletta. Karena Aletta sangatlah suka menari serta Dance juga ia menguasainya.
"Lo serius? Mau banget dong, tapi nanti deh mau izin dulu sama papa." ujar Aletta.
"Jangan sampai nggak daftar, ini kesempatan lo Aletta." Meira memberikan support sahabatnya, gadis itu menepuk pundak Aletta pelan. "Lo pasti bisa!"
Aletta mengulum senyum, mendapat support satu orang saja ia semangat apa lagi dari keluarga. Pasti Aletta semakin semangat dan orang paling bahagia di dunia ini.
***
Di jam istirahat Aletta menunggu seseorang di depan kelas. Ya siapa lagi kalau bukan Algara, biasanya lewat depan kelas XĀ² jadi Aletta sengaja menunggu. Cewek itu memainkan ponselnya untuk menghilangkan jenuh.
Brakkk!
Suara tendangan kaki mengenai pintu kelas membuat Aletta tersentak kaget. Gadis itu menatap ke arah cewek berambut pendek serta muka sok kecakepan. Siapa lagi kalau bukan Yera. Aletta memasukkan ponselnya ke dalam saku. Cewek macam ini perlu di kasih pelajaran.
"Heh, bocil jangan sok-sok'an lo di sekolah ini. Semakin hari semakin sok cantik lo ya!" cetus Yera memandang tidak suka pada Aletta.
"Oh ya? Padahal emang cantik deh. Kenapa? Lo iri sama kecantikan gue?" balas Aletta tak kalah songong sembari menggibaskan rambutnya. Cewek itu tidak ada perasaan takut malah seakan menantang Yera.
"Eh lo songong banget sih jadi cewek!" salah satu teman Yera mendorong pundak Aletta.
"Tau nih, adik kelas sok kecakepan!"cetus Yera. Cewek itu benar-benar tidak menyangka kalau Aletta akan menantangnya. Ia kira nyalinya ciut ternyata lebih bar-bar darinya.
"Haduh, kasian amat kalah cakep sama gue. Udah cakep dari orok!" sombong Aletta seraya melipatkan kedua tangannya di atas dada. Tak lupa dengan gaya menyungging senyum tipis.
"Gue ingetin ya sama lo, jangan pernah lo deketin Algara lagi! Asal lo tau, gue sama Algara lagi PDKT!" tanpa malu Yera mengatakannya, tentu membuat Aletta terkekeh geli. Ternyata Yera melabraknya hanya karena ingin memberi peringatan.
"Lo kira gue peduli? Status lo aja enggak jelas sama dia. Mau ngancem gue?" tantang Aletta.
Yera mengikis jaraknya semakin dekat, tatapan sinis serta tajam itu semakin membuat Aletta ingin menculeknya (mencolok) kalau Aletta mengatakan hubungannya dengan Algara. Mereka pasti akan terkejut dan berusaha memisahkan. Tidak, biarkan saja Aletta menanganinya dengan cara lain. Apa itu?
"Cewek macam lo bukan tipe Algara! Berharap itu sakit say, apa lagi mengklaim pacar orang. Hadoooh, ngakak guling-guling tapi nggak ada tempat." ujar Aletta kemudian berakhir berdecih.
Brukkhh
Yera geram, kedua tangannya tak kuasa menahan cekalan yang sejak tadi mengepal. Ucapan Aletta membuat darahnya naik, Aletta tidak jatuh ke lantai ia hanya sedikit terdorong ke belakang setelah Yera mendorongnya cukup kasar.
Saat tangan Yera akan menampar Aletta, tangan itu tertahan di udara. Tangan Aletta mampu menahannya, ups! Yera kalah.
"Lo mau nampar gue?" tanya Aletta wajah itu berubah menjadi culas, "Anak sekolah macam apa lo? Bertahun-tahun sekolah tapi nggak tau kalau main tangan itu pelanggaran! Cih,"
"Satu lagi, jangan pernah lo berharap sama Algara! Karena dia cuma milik gue! Ngerti?" Aletta menghempaskan tangan Yera sampai cewek itu ikut terhempas mengenai kedua temannya yang ada di belakang.
Aletta pergi begitu saja meninggalkan Yera serta pasukannya.
To be contineud.
Aletta memutarkan bola matanya jengah, kemudian merapikan poni kesayangannya yang sedikit berantakan. Cewek itu sudah memiliki musuh, hanya karena Algara? Aih, Aletta juga heran dengan Yera gadis menel itu. Tidak mungkin Algara akan menyukai Yera yang suka mengatakan hal kasar pada orang lain. Huft,Ketika sedang berjalan di koridor sendirian, tak sengaja ia bertemu dengan Haru. Cowok itu sedang membawa Daftar murid baru yang akan masuk class Dancer ."Hai," sapaan Aletta dibalas ramah oleh Haru."Hai juga, btw mau kemana?" tanya Haru."Eum, kantin nih.""Oh sendirian?""Iya, tapi di kantin gue udah tungguin. Gue duluan yak." ujar Aletta, ketika akan melanjutkan langkah kakinya. Pergelangan tangan Aletta ditahan oleh Haru."Em, kenapa?" tanya Aletta,"Bisa ikut gue sebentar?" belum mendapatkan jawaban dari Aletta,
"Arghhh," cowok itu menonjok dinding yang tidak berdosa."Lo kenapa?" tanya Zaenal, yang tiba-tiba muncul di hadapan Algara. Cowok itu melepaskan headseatnya, menatap penuh pertanyaan kepada Algara. Mereka sedang berada di kelas kebetulan Zaenal mengambil sesuatu yang ketinggalan."Nggakpapa, keknya gue perlu minum." jawab Algara,"Balik ke ruang ganti, ada air putih di sana.""Ok," Algara dan Zaenal kembali ke ruang ganti, sebentar lagi akan mengikuti pelajaran olahraga."Bro, tadi ada cewek lo ngasih seperangkat cemilan buat lo," ujarnya heboh, Syaiful paling hobi kalau menggoda Algara. Muka culas itu sedang menatap tajam ke arahnya."Ugh, soswet banget sih. Jadi pengen punya pacar deh," seru Dimas,"Gayaan lo," sindir Syaiful tidak setuju dengan ucapan Dimas. "Cih, sok-sok'an pengen punya cewek, tuh si Maya buat apa? Yaela
Di pagi hari ini Aletta duduk anteng sembari menunggu bus. Ia sengaja tidak menghubungi atau meminta Algara untuk menjemputnya. Kedua matanya bengkak seperti habis ke entup tawon (sengat lebah). Cewek itu menangis semalaman, sampai tidak bisa tidur. Wajah lesu itu sangat tidak semangat pagi ini. Entahlah, Aletta sulit untuk mengatakan menyerah. Karena ini sangat bertentangan dengan tujuannya. Aletta harus semangat dan menyelesaikan masalah ini.Tiiiiiin, Klakson motor berbunyi membuat Aletta yang tengah melamun itu tersentak kaget. Mengangkat kepalanya melihat ke arah cowok tampan memakai jaket kulit hitam pekat menatap dingin ke arahnya. Cewek itu bingung, kenapa Algara tiba-tiba muncul?"Mau berangkat nggak? Malah bengong," celetuk Algara, cewek itu masih diam di tempat duduknya."Heh, lo budek, ya? Ha?!" sentak Algara membuat cewek itu terkejut. Kemudian menghampiri Algara lalu mengenakan helm. Menangkring dan bersand
Algara menyuruh Pak Anjay untuk membawa mobil pribadinya ke sekolah. Kemudian motor hitam kesayangannya, dibawa oleh Pak Anjay ke bengkel terdekat. Untuk ganti olišµ, Algara sengaja melakukan ini demi Aletta. Agar cewek itu duduk dan bersandar lebih nyaman. Tapi, apalah daya dengan dirinya yang tak mampu melakukannya.___Algara mengusap wajahnya kasar, bersandar di kursi kemudi dengan pikiran yang semrawut. Algara memutuskan untuk mengikuti mobil Meira yang sudah melaju cukup jauh. Pasti mereka menuju rumah Meira, tidak ke rumah sakit.Di tengah perjalanan, telinganya terganggu dengan deringan ponsel yang sejak tadi berisik. Algara melihat nama yang terdapat di layar ponselnya, ternyata Aletta. Ia langsung mengangkat panggilan itu."Em?""Kamu di mana yang?" tanya Aletta dengan nada lirih, biasanya cempreng sangat."Di rumah," jawab Algara, lagi-lagi berdusta yan
Setelah dirawat satu hari dan Aletta tidak bisa sekolah hari ini. Begitu juga dengan Algara yang menunggu dan menemani Aletta. Ada Lisya sang calon Ibu mertua, wanita itu yang mengurus Aletta di rumah sakit. Alana tidak bisa datang, alasan dirinya sedang sibuk di luar kota.Tidak masalah bagi Aletta, yang penting sudah ada kabar tentang Ibunya. Soalnya kemarin ia tidak mendapat kabar dan balasan pesan dari sang ibu."Nginap di rumah aja, biar tante bisa ngawasin kamu." pinta Lisya,"Aletta udah sehat Tante, jangan khawatir hehe." elaknya lembut."Beneran?""Iya tante, beneran nih.""Kalau ada apa-apa, jangan lupa kabari Algara atau tante, ya." pesan Lisya, seraya memeluk Aletta.Saat dipeluk oleh Lisya, Aletta merasakan betapa senangnya mendapatkan calon mertua seperti Lisya. Wanita lemah lembut dan hangat padanya. Kenapa de
Algara duduk di kantin seraya memijit pelipis keningnya. Cowok itu kepikiran tentang mimpi semalam. Kenapa seperti nyata? Lalu menyebut-nyebut nama gadis kecil itu membuat Aletta cemburu tak karuan. Algara benar-benar pusing, setiap kali Aletta merengek meminta penjelasan darinya."Woi, napa bengong?" senggol Syaiful, "Mikirin kondomnya Zaenal? Keknya emang itu milik dia. Ya kali, punya kakaknya. Nggak mungkin bre!" cerocos Syaiful masih curiga tentang benda berharga dan intim milik Zaenal."Anjing lo! Dibilangin itu bukan punya gue juga!" sarkas Zaenal tidak setuju dengan perkataan Syaiful."Dih ngambek," sahut Dimas."Terkampret kelen bedua!""Heh, heh, yaelah. Kalau bener milik Zaenal ya kagak papa. Lagian dia juga normal! Punya nafsu juga njir!" bela Dimas"Tap--""Masih mau pusing ngurusin kondom? Makanya punya Doi!" cetus Zaenal memoton
Brakkkk!!!!Pintu terbuka begitu keras, langkah kaki terdengar semakin dekat. Algara terbangun dari tidurnya karena sosok itu sangat begitu tergesa-gesa. Melihat Alyeta dan Layla yang sedang terlelap di sampingnya. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada gadis kecil itu. Algara lebih mengorbankan nyawanya untuk mereka. Tidak masalah jika penculik itu menghukumnya. Asal. Jangan sakiti kakak beradik itu.Sial! Itu tidak mungkin.Alyeta begitu ketakutan ketika melihat ruangan semakin gelap. Seketika lampu itu redup dan padam."Syuuuttt, kamu diem Alyeta. Jangan bersuara." pinta Algara, ia berusaha keras untuk melepaskan Cable tibles di tangannya . Namun, ini sangatlah kuat jika terus dipaksa, tangannya akan terluka."Hikss, aku takut. Aku takut." isaknya seraya mencari-cari keberadaan Algara dengan tangannya yang terikat."Papy, mamy, hiksss tolong Alyeta.
Brakkkk!!Motor Algara oleng sampai keduanya mengalami kecelakaan kecil. Kehilangan kendali saat mengendarai motor, menabrak trotoar yang tidak bersalah. Tapi, Aletta mengalami luka yang cukup di bagian kaki dan sikunya. Melihat darah yang keluar membuat Algara langsung membopong AlettaCewek itu terkejut, Algara sekhawatir ini padanya. Banyak orang yang membantu mereka berdua. Kepala Algara semakin sakit, Gadis kecil yang mengejar kelinci tadi sudah tidak ada. Apa hanya halusinasi Algara saja?Algara membawa Aletta ke Rumah sakit untuk mengobati luka di kakinya. Rasanya khawatir sekali dengan Aletta. Apalagi saat cewek itu meringis kesakitan. Setelah selesai diobati, Dokter mengatakan kalau Aletta harus istirahat dulu di sini. Anak itu pasti syok."Luka kamu nggak di obati?" tanya Aletta,"Ini luka kecil, kamu gimana? Masih sakit banget nggak?" tanya Algara penuh kekhawatiran.&nbs
Di pagi hari yang cerah. Aletta berjalan memasuki sekolah bersama Algara. Menggandeng lengan Doi saat di sekolah adalah sebuah keinginan Aletta. Akhirnya sekarang terwujud, lengan Algara tidak menolak gandengan darinya. Menjadi sebuah perhatian dan cibiran pagi ini, Aletta tidak peduli. Ia sangat gembira, meski wajah Algara masih sama seperti biasanya. Wajahnya DATAR!"Yang, pulang nanti temenin aku beli Novel, yah?" pinta Aletta merengek manja membuat Algara jengah."Nggak gratis," balasnya."Ih, kok gitu." tiba-tiba Haru datang menghampiri mereka berdua. Lalu memegang pergelangan Aletta seperti akan mengajak cewek itu pergi."Bisa ikut gue sebentar, nggak?" tanya Haru,Aletta masih melongo, kenapa tiba-tiba cowok ini datang. "Ih, gue mau ke kelas tau. Mau kemana coba?" Aletta tak suka dengan sikap Haru, yang seenaknya memegang tangan secara tiba-tiba."Lepasin tangan dia!" bentak Algara."Wou, eman
Hari ini Aletta benar-benar tidak semangat. Tidak mendapat balasan apapun dari Algara. Dan cowok itu tidak masuk sekolah, kepikiran terus. Apalagi tentang semalam Algara bersikap aneh padanya. Seperti ada yang disembunyikan, Aletta tidak tahu apa sebenarnya. Apa mungkin traumanya kambuh? Tapi, itu tidak mungkin bukan?Tante Lisya pernah bercerita sedikit tentang masa kecil Algara dan alasan Algara menjadi anak pendiam dan pemurung. "Masa sih?" batinnya seraya memainkan pulpennya. Cewek itu tidak fokus pada pelajaran pak Sehun pagi ini. Otaknya sedang traveling ke Algara.Bergumam dan bingung sendiri. Rautnya berubah menjadi lesu. "Lo kenapa sih?" tanya Meira. Penasaran dengan Aletta yang tidak seperti biasanya.Cewek itu menoleh, menatap datar ke arah sahabatnya. Berbicara sedikit memuncungkan bibirnya, "Kangen Algara, masa dari semalem gue diabaikan terus, Mei." jawabnya."Temuin aja kali, l
Brakkkk!!Motor Algara oleng sampai keduanya mengalami kecelakaan kecil. Kehilangan kendali saat mengendarai motor, menabrak trotoar yang tidak bersalah. Tapi, Aletta mengalami luka yang cukup di bagian kaki dan sikunya. Melihat darah yang keluar membuat Algara langsung membopong AlettaCewek itu terkejut, Algara sekhawatir ini padanya. Banyak orang yang membantu mereka berdua. Kepala Algara semakin sakit, Gadis kecil yang mengejar kelinci tadi sudah tidak ada. Apa hanya halusinasi Algara saja?Algara membawa Aletta ke Rumah sakit untuk mengobati luka di kakinya. Rasanya khawatir sekali dengan Aletta. Apalagi saat cewek itu meringis kesakitan. Setelah selesai diobati, Dokter mengatakan kalau Aletta harus istirahat dulu di sini. Anak itu pasti syok."Luka kamu nggak di obati?" tanya Aletta,"Ini luka kecil, kamu gimana? Masih sakit banget nggak?" tanya Algara penuh kekhawatiran.&nbs
Brakkkk!!!!Pintu terbuka begitu keras, langkah kaki terdengar semakin dekat. Algara terbangun dari tidurnya karena sosok itu sangat begitu tergesa-gesa. Melihat Alyeta dan Layla yang sedang terlelap di sampingnya. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada gadis kecil itu. Algara lebih mengorbankan nyawanya untuk mereka. Tidak masalah jika penculik itu menghukumnya. Asal. Jangan sakiti kakak beradik itu.Sial! Itu tidak mungkin.Alyeta begitu ketakutan ketika melihat ruangan semakin gelap. Seketika lampu itu redup dan padam."Syuuuttt, kamu diem Alyeta. Jangan bersuara." pinta Algara, ia berusaha keras untuk melepaskan Cable tibles di tangannya . Namun, ini sangatlah kuat jika terus dipaksa, tangannya akan terluka."Hikss, aku takut. Aku takut." isaknya seraya mencari-cari keberadaan Algara dengan tangannya yang terikat."Papy, mamy, hiksss tolong Alyeta.
Algara duduk di kantin seraya memijit pelipis keningnya. Cowok itu kepikiran tentang mimpi semalam. Kenapa seperti nyata? Lalu menyebut-nyebut nama gadis kecil itu membuat Aletta cemburu tak karuan. Algara benar-benar pusing, setiap kali Aletta merengek meminta penjelasan darinya."Woi, napa bengong?" senggol Syaiful, "Mikirin kondomnya Zaenal? Keknya emang itu milik dia. Ya kali, punya kakaknya. Nggak mungkin bre!" cerocos Syaiful masih curiga tentang benda berharga dan intim milik Zaenal."Anjing lo! Dibilangin itu bukan punya gue juga!" sarkas Zaenal tidak setuju dengan perkataan Syaiful."Dih ngambek," sahut Dimas."Terkampret kelen bedua!""Heh, heh, yaelah. Kalau bener milik Zaenal ya kagak papa. Lagian dia juga normal! Punya nafsu juga njir!" bela Dimas"Tap--""Masih mau pusing ngurusin kondom? Makanya punya Doi!" cetus Zaenal memoton
Setelah dirawat satu hari dan Aletta tidak bisa sekolah hari ini. Begitu juga dengan Algara yang menunggu dan menemani Aletta. Ada Lisya sang calon Ibu mertua, wanita itu yang mengurus Aletta di rumah sakit. Alana tidak bisa datang, alasan dirinya sedang sibuk di luar kota.Tidak masalah bagi Aletta, yang penting sudah ada kabar tentang Ibunya. Soalnya kemarin ia tidak mendapat kabar dan balasan pesan dari sang ibu."Nginap di rumah aja, biar tante bisa ngawasin kamu." pinta Lisya,"Aletta udah sehat Tante, jangan khawatir hehe." elaknya lembut."Beneran?""Iya tante, beneran nih.""Kalau ada apa-apa, jangan lupa kabari Algara atau tante, ya." pesan Lisya, seraya memeluk Aletta.Saat dipeluk oleh Lisya, Aletta merasakan betapa senangnya mendapatkan calon mertua seperti Lisya. Wanita lemah lembut dan hangat padanya. Kenapa de
Algara menyuruh Pak Anjay untuk membawa mobil pribadinya ke sekolah. Kemudian motor hitam kesayangannya, dibawa oleh Pak Anjay ke bengkel terdekat. Untuk ganti olišµ, Algara sengaja melakukan ini demi Aletta. Agar cewek itu duduk dan bersandar lebih nyaman. Tapi, apalah daya dengan dirinya yang tak mampu melakukannya.___Algara mengusap wajahnya kasar, bersandar di kursi kemudi dengan pikiran yang semrawut. Algara memutuskan untuk mengikuti mobil Meira yang sudah melaju cukup jauh. Pasti mereka menuju rumah Meira, tidak ke rumah sakit.Di tengah perjalanan, telinganya terganggu dengan deringan ponsel yang sejak tadi berisik. Algara melihat nama yang terdapat di layar ponselnya, ternyata Aletta. Ia langsung mengangkat panggilan itu."Em?""Kamu di mana yang?" tanya Aletta dengan nada lirih, biasanya cempreng sangat."Di rumah," jawab Algara, lagi-lagi berdusta yan
Di pagi hari ini Aletta duduk anteng sembari menunggu bus. Ia sengaja tidak menghubungi atau meminta Algara untuk menjemputnya. Kedua matanya bengkak seperti habis ke entup tawon (sengat lebah). Cewek itu menangis semalaman, sampai tidak bisa tidur. Wajah lesu itu sangat tidak semangat pagi ini. Entahlah, Aletta sulit untuk mengatakan menyerah. Karena ini sangat bertentangan dengan tujuannya. Aletta harus semangat dan menyelesaikan masalah ini.Tiiiiiin, Klakson motor berbunyi membuat Aletta yang tengah melamun itu tersentak kaget. Mengangkat kepalanya melihat ke arah cowok tampan memakai jaket kulit hitam pekat menatap dingin ke arahnya. Cewek itu bingung, kenapa Algara tiba-tiba muncul?"Mau berangkat nggak? Malah bengong," celetuk Algara, cewek itu masih diam di tempat duduknya."Heh, lo budek, ya? Ha?!" sentak Algara membuat cewek itu terkejut. Kemudian menghampiri Algara lalu mengenakan helm. Menangkring dan bersand
"Arghhh," cowok itu menonjok dinding yang tidak berdosa."Lo kenapa?" tanya Zaenal, yang tiba-tiba muncul di hadapan Algara. Cowok itu melepaskan headseatnya, menatap penuh pertanyaan kepada Algara. Mereka sedang berada di kelas kebetulan Zaenal mengambil sesuatu yang ketinggalan."Nggakpapa, keknya gue perlu minum." jawab Algara,"Balik ke ruang ganti, ada air putih di sana.""Ok," Algara dan Zaenal kembali ke ruang ganti, sebentar lagi akan mengikuti pelajaran olahraga."Bro, tadi ada cewek lo ngasih seperangkat cemilan buat lo," ujarnya heboh, Syaiful paling hobi kalau menggoda Algara. Muka culas itu sedang menatap tajam ke arahnya."Ugh, soswet banget sih. Jadi pengen punya pacar deh," seru Dimas,"Gayaan lo," sindir Syaiful tidak setuju dengan ucapan Dimas. "Cih, sok-sok'an pengen punya cewek, tuh si Maya buat apa? Yaela