Di pagi hari yang cerah tapi tidak secerah wajah Aletta. Barusan ia mendapat tamparan dari sang Ibu, hanya karena tidak menyiapkan sarapan pagi. Gadis itu memegangi pipinya sembari menahan air mata yang akan jatuh. Tidak boleh menangis, Aletta harus kuat. Alana mengatakan kalau sebenarnya ia sangat membenci Aletta. Jujur, Aletta langsung drop lemas apa mungkin kehadirannya di dunia memang tidak diinginkan?
Air mata gadis itu lolos dengan deras, hanya diri sendiri yang merasakannya. Tidak mau larut dalam kesedihan, Aletta menghapus air matanya kasar, lalu mengambil ranselnya yang ada di sofa, Alana sudah pergi keluar rumah. Tidak ada uang jajan tidak ada ongkos, sudahlah ini sudah biasa baginya. Aletta mengambil uang dari tabungannya yang diberikan oleh sang papa. Hari ini Algara tidak menjemputnya, jadi Aletta berlari menuju bus. Ini akan terlambat.
"Huft, bakal terlambat nih." gumamnya sembari melihat arloji hitam di tangannya. Sudah 7 menit ia menunggu bus tapi tidak datang-datang. Kemudian dengan tekad yang kuat, Aletta memilih untuk berlari sampai sekolah.
"Aaah, telattttttt." nafasnya terengah-engah keringat pun sudah membasahi wajah Aletta.
****
Algara mengamati pintu gerbang yang sudah tertutup rapat. Sejak tadi gadis itu belum muncul-muncul. Kenapa Algara merasa resah dan bingung harusnya bodo amat kali ah. Ketika akan masuk ke dalam kelas, ia mendengar suara gadis dan pak satpam sedang beradu mulut. Iya, itu Aletta, Algara kembali membalikkan badannya memandang Aletta yang berusaha untuk masuk.
Tapi cewek itu mendapatkan hukuman lari memutari lapangan. Algara mengernyitkan alisnya sembari tangan yang sejak tadi masuk ke dalam saku celana. Wajah cool dan tatapan tajamnya tidak lepas memandang Aletta yang berlari sendirian. Kasian, hem batin Algara menaruh perhatian pada Aletta. Heee tapi cowok kaku itu menolaknya.
Guru sudah masuk, akhirnya Algara kembali ke dalam kelas. Cowok itu memang dingin ya super jutek sama cewek. Tapi, aslinya ia perhatian hanya saja Algara terlalu gengsi. Iya, kegedean ego! Kesel deh ama Algara. Pengen tak hiiiihh,
Semua murid di dalam kelas mengikuti pelajaran dengan baik, tapi tidak dengan Haru sang ketua kelas. Ya, dia sekelas dengan Algara serta Yera. Tidak jauh-jauh pikirannya pada Aletta yang sejak tadi Haru menunggu di depan gerbang. Sampai ia sengaja melewati kelas 10 hanya demi melihat Aletta. Tapi cewek itu tidak ada, dimana ya?
Setelah istirahat nanti, Haru berencana akan menemui gadis itu. Demi apa, rasa penasaran kepada Aletta semakin memuncak. Apa sih, arti dari nama Aletta sampai-sampai Haru cowok Most Wanted yang memiliki banyak fans menyukai gadis bawel dan bersisik seperti sosok Aletta!
"Btw, gua tadi liat cewek kelas 10 lari-lari ngejer bus deh," ujar Zidan teman sebangku Haru,
"Terus?" Haru sembari mengangkat satu alisnya,
"Ya, lo pepet aja, lagian dia cantik, manis senyum emm pokoknya gue juga mau,"
"Mau lo gimana? Hm?"
"Eeeh, selow bro bercanda doang."
Haru hanya tersenyum tipis, lalu melanjutkan mengerjakan tugas. Sebagai ketua kelas harus rajin dong, udah ganteng pinter lagi.
****
"Aletta, pipi lo kenapa?" Meira bertanya sembari berbisik, rasanya gelisah melihat Aletta hanya diam dari tadi. Bukannya mengerjakan tugas tapi gadis itu hanya melamun.
"Nggak papa kok Mei," jawab Aletta.
"Al, lo dipukul lagi, ya?" Meira mengatakannya dengan nada selirih mungkin. Gadis itu tahu bagaimana kasarnya Ibunya Aletta. Meira sering menyuruh Aletta untuk tinggal di rumahnya. Tapi apalah daya, Aletta selalu menolaknya.
Aletta hanya menggelengkan kepalanya pelan, kemudian mengalihkannya dengan melanjutkan tugas yang belum selesai. Gadis itu tidak mau membuat Meira khawatir dan kasihan padanya. Aletta harus kuat, Aletta tidak boleh sedih dan terlihat sengsara. Gadis itu menegakkan bahunya kembali semangat. Lalu menerbitkan senyuman manis di bibirnya.
Pelajaran berlangsung begitu cepat, bel istirahat membuat para murid bersorak gembira sembari berlari keluar kelas. Ketika Aletta akan pergi ke kantin, ia di cegah oleh ketua kelas. Meira menyukai cowok manis yang bernama Rexsa kemudian maju.
"Etts, gue mau ngomong sama Aletta, kenapa jadi lo yang di hadapan gue?" protes Rexsa, sembari menatap malas ke arah Meira. Sepertinya bau-bau cinta bertepuk sebelah tangan.
"Aletta lagi mau ke kantin, katanya laper. Jadi ama gue aja ya?" Meira menyolek-nyolek tangan Aletta dari belakang. Karena Aletta adalah sahabat yang penuh pengertian. Jadi, ia langsung keluar kelas menuju kantin.
"Eeeh, eeh, Aletta lo mau kemana?" tanya Rexsa.
"Lo sama Meira aja dulu, gue buru-buru." jawab Aletta.
Aletta menuju kelas Algara, menelusuri koridor yang ramai siswa sliweran. Serta cowok yang memandang ke arah Aletta tanpa kedip. Cewek cantik, kalem, tapi nggak sekalem tingkahnya. Aletta bertemu dengan Haru. Cowok jangkung itu tepat di hadapan Aletta. Mereka saling bertatapan sebentar, karena Aletta takut Algara salah faham. Gadis itu langsung pergi meninggalkan Haru.
"Kenapa dia?" gumam Haru.
Cowok itu mengikuti Aletta yang berjalan dengan buru-buru. Sesampainya di depan kelas Algara. Aletta melihat dari celah pintu yang terbuka, Algara bersama Yera sedang duduk sebangku. Rasanya sesak, tapi Aletta bisa apa? Matanya berlinang, mencoba menahan sesak yang ada di dalam dada. "Huft," Helaaan nafas pendek sembari membalikkan badannya.
Ia terkejut melihat Haru di hadapannya. "Astaga, bikin kaget aja." sesakkan dada seketika berkurang,"Oh, iya buat waktu lo nolongin gue. Makasih ya," ujar Aletta.
Haru mengulum senyum,"Ok, sama-sama, tapi gue bukan menagih itu." mata Haru sembari melirik ke name tag. "Aletta,"
"Lo, mau ke kantin?" belum menjawab pertanyaan awal, Haru langsung bertanya lagi.
"Iy--iya tapi itu..emm."
"Gue tlaktir, tenang aja."
"Serius?" betapa semringahnya wajah Aletta.
"Iya,"
Keduanya langsung pergi ke kantin, tanpa mereka sadari sepasang netra pekat mengarah pada mereka sejak tadi. Algara geram, kenapa Haru berani-beraninya mendekati Aletta. Bajingan itu, sangat kurang ajar sekali. Etss, cemburu bos?
****
Melihat kehadiran Algara di kantin, Aletta merasa tidak enak. Dia pergi bersama cowok, sedangkan tunangannya sendirian. Tapi peringatan waktu itu kan, Aletta tidak boleh dekat-dekat dengan Algara waktu di sekolah. Hemm, pas pulang dan berangkat saja mereka selalu bareng.
"Har, lo dipanggil sama Pak Cahyo. Pada kumpul tuh, di ruang osis." ujar teman Haru,
"Oh, oke. Makasih ye." ujar Haru.
"Kayla, gue duluan ya. Udah di bayar juga kok."
"Sip, makasih yak!" ucap Aletta tersenyum ramah.
Setelah kepergian Haru, gadis itu fokus memandang ke arah Algara yang tengah meneguk minuman mizone. Ingin rasanya duduk berdua sama tunangan, terus suap-suapan eh, enggak gitu juga kali.
****
Aletta berlari-lari keluar kelas menuju parkiran, ia berharap Algara masih menunggunya. Gadis itu tidak peduli menabrak murid yang sedang berjalan. Setelah sampai di luar, ternyata Algara sudah pulang lebih dulu. "Yaah, ditinggal."
"Huft, mana nggak ada ongkos." gumam gadis itu sembari berjalan lesu,
"Aletta, bareng gue yuk!" Meira menghampiri lalu menggandeng lengan sahabatnya.
"Naik bus, biar gue yang bayarin."
"Gue kira naik mobil, jalan kaki aja yuk!"
"Gundulmu amblas, bengek kalau jalan ih, udah yuk ke halte nanti malah ketinggalan."
Aletta tertawa mendengarnya, kalau berjalan kaki sampai rumah yang ada kaki mereka jadi gempor. Berkilo-kilo meter jarak tempuhnya. Setelah sampai Halte bus, Aletta melihat Algara sedang membonceng Yera. Ya mungkin mereka akan bekerja kelompok lagi. Huft! Aletta tidak bisa menahannya lagi!
"Algara! Stooppp nggak!"
"Algaraaaa!!"
Pekikan Aletta super cempreng, tentu membuat gendang telinga para manusia berdenging. Gadis itu berlari menyegat Algara yang sudah nenjauh. "Aletta udah deh, biarin aja. Kita balap mereka naik bus, ayo!"
"Bangsat!!!!!" umpatnya sembari menginjakkan kakinya kasar-kasar.
Perasaan hati Aletta sangatlah dongkol, dongkol sekali. Seharusnya ia yang dibonceng, bukannya Yera genit itu. Kalau Algara dingin kepadanya, juga harus cuek pada Yera. "Arggghhh, kepala gue jadi sakittt!"
Ketika Aletta memejamkan matanya, bayangan samar-samar itu kembali muncul. Tidak tahu apa yang sebenarnya, sepertinya sangat mengerikan! Aletta membuka matanya kembali, jantungnya berdegup kencang sampai hampir copot. "Itu tadi bayangan apa?" gumamnya sendiri, membuat Meira bertanya. "Al, lo kenapa?"
"Nggak kok, kesel aja gitu. Huft,"
"Hooft! Algara minta disunat!" Meira ikut mendengus kesal,
"Astagfirulloh, jangan dong. Nanti kalau abis, gimana sama gue it-u..emm, anuannya."
"Pikiran gue langsung traveling Al, sumpah deh!"
"Ahhaha, lagian lo mau nyunatin Algara?"
"Jangan ogeb jadi orang, cuk!"
Aletta malah jadi tertawa, Meira merasa senang kalau sahabatnya tidak terlihat sedih. Namun, dibalik tertawanya yang bahagia dan menular. Gadis itu menyimpan banyak masalah dan beban. Tidak ada yang bisa mengeluarkannya dari masalah itu. Kecuali, Algara!
To be countinued
Untuk kesekian kalinya Aletta harus menahan sabar menghadapi sikap ketidakpedulian Algara padanya. Gadis itu menatap geram ke arah Algara yang sedang mengobrol dengan Yera. Cowok itu hanya mengantar dan lagi pula tidak mampir. Tapi Aletta dibakar api cemburu."Algara, ngapain di sini?" Aletta bertanya sembari bergantian menatap kedua orang itu."Ngapain lo di sini?" cowok itu malah melempar pertanyaan."Jawab gue dulu!" bentak Aletta, tidak peduli dengan pertanyaan Algara."Apa urusannya sama lo? Mending lo pergi sana!" sahut Yera dengan menatap sinis ke arah Aletta.Algara menarik pergelangan tangan Aletta dengan kasar. Cowok itu seakan menyeret Aletta sampai ke motor."Lepasin Algara! Sakit begok!" cetus Aletta,"Ngapain lo ke sini segala? bukannya lo pulang bareng sama cowok baru lo itu, ha?!" ujar Algara."Maksud lo apa s
Aletta memutarkan bola matanya jengah, kemudian merapikan poni kesayangannya yang sedikit berantakan. Cewek itu sudah memiliki musuh, hanya karena Algara? Aih, Aletta juga heran dengan Yera gadis menel itu. Tidak mungkin Algara akan menyukai Yera yang suka mengatakan hal kasar pada orang lain. Huft,Ketika sedang berjalan di koridor sendirian, tak sengaja ia bertemu dengan Haru. Cowok itu sedang membawa Daftar murid baru yang akan masuk class Dancer ."Hai," sapaan Aletta dibalas ramah oleh Haru."Hai juga, btw mau kemana?" tanya Haru."Eum, kantin nih.""Oh sendirian?""Iya, tapi di kantin gue udah tungguin. Gue duluan yak." ujar Aletta, ketika akan melanjutkan langkah kakinya. Pergelangan tangan Aletta ditahan oleh Haru."Em, kenapa?" tanya Aletta,"Bisa ikut gue sebentar?" belum mendapatkan jawaban dari Aletta,
"Arghhh," cowok itu menonjok dinding yang tidak berdosa."Lo kenapa?" tanya Zaenal, yang tiba-tiba muncul di hadapan Algara. Cowok itu melepaskan headseatnya, menatap penuh pertanyaan kepada Algara. Mereka sedang berada di kelas kebetulan Zaenal mengambil sesuatu yang ketinggalan."Nggakpapa, keknya gue perlu minum." jawab Algara,"Balik ke ruang ganti, ada air putih di sana.""Ok," Algara dan Zaenal kembali ke ruang ganti, sebentar lagi akan mengikuti pelajaran olahraga."Bro, tadi ada cewek lo ngasih seperangkat cemilan buat lo," ujarnya heboh, Syaiful paling hobi kalau menggoda Algara. Muka culas itu sedang menatap tajam ke arahnya."Ugh, soswet banget sih. Jadi pengen punya pacar deh," seru Dimas,"Gayaan lo," sindir Syaiful tidak setuju dengan ucapan Dimas. "Cih, sok-sok'an pengen punya cewek, tuh si Maya buat apa? Yaela
Di pagi hari ini Aletta duduk anteng sembari menunggu bus. Ia sengaja tidak menghubungi atau meminta Algara untuk menjemputnya. Kedua matanya bengkak seperti habis ke entup tawon (sengat lebah). Cewek itu menangis semalaman, sampai tidak bisa tidur. Wajah lesu itu sangat tidak semangat pagi ini. Entahlah, Aletta sulit untuk mengatakan menyerah. Karena ini sangat bertentangan dengan tujuannya. Aletta harus semangat dan menyelesaikan masalah ini.Tiiiiiin, Klakson motor berbunyi membuat Aletta yang tengah melamun itu tersentak kaget. Mengangkat kepalanya melihat ke arah cowok tampan memakai jaket kulit hitam pekat menatap dingin ke arahnya. Cewek itu bingung, kenapa Algara tiba-tiba muncul?"Mau berangkat nggak? Malah bengong," celetuk Algara, cewek itu masih diam di tempat duduknya."Heh, lo budek, ya? Ha?!" sentak Algara membuat cewek itu terkejut. Kemudian menghampiri Algara lalu mengenakan helm. Menangkring dan bersand
Algara menyuruh Pak Anjay untuk membawa mobil pribadinya ke sekolah. Kemudian motor hitam kesayangannya, dibawa oleh Pak Anjay ke bengkel terdekat. Untuk ganti oli😵, Algara sengaja melakukan ini demi Aletta. Agar cewek itu duduk dan bersandar lebih nyaman. Tapi, apalah daya dengan dirinya yang tak mampu melakukannya.___Algara mengusap wajahnya kasar, bersandar di kursi kemudi dengan pikiran yang semrawut. Algara memutuskan untuk mengikuti mobil Meira yang sudah melaju cukup jauh. Pasti mereka menuju rumah Meira, tidak ke rumah sakit.Di tengah perjalanan, telinganya terganggu dengan deringan ponsel yang sejak tadi berisik. Algara melihat nama yang terdapat di layar ponselnya, ternyata Aletta. Ia langsung mengangkat panggilan itu."Em?""Kamu di mana yang?" tanya Aletta dengan nada lirih, biasanya cempreng sangat."Di rumah," jawab Algara, lagi-lagi berdusta yan
Setelah dirawat satu hari dan Aletta tidak bisa sekolah hari ini. Begitu juga dengan Algara yang menunggu dan menemani Aletta. Ada Lisya sang calon Ibu mertua, wanita itu yang mengurus Aletta di rumah sakit. Alana tidak bisa datang, alasan dirinya sedang sibuk di luar kota.Tidak masalah bagi Aletta, yang penting sudah ada kabar tentang Ibunya. Soalnya kemarin ia tidak mendapat kabar dan balasan pesan dari sang ibu."Nginap di rumah aja, biar tante bisa ngawasin kamu." pinta Lisya,"Aletta udah sehat Tante, jangan khawatir hehe." elaknya lembut."Beneran?""Iya tante, beneran nih.""Kalau ada apa-apa, jangan lupa kabari Algara atau tante, ya." pesan Lisya, seraya memeluk Aletta.Saat dipeluk oleh Lisya, Aletta merasakan betapa senangnya mendapatkan calon mertua seperti Lisya. Wanita lemah lembut dan hangat padanya. Kenapa de
Algara duduk di kantin seraya memijit pelipis keningnya. Cowok itu kepikiran tentang mimpi semalam. Kenapa seperti nyata? Lalu menyebut-nyebut nama gadis kecil itu membuat Aletta cemburu tak karuan. Algara benar-benar pusing, setiap kali Aletta merengek meminta penjelasan darinya."Woi, napa bengong?" senggol Syaiful, "Mikirin kondomnya Zaenal? Keknya emang itu milik dia. Ya kali, punya kakaknya. Nggak mungkin bre!" cerocos Syaiful masih curiga tentang benda berharga dan intim milik Zaenal."Anjing lo! Dibilangin itu bukan punya gue juga!" sarkas Zaenal tidak setuju dengan perkataan Syaiful."Dih ngambek," sahut Dimas."Terkampret kelen bedua!""Heh, heh, yaelah. Kalau bener milik Zaenal ya kagak papa. Lagian dia juga normal! Punya nafsu juga njir!" bela Dimas"Tap--""Masih mau pusing ngurusin kondom? Makanya punya Doi!" cetus Zaenal memoton
Brakkkk!!!!Pintu terbuka begitu keras, langkah kaki terdengar semakin dekat. Algara terbangun dari tidurnya karena sosok itu sangat begitu tergesa-gesa. Melihat Alyeta dan Layla yang sedang terlelap di sampingnya. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada gadis kecil itu. Algara lebih mengorbankan nyawanya untuk mereka. Tidak masalah jika penculik itu menghukumnya. Asal. Jangan sakiti kakak beradik itu.Sial! Itu tidak mungkin.Alyeta begitu ketakutan ketika melihat ruangan semakin gelap. Seketika lampu itu redup dan padam."Syuuuttt, kamu diem Alyeta. Jangan bersuara." pinta Algara, ia berusaha keras untuk melepaskan Cable tibles di tangannya . Namun, ini sangatlah kuat jika terus dipaksa, tangannya akan terluka."Hikss, aku takut. Aku takut." isaknya seraya mencari-cari keberadaan Algara dengan tangannya yang terikat."Papy, mamy, hiksss tolong Alyeta.
Di pagi hari yang cerah. Aletta berjalan memasuki sekolah bersama Algara. Menggandeng lengan Doi saat di sekolah adalah sebuah keinginan Aletta. Akhirnya sekarang terwujud, lengan Algara tidak menolak gandengan darinya. Menjadi sebuah perhatian dan cibiran pagi ini, Aletta tidak peduli. Ia sangat gembira, meski wajah Algara masih sama seperti biasanya. Wajahnya DATAR!"Yang, pulang nanti temenin aku beli Novel, yah?" pinta Aletta merengek manja membuat Algara jengah."Nggak gratis," balasnya."Ih, kok gitu." tiba-tiba Haru datang menghampiri mereka berdua. Lalu memegang pergelangan Aletta seperti akan mengajak cewek itu pergi."Bisa ikut gue sebentar, nggak?" tanya Haru,Aletta masih melongo, kenapa tiba-tiba cowok ini datang. "Ih, gue mau ke kelas tau. Mau kemana coba?" Aletta tak suka dengan sikap Haru, yang seenaknya memegang tangan secara tiba-tiba."Lepasin tangan dia!" bentak Algara."Wou, eman
Hari ini Aletta benar-benar tidak semangat. Tidak mendapat balasan apapun dari Algara. Dan cowok itu tidak masuk sekolah, kepikiran terus. Apalagi tentang semalam Algara bersikap aneh padanya. Seperti ada yang disembunyikan, Aletta tidak tahu apa sebenarnya. Apa mungkin traumanya kambuh? Tapi, itu tidak mungkin bukan?Tante Lisya pernah bercerita sedikit tentang masa kecil Algara dan alasan Algara menjadi anak pendiam dan pemurung. "Masa sih?" batinnya seraya memainkan pulpennya. Cewek itu tidak fokus pada pelajaran pak Sehun pagi ini. Otaknya sedang traveling ke Algara.Bergumam dan bingung sendiri. Rautnya berubah menjadi lesu. "Lo kenapa sih?" tanya Meira. Penasaran dengan Aletta yang tidak seperti biasanya.Cewek itu menoleh, menatap datar ke arah sahabatnya. Berbicara sedikit memuncungkan bibirnya, "Kangen Algara, masa dari semalem gue diabaikan terus, Mei." jawabnya."Temuin aja kali, l
Brakkkk!!Motor Algara oleng sampai keduanya mengalami kecelakaan kecil. Kehilangan kendali saat mengendarai motor, menabrak trotoar yang tidak bersalah. Tapi, Aletta mengalami luka yang cukup di bagian kaki dan sikunya. Melihat darah yang keluar membuat Algara langsung membopong AlettaCewek itu terkejut, Algara sekhawatir ini padanya. Banyak orang yang membantu mereka berdua. Kepala Algara semakin sakit, Gadis kecil yang mengejar kelinci tadi sudah tidak ada. Apa hanya halusinasi Algara saja?Algara membawa Aletta ke Rumah sakit untuk mengobati luka di kakinya. Rasanya khawatir sekali dengan Aletta. Apalagi saat cewek itu meringis kesakitan. Setelah selesai diobati, Dokter mengatakan kalau Aletta harus istirahat dulu di sini. Anak itu pasti syok."Luka kamu nggak di obati?" tanya Aletta,"Ini luka kecil, kamu gimana? Masih sakit banget nggak?" tanya Algara penuh kekhawatiran.&nbs
Brakkkk!!!!Pintu terbuka begitu keras, langkah kaki terdengar semakin dekat. Algara terbangun dari tidurnya karena sosok itu sangat begitu tergesa-gesa. Melihat Alyeta dan Layla yang sedang terlelap di sampingnya. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada gadis kecil itu. Algara lebih mengorbankan nyawanya untuk mereka. Tidak masalah jika penculik itu menghukumnya. Asal. Jangan sakiti kakak beradik itu.Sial! Itu tidak mungkin.Alyeta begitu ketakutan ketika melihat ruangan semakin gelap. Seketika lampu itu redup dan padam."Syuuuttt, kamu diem Alyeta. Jangan bersuara." pinta Algara, ia berusaha keras untuk melepaskan Cable tibles di tangannya . Namun, ini sangatlah kuat jika terus dipaksa, tangannya akan terluka."Hikss, aku takut. Aku takut." isaknya seraya mencari-cari keberadaan Algara dengan tangannya yang terikat."Papy, mamy, hiksss tolong Alyeta.
Algara duduk di kantin seraya memijit pelipis keningnya. Cowok itu kepikiran tentang mimpi semalam. Kenapa seperti nyata? Lalu menyebut-nyebut nama gadis kecil itu membuat Aletta cemburu tak karuan. Algara benar-benar pusing, setiap kali Aletta merengek meminta penjelasan darinya."Woi, napa bengong?" senggol Syaiful, "Mikirin kondomnya Zaenal? Keknya emang itu milik dia. Ya kali, punya kakaknya. Nggak mungkin bre!" cerocos Syaiful masih curiga tentang benda berharga dan intim milik Zaenal."Anjing lo! Dibilangin itu bukan punya gue juga!" sarkas Zaenal tidak setuju dengan perkataan Syaiful."Dih ngambek," sahut Dimas."Terkampret kelen bedua!""Heh, heh, yaelah. Kalau bener milik Zaenal ya kagak papa. Lagian dia juga normal! Punya nafsu juga njir!" bela Dimas"Tap--""Masih mau pusing ngurusin kondom? Makanya punya Doi!" cetus Zaenal memoton
Setelah dirawat satu hari dan Aletta tidak bisa sekolah hari ini. Begitu juga dengan Algara yang menunggu dan menemani Aletta. Ada Lisya sang calon Ibu mertua, wanita itu yang mengurus Aletta di rumah sakit. Alana tidak bisa datang, alasan dirinya sedang sibuk di luar kota.Tidak masalah bagi Aletta, yang penting sudah ada kabar tentang Ibunya. Soalnya kemarin ia tidak mendapat kabar dan balasan pesan dari sang ibu."Nginap di rumah aja, biar tante bisa ngawasin kamu." pinta Lisya,"Aletta udah sehat Tante, jangan khawatir hehe." elaknya lembut."Beneran?""Iya tante, beneran nih.""Kalau ada apa-apa, jangan lupa kabari Algara atau tante, ya." pesan Lisya, seraya memeluk Aletta.Saat dipeluk oleh Lisya, Aletta merasakan betapa senangnya mendapatkan calon mertua seperti Lisya. Wanita lemah lembut dan hangat padanya. Kenapa de
Algara menyuruh Pak Anjay untuk membawa mobil pribadinya ke sekolah. Kemudian motor hitam kesayangannya, dibawa oleh Pak Anjay ke bengkel terdekat. Untuk ganti oli😵, Algara sengaja melakukan ini demi Aletta. Agar cewek itu duduk dan bersandar lebih nyaman. Tapi, apalah daya dengan dirinya yang tak mampu melakukannya.___Algara mengusap wajahnya kasar, bersandar di kursi kemudi dengan pikiran yang semrawut. Algara memutuskan untuk mengikuti mobil Meira yang sudah melaju cukup jauh. Pasti mereka menuju rumah Meira, tidak ke rumah sakit.Di tengah perjalanan, telinganya terganggu dengan deringan ponsel yang sejak tadi berisik. Algara melihat nama yang terdapat di layar ponselnya, ternyata Aletta. Ia langsung mengangkat panggilan itu."Em?""Kamu di mana yang?" tanya Aletta dengan nada lirih, biasanya cempreng sangat."Di rumah," jawab Algara, lagi-lagi berdusta yan
Di pagi hari ini Aletta duduk anteng sembari menunggu bus. Ia sengaja tidak menghubungi atau meminta Algara untuk menjemputnya. Kedua matanya bengkak seperti habis ke entup tawon (sengat lebah). Cewek itu menangis semalaman, sampai tidak bisa tidur. Wajah lesu itu sangat tidak semangat pagi ini. Entahlah, Aletta sulit untuk mengatakan menyerah. Karena ini sangat bertentangan dengan tujuannya. Aletta harus semangat dan menyelesaikan masalah ini.Tiiiiiin, Klakson motor berbunyi membuat Aletta yang tengah melamun itu tersentak kaget. Mengangkat kepalanya melihat ke arah cowok tampan memakai jaket kulit hitam pekat menatap dingin ke arahnya. Cewek itu bingung, kenapa Algara tiba-tiba muncul?"Mau berangkat nggak? Malah bengong," celetuk Algara, cewek itu masih diam di tempat duduknya."Heh, lo budek, ya? Ha?!" sentak Algara membuat cewek itu terkejut. Kemudian menghampiri Algara lalu mengenakan helm. Menangkring dan bersand
"Arghhh," cowok itu menonjok dinding yang tidak berdosa."Lo kenapa?" tanya Zaenal, yang tiba-tiba muncul di hadapan Algara. Cowok itu melepaskan headseatnya, menatap penuh pertanyaan kepada Algara. Mereka sedang berada di kelas kebetulan Zaenal mengambil sesuatu yang ketinggalan."Nggakpapa, keknya gue perlu minum." jawab Algara,"Balik ke ruang ganti, ada air putih di sana.""Ok," Algara dan Zaenal kembali ke ruang ganti, sebentar lagi akan mengikuti pelajaran olahraga."Bro, tadi ada cewek lo ngasih seperangkat cemilan buat lo," ujarnya heboh, Syaiful paling hobi kalau menggoda Algara. Muka culas itu sedang menatap tajam ke arahnya."Ugh, soswet banget sih. Jadi pengen punya pacar deh," seru Dimas,"Gayaan lo," sindir Syaiful tidak setuju dengan ucapan Dimas. "Cih, sok-sok'an pengen punya cewek, tuh si Maya buat apa? Yaela