Aletta memutarkan bola matanya jengah, kemudian merapikan poni kesayangannya yang sedikit berantakan. Cewek itu sudah memiliki musuh, hanya karena Algara? Aih, Aletta juga heran dengan Yera gadis menel itu. Tidak mungkin Algara akan menyukai Yera yang suka mengatakan hal kasar pada orang lain. Huft,
Ketika sedang berjalan di koridor sendirian, tak sengaja ia bertemu dengan Haru. Cowok itu sedang membawa Daftar murid baru yang akan masuk class Dancer .
"Hai," sapaan Aletta dibalas ramah oleh Haru.
"Hai juga, btw mau kemana?" tanya Haru.
"Eum, kantin nih."
"Oh sendirian?"
"Iya, tapi di kantin gue udah tungguin. Gue duluan yak." ujar Aletta, ketika akan melanjutkan langkah kakinya. Pergelangan tangan Aletta ditahan oleh Haru.
"Em, kenapa?" tanya Aletta,
"Bisa ikut gue sebentar?" belum mendapatkan jawaban dari Aletta, Haru membawa Aletta sesuatu tempat. Langkah kakinya juga lumayan buru-buru, kenapa sih sama Haru?
"Aletta!" seru Algara membuat keduanya terhenti. Kedua netra pekat menatap tajam ke arah mereka berdua. Aletta merasa tidak enak hati dengan Algara. Cewek itu berusaha melepaskan pegangan erat dari Haru.
"Lepas kak, sakit!" pintanya lirih,
"Ada urusan apa?" tanya Haru dengan mengeraskan suaranya. Keduanya bertatapan tajam membuat mata Aletta menatap mereka bergantian.
"Lepasin dia! Mau lo bawa kemana brengsek!"
"Siapa lo? Mulai sekarang dia cewek gue!"
"Enggak! Bukan! Apaan sih kalian pake pasang muka sengak segala ih," tukas Aletta, tangannya berhasil lepas dari pegangan Haru.
Cewek itu bisa memisahkan diri dari Haru, kemudian menarik pelan pergelangan tangan Algara untuk menghindari keributan. Suasana tatapan mereka sudah tidak kondusif, bahaya jika Aletta hanya diam saja.
"Lo doyan sama cowok brengsek kayak dia ha?" tanya Algara dengan nada tinggi, wajahnya seakan murka. "Rendah banget, selera lo!"
"Enggak gitu, apaan sih Algara. Aku minta maaf, tadi aku nggak tau dia mau ngajak aku kemana." sarkas Aletta kemudian menjelaskan sembari menggandeng lengan Algara.
"Lagian apaan sih doyan, doyannya tuh cuma sama kamu! Kamu! Algara, hiiih!" lanjut Aletta, meski Algara merasa risih dengan gandengan Aletta, setidaknya dia lega bisa mendengar kalau Aletta tidak tertarik dengan Haru.
Cowok itu hanya menatapnya tanpa ekspressi, namun penuh arti bagi Aletta jadi Algara mendengarkan penjelasannya. Cewek itu tersenyum lebar memperlihatkan gigi rapinya. Senang hati kalau Algara menatapnya seperti ini. Haha
"Lepas! masih inget peringatan gue?" ucapnya dingin, tatapannya sudah kembali fokus ke depan.
"Yang mana? Eum, lagi banyak pikiran nih. Jadi lupa, hehe," Aletta menggaruk kepalanya yang tidak gatal, cewek itu pura-pura lupa agar bisa lebih lama menggandeng tunangannya.
"Alesan!" cetusnya,
Algara menghentikan langkahnya, kemudian menghempaskan gandengan Aletta, tapi bukannya lepas malah semakin nempel. Algara geram dengan Aletta, umpatannya ingin keluar tapi ahh, sudahlah! Algara terpaksa melepaskannya dengan kasar. Kemudian meninggalkan cewek itu yang tengah merengek.
"Ih, Algara lo mau kemana? Huft, tega banget." rengek Aletta sembari mengerucutkan bibirnya, percuma juga Algara juga tidak menggubrisnya. Lebih baik Aletta menyusulnya.
***
"Eh, cakep juga cewek lo bro," heboh Syaiful sembari mengunyah sukro isi kacang panggang. Ia sempat melihat Aletta menggandeng lengan Algara.Tentu, Syaiful bin malik bergembira sangat kalau temannya tidak menjadi jomblo karatan.
"Bacot lo!" cowok itu menatap sinis ke arah Syaiful yang mulutnya penuh dengan makanan.
"Serius lo punya cewek? Jadi yang kata lo adek sepupu tiap hari nebeng itu pacar lo?" sahut Dimas sembari menggelangkan kepalanya heran. Pantas saja waktu itu Dimas mencoba meminta nomor yang katanya adek sepupu Algara tidak dikasih. Ternyata ada udang di balik bakwan.
"Anjir, cakep banget cuk!" lanjut Dimas,
"Berisik lo pada," Algara mendengarnya ogah,
"Pantes gue minta nomernya kemaren kagak boleh, eh taunya ceweknye, kampret!" protes Dimas dengan nada canda,
"Heh, ganjen banget lo sana sini diembat muka pasaran aja songong!" cibir Syaiful
"Pengen kenalan doang pul, ipul, elah sirik amat si jomblo." balas Dimas sembari meleparkan permen kopiko ke arah Syaiful.
"Aiss, gue punya cewek kalik!" sarkas ipul sembari melempar permen berkali-kali.
"Siapa? Cewek yang ada di dinding kamar lo?" timpal Algara, kemudian menyungging senyum tipis.
"Ahaha, makin songong ni anak!" tawa hambar dari Syaiful membuatnya ingin melempar permen tapiiii ia mikir-mikir. Apalagi mata Algara sudah menuju ke arah tangannya yang akan melayang.
Meleset.
Sengaja, karena itu lebih baik.
"Kampret, ipul begok. Gue mau boyah anjim," umpat Zaenal yang sejak tadi hanya sibuk dengan gamenya. Anak gamers tingkat dewa nih, kagak peduli sama apapun.
"Bodo amat, yang masih duduk berarti dia yang bayar!" heboh Syaiful membuat ke-2 orang itu berlari terbirit-birit. Haha,
Zaenal yang mendengarnya sangatlah jengkel, lagi-lagi dia yang harus membayar makanan mereka. Kampret, sahabat lucnut!
***
Aletta mengantuk matanya pun sudah lengket. Menyuruhnya untuk terpejam sejenak tapi bagaimana dengan penjelasan pelajaran dari Ibu mefta. Lagi-lagi Aletta molor di kelas, tangannya menelungkup di atas meja lalu menenggelamkan wajahnya.
"Al, jangan molor, bakal kena hukum nanti."
Meira tidak mendapat gubris'an dari Aletta. Cewek itu kawatir kalau nanti akan mendapat hukuman dari Bu mefta. Sosok Guru yang terkenal galak dan tegas di mata murid. Meira pun membangunkan dengan cara mengguncang kecil tubuh Aletta. Tapi, mana bisa bangun Anak itu.
"Aisss," Meira mencubit lengan Aletta kecil pasti rasanya seperti di gigit semut merah.
"Aaaw," seru Aletta, terkejut mendapat cubitan dari Meira. Suara yang terlalu keras menarik perhatian Bu mefta yang sedang baru saja duduk. Matanya tertuju pada muka bantal Aletta meringis kesakitan.
"Ada apa? Siapa yang teriak barusan?" tegas Bu mefta. "Oh, kamu? Ck," Bu mefta menghampiri Aletta, kemudian mengecek buku catatan Aletta hari ini. Tapi kosong, jadi kemana saat Bu mefta menjelaskan materi tadi.
"Kamu kemana aja, ha? Kenapa kosong bukumu hari ini?" tanya Bu mefta dengan nada tegas.
Nyawa Aletta baru sepenuhnya nyambung, matanya membalak saat sadar Bu mefta berada di hadapannya. Ditambah lagi buku catatannya kosong, Aletta hanya diam.
Plak!!! Penggaris panjang menggeplak meja, membuat murid di kelas tersentak kaget.
"Contoh murid malas dan nggak mau belajar. Ini dia, iya kerjaannya ngapain di kelas?"
"Saya ini panjang lebar menjelaskan materi. Hari ini. Dan enaknya dia malah tidur di kelas. Astaga, murid yang meresahkan!" tegas Bu mefta, kemarahannya membuat Aletta semakin mengantuk.
"Keluar kamu, keluar dari kelas pergilah ke toilet. Cuci muka mu, saya lagi baik hari ini. Cepet!" suruhnya, dengan cepat Aletta berdiri menuju kamar mandi.
"Huuft," Guru itu menghela nafasnya panjang, tidak boleh marah untuk hari ini. Sabar,
****
Algara menuju ke salah satu ruang ganti, hari ini ia ada pelajaran olahraga. Di susul kehadiran ketiga temannya, lagi-lagi mereka membahas Aletta. Dan itu membuat telinga Algara panas. Memuji-muji tunangan orang di depan tunangannya pula. Nggak ada akhlak tu mereka.
"Diem atau gue gibeng lu satu-satu, ha?" ancam Algara seraya tangan seakan menonjok ke arah mereka.
"Selo bro, lagian muji doang. Cocok tau sama lo."
"Berisik lu pada,"
Setelah berganti baju, rasanya Algara kebelet buang air kecil. Cowok itu menuju toilet sembari menatap arloji hitamnya. Karena memang tidak jauh dari ruang ganti Algara pun sampai di depan Toilet pria. Eh, ketemu dengan cewek bar-bar yang hobinya nempel.
"Eh, pangeran gue. Mau kemana?" tanya Aletta yang baru saja keluar dari Toilet. Cewek itu memasang wajah paling ceria kalau bertemu dengan Algara.
Algara menatap penuh ketajaman ke arah Aletta. Kemudian mengikis jarak semakin dekat, sampai nafas mereka saling bertemu. Algara memojokkan Aletta ke dinding, cewek itu hanya menatap heran. Tumben Algara melakukan ini? Kenapa?
Aletta tidak mau terlalu berharap kalau Algara akan maciem-maciem dengannya ahaha. Saat Aletta menatap mata Algara, tatapan berubah menjadi lembut, sendu. Sungguh meluluhkan Aletta, dan tak menguatkan iman. Cewek itu menarik dasi Algara sampai bibir mereka menempel. 3 detik, lalu Aletta melepasnya.
Sebelum mendapat amukan dari Algara, cewek itu mencoba kabur. Namun, suatu harapan terwujud. Cowok itu menahannya untuk pergi. Kemudian meraih tengku menyatukan bibir lembut menjadi sebuah ciuman. Hidung mereka bersentuhan mata keduanya terpejam menikmati pagutan-pagutan lembut. Aletta merasakan jantungnya seakan senam gembira dan hampir copot.
Tangannya ia kalungkan di leher Algara, cewek itu membalas pagutan dengan imbang. Baru 5 menit,
Ketika bayangan terlintas di pikirannya mengorek kejadian beberapa tahun lalu membuat Algara tersentak dan melepaskan pagutan tersebut. Wajahnya berubah menjadi ketakutan, jantungnya berdegub lebih kencang lagi.
"Maaf," ucap Algara kemudian meninggalkan Aletta yang masih terpaku. Cewek itu bingung, ada dengan Algara?
To be countinued
"Arghhh," cowok itu menonjok dinding yang tidak berdosa."Lo kenapa?" tanya Zaenal, yang tiba-tiba muncul di hadapan Algara. Cowok itu melepaskan headseatnya, menatap penuh pertanyaan kepada Algara. Mereka sedang berada di kelas kebetulan Zaenal mengambil sesuatu yang ketinggalan."Nggakpapa, keknya gue perlu minum." jawab Algara,"Balik ke ruang ganti, ada air putih di sana.""Ok," Algara dan Zaenal kembali ke ruang ganti, sebentar lagi akan mengikuti pelajaran olahraga."Bro, tadi ada cewek lo ngasih seperangkat cemilan buat lo," ujarnya heboh, Syaiful paling hobi kalau menggoda Algara. Muka culas itu sedang menatap tajam ke arahnya."Ugh, soswet banget sih. Jadi pengen punya pacar deh," seru Dimas,"Gayaan lo," sindir Syaiful tidak setuju dengan ucapan Dimas. "Cih, sok-sok'an pengen punya cewek, tuh si Maya buat apa? Yaela
Di pagi hari ini Aletta duduk anteng sembari menunggu bus. Ia sengaja tidak menghubungi atau meminta Algara untuk menjemputnya. Kedua matanya bengkak seperti habis ke entup tawon (sengat lebah). Cewek itu menangis semalaman, sampai tidak bisa tidur. Wajah lesu itu sangat tidak semangat pagi ini. Entahlah, Aletta sulit untuk mengatakan menyerah. Karena ini sangat bertentangan dengan tujuannya. Aletta harus semangat dan menyelesaikan masalah ini.Tiiiiiin, Klakson motor berbunyi membuat Aletta yang tengah melamun itu tersentak kaget. Mengangkat kepalanya melihat ke arah cowok tampan memakai jaket kulit hitam pekat menatap dingin ke arahnya. Cewek itu bingung, kenapa Algara tiba-tiba muncul?"Mau berangkat nggak? Malah bengong," celetuk Algara, cewek itu masih diam di tempat duduknya."Heh, lo budek, ya? Ha?!" sentak Algara membuat cewek itu terkejut. Kemudian menghampiri Algara lalu mengenakan helm. Menangkring dan bersand
Algara menyuruh Pak Anjay untuk membawa mobil pribadinya ke sekolah. Kemudian motor hitam kesayangannya, dibawa oleh Pak Anjay ke bengkel terdekat. Untuk ganti oli😵, Algara sengaja melakukan ini demi Aletta. Agar cewek itu duduk dan bersandar lebih nyaman. Tapi, apalah daya dengan dirinya yang tak mampu melakukannya.___Algara mengusap wajahnya kasar, bersandar di kursi kemudi dengan pikiran yang semrawut. Algara memutuskan untuk mengikuti mobil Meira yang sudah melaju cukup jauh. Pasti mereka menuju rumah Meira, tidak ke rumah sakit.Di tengah perjalanan, telinganya terganggu dengan deringan ponsel yang sejak tadi berisik. Algara melihat nama yang terdapat di layar ponselnya, ternyata Aletta. Ia langsung mengangkat panggilan itu."Em?""Kamu di mana yang?" tanya Aletta dengan nada lirih, biasanya cempreng sangat."Di rumah," jawab Algara, lagi-lagi berdusta yan
Setelah dirawat satu hari dan Aletta tidak bisa sekolah hari ini. Begitu juga dengan Algara yang menunggu dan menemani Aletta. Ada Lisya sang calon Ibu mertua, wanita itu yang mengurus Aletta di rumah sakit. Alana tidak bisa datang, alasan dirinya sedang sibuk di luar kota.Tidak masalah bagi Aletta, yang penting sudah ada kabar tentang Ibunya. Soalnya kemarin ia tidak mendapat kabar dan balasan pesan dari sang ibu."Nginap di rumah aja, biar tante bisa ngawasin kamu." pinta Lisya,"Aletta udah sehat Tante, jangan khawatir hehe." elaknya lembut."Beneran?""Iya tante, beneran nih.""Kalau ada apa-apa, jangan lupa kabari Algara atau tante, ya." pesan Lisya, seraya memeluk Aletta.Saat dipeluk oleh Lisya, Aletta merasakan betapa senangnya mendapatkan calon mertua seperti Lisya. Wanita lemah lembut dan hangat padanya. Kenapa de
Algara duduk di kantin seraya memijit pelipis keningnya. Cowok itu kepikiran tentang mimpi semalam. Kenapa seperti nyata? Lalu menyebut-nyebut nama gadis kecil itu membuat Aletta cemburu tak karuan. Algara benar-benar pusing, setiap kali Aletta merengek meminta penjelasan darinya."Woi, napa bengong?" senggol Syaiful, "Mikirin kondomnya Zaenal? Keknya emang itu milik dia. Ya kali, punya kakaknya. Nggak mungkin bre!" cerocos Syaiful masih curiga tentang benda berharga dan intim milik Zaenal."Anjing lo! Dibilangin itu bukan punya gue juga!" sarkas Zaenal tidak setuju dengan perkataan Syaiful."Dih ngambek," sahut Dimas."Terkampret kelen bedua!""Heh, heh, yaelah. Kalau bener milik Zaenal ya kagak papa. Lagian dia juga normal! Punya nafsu juga njir!" bela Dimas"Tap--""Masih mau pusing ngurusin kondom? Makanya punya Doi!" cetus Zaenal memoton
Brakkkk!!!!Pintu terbuka begitu keras, langkah kaki terdengar semakin dekat. Algara terbangun dari tidurnya karena sosok itu sangat begitu tergesa-gesa. Melihat Alyeta dan Layla yang sedang terlelap di sampingnya. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada gadis kecil itu. Algara lebih mengorbankan nyawanya untuk mereka. Tidak masalah jika penculik itu menghukumnya. Asal. Jangan sakiti kakak beradik itu.Sial! Itu tidak mungkin.Alyeta begitu ketakutan ketika melihat ruangan semakin gelap. Seketika lampu itu redup dan padam."Syuuuttt, kamu diem Alyeta. Jangan bersuara." pinta Algara, ia berusaha keras untuk melepaskan Cable tibles di tangannya . Namun, ini sangatlah kuat jika terus dipaksa, tangannya akan terluka."Hikss, aku takut. Aku takut." isaknya seraya mencari-cari keberadaan Algara dengan tangannya yang terikat."Papy, mamy, hiksss tolong Alyeta.
Brakkkk!!Motor Algara oleng sampai keduanya mengalami kecelakaan kecil. Kehilangan kendali saat mengendarai motor, menabrak trotoar yang tidak bersalah. Tapi, Aletta mengalami luka yang cukup di bagian kaki dan sikunya. Melihat darah yang keluar membuat Algara langsung membopong AlettaCewek itu terkejut, Algara sekhawatir ini padanya. Banyak orang yang membantu mereka berdua. Kepala Algara semakin sakit, Gadis kecil yang mengejar kelinci tadi sudah tidak ada. Apa hanya halusinasi Algara saja?Algara membawa Aletta ke Rumah sakit untuk mengobati luka di kakinya. Rasanya khawatir sekali dengan Aletta. Apalagi saat cewek itu meringis kesakitan. Setelah selesai diobati, Dokter mengatakan kalau Aletta harus istirahat dulu di sini. Anak itu pasti syok."Luka kamu nggak di obati?" tanya Aletta,"Ini luka kecil, kamu gimana? Masih sakit banget nggak?" tanya Algara penuh kekhawatiran.&nbs
Hari ini Aletta benar-benar tidak semangat. Tidak mendapat balasan apapun dari Algara. Dan cowok itu tidak masuk sekolah, kepikiran terus. Apalagi tentang semalam Algara bersikap aneh padanya. Seperti ada yang disembunyikan, Aletta tidak tahu apa sebenarnya. Apa mungkin traumanya kambuh? Tapi, itu tidak mungkin bukan?Tante Lisya pernah bercerita sedikit tentang masa kecil Algara dan alasan Algara menjadi anak pendiam dan pemurung. "Masa sih?" batinnya seraya memainkan pulpennya. Cewek itu tidak fokus pada pelajaran pak Sehun pagi ini. Otaknya sedang traveling ke Algara.Bergumam dan bingung sendiri. Rautnya berubah menjadi lesu. "Lo kenapa sih?" tanya Meira. Penasaran dengan Aletta yang tidak seperti biasanya.Cewek itu menoleh, menatap datar ke arah sahabatnya. Berbicara sedikit memuncungkan bibirnya, "Kangen Algara, masa dari semalem gue diabaikan terus, Mei." jawabnya."Temuin aja kali, l
Di pagi hari yang cerah. Aletta berjalan memasuki sekolah bersama Algara. Menggandeng lengan Doi saat di sekolah adalah sebuah keinginan Aletta. Akhirnya sekarang terwujud, lengan Algara tidak menolak gandengan darinya. Menjadi sebuah perhatian dan cibiran pagi ini, Aletta tidak peduli. Ia sangat gembira, meski wajah Algara masih sama seperti biasanya. Wajahnya DATAR!"Yang, pulang nanti temenin aku beli Novel, yah?" pinta Aletta merengek manja membuat Algara jengah."Nggak gratis," balasnya."Ih, kok gitu." tiba-tiba Haru datang menghampiri mereka berdua. Lalu memegang pergelangan Aletta seperti akan mengajak cewek itu pergi."Bisa ikut gue sebentar, nggak?" tanya Haru,Aletta masih melongo, kenapa tiba-tiba cowok ini datang. "Ih, gue mau ke kelas tau. Mau kemana coba?" Aletta tak suka dengan sikap Haru, yang seenaknya memegang tangan secara tiba-tiba."Lepasin tangan dia!" bentak Algara."Wou, eman
Hari ini Aletta benar-benar tidak semangat. Tidak mendapat balasan apapun dari Algara. Dan cowok itu tidak masuk sekolah, kepikiran terus. Apalagi tentang semalam Algara bersikap aneh padanya. Seperti ada yang disembunyikan, Aletta tidak tahu apa sebenarnya. Apa mungkin traumanya kambuh? Tapi, itu tidak mungkin bukan?Tante Lisya pernah bercerita sedikit tentang masa kecil Algara dan alasan Algara menjadi anak pendiam dan pemurung. "Masa sih?" batinnya seraya memainkan pulpennya. Cewek itu tidak fokus pada pelajaran pak Sehun pagi ini. Otaknya sedang traveling ke Algara.Bergumam dan bingung sendiri. Rautnya berubah menjadi lesu. "Lo kenapa sih?" tanya Meira. Penasaran dengan Aletta yang tidak seperti biasanya.Cewek itu menoleh, menatap datar ke arah sahabatnya. Berbicara sedikit memuncungkan bibirnya, "Kangen Algara, masa dari semalem gue diabaikan terus, Mei." jawabnya."Temuin aja kali, l
Brakkkk!!Motor Algara oleng sampai keduanya mengalami kecelakaan kecil. Kehilangan kendali saat mengendarai motor, menabrak trotoar yang tidak bersalah. Tapi, Aletta mengalami luka yang cukup di bagian kaki dan sikunya. Melihat darah yang keluar membuat Algara langsung membopong AlettaCewek itu terkejut, Algara sekhawatir ini padanya. Banyak orang yang membantu mereka berdua. Kepala Algara semakin sakit, Gadis kecil yang mengejar kelinci tadi sudah tidak ada. Apa hanya halusinasi Algara saja?Algara membawa Aletta ke Rumah sakit untuk mengobati luka di kakinya. Rasanya khawatir sekali dengan Aletta. Apalagi saat cewek itu meringis kesakitan. Setelah selesai diobati, Dokter mengatakan kalau Aletta harus istirahat dulu di sini. Anak itu pasti syok."Luka kamu nggak di obati?" tanya Aletta,"Ini luka kecil, kamu gimana? Masih sakit banget nggak?" tanya Algara penuh kekhawatiran.&nbs
Brakkkk!!!!Pintu terbuka begitu keras, langkah kaki terdengar semakin dekat. Algara terbangun dari tidurnya karena sosok itu sangat begitu tergesa-gesa. Melihat Alyeta dan Layla yang sedang terlelap di sampingnya. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada gadis kecil itu. Algara lebih mengorbankan nyawanya untuk mereka. Tidak masalah jika penculik itu menghukumnya. Asal. Jangan sakiti kakak beradik itu.Sial! Itu tidak mungkin.Alyeta begitu ketakutan ketika melihat ruangan semakin gelap. Seketika lampu itu redup dan padam."Syuuuttt, kamu diem Alyeta. Jangan bersuara." pinta Algara, ia berusaha keras untuk melepaskan Cable tibles di tangannya . Namun, ini sangatlah kuat jika terus dipaksa, tangannya akan terluka."Hikss, aku takut. Aku takut." isaknya seraya mencari-cari keberadaan Algara dengan tangannya yang terikat."Papy, mamy, hiksss tolong Alyeta.
Algara duduk di kantin seraya memijit pelipis keningnya. Cowok itu kepikiran tentang mimpi semalam. Kenapa seperti nyata? Lalu menyebut-nyebut nama gadis kecil itu membuat Aletta cemburu tak karuan. Algara benar-benar pusing, setiap kali Aletta merengek meminta penjelasan darinya."Woi, napa bengong?" senggol Syaiful, "Mikirin kondomnya Zaenal? Keknya emang itu milik dia. Ya kali, punya kakaknya. Nggak mungkin bre!" cerocos Syaiful masih curiga tentang benda berharga dan intim milik Zaenal."Anjing lo! Dibilangin itu bukan punya gue juga!" sarkas Zaenal tidak setuju dengan perkataan Syaiful."Dih ngambek," sahut Dimas."Terkampret kelen bedua!""Heh, heh, yaelah. Kalau bener milik Zaenal ya kagak papa. Lagian dia juga normal! Punya nafsu juga njir!" bela Dimas"Tap--""Masih mau pusing ngurusin kondom? Makanya punya Doi!" cetus Zaenal memoton
Setelah dirawat satu hari dan Aletta tidak bisa sekolah hari ini. Begitu juga dengan Algara yang menunggu dan menemani Aletta. Ada Lisya sang calon Ibu mertua, wanita itu yang mengurus Aletta di rumah sakit. Alana tidak bisa datang, alasan dirinya sedang sibuk di luar kota.Tidak masalah bagi Aletta, yang penting sudah ada kabar tentang Ibunya. Soalnya kemarin ia tidak mendapat kabar dan balasan pesan dari sang ibu."Nginap di rumah aja, biar tante bisa ngawasin kamu." pinta Lisya,"Aletta udah sehat Tante, jangan khawatir hehe." elaknya lembut."Beneran?""Iya tante, beneran nih.""Kalau ada apa-apa, jangan lupa kabari Algara atau tante, ya." pesan Lisya, seraya memeluk Aletta.Saat dipeluk oleh Lisya, Aletta merasakan betapa senangnya mendapatkan calon mertua seperti Lisya. Wanita lemah lembut dan hangat padanya. Kenapa de
Algara menyuruh Pak Anjay untuk membawa mobil pribadinya ke sekolah. Kemudian motor hitam kesayangannya, dibawa oleh Pak Anjay ke bengkel terdekat. Untuk ganti oli😵, Algara sengaja melakukan ini demi Aletta. Agar cewek itu duduk dan bersandar lebih nyaman. Tapi, apalah daya dengan dirinya yang tak mampu melakukannya.___Algara mengusap wajahnya kasar, bersandar di kursi kemudi dengan pikiran yang semrawut. Algara memutuskan untuk mengikuti mobil Meira yang sudah melaju cukup jauh. Pasti mereka menuju rumah Meira, tidak ke rumah sakit.Di tengah perjalanan, telinganya terganggu dengan deringan ponsel yang sejak tadi berisik. Algara melihat nama yang terdapat di layar ponselnya, ternyata Aletta. Ia langsung mengangkat panggilan itu."Em?""Kamu di mana yang?" tanya Aletta dengan nada lirih, biasanya cempreng sangat."Di rumah," jawab Algara, lagi-lagi berdusta yan
Di pagi hari ini Aletta duduk anteng sembari menunggu bus. Ia sengaja tidak menghubungi atau meminta Algara untuk menjemputnya. Kedua matanya bengkak seperti habis ke entup tawon (sengat lebah). Cewek itu menangis semalaman, sampai tidak bisa tidur. Wajah lesu itu sangat tidak semangat pagi ini. Entahlah, Aletta sulit untuk mengatakan menyerah. Karena ini sangat bertentangan dengan tujuannya. Aletta harus semangat dan menyelesaikan masalah ini.Tiiiiiin, Klakson motor berbunyi membuat Aletta yang tengah melamun itu tersentak kaget. Mengangkat kepalanya melihat ke arah cowok tampan memakai jaket kulit hitam pekat menatap dingin ke arahnya. Cewek itu bingung, kenapa Algara tiba-tiba muncul?"Mau berangkat nggak? Malah bengong," celetuk Algara, cewek itu masih diam di tempat duduknya."Heh, lo budek, ya? Ha?!" sentak Algara membuat cewek itu terkejut. Kemudian menghampiri Algara lalu mengenakan helm. Menangkring dan bersand
"Arghhh," cowok itu menonjok dinding yang tidak berdosa."Lo kenapa?" tanya Zaenal, yang tiba-tiba muncul di hadapan Algara. Cowok itu melepaskan headseatnya, menatap penuh pertanyaan kepada Algara. Mereka sedang berada di kelas kebetulan Zaenal mengambil sesuatu yang ketinggalan."Nggakpapa, keknya gue perlu minum." jawab Algara,"Balik ke ruang ganti, ada air putih di sana.""Ok," Algara dan Zaenal kembali ke ruang ganti, sebentar lagi akan mengikuti pelajaran olahraga."Bro, tadi ada cewek lo ngasih seperangkat cemilan buat lo," ujarnya heboh, Syaiful paling hobi kalau menggoda Algara. Muka culas itu sedang menatap tajam ke arahnya."Ugh, soswet banget sih. Jadi pengen punya pacar deh," seru Dimas,"Gayaan lo," sindir Syaiful tidak setuju dengan ucapan Dimas. "Cih, sok-sok'an pengen punya cewek, tuh si Maya buat apa? Yaela