Triiinggg!!!!!
Aletta mencoba mencari-cari alarm yang mengusiknya. Masih pagi ganggu-ganggu, Aletta berusaha membuka matanya. Ia terpelonjat kaget melihat jam sudah pukul setengah 7 siang. Beuh, cewek itu grasah-grusuh hatinya bimbang, mandi atau enggak nih? Aletta berhenti di depan pintu kamar mandi.
"Mandi atau enggak ya?"
"Aah, enggak deh. Nanti malam telat haduuh hari pertama belajar nih."
Aletta memilih untuk tidak mandi pagi ini. Hanya gosok gigi dan cuci muka. Setelah selesai urusan itu, Aletta memakai seragam sekolah kemudian menyemprotkan minyak wangi sampai habis. Hampir satu botol, gimana bauknya tuh.
Karena memang tidak ada yang membangunkannya, sarapan pun tidak ada. Bukan hari ini saja tapi memang sudah hampir setiap hari. Aletta jarang sarapan di rumah kecuali kalau menginap di tempat Algara. Aletta mendengus sabar, ia menahan amarah ketika melihat seseorang keluar dari kamar mamanya.
Bukan sosok Papa, tapi selingkuhan yang sudah sering keluar masuk rumahnya. Aletta memilih keluar dengan buru-buru, kalau menelfon Algara pasti tidak akan meresponnya. Sudahlah naik bus saja, seperti biasa Aletta berlari terbirit-birit menuju halte bus. Dengan nafas ngos-ngossan ia mulai mengaturnya. Masih ada waktu 7 menit untuk sampai sekolah.
Beberapa menit kemudian bus pun datang, akhirnya Aletta bisa bernafas lega. Cewek itu duduk di bagian paling depan. Tanpa sengaja ada Rexsa yang ikut duduk di sampingnya. Aletta terkejut, "Eh, kok lo naik bus?" cewek itu bertanya ramah, senyumnya menunjukkan lesung pipi yang indah.
"Lagi pengen naik bus, apalagi ada lo di sini." jawab Rexsa membalas dengan senyuman ramah,
"Yee, gombal."
"Lo wangi banget, sampe nyengat baunya." Rexsa memencet lubang hidungnya, ia kira Aletta cewek bener dan waras. Ternyata emang rada-rada gimana gitu, Rexsa mengurungkan niatnya untuk mendekati Aletta. "Busseeet!!" Rexsa pusing sendiri mencium bau Aletta yang wanginya kebangetan!
Aletta cengar-cengir seakan gadis ceria sedunia. Memperlihatkan gigi putih serta rapih, "Tadi kebanyakan, gue kira kagak nyengat begini."
Kayla tersentak kaget ketika ponselnya berdering, ternyata Meira meneflonnya dengan buru-buru Aletta mengangkat panggilan itu."Apaan?" tanya Aletta dengan suara cemprengnya.
"Buruan, 2 menit lagi masuk woiii!"
"Bentar lagi nyampe."
****
"Heeeehhh!" Aletta mengejutkan Meira yang sedang bermain ponsel. Gadis itu hampir terjatuh dari kursi karena Aletta.
"Eh copot. Aletta, kalau gue jatuh gimana ih," latah Meira sembari terpelonjat kaget,
"Buseeeettt! Pake minyak berapa botol buk? Gileee pengar baunya anjim!" Meira heboh, sorot mata siswa dikelas tertuju pada Aletta. Wangi bangetttt kelasnya. Berkat Aletta.
"Berisik ah, btw belum masuk ya?"
"Pusing gue, deket-deket lo sumpah!"
Meira mendengus malas, kelakuan Aletta ada-ada saja. Pasti gadis itu tidak mandi sudah biasa seperti ini dari SMP. Ketika Guru masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran matematika. Semua murid terpesona dengan kegantengan Bapak Cahyo yang mirip sekali dengan personil Exo Park Chanyeol. Beuuh!
"Gwella ganteng bener guru kita!"
"Nggak nyesel gue masuk sekolah SMAN 77 ini. Guru-nya bikin betah!"
"Selamat pagi anak-anak,"
"Pagi kembali bapak.....ganteng,"
"Ganteng banget."
Bapak Cahyo hanya meresponnya dengan senyuman manis. Nyengir sedikit, aduh ganteng banget Bapak satu ini. Kemudian menyuruh anak muridnya untuk mengeluarkan buku paket. Aletta tidak bisa fokus dengan pelajaran, matanya masih tertuju pada Bapak Cahyo sembari menopang dagu.
"Aletta, sadar heeeh!"
"Aletta," bisik Meira sembari mencubit lengan gadis itu, sampai Aletta menoleh dengan tatapan kesal.
"Sakit tauk." Aletta mengerucutkan bibirnya kesal, cubitan Meira mengenai luka lebam akibat pukulan dari sang Ibu waktu itu.
"Sorry, hehe. Lagian lo ngelamun sampe kayak gitu."
"Gue mana bisa fokus sama Bapak ganteng itu. Yakwa,"
"Syuttt, kita bahas pas istirahat aja." sahut Nara dari meja belakang, keduanya pun mengangguk lalu fokus pada materi hari ini.
****
Algara melewati kelas Aletta saat menuju ke kantin. Tentu gadis itu mengetahuinya, Aletta langsung keluar mengejar Algara. Tidak peduli dengan perjanjian awal kalau mereka tidak boleh saling mengenal di sekolah. Ketika Aletta akan meraih pergelangan tangan Algara. Tanpa di duga kakinya tersandung akhirnya Aletta jatuh di pelukan seseorang. Hiyaaaa...
Dengan kokoh cowok itu menahan Aletta yang akan jatuh akibat tersandung. Siapa dia? Aletta menatap wajah tampan itu beberapa detik sedekat ini. Aletta sadar, ini bukan Algara melainkan orang lain.
"Ekhem," dekheman seseorang membuat Aletta buru-buru bangkit dan berdiri. Wajahnya seakan merasa bersalah pada Algara. Cowok itu tidak berekspressi sama sekali, namun tatapan tajam mengarah pada Haru. Haru yang menolong Aletta barusan.
"Alga, jangan salah paham. Ini nggak sengaja kok. Maaf ya, maaf banget." ujar Aletta sembari meraih tangan Algara, para murid yang melihatnya pun terkejut.
Algara? Punya pacar?
"Apaan sih, emangnya kita punya hubungan? Pake minta maaf segala." Algara mengucapkannya santai tanpa beban, padahal ia jengkel melihat pemandangan barusan.
"Kok lo ngomong gitu?" Aletta nampak tidak bersemangat, jadi Algara marah? "Lo marah, maaf ini nggak sengaja."
Algara menarik pergelangan tangan Aletta dengan kasar. Seolah menyeret gadis itu ke sesuatu tempat. Iya, Algara membawa Aletta ke ruang labolatorium yang sedang sepi. Tatapan itu semakin tajam menujukkan amarah Algara. Cowok itu memojokkan Aletta sampai ke pojok dinding. Kemudian tangannya menonjok dinding dengan keras.
Dum!!
Aletta memejamkan matanya, jantungnya sudah berdebar-debar tidak normal.
"Udah gue bilang, jangan deketin gue pas lagi di sekolah!" Algara mengatakannya dengan plototan mata yang sempurna. Orang ganteng marah, ya tetep aja ganteng! Bola mata Aletta menatap tajamnya netra pekat itu. Seakan tidak peduli betapa bencinya Algara pada dirinya.
"Kenapa sih, lagian mereka juga tau kok. Kita pulang juga sering bareng!"
"Susah ya ngomong sama orang sakit,"
"Gue nggak sakit, tuh!"
"Sakit jiwa, tau nggak!" cetusnya sinis, kemudian kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Algara mendengus kasar, tidak mungkin ia harus bermain kasar dengan melayangkan satu pukulan untuk Aletta. Algara memilih untuk pergi meninggalkan gadis itu.
Aletta menatap punggung cowok itu semakin menjauh. Menghembuskan nafasnya panjang, sabar Aletta sabar. Aletta memukul-mukul dadanya agar kuat. Senyum miris pada bibirnya terukir sempurna. "Semangat Aletta!"
****
Haru mengingat gadis cantik yang tak sengaja ia tolong. Pikirannya tertuju pada cewek itu, Haru semakin penasaran siapa namanya terus kelas berapa. Ia tersenyum renyah, pada dasarnya Haru tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Banyak sekali para cewek yang ngefans dan mengaguminya. Tapi ia tidak pernah menggubris mereka. Malah saat bertemu Aletta ia langsung kepikiran.
"Btw, lo tadi nolongin siapa?"
"Terus pacarnya kayak nggak suka gitu, liat lo nolongin dia?"
"Heh, lo ngomongin apaan sih?" sarkas Haru pura-pura tidak mengerti dengan perkataan kedua temannya. Ia kenal Algara, cowok Most Wanted yang terkenal jutek dan pinter main Basket.
Apa hubungannya dengan cewek itu? Apa mereka pacaran? Algara terlihat kasar saat menarik pergelangan gadis itu.
To be continued
Di pagi hari yang cerah tapi tidak secerah wajah Aletta. Barusan ia mendapat tamparan dari sang Ibu, hanya karena tidak menyiapkan sarapan pagi. Gadis itu memegangi pipinya sembari menahan air mata yang akan jatuh. Tidak boleh menangis, Aletta harus kuat. Alana mengatakan kalau sebenarnya ia sangat membenci Aletta. Jujur, Aletta langsung drop lemas apa mungkin kehadirannya di dunia memang tidak diinginkan?Air mata gadis itu lolos dengan deras, hanya diri sendiri yang merasakannya. Tidak mau larut dalam kesedihan, Aletta menghapus air matanya kasar, lalu mengambil ranselnya yang ada di sofa, Alana sudah pergi keluar rumah. Tidak ada uang jajan tidak ada ongkos, sudahlah ini sudah biasa baginya. Aletta mengambil uang dari tabungannya yang diberikan oleh sang papa. Hari ini Algara tidak menjemputnya, jadi Aletta berlari menuju bus. Ini akan terlambat."Huft, bakal terlambat nih." gumamnya sembari melihat arloji hitam di tangannya. Sudah 7 menit
Untuk kesekian kalinya Aletta harus menahan sabar menghadapi sikap ketidakpedulian Algara padanya. Gadis itu menatap geram ke arah Algara yang sedang mengobrol dengan Yera. Cowok itu hanya mengantar dan lagi pula tidak mampir. Tapi Aletta dibakar api cemburu."Algara, ngapain di sini?" Aletta bertanya sembari bergantian menatap kedua orang itu."Ngapain lo di sini?" cowok itu malah melempar pertanyaan."Jawab gue dulu!" bentak Aletta, tidak peduli dengan pertanyaan Algara."Apa urusannya sama lo? Mending lo pergi sana!" sahut Yera dengan menatap sinis ke arah Aletta.Algara menarik pergelangan tangan Aletta dengan kasar. Cowok itu seakan menyeret Aletta sampai ke motor."Lepasin Algara! Sakit begok!" cetus Aletta,"Ngapain lo ke sini segala? bukannya lo pulang bareng sama cowok baru lo itu, ha?!" ujar Algara."Maksud lo apa s
Aletta memutarkan bola matanya jengah, kemudian merapikan poni kesayangannya yang sedikit berantakan. Cewek itu sudah memiliki musuh, hanya karena Algara? Aih, Aletta juga heran dengan Yera gadis menel itu. Tidak mungkin Algara akan menyukai Yera yang suka mengatakan hal kasar pada orang lain. Huft,Ketika sedang berjalan di koridor sendirian, tak sengaja ia bertemu dengan Haru. Cowok itu sedang membawa Daftar murid baru yang akan masuk class Dancer ."Hai," sapaan Aletta dibalas ramah oleh Haru."Hai juga, btw mau kemana?" tanya Haru."Eum, kantin nih.""Oh sendirian?""Iya, tapi di kantin gue udah tungguin. Gue duluan yak." ujar Aletta, ketika akan melanjutkan langkah kakinya. Pergelangan tangan Aletta ditahan oleh Haru."Em, kenapa?" tanya Aletta,"Bisa ikut gue sebentar?" belum mendapatkan jawaban dari Aletta,
"Arghhh," cowok itu menonjok dinding yang tidak berdosa."Lo kenapa?" tanya Zaenal, yang tiba-tiba muncul di hadapan Algara. Cowok itu melepaskan headseatnya, menatap penuh pertanyaan kepada Algara. Mereka sedang berada di kelas kebetulan Zaenal mengambil sesuatu yang ketinggalan."Nggakpapa, keknya gue perlu minum." jawab Algara,"Balik ke ruang ganti, ada air putih di sana.""Ok," Algara dan Zaenal kembali ke ruang ganti, sebentar lagi akan mengikuti pelajaran olahraga."Bro, tadi ada cewek lo ngasih seperangkat cemilan buat lo," ujarnya heboh, Syaiful paling hobi kalau menggoda Algara. Muka culas itu sedang menatap tajam ke arahnya."Ugh, soswet banget sih. Jadi pengen punya pacar deh," seru Dimas,"Gayaan lo," sindir Syaiful tidak setuju dengan ucapan Dimas. "Cih, sok-sok'an pengen punya cewek, tuh si Maya buat apa? Yaela
Di pagi hari ini Aletta duduk anteng sembari menunggu bus. Ia sengaja tidak menghubungi atau meminta Algara untuk menjemputnya. Kedua matanya bengkak seperti habis ke entup tawon (sengat lebah). Cewek itu menangis semalaman, sampai tidak bisa tidur. Wajah lesu itu sangat tidak semangat pagi ini. Entahlah, Aletta sulit untuk mengatakan menyerah. Karena ini sangat bertentangan dengan tujuannya. Aletta harus semangat dan menyelesaikan masalah ini.Tiiiiiin, Klakson motor berbunyi membuat Aletta yang tengah melamun itu tersentak kaget. Mengangkat kepalanya melihat ke arah cowok tampan memakai jaket kulit hitam pekat menatap dingin ke arahnya. Cewek itu bingung, kenapa Algara tiba-tiba muncul?"Mau berangkat nggak? Malah bengong," celetuk Algara, cewek itu masih diam di tempat duduknya."Heh, lo budek, ya? Ha?!" sentak Algara membuat cewek itu terkejut. Kemudian menghampiri Algara lalu mengenakan helm. Menangkring dan bersand
Algara menyuruh Pak Anjay untuk membawa mobil pribadinya ke sekolah. Kemudian motor hitam kesayangannya, dibawa oleh Pak Anjay ke bengkel terdekat. Untuk ganti oli😵, Algara sengaja melakukan ini demi Aletta. Agar cewek itu duduk dan bersandar lebih nyaman. Tapi, apalah daya dengan dirinya yang tak mampu melakukannya.___Algara mengusap wajahnya kasar, bersandar di kursi kemudi dengan pikiran yang semrawut. Algara memutuskan untuk mengikuti mobil Meira yang sudah melaju cukup jauh. Pasti mereka menuju rumah Meira, tidak ke rumah sakit.Di tengah perjalanan, telinganya terganggu dengan deringan ponsel yang sejak tadi berisik. Algara melihat nama yang terdapat di layar ponselnya, ternyata Aletta. Ia langsung mengangkat panggilan itu."Em?""Kamu di mana yang?" tanya Aletta dengan nada lirih, biasanya cempreng sangat."Di rumah," jawab Algara, lagi-lagi berdusta yan
Setelah dirawat satu hari dan Aletta tidak bisa sekolah hari ini. Begitu juga dengan Algara yang menunggu dan menemani Aletta. Ada Lisya sang calon Ibu mertua, wanita itu yang mengurus Aletta di rumah sakit. Alana tidak bisa datang, alasan dirinya sedang sibuk di luar kota.Tidak masalah bagi Aletta, yang penting sudah ada kabar tentang Ibunya. Soalnya kemarin ia tidak mendapat kabar dan balasan pesan dari sang ibu."Nginap di rumah aja, biar tante bisa ngawasin kamu." pinta Lisya,"Aletta udah sehat Tante, jangan khawatir hehe." elaknya lembut."Beneran?""Iya tante, beneran nih.""Kalau ada apa-apa, jangan lupa kabari Algara atau tante, ya." pesan Lisya, seraya memeluk Aletta.Saat dipeluk oleh Lisya, Aletta merasakan betapa senangnya mendapatkan calon mertua seperti Lisya. Wanita lemah lembut dan hangat padanya. Kenapa de
Algara duduk di kantin seraya memijit pelipis keningnya. Cowok itu kepikiran tentang mimpi semalam. Kenapa seperti nyata? Lalu menyebut-nyebut nama gadis kecil itu membuat Aletta cemburu tak karuan. Algara benar-benar pusing, setiap kali Aletta merengek meminta penjelasan darinya."Woi, napa bengong?" senggol Syaiful, "Mikirin kondomnya Zaenal? Keknya emang itu milik dia. Ya kali, punya kakaknya. Nggak mungkin bre!" cerocos Syaiful masih curiga tentang benda berharga dan intim milik Zaenal."Anjing lo! Dibilangin itu bukan punya gue juga!" sarkas Zaenal tidak setuju dengan perkataan Syaiful."Dih ngambek," sahut Dimas."Terkampret kelen bedua!""Heh, heh, yaelah. Kalau bener milik Zaenal ya kagak papa. Lagian dia juga normal! Punya nafsu juga njir!" bela Dimas"Tap--""Masih mau pusing ngurusin kondom? Makanya punya Doi!" cetus Zaenal memoton
Di pagi hari yang cerah. Aletta berjalan memasuki sekolah bersama Algara. Menggandeng lengan Doi saat di sekolah adalah sebuah keinginan Aletta. Akhirnya sekarang terwujud, lengan Algara tidak menolak gandengan darinya. Menjadi sebuah perhatian dan cibiran pagi ini, Aletta tidak peduli. Ia sangat gembira, meski wajah Algara masih sama seperti biasanya. Wajahnya DATAR!"Yang, pulang nanti temenin aku beli Novel, yah?" pinta Aletta merengek manja membuat Algara jengah."Nggak gratis," balasnya."Ih, kok gitu." tiba-tiba Haru datang menghampiri mereka berdua. Lalu memegang pergelangan Aletta seperti akan mengajak cewek itu pergi."Bisa ikut gue sebentar, nggak?" tanya Haru,Aletta masih melongo, kenapa tiba-tiba cowok ini datang. "Ih, gue mau ke kelas tau. Mau kemana coba?" Aletta tak suka dengan sikap Haru, yang seenaknya memegang tangan secara tiba-tiba."Lepasin tangan dia!" bentak Algara."Wou, eman
Hari ini Aletta benar-benar tidak semangat. Tidak mendapat balasan apapun dari Algara. Dan cowok itu tidak masuk sekolah, kepikiran terus. Apalagi tentang semalam Algara bersikap aneh padanya. Seperti ada yang disembunyikan, Aletta tidak tahu apa sebenarnya. Apa mungkin traumanya kambuh? Tapi, itu tidak mungkin bukan?Tante Lisya pernah bercerita sedikit tentang masa kecil Algara dan alasan Algara menjadi anak pendiam dan pemurung. "Masa sih?" batinnya seraya memainkan pulpennya. Cewek itu tidak fokus pada pelajaran pak Sehun pagi ini. Otaknya sedang traveling ke Algara.Bergumam dan bingung sendiri. Rautnya berubah menjadi lesu. "Lo kenapa sih?" tanya Meira. Penasaran dengan Aletta yang tidak seperti biasanya.Cewek itu menoleh, menatap datar ke arah sahabatnya. Berbicara sedikit memuncungkan bibirnya, "Kangen Algara, masa dari semalem gue diabaikan terus, Mei." jawabnya."Temuin aja kali, l
Brakkkk!!Motor Algara oleng sampai keduanya mengalami kecelakaan kecil. Kehilangan kendali saat mengendarai motor, menabrak trotoar yang tidak bersalah. Tapi, Aletta mengalami luka yang cukup di bagian kaki dan sikunya. Melihat darah yang keluar membuat Algara langsung membopong AlettaCewek itu terkejut, Algara sekhawatir ini padanya. Banyak orang yang membantu mereka berdua. Kepala Algara semakin sakit, Gadis kecil yang mengejar kelinci tadi sudah tidak ada. Apa hanya halusinasi Algara saja?Algara membawa Aletta ke Rumah sakit untuk mengobati luka di kakinya. Rasanya khawatir sekali dengan Aletta. Apalagi saat cewek itu meringis kesakitan. Setelah selesai diobati, Dokter mengatakan kalau Aletta harus istirahat dulu di sini. Anak itu pasti syok."Luka kamu nggak di obati?" tanya Aletta,"Ini luka kecil, kamu gimana? Masih sakit banget nggak?" tanya Algara penuh kekhawatiran.&nbs
Brakkkk!!!!Pintu terbuka begitu keras, langkah kaki terdengar semakin dekat. Algara terbangun dari tidurnya karena sosok itu sangat begitu tergesa-gesa. Melihat Alyeta dan Layla yang sedang terlelap di sampingnya. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada gadis kecil itu. Algara lebih mengorbankan nyawanya untuk mereka. Tidak masalah jika penculik itu menghukumnya. Asal. Jangan sakiti kakak beradik itu.Sial! Itu tidak mungkin.Alyeta begitu ketakutan ketika melihat ruangan semakin gelap. Seketika lampu itu redup dan padam."Syuuuttt, kamu diem Alyeta. Jangan bersuara." pinta Algara, ia berusaha keras untuk melepaskan Cable tibles di tangannya . Namun, ini sangatlah kuat jika terus dipaksa, tangannya akan terluka."Hikss, aku takut. Aku takut." isaknya seraya mencari-cari keberadaan Algara dengan tangannya yang terikat."Papy, mamy, hiksss tolong Alyeta.
Algara duduk di kantin seraya memijit pelipis keningnya. Cowok itu kepikiran tentang mimpi semalam. Kenapa seperti nyata? Lalu menyebut-nyebut nama gadis kecil itu membuat Aletta cemburu tak karuan. Algara benar-benar pusing, setiap kali Aletta merengek meminta penjelasan darinya."Woi, napa bengong?" senggol Syaiful, "Mikirin kondomnya Zaenal? Keknya emang itu milik dia. Ya kali, punya kakaknya. Nggak mungkin bre!" cerocos Syaiful masih curiga tentang benda berharga dan intim milik Zaenal."Anjing lo! Dibilangin itu bukan punya gue juga!" sarkas Zaenal tidak setuju dengan perkataan Syaiful."Dih ngambek," sahut Dimas."Terkampret kelen bedua!""Heh, heh, yaelah. Kalau bener milik Zaenal ya kagak papa. Lagian dia juga normal! Punya nafsu juga njir!" bela Dimas"Tap--""Masih mau pusing ngurusin kondom? Makanya punya Doi!" cetus Zaenal memoton
Setelah dirawat satu hari dan Aletta tidak bisa sekolah hari ini. Begitu juga dengan Algara yang menunggu dan menemani Aletta. Ada Lisya sang calon Ibu mertua, wanita itu yang mengurus Aletta di rumah sakit. Alana tidak bisa datang, alasan dirinya sedang sibuk di luar kota.Tidak masalah bagi Aletta, yang penting sudah ada kabar tentang Ibunya. Soalnya kemarin ia tidak mendapat kabar dan balasan pesan dari sang ibu."Nginap di rumah aja, biar tante bisa ngawasin kamu." pinta Lisya,"Aletta udah sehat Tante, jangan khawatir hehe." elaknya lembut."Beneran?""Iya tante, beneran nih.""Kalau ada apa-apa, jangan lupa kabari Algara atau tante, ya." pesan Lisya, seraya memeluk Aletta.Saat dipeluk oleh Lisya, Aletta merasakan betapa senangnya mendapatkan calon mertua seperti Lisya. Wanita lemah lembut dan hangat padanya. Kenapa de
Algara menyuruh Pak Anjay untuk membawa mobil pribadinya ke sekolah. Kemudian motor hitam kesayangannya, dibawa oleh Pak Anjay ke bengkel terdekat. Untuk ganti oli😵, Algara sengaja melakukan ini demi Aletta. Agar cewek itu duduk dan bersandar lebih nyaman. Tapi, apalah daya dengan dirinya yang tak mampu melakukannya.___Algara mengusap wajahnya kasar, bersandar di kursi kemudi dengan pikiran yang semrawut. Algara memutuskan untuk mengikuti mobil Meira yang sudah melaju cukup jauh. Pasti mereka menuju rumah Meira, tidak ke rumah sakit.Di tengah perjalanan, telinganya terganggu dengan deringan ponsel yang sejak tadi berisik. Algara melihat nama yang terdapat di layar ponselnya, ternyata Aletta. Ia langsung mengangkat panggilan itu."Em?""Kamu di mana yang?" tanya Aletta dengan nada lirih, biasanya cempreng sangat."Di rumah," jawab Algara, lagi-lagi berdusta yan
Di pagi hari ini Aletta duduk anteng sembari menunggu bus. Ia sengaja tidak menghubungi atau meminta Algara untuk menjemputnya. Kedua matanya bengkak seperti habis ke entup tawon (sengat lebah). Cewek itu menangis semalaman, sampai tidak bisa tidur. Wajah lesu itu sangat tidak semangat pagi ini. Entahlah, Aletta sulit untuk mengatakan menyerah. Karena ini sangat bertentangan dengan tujuannya. Aletta harus semangat dan menyelesaikan masalah ini.Tiiiiiin, Klakson motor berbunyi membuat Aletta yang tengah melamun itu tersentak kaget. Mengangkat kepalanya melihat ke arah cowok tampan memakai jaket kulit hitam pekat menatap dingin ke arahnya. Cewek itu bingung, kenapa Algara tiba-tiba muncul?"Mau berangkat nggak? Malah bengong," celetuk Algara, cewek itu masih diam di tempat duduknya."Heh, lo budek, ya? Ha?!" sentak Algara membuat cewek itu terkejut. Kemudian menghampiri Algara lalu mengenakan helm. Menangkring dan bersand
"Arghhh," cowok itu menonjok dinding yang tidak berdosa."Lo kenapa?" tanya Zaenal, yang tiba-tiba muncul di hadapan Algara. Cowok itu melepaskan headseatnya, menatap penuh pertanyaan kepada Algara. Mereka sedang berada di kelas kebetulan Zaenal mengambil sesuatu yang ketinggalan."Nggakpapa, keknya gue perlu minum." jawab Algara,"Balik ke ruang ganti, ada air putih di sana.""Ok," Algara dan Zaenal kembali ke ruang ganti, sebentar lagi akan mengikuti pelajaran olahraga."Bro, tadi ada cewek lo ngasih seperangkat cemilan buat lo," ujarnya heboh, Syaiful paling hobi kalau menggoda Algara. Muka culas itu sedang menatap tajam ke arahnya."Ugh, soswet banget sih. Jadi pengen punya pacar deh," seru Dimas,"Gayaan lo," sindir Syaiful tidak setuju dengan ucapan Dimas. "Cih, sok-sok'an pengen punya cewek, tuh si Maya buat apa? Yaela