Selamat Membaca
HAVE A NICE DAY
"Tidak! Kami tidak mengenal Tuan Putri Rasi terlalu dekat, tapi pernah mendengar tentang Dia," ucap Soraya.
"Jadi, Kau tahu tentang keadaan Rasi ?" tanyanya.
"Maksudmu Tuan Putri Rasi? Bukannya Dia sudah kembali ke istana Rana dalam keadaan selamat?" tanya Marlaka segera.
"Iya, Dia sudah kembali ke istana. Tapi, Dia masih belum bisa pulih sepenuhnya." Agra membuat alasan, meski Dia harus menyembunyikan keadaan Rasi yang sebenarnya.
"Baguslah, lagipula Dia adalah seorang putri. Dia bukan orang biasa seperti Kita, jadi Raja Rana pasti akan memenuhi permintaannya. Dia putri kesayangan Raja Rana," tambah Soraya.
"Iya," ucap Agra.
"Omong-omong, apa hubunganmu dengan Tuan Putri? Sepertinya Kau tahu banyak tentang Dirinya," ucap Soraya.
"Ayahku seorang prajurit, jadi Aku tahu sedikit tentangnya," tutur Agra.
"Berbohong sedikit tidak apa, kan?" batinnya.
"Kalau begitu tolong berikan
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Terlalu rumit untuk menceritakan semuanya," gumam Agra yang masih bisa di dengar oleh Pangeran Afni."Lalu, apa Kau sudah menemukan Rasi?" tanya Pangeran Afni."Iya. Aku sudah menemukannya, Dia aman sekarang. Sepertinya tempat ini cukup aman untuk bersembunyi," ucap Agra."Iya, memang cukup aman. Sebelum kudamu itu menginjak kakiku," gerutu Pangeran Afni."Jadi, belum sembuh total ya?" tanya Agra."Belum, sebenarnya sudah cukup membaik. Salah kudamu," ucap Pangeran Afni."Hahaha." Agra tertawa mendengar ucapan Pangeran Afni."Kau mengejekku?" tanya Pangeran Afni."Sssttt! Jangan keras-keras, Mereka sedang tidur," ucap Agra."Hem, apa sudah pagi?" tanya Laksmi."Belum, istirahat saja dulu." Agra mengelus kepala Laksmi, seperti anak kecil."Laksmi, Agra menyukaimu," ucap Pangeran Afni sembarangan."Kalau bicara jangan sembarangan! Laksmi seperti Adikku," u
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Tidak, Dia tidak membuat kesalahan. Kami tidak bisa menjelaskannya di sini, itu terlalu bahaya," jawab Agra."Lalu, kenapa harus pergi ke tempat yang aman?" tanya Ibunya Naira."Percayalah padaku Ibu, Aku tidak membuat kesalahan kali ini." Naira berusaha meyakinkan Ibunya, begitu juga dengan bantuan Agra."Tidak ada waktu lagi, Kalian bersiap-siap dulu. Jangan keluar sebelum Aku datang," ucap Agra."Kau mau kemana?" tanya Fatma. Yang secara spontan memegang tangan Agra, lalu Agra melepaskan tangannya dari Naira."Aku harus menemui pemilik rumah dulu, hanya sebentar." Agra meninggalkan Naira dan Ibunya, lalu Dia pergi ke rumah sebelah dimana Rasi dirawat."Pangeran Agra," ucap pemilik rumah."Paman, Aku ingin melihat keadaan Rasi. Sekaligus ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting," ucap Agra. Menyampaikan maksud kedatangannya."Kalau begitu masuklah," balas pemilik rumah.Dia mempersilakan
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYTabib Hwan sudah menyiapkan obat untuk Rasi, lalu Dia membuat Rasi meminum obat tersebut. Dia juga menambahkan air telaga biru pada tetesannya.Berangsur-angsur warna biru pada tubuh Rasi sedikit memudar, namun Dia belum juga sadarkan Diri. Rendra memindahkan Rasi, tabib Hwan dan seluruh keluarga Adam untuk tinggal di ruangan bawah tanah. Terkecuali untuk beberapa warga desa Cirangi yang masih selamat diminta untuk tinggal di rumah sebelah dan di sahkan sebagai warga desa Karang.Di Kerajaan Rana situasi sudah dapat dikendalikan oleh Raja, namun hubungan dengan kerajaan Bambu semakin memanas. Dua Kerajaan yang awalnya merupakan sahabat, sekarang menjadi musuh bebuyutan."Kerajaan Bambu semakin memperluas daerah kekuasaannya dengan menyerang kerajaan lain, lalu apa yang harus Kita lakukan Yang Mulia?" tanya Panglima Arya."Kalau bisa Kita harus ambil kembali daerah itu, bagaimana menurutmu penasihat?" tanyanya pada Penasih
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYAgra menghadapi lintah-lintah tersebut, sedangkan Kosin membawa Naira dan Ibunya lari. Keadaan kembali tenang setelah Nenek tua itu pergi dari sana dan munculah cahaya emas.Agra menutup matanya, karena sinarnya yang membuat silau. Kupu-kupu emas raksasa berada tepat di depannya."Menakjubkan," gumam Agra."Naiklah ke atas punggungku," ucap kupu-kupu emas.Kosin dan yang lain terpisah dari Agra, setelah Agra tidak ada barulah Mereka menyadarinya."Agra di mana?" tanya Naira."Sepertinya Pangeran Agra masih di belakang," jawab Kosin."Kalau begitu Kita harus kembali ke sana," ucap Ibunya Naira."Kalian tidak perlu mencariku," ucap Agra."Kupu-kupu raksasa," gumam Ibunya Naira.Kupu-kupu emas mendarat, lalu Mereka bertiga ikut naik bersama Agra. Kupu-kupu tersebut menelusuri terowongan begitu cepat, hingga akhirnya keluar dari sana."Waaaa!" teriak Mereka.Hamparan rumput hijau nan lu
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Kenapa Kau memanggilku Candrani?" tanya Agra."Aku hanya penasaran, Kau terlihat berbeda dari Kami. Apa Kau mau menjadi temanku?" tanyanya."Iya, tentu saja. Aku dan Mereka memang datang dari Negeri jauh, tentu saja Kami berbeda dengan Kalian. Semoga Tuan Putri bisa menerima Kami," ucap Agra."Jangan memanggilku Tuan Putri, karena Kau sekarang menjadi temanku. Kau harus panggil namaku seperti tadi, Candrani. Kau setuju?" tanyanya."Iya, Kau juga bisa panggil namaku Agra." Agra memperkenalkan diri."Lihat ini." Candrani menggerakkan jarinya dengan sangat manis, tetapi air dari kolam yang jaraknya cukup jauh melambung ke angkasa."Bagaimana bisa?" tanya Agra."Negeri Candra adalah Negeri sihir, hal ini biasa bagi Kami. Tapi, tidak semua bisa melakukan ini," jawab Candrani."Tidak semua?" tanya Agra."Iya. Hanya orang-orang tertentu dan orang-orang terpilih, jika masih ada." Ca
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY" Pangeran Agra," panggil Naira."Naira, ada apa?" tanya Agra."Apa Aku mengganggumu?" tanyanya."Iya. Kau mengganggu Kami," jawab Candrani. Yang tiba-tiba datang."Aku bertanya pada Agra," ucap Naira."Tidak Naira, Kau sama sekali tidak menganggu. Memangnya ada apa?" tanya Agra. Sedangkan, Candrani tersenyum setelah membuat Naira terlihat kesal."Aku hanya ingin menghabiskan waktu, sebelum Kau kembali," jawabnya."Tidak bisa! Agra akan pergi bersamaku, maksudku Kau bisa mengobrol dengan Agra setelah Kami selesai," ucap Candrani."Iya, sebaiknya memang seperti itu. Aku akan menemuimu nanti." Agra dan Candrani kemudian pamit."Tidak akan Aku biarkan," batin Naira.Tidak terima dengan sikap Candrani, Naira diam-diam mengikuti kepergian Mereka. Agra dan Candrani terlihat asik mengobrol, sehingga wajah Naira terlihat cemberut."Kenapa Mereka pergi ke tempat seperti
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Bukan apa-apa Tuan Putri," jawabGrita. Dia terlihat gugup, sehingga tersenyum untuk menutupinya."Kakak sebaiknya Kita bawa Laksmi ke kamarnya Rasi," ucap Fatma.Mereka membawa Laksmi dengan dibantu oleh yang lain, hal itu membuat Grita memperhatikan Mereka lebih dekat."Apa yang Kau lakukan di sini?" tanya Ratu Kosala."Tidak Yang Mulia, Aku hanya kasihan padanya," jawab Grita."Daripada Kau menangis seperti ini, lebih baik Kau minta anak buah ku untuk mencari keberadaan Rasi dan Agra." Setelah itu Ratu Kosala pergi meninggalkan Grita.Grita juga pergi dari sana, namun Fatma sempat melihatnya tadi. Fatma keluar untuk mengikuti kepergian Grita, kemudian Dia bersembunyi."Sepertinya ada yang membuntutiku," ucap Grita.Grita mempercepat langkahnya, sehingga Fatma kehilangan jejak. Tidak berhasil menemukan Grita, lalu Fatma memutuskan untuk kembali ke kamar Rasi. Dia mel
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Panglima Arya," ucap Raja Rana."Iya Yang Mulia," balas Panglima Arya."Setelah kematian Penasihat Seta dan Istrinya, Aku tidak bisa meninggalkan istana begitu saja. Meski tahu Putriku sendiri dalam bahaya, Aku harus melakukannya. Jadi, Aku perintahkan Kau untuk menangkap pelakunya dan bawa Putri serta Putraku dalam keadaan selamat," jelas Raja Rana."Baik Yang Mulia." Panglima Arya membawa pasukannya mencari Rasi dan Agra."Aku juga ingin ikut Yang Mulia," ucap Pangeran Afni."Tidak! Aku tidak mengijinkanmu," larang Raja Lotusha."Aku juga tidak mengijinkan, karena musuh bisa saja mengincarmu," tambah Raja Rana.Pangeran Afni tidak bisa berkata lagi, setelah keputusan Raja Rana dan Ayahnya. Lalu, Dia meninggalkan aula istana untuk menemui Fatma.Begitu Pangeran Afni pergi, Laksmi juga menyusulnya. Sekarang, hanya tinggal Raja serta para petinggi lainnya yang ada di aula istana. Mereka terlihat sibuk