Share

Pernikahan

Penulis: Nafi Thook
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-23 15:22:39

Part 2  Pernikahan

Pov (Angga)

Dipaksa menikah dengan seseorang yang sama sekali tidak dikenal, bagaikan mimpi buruk bagiku. Istri yang sama sekali tidak memiliki tipe atau kriteria yang pernah ada dalam kamus hidupku. Terlebih lagi, dia mau menikah denganku sebab harta orang tuaku, tentu saja itu alasannya. Entah bagaimana caranya, wanita itu berhasil membuat orang tuaku simpati dan bahkan menyerahkan semua harta warisan atas namanya. Sebagai anak satu-satunya, tentu saja aku tidak terima. 

Bahkan orang-orang dengan sok tahunya memuji perempuan itu. Pasti dia memiliki rencana licik agar bisa menjadi bagian dari keluarga ini. Apalagi papa adalah Bupati kaya raya yang baik hati, disegani dan sayangi semua orang. Siapa yang tidak ingin menikah dengan pria kaya dan memiliki kedudukan yang membuat siapa saja menunduk hormat kepadanya. 

Bahkan saat itu, aku tidak memiliki kesempatan untuk menjelaskan atau bahkan hanya sekedar membela diri. 

"Pa, aku tidak melakukan apapun kepada perempuan itu. Ini semua hanya fitnah. Atau mungkin akal-akalan dia untuk menjebak ku. Itu hanya sebuah kesalahpahaman. Wanita itu licik Pa, pasti dia hanya ingin harta kekayaan kita saja." 

Plakk

"Pa, tolong jangan menggunakan kekerasan." Mama terlihat panik. Tapi juga tidak mau membatalkan pernikahan ini. 

"Ma, percaya kepadaku, dia perempuan tidak benar! Aku tidak melakukan apapun."

"Angga, mama dari tadi diam bukan karena tidak mendengar. Kau selalu saja menjelek-jelekkan gadis itu. Dia gadis baik-baik, mama sangat tahu bagaimana watak dan perilakunya, jadi mau tidak mau, kau harus menikah dengan Feesa." 

"Tapi, Ma! Angga tidak mencintainya!"

"Mama dan Papa juga tidak saling mencintai sebelumnya, tapi seiringnya waktu, kami saling memahami dan mencintai, bahkan kami tidak bisa dipisahkan."

"Dia tidak seperti Ma_"

"Cukup Ngga, selama ini kami selalu menuruti kemauanmu, setidaknya kali ini saja turuti keinginan kami. Ini juga demi nama baik keluarga ini. Foto kamu bahkan sudah beredar di medsos, setidaknya jika kamu benar-benar menikah, maka nama baik keluarga kita bisa diselamatkan. Dan kita bisa meminta Kyai Harun untuk konfirmasi masalah ini, agar posisi papa tetap aman. Papa harus memenangkan pemilu kali ini, agar proyek kita berjalan sesuai rencana."

"Tidak! Angga hanya ingin menikah dengan gadis yang Angga cintai. Angga hanya mau menikah dengan wanita yang mampu membuat hati Angga bergetar pada pandangan pertama." 

"Mau sampai kapan? Bahkan di usiamu yang ke 28 tahun ini, tidak pernah sekalipun kau membawa atau berhubungan dengan seorang gadis." ucap mama yang memang benar adanya. Tidak ada satupun gadis yang mampu membuat jiwaku tersentuh. 

"Pokoknya kau harus menikah dengan Feesa. Papa akan wariskan semua harta kita kepadanya."

"Lihatlah, bahkan papa juga sudah terperangkap dalam kelicikan gadis itu. Dia seperti jalang yang hanya ingin harta papa!" 

Plakk

Lihatlah, bahkan orang yang paling sayang kepadaku, telah menamparku dua kali dalam satu kesempatan. Betapa liciknya gadis itu dalam melancarkan rencananya. Aku bertekad akan membongkar akal busuk wanita itu. 

"Kalau bicara jangan sembarangan kamu, Ngga! Dia wanita baik-baik. Feesa adalah putri Kyai Harun. Mereka adalah orang-orang alim yang memegang teguh prinsip agama dengan benar." Orang yang tidak pernah membentakku, kini malah dengan sadisnya menamparku. Bukan perih di pipi yang aku benci. Tapi rasa perih hati ini yang membuat aku terluka, kebencian akan hadirnya gadis itu semakin meningkat. Orang tuaku tidak percaya kepadaku hanya karena perempuan itu. Sumpah demi apapun, aku tidak akan sudi menganggap perempuan itu ada. 

"Wanita macam apa dia Pa. Dia yang menjebak ku aku yakin itu. Lagian aku akan menikah hanya dengan orang yang aku cintai."

"Apa! Wanita yang kamu cintai? Apa seperti kekasihmu yang kabur bersama pria lain itu?" 

"Dia bukan kekasihku Ma! Dia kekasihnya temanku, tapi_! Sudahlah, kenapa harus bahas masalah itu lagi?" Aku jadi semakin kesal karena masa itu adalah masa yang paling aku benci. Temanku salah paham denganku, aku bertengkar hebat karena gadis matre tidak tahu diri yang memfitnahku menggoda dirinya. Padahal saat itu, gadis itulah memintaku untuk mengantarkan dirinya. Menyebalkan, kenapa seakan semua wanita itu rumit dan penuh tipu daya. 

Pernikahan pun terjadi tanpa bisa lagi aku hindari. Semua demi nama baik papa. Ada beberapa oknum yang sengaja membocorkan informasi itu, hingga kemungkinan besar, nama ayah akan tercemar, akan berpengaruh buruk bagi jabatannya. Bahkan mungkin berakibat fatal bagi pemilu yang kedua kali ini. Selain itu, aku juga tidak mau wanita itu menikmati semua harta papa tanpa susah payah. Enak saja! Aku akan membuat perhitungan dengannya. Biarkan dia menikmati harta itu, tapi tidak dengan kasih sayang. Pasti dia akan berbuat ulah jika kekurangan uang. Jadi jalan terbaik adalah, membuatnya hidup nikmat bergelimang harta, setelah dia terlena, baru aku akan melemparkannya ke jalanan. 

Saat pertama satu atap dengan wanita yang orang bilang istriku, ah, iyalah! Dia istriku, entah kenapa saat ijab aku lancar sekali mengucapkannya. Otakku memang terlalu cerdas.  

Masih dengan kekesalan  aku melempar koper miliknya di bawah tangga. Siapa  sudi tidur satu ranjang dengannya. Aku buat peraturan yang membuat jarak diantara kita. Rasa muakku mengalahkan peraturan hubungan rumah tangga yang semestinya. Kuucapkan kata caci dan maki tanpa mau tahu bagaimana reaksinya. Hemm sepertinya dia cukup penurut. 

Setiap pagi, dia menyiapkan semuanya untukku, tetap saja, aku enggan membuka hati untuknya. Aku masih yakin, dia pasti hanya ingin harta saja.

"Mas, sarapannya sudah siap." Mendadak telingaku berdenging sakit. Wanita ini benar-benar membuat mood  pagiku menghilang.

"Hemmh! Pergilah, lakukan tugasmu dengan benar. Bersihkan rumah." Bukankah dia sudah aku gaji, tidak ada salahnya kan dia melayaniku dan membersihkan rumah. Aku bahkan tidak pernah tahu bagaimana wajahnya. Menatapnya pun enggan, bahkan jangan harap, agar dia tahu bagaimana bencinya aku padanya. 

"Biarkan saya melayani Anda." 

Kekeh juga rupanya. Pelayan memang seharusnya melayani sang majikan bukan. Aku tersenyum sinis membuang muka ke arah lain. 

"Pergilah! Aku bisa makan makan sendiri. Kenapa peduli kepadaku, mau mengambil perhatian? Aku tidak akan tertarik dengan wanita murahan seperti dirimu!" Meski aku bentak, masih saja dia bertahan. Aku baru sadar, ternyata semua orang bisa melakukan apapun hanya untuk harta. 

Cukup cekatan juga dia melayaniku. Bagus! Setidaknya dia bisa berguna. Kulirik wajahnya yang terus saja menunduk, dan pakaian itu, entahlah, bagaimana dia bisa menutup seluruh tubuhnya begitu. Pasti tubuhnya gendut dan jelek, membayangkannya saja aku bergidik ngeri. Tidakkah Mama lebih selektif dalam memilih menantu, setidaknya yang berkelas dan elegan. 

Sejak saat itu, aku lebih memilih sibuk bekerja dan bekerja. Dan bahkan  menginap di  kantor. Atau sesekali berkumpul bersama teman-teman, nongkrong di bar. 

"Kenapa Bos? Sudah menikah kok mukanya kusut gitu, harusnya muka bos tuh seger, berseri-seri, ini malah. Kayak baju belum disetrika saja." 

Dialah Viki asisten pribadiku. 

"Mungkin nggak dapat jatah ya Bos, palang merah, makanya kurang semangat!" Ini sekretaris bar-bar dengan baju kurang bahan. Untung otaknya pintar, kalau tidak, mungkin sudah aku buang ke laut. 

"Keluar!" 

To be continued.

Bab terkait

  • Rembulan yang Terluka   Tak tentu arah

    Part 3 Tak tentu arahFeesa POVSatu tahun lamanya, aku melalui hari-hariku sebagai istri dari seorang pria tampan nan rupawan. Bahtera rumah tanggaku hingga saat ini masih tidak tentu arah. Bahkan mungkin perahuku akan karam di lautan.Hari-hari aku lalui sebagai istri yang memenuhi segala kebutuhan suami, menyiapkan keperluannya dan menyediakan makanan di meja layaknya tugas seorang istri pada umumnya. Nafkah lahirku sangat terpenuhi, bahkan lebih kedua mertuaku begitu baik. Tapi tidak dengan nafkah batinku. Sejak menikah dengan Mas Angga, aku tidak pernah mendapatkan nafkah batinku sebagai istrinya.Aku mengerti dengan situasi pernikahan kami yang terjadi karena sebuah kesalahpahaman. Tapi aku terlanjur jatuh cinta pada pandangan pertama. Saat kami akan melangsungkan pernikahan, aku mencuri pandang padanya. Sungguh sempurna pahatan Allah SWT jika dia tersenyum, akan ada lubang dipipi yang membuat rahang tegas itu semakin menarik. Bulu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-23
  • Rembulan yang Terluka   Bertemu

    Part 4Angga POVSejak pagi, aku sudah disibukkan oleh persiapan pengembangan proyek di sudut kota. Pembangunan restoran dan hotel. Tapi ada satu hal yang membuatku semakin kesal. Kenapa semua orang tidak henti-hentinya membuat kesalahan. Cara kerja mereka benar-benar berantakan. Laporan keuangan yang kurang transparan dan beberapa karyawan yang tidak kompeten. Rapat yang memakan waktu dan hanya menemukan jalan buntu. Semakin membuat aku frustasi."Semangat Bos, kita masih punya kesempatan terakhir untuk memenangkan tender kali ini.""Apakah sudah kau persiapkan bahannya? Aku tidak mau ada kesalahan lagi. Sehingga kita kehilangan kesempatan untuk kedua kalinya.""Semua sudah kami persiapkan Bos!" Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, sekretaris Ondel-ondel itu nyelonong saja."Bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu?" gertakku penuh amarah."Upss, sorry Bos, pintunya terbuka sedikit

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-24
  • Rembulan yang Terluka   Ide

    Part 5 Sebuah ideLina POVSelama setahun ini aku melupakan tugasku sebagai seorang ibu. Karena tuntutan pekerjaan dan kesibukan mendampingi suami di masa pemilu. Aku menyangka, bahwa kehidupan rumah tangga anakku baik-baik saja, jika ada sedikit perselisihan, mungkin itu adalah hal yang wajar dan lumrah. Terlebih pernikahan mereka berawal dari sebuah ketidaksengajaan.Feesa adalah gadis baik-baik yang sudah membuat hatiku jatuh cinta untuk pertama kalinya. Gadis yang memiliki nilai luhur dan budi pekerti yang baik. Gadis yang kuharapkan bisa meluluhkan hati anakku yang membeku. Mengurus segala keperluannya dan mendapatkan cintanya."Nak, saya kemari untuk meminta maaf atas kesalahan anak saya. Dan jika diperbolehkan, bisakah kami bertanggung jawab dengan menjalin hubungan yang lebih serius dengan dirimu agar masalah ini tidak menjadi bumerang bagi kami?""Tante jangan meminta maaf! Karena anak Tante tidak bers

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • Rembulan yang Terluka   Entahlah

    Part 6 EntahlahDua hari telah berlalu, bertepatan dengan hari minggu ini, Lina datang ke rumah menantunya pagi-pagi sekali. Seperti biasa Angga menghabiskan waktunya di kolam renang, sedangkan Feesa berkutat dengan beberapa pekerjaan rumah."Mereka masih saja menjaga jarak. Baiklah, aku sudah lelah menasehati Angga. Kini giliran kiat jitu pesona wanita yang bermain cantik dan manis-manis manja. Aku akan pensiun menjadi wanita cantik jika tidak bisa menularkan ilmu pengait suami kepada menantu kesayanganku." Lina tersenyum tipis, sejuta rencana licik yang dia susun sempurna telah dia mulai. Dia harus bisa memberi pelajaran kepada anak semata wayangnya yang sok jual mahal itu."Feesa, kamu ingat rencana kita kemarin, bukan?" ucap Lina saat menemui menantunya menjemur pakaian. Lina sebenarnya kasihan melihat perlakuan Angga terhadap istrinya sendiri, sudah berulang kali menasehati bahkan sampai marah-marah, tak kunjung juga berubah. Saatnya berma

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-29
  • Rembulan yang Terluka   Penyamaran

    Part 7 penyamaranFeesa POVSelama kurang lebih dua puluh menit dihabiskan oleh ibu mertuaku untuk merias penampilan diriku. Aku memuji kelincahan tangannya yang menari-nari lincah bagaikan perias handal."Gini-gini mama juga pernah ikut lomba rias pengantin lho. Lumayan juara dua, saat itu dapat uang lima ratus ribu. Mama senengnya bukan main." ucap Mama sambil merapikan rambutku. "Nah selesai, perfect. Dia tidak akan mengenali siapa kamu sebenarnya," ucap Mama dengan antusias. Aku mematut diri di cermin, aku bahkan tidak bisa mengenali wajahku sendiri. Sungguh luar biasa mama mertuaku ini. "Sebenarnya, pada dasarnya kamu ini sudah cantik, tinggal poles dikit pada bibir dan mata saja sudah terlihat luar biasa.""Mama bisa saja deh!" Aku tersipu malu"Ma, tapi kenapa bajunya gini amat?" Aku merasa risih, sebab hanya mengunakan celana pendek yang biasa disebut hotpants rawis dengan tank top bertali spaghetti, yang menutup aset mili

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-29
  • Rembulan yang Terluka   Terpikat

    Part 8 TerpikatAngga POVDengan sedikit sebal aku menuruti keinginan Mama untuk menyerahkan sebuah benda dalam sebuah kotak berwarna gold. Mungkin isinya adalah emas atau perak tak tahulah. Yang pasti sebenarnya aku sangat enggan diperintah seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, mama yang memaksa. Setiap hari minggu, aku lebih suka menghabiskan waktu dengan nongkrong bersama teman-teman. Lucu juga sih, aku punya istri, dan seharusnya sebagai penggantin baru, memilih menghabiskan waktu bersama istri yang tercinta, mengurung diri di kamar.Kini aku sudah sampai di tempat tujuan. Bermaksud mengantar barang pesenan mama sebelum bertemu teman-teman. Kalau tidak diantar terlebih dahulu, mungkin bisa ceramah tujuh tahun lamanya.Beberapa menit aku mengetuk pintu, tidak kunjung ada respon. Aku mengetuk lagi, menengok jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Lama sekali! Pikirku.Seorang bidadari berambut blonde, kulit kuning lang

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-29
  • Rembulan yang Terluka   Dua karakter berbeda

    Part 9 Dua karakter berbeda.Feesa POV"Dalam karakter Nana, kamu adalah wanita penggoda yang tidak peduli akan keharmonisan rumah tangga orang lain. Kamu harus melakukan ini Feesa, rumah tangga kalian adalah tujuan utamanya. Setidaknya, jika Angga tidak tertarik kepada istrinya, dia terhindar dari zina, sebab tidak lagi berhubungan dengan wanita lain. Jeratlah dia dengan cintamu saat menjadi Nana agar tidak ada ruang bagi wanita lain," ucap mama saat mengajariku kemarin. Dan kali ini, aku sudah membuktikannya. Apakah aku salah? Apakah aku bisa menjalankan peran ini?Sampai sejauh ini peranku sudah berjalan sesuai rencana. Aku bahkan tanpa malu lagi duduk di pangkuan Mas Angga, setelah dengan beraninya mengungkapkan cinta. Aku malu luar biasa, tapi drama ini harus tetap berjalan."Tapi bagaimana aku bisa percaya kepadamu? Apakah kau bisa membuktikannya?""Apa kau akan meninggalkan istrimu dan memilih diriku jika aku bisa mem

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • Rembulan yang Terluka   Arti Bahagia

    Part 10 arti bahagia.Angga begitu bahagia pagi ini, semalam matanya sulit terpejam, dia rindu dan juga ingin bertemu dengan gadis pujaan yang selalu terbayang di pelupuk matanya. Hingga jam menunjukkan pukul sepuluh malam.*Hai, Mas Angga! Bagaimana kabarmu? Maaf, aku baru bisa mengirim pesan kepadamu*Angga sendAngga sudah bisa menduga siapa yang mengirim pesan kepadanya. Hatinya senang luar biasa. Diapun segera membalas.*Kabar baik cantik,*Nana sayang send.Didalam kamar, Feesa yang menyamar sebagai Nana tersipu malu. Beginikah rasanya punya selingkuhan. Membatin sambil menggigit bibir bawahnya. Satu detik berikutnya, muncul notifikasi baru.*Kamu sendiri, apa kabar? Katanya cinta, tapi kenapa lama hubunginya?* Emoji ngambek.Nana sayang send*Aku juga merasa kurang baik, karena merindukanmu. Maaf! Aku sedikit sibuk belakangan ini. Tapi lain kali, aku akan lebih memperhati

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30

Bab terbaru

  • Rembulan yang Terluka   Angga penasaran

    "Angga, dimana Feesa? Kenapa sejak tadi mama hubungi tidak juga dijawab? Apakah dia sama kamu?" Selalu saja yang ditanyakan adalah menantu kesayangan itu. Posisiku tergeser sejak kedatangan perempuan bernama Feesa. Aku hanya menjawab"Ya" "Ajak dia makan malam di rumah ya. Besok kita berangkat sama-sama ke pesantren." "Ya!" jawabku lagi. Sambil terus mengawasi Feesa tengah asyik bersama seorang pria. Tunggu, aku seperti mengenal postur tubuh itu, siapa ya. Lihatlah bagaimana cara mereka berbincang gestur tubuh mereka bergetar pasti obrolan yang menyenangkan. Aku ngedumel sendiri. Sambil mendengarkan celotehan mama yang semakin membuatku panas dalam. Beruntung mama menyudahi panggilan. Tunggu! Feesa juga sudah menghilang dari sana. Kemana dia?"Lagi cari siapa, Mas?"Nyawaku hampir saja hilang dari raga. Dia tiba-tiba muncul di belakangku seperti hantu. Aku pun bertanya sejak kapan dia di sana. Lihatlah wajah polos tak bersalah itu. Dia masih saja bawa kresek. Apa itu makanan untu

  • Rembulan yang Terluka   Kemana dia

    "Kemana perginya mereka?" gumam Angga menelusuri lorong rumah sakit hingga sampai bagian depan. Melewati resepsionis begitu saja setelah mengedarkan pandangan. Tidak ada tanda apapun yang menunjukkan bahwa orang dicarinya berada di sana. Angga membawa langkah kakinya menuju parkiran. Sebuah kendaraan berwarna merah menyakinkan hatinya bahwa yang dicari masih berada di area rumah sakit.Rumah sakit ini terdiri dari tiga bagian. Pertama paling selatan adalah ruang IGD, ruang pendaftaran juga beberapa ruang pemeriksaan yang tiap ruangnya di tempati oleh dokter spesialis di bidangnya. Bagian tengah adalah apotik dan laboratorium. Sedangkan bagian Utara sedikit menjorok lebih jauh. Sekitar seratus meter dari jalan raya adalah kamar-kamar pasien rawat jalan. Kini Angga mencari ke arah berlawanan. Menuju masjid. Bangunannya berada tepat di samping rumah sakit. Melewati halaman yang lebih luas daripada halaman sebelumnya. Entah kenapa hatinya tiba-tiba menghangat kala melihat senyum menawan

  • Rembulan yang Terluka   Benarkah ini

    Author POV "Tolong teman saya, Sus! Dia mengalami kecelakaan!" Seorang pria berseragam putih begitu sigap mengambil bangsal darurat. Bersama Angga dia memindahkan Raga. Setelahnya hanya kesibukan para perawat yang saling berkejaran dengan waktu."Kau harus kuat, Ga!" kata Angga berulang kali dalam kecemasan. Tidak peduli apakah didengar Raga ataupun tidak. Biar bagaimanapun mereka pernah melewati hari yang menggembirakan bersama. Angga mengingat momen yang pernah mereka lewati dengan suka dan duka. Mereka pernah sangat akur hingga mengerti kepribadian satu sama lain."Bagaimana kau akan bersaing denganku jika belum bertarung saja kau sudah kalah?" Tertawa sumbang. Segera dia hapus air mata yang hampir saja jatuh. Gengsi jika Raga melihatnya. Ruang UGD telah dibuka seluruhnya. Anggga menghentikan seseorang berpakaian biru petang lengkap dengan penutup kepala. Kebiasaan di rumah sakit sana jika beberapa dokter ahli bedah mengenakan pakaian itu."Dokter! Selamatkan teman saya. Lakuka

  • Rembulan yang Terluka   Kecelakaan

    "Kamu baru datang dan ingin pergi lagi?" tanya Nana sambil bergelayut manja di lenganku. "Mau bagaimana lagi, Sayang. Pekerjaan ini juga sangat penting." Aku beberapa kali mendapat telepon dari ayah mertua. Meski aku tidak terlalu akur dengan anaknya, tapi aku juga masih punya akhlak untuk tetap hormat padanya. Lagipula, entah apa yang yang terjadi, kali ini aku tidak ada keinginan untuk berlama-lama bersama Nana. Di pikiranku selalu ada Feesa. Ada rasa bersalah dan juga rasa yang aku sendiri tidak mengerti. Selain hal itu, aku harus memastikan bahwa Feesa benar-benar ada di rumah atau tidak. Ku akui keduanya memiliki paras yang sama-sama cantik. Hanya saja, Nana suka dandan dengan make up tebal. Dan Feesa...ah, kenapa juga aku mengingat dirinya. Kecurigaan ini pun semakin membuatku dirundung rasa penasaran yang dalam. Aku bahagia bersama Nana. Tapi, untuk kali ini kenapa aku merasa bersama Feesa? Sungguh perasaan yang membuatku dilema. Apakah karena rasa bersalah membuatku terus

  • Rembulan yang Terluka   Apa?

    POV Angga. Sungguh lelah rasa batin ini menunggu pertemuan yang menurutku sangatlah lama. Membuang waktu saja. Tuan Gibran Candra bahkan sangat arogan hingga meninggalkan meeting di tengah jalan. Tuan Gibran lebih memilih break ketika suara adzan berkumandang. Mau tidak mau aku ikut juga dengannya ke musholla yang berada di lantai bawah. "Aku senang bisa bekerjasama dengan orang yang selalu mengingat Tuhannya." Ucap Tuan Gibran yang aku sangkakan bahwa perkataannya hanya untuk memuji tentang adanya musholla di antara gedung perkantoran ini. Dan mungkin saja dia berpikir jika atasan dari gedung ini, yaitu diriku, pastilah ahli ibadah.Padahal, musholla itu sudah ada sebelum aku yang menjabat sebagai Presdir. Tentu saja papa lah yang mengatur semuanya atau bisa jadi malahan kakek."Saya bukanlah ahli ibadah seperti yang Tuan kira!" jawabku sambil tersenyum. Aku melihat wajah teduh Tuan Gibran yang nampak bercahaya dalam basuhan air wudhu. Umur dan wajahnya sangatlah tidak sinkron. Bel

  • Rembulan yang Terluka   Part 23 Ingat istri

    Ingat Istri Angga POV "Bos, pagi ini kita akan kedatangan klien penting dari PT Pesona Maya. Dan kabar baiknya adalah. Tuan Gibran Candra yang akan meeting dengan kita nanti siang" Viki dan Viona menjemput pagiku dengan wajah sangat sumringah. Berbeda denganku yang sebenarnya sangatlah tidak ada mood. Nana telah menghilang entah kemana. Sejak pertemuan kita di minggu terakhir yang lalu, dia sama sekali tidak ada kabar lagi. Dan istriku Feesa. Kenapa aku baru menyadari bahwa dia memiliki wajah yang mirip dengan Nana? Aku mencoba beberapa kali menghubungi Nana. Nihil. Bahkan pesanku pun tidak kunjung dia balas. "Bos, bagaimana? Apa tidak sebaiknya kita bersiap mulai sekarang? Aku banyak mendengar jika Tuan Gibran sangat sulit untuk didekati. Tapi kali ini, beliu sendiri yang berkenan hadir menemui kita. Ini adalah suatu keberuntungan." "Itu benar, Bos. Tuan Murad yang menelepon beberapa menit yang lalu. Beliau mengatakan jika Tuan Gibran akan datang secara langsung guna membica

  • Rembulan yang Terluka   Keheningan

    "Aku ingin bertemu denganmu tapi tidak mungkin!" tangisku semakin pecah. Bahkan aku mulai sesenggukan. Entah kenapa rasanya begitu sulit berpura-pura."Apa hanya itu?" Sepertinya Saroh tidak percaya padaku.Kuusap sekali lagi pipiku yang basah. Mencoba mengatur nafas beberapa kali dan dengan susah payah akhirnya bisa menguasai diri kembali."Aku hanya merindukanmu. Kenapa kau tidak percaya padaku?" kataku di sertai senyuman."Masak!""Kau ini! Apa aku terlihat berbohong?" rajukku dengan menggerakkan mulut seperti bebek."Entahlah!Aku juga heran kenapa kali ini aku kurang percaya padamu.""Tentang?""Semuanya! Terlebih lagi tentang pernikahanmu. Aku tidak pernah melihat suamimu satu kali pun."Seketika tubuhku menegang. Kali ini aku benar-benar merasa telah melakukan kesalahan dengan menerima panggilan video dari Saroh di rumah. "Itu...a aku.""Mana suamimu?" Belum kelar aku menemukan sebuah alasan, Saroh kembali membuatku panik dengan pertanyaannya."Di- Di- dia sedang istirahat!""

  • Rembulan yang Terluka   Bisakah bicara

    Part 21 Feesa POV Mungkin angin telah berubah haluan musim hujan sudah mulai menyapa. Bergilir angin sepoi-sepoi berganti arah. Semilirnya menyejukkan hati yang semula terasa kering. Mungkin aku sudah bisa berharap pada pernikahan ini. Mas Angga sepertinya sudah mulai bicara kepadaku. Meski justru hal itu menimbulkan banyak pertanyaan di benakku. Ada apa gerangan? Mengapa tiba-tiba saja Mas Angga baik padaku? "Astaghfirullah! Seharusnya aku bersyukur dengan keadaan ini," gumamku sambil mengusap seluruh wajah. Kini aku duduk di sofa bawah jendela kamar. Dari lantai dua rumah ini, rembulan terlihat terang benderang hingga cahayanya masuk dan menembus kulit. Korden jendela sengaja tidak aku tutup. Sebuah note kecil berwarna hitam menarik perhatianku. Aku ingat benar semua rencana hidup telah kususun rapi selama satu tahun bersama Saroh. Dan bulan ini, ada satu hal yang harusnya aku lakukan bersama Satoh. Rencana untuk menyusul Saroh ke Jakarta. Sepertinya hal itu harus aku kuburkan

  • Rembulan yang Terluka   Orang asing

    "Bolehkah saya ikut gabung dengan kalian?" Tanpa sungkan orang itupun duduk diantara mertua dan menantu."Apa kabar, Tante?" Senyum secerah matahari terbit tercetak jelas di bibir Zalina. Wanita yang penuh kepalsuan. "Lama kita tidak jumpa." Jika dilihat dari gerakan tubuhnya, Zalina terkesan ingin memeluk Lina, namun dengan gerakan tangan Lina menolak mentah-mentah."Cukup!" Feesa tidak mengenal siapa wanita yang baru saja bergabung, hanya diam mengamati interaksi keduanya. Dia hanya menilai jika wajah Lina berubah suram semenjak kedatangan wanita yang baru saja duduk diantara mereka. Seperti ada kebencian yang tersirat."Pelayan, saya pesan makanan dan minuman yang sama dengan mereka berdua ini!" "Tidakkah kau merasa canggung duduk bersama orang asing?" ketus Lina. "Ah! Iya, aku lupa jika kau bahkan tidak punya rasa malu. Nona Zalina Penggoda." Lina tersenyum mengejek ala kelas atas. Bahasa tubuhnya terkesan anggun nan elegan namun kata-katanya menyakitkan.Feesa berpikir jika wan

DMCA.com Protection Status