Share

Terpikat

Author: Nafi Thook
last update Last Updated: 2021-09-29 19:25:42

Part 8 Terpikat

Angga POV

Dengan sedikit sebal aku menuruti keinginan Mama untuk menyerahkan sebuah benda dalam sebuah kotak berwarna gold. Mungkin isinya adalah emas atau perak tak tahulah. Yang pasti sebenarnya aku sangat enggan diperintah seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, mama yang memaksa. Setiap hari minggu, aku lebih suka menghabiskan waktu dengan nongkrong bersama teman-teman. Lucu juga sih, aku punya istri, dan seharusnya sebagai penggantin baru, memilih menghabiskan waktu bersama istri yang tercinta, mengurung diri di kamar. 

Kini aku sudah sampai di tempat tujuan. Bermaksud mengantar barang pesenan mama sebelum bertemu teman-teman. Kalau tidak diantar terlebih dahulu, mungkin bisa ceramah tujuh tahun lamanya. 

Beberapa menit aku mengetuk pintu, tidak kunjung ada respon. Aku mengetuk lagi, menengok jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Lama sekali! Pikirku. 

Seorang bidadari berambut blonde, kulit kuning langsat yang menggoda,  hidung mancung nan tegak dan bulu mata lentik yang menari lembut seiring gerakan mata pemiliknya. Bola mata coklat itu teduh dan menenangkan. Dan jangan lupakan bibir Cherry yang menggoda itu, seakan meminta untuk aku kecup. Owh ya Allah, baru saja aku berkhayal tentang hal yang tidak pantas. 

"Kau pasti anaknya Nyonya Lina kan? Kau sangat tampan." Owh, shit! Baru saja aku mengubur nafsuku, dia malah membangkitkan nya dengan mengelus rahangku. Aku pria normal, tentu saja sentuhan itu menjalar ke seluruh tubuhku. Terlebih saat netraku tanpa sengaja melihat dua gundukan yang mengembang dibalik tanktop yang berwarna kuning jeruk menggoda. Pasti rasanya segar. 

"Kau mau menggodaku?" Pipinya mendadak merah, dan menggemaskan. 

"Tidak! Ah! Atau mungkin iya! Tapi, sebenarnya aku sangat tertarik kepadamu. Bisakah kita duduk dan bicara dari hati ke hati? Aku merasa sangat kesepian."  Sungguh aku terkejut dengan jawaban gadis yang terlalu berani ini menurutku. Bahkan dengan manjanya dia menyandarkan kepala di pundakku. Ujian apakah ini? Entah bagaimana caranya, bahkan aku sudah sampai di dalam apartemen miliknya. Tidak ada foto keluarga atau foto dirinya. Apakah dia benar-benar kesepian? 

Aku jadi teringat akan Feesa, gadis yang menjabat sebagai istriku, tapi juga musuhku. Apakah aku kini telah berkhianat kepadanya? "Maaf! Tapi aku pria yang sudah beristri!" Dia tersentak dan kemudian menarik kepalanya dari pundakku. Ada rasa kecewa saat dia melakukan hal itu. Bahkan aku sungguh menyesal mengatakan kalimat itu, saat melihat air matanya. Apakah dia tertarik kepadaku? 

Aku meminta maaf kepadanya dengan sepenuh hati. Lalu aku serahkan barang titipan mama untuknya. 

"Maaf! Kau terlalu tampan, hingga membuatku tidak berdaya!" Kata-kata gombalnya membuat degup jantungku bertalu. Andai yang mengucapkannya adalah Viona, sudah kupastikan dia habis dimakan hiu. Tapi saat gadis ini yang mengatakannya, aku juga tidak berdaya. Bahkan tanpa sadar aku terkekeh bahagia. 

"Selalu tersenyumlah seperti ini, kau semakin tampan karenanya." Tuhkan dia memang gadis yang luar biasa, tanpa bisa dicegah, tanganku mencubit lembut pipinya yang kenyal. Meski lembut, tapi tetap meninggalkan bekas. 

"Ih, main cubit saja, sakit tahu!" Aku bisa lebih dari ini jika terus bersama ini gadis. Bahkan saat dia mengajakku duduk. Celanaku saja rasanya begitu sesak. Paha mulus itu, perut datar yang sesekali mengintip dan gundukan yang hampir saja meloncat dari sarangnya membuat kepalaku berdenyut. Berkali-kali aku menelan saliva dengan susah payah. 

"Dari tadi kita belum kenalan ya?" Tanyaku kikuk untuk mengalihkan pikiran kotorku. Kuulurkan tangan untuk memulai. Dia menyambutnya dengan sedikit ragu, atau mungkin malu-malu. "Namaku Angga!" Saat tangan kami saling berjabatan. Tangannya cukup dingin dan lembut. Apakah dia nervous?

"Namaku Na_ eh maksudku Nana!" Dia menggigit bagian bibirnya yang seksi. 

"Jangan digigit seperti itu, nanti dia terluka." Bodohnya aku yang malah langsung mengusap lembut bibir itu. 

"Kalau terluka, maukah kau mengobatinya?" Dia mengerling nakal. Membuatku semakin tidak tahan karenanya. Aku semakin mengikis jarak diantara kami, kumulai mencicipi Cherry ranum yang mampu membangkitkan hormon testosteron di tubuhku. Dia tidak membalasnya, tapi juga tidak menolak. Kaku sekali, aku yakin jika pasti ini yang pertama baginya. Aku menarik tengkuknya, lalu kuletakkan tangan yang satunya pada pinggangnya. Dia menegang rupanya. Aku menghentikan aksi gilaku saat dia kesusahan mengambil nafas. Aku terkekeh sambil mengusap bibir yang basah itu karena ulahku. 

"Bernafaslah! Apa ini yang pertama bagimu?" Dia mengangguk dengan malu-malu. Owh, manisnya. "Kenapa tadi tidak menolaknya?" Tanyaku lagi. Aku menyangka jika dia bukanlah gadis polos jika dilihat dari caranya berpakaian, tapi saat melakukan ciuman tadi, menyangkal semua apa yang ada di otakku. 

"Karena aku tertarik kepadamu, aku kagum padamu, dan mungkin malah jatuh cinta!" ucap gadis yang bernama Nana  itu. Sepertinya kupu-kupu menari-nari pada hamparan bunga yang tengah bermekaran di sekeliling kami. 

"Bagaimana bisa?" Aku mulai tertarik akan sifatnya yang polos dan jujur itu. 

"Bisalah! Kita pernah bertemu dalam sebuah pesta! Aku mengagumi dirimu di saat pertama kali kita bertemu, di saat semua orang memuja dirimu. Semua tersenyum kepadamu dengan alasan yang berbeda. Tapi alasanku tersenyum kala itu, adalah karena cinta. Tapi, satu hal yang membuat diriku mengubur dalam-dalam perasaan itu, kau bagaikan matahari, sedangkan aku adalah rembulan yang menanti pancaran sinarmu. Rasa ini selalu ada, tapi takdir tidak pernah membuat perasaan ini terbalaskan. Kau adalah Matahari, sinarmu begitu kuat dan terpancar dari dirimu sendiri. Sedangkan aku hanyalah rembulan, yang bersinar saat terpantul cahayamu."  Dia menunduk membuat aku tidak bisa menjawab apapun. 

"Kau benar-benar mencintaiku?" Aku senang dan bahagia, ada seorang gadis yang kukagumi saat pandangan pertama berjumpa, dia mengatakan mencintaiku? Andai aku bukanlah pria yang beristri, sudah pasti akan aku nikahi gadis ini sekarang juga. Tapi sayangnya kisah ini mungkin akan berbeda. Atau mungkin aku harus melupakannya. 

"Kau tidak percaya kepadaku?" Kupandang netra miliknya guna mencari secuil kebohongan yang mungkin saja tersembunyi dari bola mata indah itu. Sayangnya, aku tidak menemukan kebohongan yang aku curigai.

Aku merasa jatuh cinta untuk yang pertama kalinya, kepada wanita yang begitu sempurna. Tapi mengapa semua terasa rumit. Orang tuaku tentu tidak akan membiarkan aku bercerai dengan istriku, walau mama juga tahu, aku tidak pernah memberi kesempatan atau lebih tepatnya menolak pada hubungan suami-istri yang kujalani, meski terjalin dalam kurun waktu yang lama. Dan kini, dengan mudahnya hatiku menerima kehadiran gadis yang baru saja menyatakan cinta kepadaku. 

"Sejak kapan hal itu terjadi? Ah! Maksudku, kita bertemu!" 

Dia tersenyum begitu manis dengan gaya anggunnya, apakah aku jatuh cinta?

"Apakah kau tidak pernah sedikitpun mengingat tentang diriku?" Wajah imutnya, benar-benar menguji imanku. Dia bangkit dari tempat duduknya, dengan lancang duduk di pangkuanku. Jangan ditanya bagaimana reaksi tubuhku. Semua urat sarafku tegang, sesuatu di bagian tubuhku memberontak dan semakin sesak, baru kali ini tubuhku beraksi begini saat bersama perempuan. Sial! Padahal selama ini, tidak ada satupun wanita yang mampu membangkitkannya. Apa sudah saatnya aku membebaskanmu boy. Batin dan bagian tubuhku tersiksa.

"Tapi bagaimana aku bisa percaya kepadamu? Apakah kau bisa membuktikannya?" Sepertinya mulutku sudah terkontaminasi oleh akalku yang mulai oleng. Aku menginginkan lebih, tapi menunggu dia yang mulai. Sejauh manakah dia akan membuktikan ungkapan perasaannya.

"Apa kau akan meninggalkan istrimu dan memilih diriku jika aku bisa membuktikannya?" 

Deg

To be continued

Related chapters

  • Rembulan yang Terluka   Dua karakter berbeda

    Part 9 Dua karakter berbeda.Feesa POV"Dalam karakter Nana, kamu adalah wanita penggoda yang tidak peduli akan keharmonisan rumah tangga orang lain. Kamu harus melakukan ini Feesa, rumah tangga kalian adalah tujuan utamanya. Setidaknya, jika Angga tidak tertarik kepada istrinya, dia terhindar dari zina, sebab tidak lagi berhubungan dengan wanita lain. Jeratlah dia dengan cintamu saat menjadi Nana agar tidak ada ruang bagi wanita lain," ucap mama saat mengajariku kemarin. Dan kali ini, aku sudah membuktikannya. Apakah aku salah? Apakah aku bisa menjalankan peran ini?Sampai sejauh ini peranku sudah berjalan sesuai rencana. Aku bahkan tanpa malu lagi duduk di pangkuan Mas Angga, setelah dengan beraninya mengungkapkan cinta. Aku malu luar biasa, tapi drama ini harus tetap berjalan."Tapi bagaimana aku bisa percaya kepadamu? Apakah kau bisa membuktikannya?""Apa kau akan meninggalkan istrimu dan memilih diriku jika aku bisa mem

    Last Updated : 2021-09-30
  • Rembulan yang Terluka   Arti Bahagia

    Part 10 arti bahagia.Angga begitu bahagia pagi ini, semalam matanya sulit terpejam, dia rindu dan juga ingin bertemu dengan gadis pujaan yang selalu terbayang di pelupuk matanya. Hingga jam menunjukkan pukul sepuluh malam.*Hai, Mas Angga! Bagaimana kabarmu? Maaf, aku baru bisa mengirim pesan kepadamu*Angga sendAngga sudah bisa menduga siapa yang mengirim pesan kepadanya. Hatinya senang luar biasa. Diapun segera membalas.*Kabar baik cantik,*Nana sayang send.Didalam kamar, Feesa yang menyamar sebagai Nana tersipu malu. Beginikah rasanya punya selingkuhan. Membatin sambil menggigit bibir bawahnya. Satu detik berikutnya, muncul notifikasi baru.*Kamu sendiri, apa kabar? Katanya cinta, tapi kenapa lama hubunginya?* Emoji ngambek.Nana sayang send*Aku juga merasa kurang baik, karena merindukanmu. Maaf! Aku sedikit sibuk belakangan ini. Tapi lain kali, aku akan lebih memperhati

    Last Updated : 2021-09-30
  • Rembulan yang Terluka   Siapa Dia

    Part 11Sejak bertemu dengan gadis yang bernama Nana, entah mengapa hatiku semakin tidak menentu. Rindu yang menggebu kadang membuatku uring-uringan. Terlebih lagi, Nana lumayan sulit untuk aku hubungi. Hanya di waktu tertentu saja nomernya aktif, sedangkan wajah cantiknya yang bagaikan bulan purnama, selalu menghantuiku setiap saat.Terpaksa aku menceritakan semuanya kepada Viki. Dia teman selalu ada untukku, juga asisten yang rajin dan giat bekerja. Entah kenapa dia begitu terlihat kesal kali ini. Adakah kesalahan yang aku buat terhadapnya? Entahlah. Memang aku akui, aku adalah pria beristri. Tapi bukan begitu yang sebenarnya. Hatiku sulit sekali menerima keberadaan Feesa. Meski sebenarnya aku sudah tergantung kepadanya. Mulai dari menyiapkan baju dan semua keperluanku sehari-hari, makan ataupun minum. Bahkan kerap kali dia memperhatikan diriku melalui pesan singkat WhatsApp meski tidak pernah aku balas. Jahatkah aku? Kukira tidak! Itu adalah

    Last Updated : 2021-10-04
  • Rembulan yang Terluka   Hasrat

    Part 12 HasratAku begitu bahagia karena hari yang aku tunggu akhirnya telah tiba. Selama beberapa hari belajar make up bersama mama mertua dan seorang ahli make up artis, dengan mudahnya aku bisa membuat wajahku mempesona. Tidak butuh waktu lama untuk mempraktekkan ilmu yang aku pelajari dari mama."Sayang, mungkin dua bulan belakangan ini mama akan jarang datang menemuimu. Mama harus menemani papamu untuk melakukan kegiatan sosial di beberapa daerah. Selain itu, beberapa program kerja yang tidak bisa lagi ditunda. Jadi, selebihnya akan mama serahkan rencana ini sepenuhnya kepadamu. Semoga sukses. Mama berharap, rumah tangga kalian akan baik-baik saja setelah kalian bersatu. Maaf! Jika mungkin ajaran mama ini kurang tepat. Tapi mama tidak bisa membiarkan kalian diam saja tanpa ada yang mulai. Mama tidak ingin ada perceraian diantara kalian." ucap mama saat menemuiku di apartemen."Aku akan berusaha untuk menjaga rumah tanggaku Ma! Terima

    Last Updated : 2021-10-09
  • Rembulan yang Terluka   Aku cintai

    Part 13 Aku Cintai"Kau baru saja menyebut nama istrimu itu!" aku pura-pura merajuk, padahal dalam hati sangatlah bahagia. Berharap nama Feesa sudah terlukis di hatinya."Aku membencinya!" Dadaku terasa pilu kembali mendengar kejujurannya. "Pernikahan tanpa cinta dan bahkan hanya kebencian yang aku rasakan. Pernikahan yang sangat menyakiti harga diriku. Orang-orang menghinaku tanpa mau tahu kebenarannya. Dan wanita itu, mengambil semuanya dariku. Kasih sayang orang tuaku, kepercayaan semua orang dan terakhir adalah harta." Aku tidak kuasa mendengar ungkapan hatinya lebih jauh lagi. Kuberanikan diri untuk memeluknya.Terlihat kerapuhan Mas Angga yang tidak bisa menolak keadaan. Adapula kebencian yang dalam untuk Feesa, entah mengapa cintaku membuat diriku melemah. Harusnya aku tidak terperdaya oleh rasa pilu miliknya, namun nyatanya, aku tak tega melihatnya terluka, meski hatiku sendiri pedih karena dibenci oleh seseorang yang seharusnya paling

    Last Updated : 2021-10-10
  • Rembulan yang Terluka   Cinta

    Part 14 CintaFeesa povApakah Mas Angga lupa, jika aku alergi bunga mawar? Untung ada burkak yang masih menutup wajahku. Sehingga efek alergiku masih terlindungi. Kubuka kasar burkak yang menutup wajahku. Apakah Mas Angga belum juga mengerti akan diriku, atau memang tidak mau mengerti? Entahlah! Dan satu hal yang membuatku lebih sakit. Aku menangis sejak akad pernikahan kedua kami. Mas Angga benar-benar tidak mengingat namaku. Apakah aku memang tidak berarti apa-apa baginya? Semua pikiran baik dan juga buruk membuatku semakin tertekan. Rasanya sungguh sulit untuk mengerti karakter Mas Angga, bagiku semuanya samar dan tidak tersentuh.Segera ku hapus air mata sia-sia yang tanpa ku minta selalu tumpah. "Jangan cengeng Feesa" hiburku pada diri sendiri. Malam ini adalah malam yang selama ini aku tunggu-tunggu, tapi mengapa rasa sakit dan bahagia ini seakan membuat tubuhku lesu. Tidak! Aku harus menciptakan kenangan manis sebelum benar-benar pergi nantinya. Ak

    Last Updated : 2021-10-14
  • Rembulan yang Terluka   Istri

    Part 15 IstriAngga POVDua bulan lamanya aku menjalin hubungan dengan seorang wanita yang bernama Nana. Kami memang jarang bertemu, mungkin hanya satu minggu sekali ketika hari libur, atau saat dia mengambil cuti. Entah apa pekerjaannya aku sendiri tidak begitu tahu, kami hanya bertemu sehari dalam keadaan rindu dan dimabuk cinta sehingga lupa untuk sekedar membahas hal tidak berguna lainnya. Dan bodohnya aku yang sama sekali tidak mempermasalahkan semuanya. Kuletakkan ponsel milikku setelah berkabar dengan istri siriku itu. Bunga-bunga terasa bermekaran di sekitarku, tak bosan kuulas senyum menawan saat mengingat percintaan kita yang terbilang cukup singkat.Kenangan kebersamaan kami selalu membekas di hati, tingkahnya yang manja dan lembut, selalu mengubah duniaku yang tanpa warna. Aku teringat dua hari lalu, saat kami sedang menghabiskan waktu bersama di apartemen miliknya. Ya, apartemen paling mewah yang dimiliki oleh istri siriku ini. Seh

    Last Updated : 2021-10-14
  • Rembulan yang Terluka   Keputusan

    Part 16 Keputusan"Sebaiknya jangan ambil keputusan dengan gegabah Nak! Feesa akan semakin terluka karena mu. Terlihat sekali jika selama ini dia sangat mencintai dirimu. Jangan sampai kau sesali nanti di kemudian hari. Ingatlah hal ini baik-baik, jangan mudah berjanji saat kau bahagia, dan jangan memutuskan sesuatu saat dirimu dipenuhi oleh amarah." ucap Papa. Tapi jalan pikiranku berkata lain. Inilah saat yang tepat untuk melepaskan Feesa dan menempatkan Nana sebagai Nyonya rumah. Pikiranku rasanya sudah mantap."Maka dari itu, Aku ingin agar Feesa bisa meneruskan hidupnya tanpa tekanan dariku. Tanpa dihalangi lagi oleh ikatan yang sama sekali tidak kami inginkan." aku mencoba memberi pengertian kepada Papa."Baiklah kalau itu keputusanmu. Papa juga yakin Feesa akan segera mendapatkan pengganti dirimu yang lebih tampan dan jauh lebih muda darimu. Lagian, pria mana yang tidak mau menjadikan dia istrinya, secara dia akan menjadi janda muda yang kaya

    Last Updated : 2021-10-24

Latest chapter

  • Rembulan yang Terluka   Angga penasaran

    "Angga, dimana Feesa? Kenapa sejak tadi mama hubungi tidak juga dijawab? Apakah dia sama kamu?" Selalu saja yang ditanyakan adalah menantu kesayangan itu. Posisiku tergeser sejak kedatangan perempuan bernama Feesa. Aku hanya menjawab"Ya" "Ajak dia makan malam di rumah ya. Besok kita berangkat sama-sama ke pesantren." "Ya!" jawabku lagi. Sambil terus mengawasi Feesa tengah asyik bersama seorang pria. Tunggu, aku seperti mengenal postur tubuh itu, siapa ya. Lihatlah bagaimana cara mereka berbincang gestur tubuh mereka bergetar pasti obrolan yang menyenangkan. Aku ngedumel sendiri. Sambil mendengarkan celotehan mama yang semakin membuatku panas dalam. Beruntung mama menyudahi panggilan. Tunggu! Feesa juga sudah menghilang dari sana. Kemana dia?"Lagi cari siapa, Mas?"Nyawaku hampir saja hilang dari raga. Dia tiba-tiba muncul di belakangku seperti hantu. Aku pun bertanya sejak kapan dia di sana. Lihatlah wajah polos tak bersalah itu. Dia masih saja bawa kresek. Apa itu makanan untu

  • Rembulan yang Terluka   Kemana dia

    "Kemana perginya mereka?" gumam Angga menelusuri lorong rumah sakit hingga sampai bagian depan. Melewati resepsionis begitu saja setelah mengedarkan pandangan. Tidak ada tanda apapun yang menunjukkan bahwa orang dicarinya berada di sana. Angga membawa langkah kakinya menuju parkiran. Sebuah kendaraan berwarna merah menyakinkan hatinya bahwa yang dicari masih berada di area rumah sakit.Rumah sakit ini terdiri dari tiga bagian. Pertama paling selatan adalah ruang IGD, ruang pendaftaran juga beberapa ruang pemeriksaan yang tiap ruangnya di tempati oleh dokter spesialis di bidangnya. Bagian tengah adalah apotik dan laboratorium. Sedangkan bagian Utara sedikit menjorok lebih jauh. Sekitar seratus meter dari jalan raya adalah kamar-kamar pasien rawat jalan. Kini Angga mencari ke arah berlawanan. Menuju masjid. Bangunannya berada tepat di samping rumah sakit. Melewati halaman yang lebih luas daripada halaman sebelumnya. Entah kenapa hatinya tiba-tiba menghangat kala melihat senyum menawan

  • Rembulan yang Terluka   Benarkah ini

    Author POV "Tolong teman saya, Sus! Dia mengalami kecelakaan!" Seorang pria berseragam putih begitu sigap mengambil bangsal darurat. Bersama Angga dia memindahkan Raga. Setelahnya hanya kesibukan para perawat yang saling berkejaran dengan waktu."Kau harus kuat, Ga!" kata Angga berulang kali dalam kecemasan. Tidak peduli apakah didengar Raga ataupun tidak. Biar bagaimanapun mereka pernah melewati hari yang menggembirakan bersama. Angga mengingat momen yang pernah mereka lewati dengan suka dan duka. Mereka pernah sangat akur hingga mengerti kepribadian satu sama lain."Bagaimana kau akan bersaing denganku jika belum bertarung saja kau sudah kalah?" Tertawa sumbang. Segera dia hapus air mata yang hampir saja jatuh. Gengsi jika Raga melihatnya. Ruang UGD telah dibuka seluruhnya. Anggga menghentikan seseorang berpakaian biru petang lengkap dengan penutup kepala. Kebiasaan di rumah sakit sana jika beberapa dokter ahli bedah mengenakan pakaian itu."Dokter! Selamatkan teman saya. Lakuka

  • Rembulan yang Terluka   Kecelakaan

    "Kamu baru datang dan ingin pergi lagi?" tanya Nana sambil bergelayut manja di lenganku. "Mau bagaimana lagi, Sayang. Pekerjaan ini juga sangat penting." Aku beberapa kali mendapat telepon dari ayah mertua. Meski aku tidak terlalu akur dengan anaknya, tapi aku juga masih punya akhlak untuk tetap hormat padanya. Lagipula, entah apa yang yang terjadi, kali ini aku tidak ada keinginan untuk berlama-lama bersama Nana. Di pikiranku selalu ada Feesa. Ada rasa bersalah dan juga rasa yang aku sendiri tidak mengerti. Selain hal itu, aku harus memastikan bahwa Feesa benar-benar ada di rumah atau tidak. Ku akui keduanya memiliki paras yang sama-sama cantik. Hanya saja, Nana suka dandan dengan make up tebal. Dan Feesa...ah, kenapa juga aku mengingat dirinya. Kecurigaan ini pun semakin membuatku dirundung rasa penasaran yang dalam. Aku bahagia bersama Nana. Tapi, untuk kali ini kenapa aku merasa bersama Feesa? Sungguh perasaan yang membuatku dilema. Apakah karena rasa bersalah membuatku terus

  • Rembulan yang Terluka   Apa?

    POV Angga. Sungguh lelah rasa batin ini menunggu pertemuan yang menurutku sangatlah lama. Membuang waktu saja. Tuan Gibran Candra bahkan sangat arogan hingga meninggalkan meeting di tengah jalan. Tuan Gibran lebih memilih break ketika suara adzan berkumandang. Mau tidak mau aku ikut juga dengannya ke musholla yang berada di lantai bawah. "Aku senang bisa bekerjasama dengan orang yang selalu mengingat Tuhannya." Ucap Tuan Gibran yang aku sangkakan bahwa perkataannya hanya untuk memuji tentang adanya musholla di antara gedung perkantoran ini. Dan mungkin saja dia berpikir jika atasan dari gedung ini, yaitu diriku, pastilah ahli ibadah.Padahal, musholla itu sudah ada sebelum aku yang menjabat sebagai Presdir. Tentu saja papa lah yang mengatur semuanya atau bisa jadi malahan kakek."Saya bukanlah ahli ibadah seperti yang Tuan kira!" jawabku sambil tersenyum. Aku melihat wajah teduh Tuan Gibran yang nampak bercahaya dalam basuhan air wudhu. Umur dan wajahnya sangatlah tidak sinkron. Bel

  • Rembulan yang Terluka   Part 23 Ingat istri

    Ingat Istri Angga POV "Bos, pagi ini kita akan kedatangan klien penting dari PT Pesona Maya. Dan kabar baiknya adalah. Tuan Gibran Candra yang akan meeting dengan kita nanti siang" Viki dan Viona menjemput pagiku dengan wajah sangat sumringah. Berbeda denganku yang sebenarnya sangatlah tidak ada mood. Nana telah menghilang entah kemana. Sejak pertemuan kita di minggu terakhir yang lalu, dia sama sekali tidak ada kabar lagi. Dan istriku Feesa. Kenapa aku baru menyadari bahwa dia memiliki wajah yang mirip dengan Nana? Aku mencoba beberapa kali menghubungi Nana. Nihil. Bahkan pesanku pun tidak kunjung dia balas. "Bos, bagaimana? Apa tidak sebaiknya kita bersiap mulai sekarang? Aku banyak mendengar jika Tuan Gibran sangat sulit untuk didekati. Tapi kali ini, beliu sendiri yang berkenan hadir menemui kita. Ini adalah suatu keberuntungan." "Itu benar, Bos. Tuan Murad yang menelepon beberapa menit yang lalu. Beliau mengatakan jika Tuan Gibran akan datang secara langsung guna membica

  • Rembulan yang Terluka   Keheningan

    "Aku ingin bertemu denganmu tapi tidak mungkin!" tangisku semakin pecah. Bahkan aku mulai sesenggukan. Entah kenapa rasanya begitu sulit berpura-pura."Apa hanya itu?" Sepertinya Saroh tidak percaya padaku.Kuusap sekali lagi pipiku yang basah. Mencoba mengatur nafas beberapa kali dan dengan susah payah akhirnya bisa menguasai diri kembali."Aku hanya merindukanmu. Kenapa kau tidak percaya padaku?" kataku di sertai senyuman."Masak!""Kau ini! Apa aku terlihat berbohong?" rajukku dengan menggerakkan mulut seperti bebek."Entahlah!Aku juga heran kenapa kali ini aku kurang percaya padamu.""Tentang?""Semuanya! Terlebih lagi tentang pernikahanmu. Aku tidak pernah melihat suamimu satu kali pun."Seketika tubuhku menegang. Kali ini aku benar-benar merasa telah melakukan kesalahan dengan menerima panggilan video dari Saroh di rumah. "Itu...a aku.""Mana suamimu?" Belum kelar aku menemukan sebuah alasan, Saroh kembali membuatku panik dengan pertanyaannya."Di- Di- dia sedang istirahat!""

  • Rembulan yang Terluka   Bisakah bicara

    Part 21 Feesa POV Mungkin angin telah berubah haluan musim hujan sudah mulai menyapa. Bergilir angin sepoi-sepoi berganti arah. Semilirnya menyejukkan hati yang semula terasa kering. Mungkin aku sudah bisa berharap pada pernikahan ini. Mas Angga sepertinya sudah mulai bicara kepadaku. Meski justru hal itu menimbulkan banyak pertanyaan di benakku. Ada apa gerangan? Mengapa tiba-tiba saja Mas Angga baik padaku? "Astaghfirullah! Seharusnya aku bersyukur dengan keadaan ini," gumamku sambil mengusap seluruh wajah. Kini aku duduk di sofa bawah jendela kamar. Dari lantai dua rumah ini, rembulan terlihat terang benderang hingga cahayanya masuk dan menembus kulit. Korden jendela sengaja tidak aku tutup. Sebuah note kecil berwarna hitam menarik perhatianku. Aku ingat benar semua rencana hidup telah kususun rapi selama satu tahun bersama Saroh. Dan bulan ini, ada satu hal yang harusnya aku lakukan bersama Satoh. Rencana untuk menyusul Saroh ke Jakarta. Sepertinya hal itu harus aku kuburkan

  • Rembulan yang Terluka   Orang asing

    "Bolehkah saya ikut gabung dengan kalian?" Tanpa sungkan orang itupun duduk diantara mertua dan menantu."Apa kabar, Tante?" Senyum secerah matahari terbit tercetak jelas di bibir Zalina. Wanita yang penuh kepalsuan. "Lama kita tidak jumpa." Jika dilihat dari gerakan tubuhnya, Zalina terkesan ingin memeluk Lina, namun dengan gerakan tangan Lina menolak mentah-mentah."Cukup!" Feesa tidak mengenal siapa wanita yang baru saja bergabung, hanya diam mengamati interaksi keduanya. Dia hanya menilai jika wajah Lina berubah suram semenjak kedatangan wanita yang baru saja duduk diantara mereka. Seperti ada kebencian yang tersirat."Pelayan, saya pesan makanan dan minuman yang sama dengan mereka berdua ini!" "Tidakkah kau merasa canggung duduk bersama orang asing?" ketus Lina. "Ah! Iya, aku lupa jika kau bahkan tidak punya rasa malu. Nona Zalina Penggoda." Lina tersenyum mengejek ala kelas atas. Bahasa tubuhnya terkesan anggun nan elegan namun kata-katanya menyakitkan.Feesa berpikir jika wan

DMCA.com Protection Status