Share

Penyamaran

Penulis: Nafi Thook
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-29 19:19:50

Part 7 penyamaran

Feesa POV

Selama kurang lebih dua puluh menit dihabiskan oleh ibu mertuaku untuk merias penampilan diriku. Aku memuji kelincahan tangannya yang menari-nari lincah bagaikan perias handal. 

"Gini-gini mama juga pernah ikut lomba rias pengantin lho. Lumayan juara dua, saat itu dapat uang lima ratus ribu. Mama senengnya bukan main." ucap Mama sambil merapikan rambutku. "Nah selesai, perfect. Dia tidak akan mengenali siapa kamu sebenarnya," ucap Mama dengan antusias. Aku mematut diri di cermin, aku bahkan tidak bisa mengenali wajahku sendiri. Sungguh luar biasa mama mertuaku ini. "Sebenarnya, pada dasarnya kamu ini sudah cantik, tinggal poles dikit pada bibir dan mata saja sudah terlihat luar biasa." 

"Mama bisa saja deh!" Aku tersipu malu

"Ma, tapi kenapa bajunya gini amat?" Aku merasa risih, sebab hanya mengunakan celana pendek yang biasa disebut hotpants rawis dengan tank top bertali spaghetti, yang menutup aset milikku hanya separuh.

"Hai, jangan membantah! Tidak apa-apa, anggap saja sedang mencari pahala dengan menyenangkan hati suami sendiri, lihatlah, kamu sangat cantik. Angga pasti tidak akan berpaling dari kamu. Kita lihat saja nanti."

"Tapi Ma!" Aku sungguh bahagia saat mama mengatakan hal itu, tidak ada salahnya mencoba hal yang baru untuk suami sendiri. Masalahnya adalah, aku harus menyamar agar bisa lebih dekat dengan suamiku sendiri. Itu hal tersulit yang belum pernah aku lakukan. Kenapa aku harus menjadi orang lain agar dilihat oleh suamiku sendiri? Miris bukan?

"Jangan tegang, rileks saja, Oke! Tarik nafas, hembuskan, jangan lupa untuk memakai high heels kamu. Ini pelajaran untuk menjerat suami agar takluk di genggaman tangan kita. Kalau kamu belajar dari Umimu itu, pasti hanya nasehat saja. Jadi kali ini, kamu harus praktek langsung. Ingat, buat nama samaran yang bagus. Mama belum sempat siapkan untuk yang itu." Mama buru-buru keluar setelah memeriksa arloji di tangannya. 

Aku kembali menatap pantulan tubuhku di cermin, mirip seperti artis Korea, atau mungkin lebih seksi. Ah! Pedenya aku. Entah kenapa sampai sekarang Mas Angga tidak pernah tertarik kepadaku? Apakah karena dia tidak pernah melihat ini? Tentu sajalah. Mas Angga selalu saja marah saat aku mencoba mendekatinya, jadi bagaimana caraku memperlihatkan ini semua? Ah! Memikirkan hal itu saja membuatku sesak. Untung cinta. Tapi, bukankah di kantor Mas Angga sedang ... Kugetok kepalaku sendiri sambil menyebut nama Allah, berharap pikiran buruk itu segara hilang. Tapi, apakah  perkataan mama itu benar? Mas Angga alergi perempuan setelah pertengkaran hebat dengan temannya waktu itu?

Jika iya, kasihan sekali Mas Angga! Atau mungkin Mas Angga memang mencintai perempuan sepenuh hati, sehingga tidak ada lagi tempat untuk perempuan lain? Di saat seperti ini, pikiranku selalu berkecamuk. Ada banyak pertanyaan tentang kehidupan Mas Angga yang sulit sekali aku temukan jawabannya. 

"Angga adalah sosok yang ceria cerdas, juga pintar dan juga mudah untuk bergaul. Semua teman-temannya mendekati Angga karena dia anak orang kaya. Mereka selalu mengambil keuntungan dari kebaikan Angga. Hingga suatu saat, dia mendapatkan seorang teman saat kami baru pulang dari liburan keluarga. Seorang anak yang tengah dibully oleh beberapa anak lainnya. Angga datang membantu dan mengulurkan tangannya. Anak itupun menyambutnya. Ternyata dia anak dari tetangga kami," kata Mama sambil menyisir rambutku.

Seorang anak yang begitu tulus dan berjiwa besar. Tidak pernah sekalipun mengambil keuntungan dari Angga, keduanya sama-sama berbagi dalam suka maupun duka, mereka selalu bersama-sama, sejak SMP. Hingga mereka dewasa dan kuliah di tempat yang sama."

"Tapi, sejak saat pertengkaran itu terjadi ... Angga berubah menjadi pria yang dingin dan tidak tersentuh. Terlebih lagi kepada seorang wanita." 

"Kenapa bisa seperti itu Ma?" tanyaku.

"Entahlah, tapi menurut rektor kampusnya, mereka bertengkar karena masalah perempuan." 

Aku menahan diri agar tidak bertanya lebih jauh lagi. Takut akan sebuah kenyataan yang mungkin saja bisa membuatku terluka lebih dalam. Aku takut jika Mas Angga bertengkar, sebab ingin mempertahankan perempuan itu, lalu masih menyimpan perasaan yang sama sampai saat ini. 

Tok tok 

Lamunanku buyar seketika. Itu pasti Mas Angga yang datang. Aku melihat kembali wajahku di cermin, menelisik penampilanku kembali. Aku merasa telah belajar menjadi tidak waras karena cinta. Mengapa aku merasa menjadi seorang pelakor sekarang? Ah, tau ah, menjadi pelakor di rumah tangga milik sendiri, lucu sekali.

Kulangkahkan kaki menuju pintu, mengembuskan nafas dalam-dalam kemudian membukakan pintu untuk suamiku tercinta. Harus bisa. Ucapku dalam hati. Pertama kali kami bertatapan dalam jarak yang begitu dekat. Lesung di pipi yang pertama kalinya suamiku berikan untukku. Jantungku terpompa begitu dahsyat, hingga membuat kesadaran ku hilang. Untung saja aku bisa segera menguasai diri. 

"Ah, ada perlu apa ya?" Dia terpesona kah? Matanya tajam menembus pertahanan ku. Bola mataku seketika mengawasi adakah yang melihat kami, bukan takut ketahuan, tapi lebih takut ketika orang lain melihat auratku. Aku tarik Mas Angga dengan lembut dan segara aku tutup pintunya. 

"Kau pasti anaknya Nyonya Lina kan? Kau sangat tampan." Aku mengusap rahangnya dengan jari telunjuk dan bicara dengan cara yang seksi. 

"Kau mau menggodaku?" Aura dingin begitu dahsyat hingga darahku rasanya membeku. Jangan lupakan matanya yang seakan menelanjangi diriku, aku akan melakukan apapun agar bisa menjerat suamiku dalam kata cinta. Aku tidak berdosa, walau dengan cara yang salah. Setidaknya usahaku untuk menghindarkan dirinya dari perbuatan Zina. Seperti yang dia lakukan di kantor waktu itu. Owh, Feesa fokuslah, rayu suamimu. 

"Tidak! Ah! Atau mungkin iya" aku membuat senyum semanis mungkin. Lalu,  kini melakukan apa yang biasa wanita nakal lakukan "Tapi, sebenarnya aku sangat tertarik kepadamu. Bisakah kita duduk dan bicara dari hati ke hati? Aku merasa sangat kesepian." Kurebahkan kepalaku di pundaknya, kemudian mengelus lembut dada bidangnya, sepertinya jantungnya bertalu-talu. Yes, aku berhasil. Dia menatapku dengan tatapan yang sulit aku pahami. Ah, imutnya wajah tampan suamiku. Sadarlah Feesa, kau sedang menjalankan peran sekarang.

"Maaf! Tapi aku pria yang sudah beristri!" Mas Angga segera mencekal tanganku agar tidak berbuat lebih. 

Duarrrr

Aku terkejut dan juga bahagia, bukankah baru saja dia mengakui hubungan pernikahan kami? Ah! Aku ingin memeluknya jika begini. Tanpa terasa menetes air mataku. 

"Kau menangis?" Dia menyentuh pundakku, darahku berdesir saat sentuhan lembut itu mengelus kulitku. Bahkan tatapannya berbeda dari biasanya. Aku tersadar dan kemudian ingat akan tujuan utamaku. 

"Maaf! Aku terharu. Beruntungnya istrimu yang  memiliki suami seperti dirimu. Kau pasti  sangat menyayangi dia kan?" anehnya, Angga segera menarik tangannya dan menimbulkan kekecewaan di hatiku. Kamu harus bermain cantik Feesa. 

"Maaf!" dia tampak kikuk. "Ini! Mamaku menitipkan kotak ini agar diberikan kepadamu." Dengan tersenyum semanis mungkin, aku menerima kotak itu. 

"Terima kasih!" Kuambil benda itu dari tangannya. Tangan kami saling bersentuhan, seiring netra kami yang saling bertemu, wajah tampan suamiku semakin mempesona. Mungkin dia termasuk keturunan Nabi Yusuf, ah otakku ini, sadarlah! Tapi bagaimana lagi, aku baper. "Maaf! Kau terlalu tampan, hingga membuatku tidak berdaya!" tanpa sadar aku melaknat mulutku sendiri. Owh tidak! Dia malah tertawa dengan gaya yang begitu keren.

"Selalu tersenyumlah seperti ini, kau semakin tampan karenanya." Lagi-lagi  aku tidak bisa menjaga mulutku sendiri. 

"Hahaha! Kamu sungguh lucu dan menggemaskan," dia malah mencubit hidungku hingga rasanya ngilu. 

"Ih, main cubit saja, sakit tahu!" Aku cemberut karenanya, dan dia malah semakin terkekeh. Andai kamu bisa seperti ini kepadaku di rumah kita Mas. Tanpa sadar aku mulai membedakan dua keadaan yang berbeda ini. Eh, tunggu, berarti sejauh ini, Mas Angga tidak mengenaliku dong! Syukurlah! Beginilah nasib jadi istri yang tidak dianggap, suami sendiri tidak sadar akan perubahan penampilan istrinya. Miris!

 "Ayo dong duduk. Dari tadi berdiri terus," sebisa mungkin aku berusaha agar bisa menguasai diriku sendiri. Dia penurut sekali, owh manisnya, andai setiap  hari dia begini. 

To be continued

Bab terkait

  • Rembulan yang Terluka   Terpikat

    Part 8 TerpikatAngga POVDengan sedikit sebal aku menuruti keinginan Mama untuk menyerahkan sebuah benda dalam sebuah kotak berwarna gold. Mungkin isinya adalah emas atau perak tak tahulah. Yang pasti sebenarnya aku sangat enggan diperintah seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, mama yang memaksa. Setiap hari minggu, aku lebih suka menghabiskan waktu dengan nongkrong bersama teman-teman. Lucu juga sih, aku punya istri, dan seharusnya sebagai penggantin baru, memilih menghabiskan waktu bersama istri yang tercinta, mengurung diri di kamar.Kini aku sudah sampai di tempat tujuan. Bermaksud mengantar barang pesenan mama sebelum bertemu teman-teman. Kalau tidak diantar terlebih dahulu, mungkin bisa ceramah tujuh tahun lamanya.Beberapa menit aku mengetuk pintu, tidak kunjung ada respon. Aku mengetuk lagi, menengok jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Lama sekali! Pikirku.Seorang bidadari berambut blonde, kulit kuning lang

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-29
  • Rembulan yang Terluka   Dua karakter berbeda

    Part 9 Dua karakter berbeda.Feesa POV"Dalam karakter Nana, kamu adalah wanita penggoda yang tidak peduli akan keharmonisan rumah tangga orang lain. Kamu harus melakukan ini Feesa, rumah tangga kalian adalah tujuan utamanya. Setidaknya, jika Angga tidak tertarik kepada istrinya, dia terhindar dari zina, sebab tidak lagi berhubungan dengan wanita lain. Jeratlah dia dengan cintamu saat menjadi Nana agar tidak ada ruang bagi wanita lain," ucap mama saat mengajariku kemarin. Dan kali ini, aku sudah membuktikannya. Apakah aku salah? Apakah aku bisa menjalankan peran ini?Sampai sejauh ini peranku sudah berjalan sesuai rencana. Aku bahkan tanpa malu lagi duduk di pangkuan Mas Angga, setelah dengan beraninya mengungkapkan cinta. Aku malu luar biasa, tapi drama ini harus tetap berjalan."Tapi bagaimana aku bisa percaya kepadamu? Apakah kau bisa membuktikannya?""Apa kau akan meninggalkan istrimu dan memilih diriku jika aku bisa mem

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • Rembulan yang Terluka   Arti Bahagia

    Part 10 arti bahagia.Angga begitu bahagia pagi ini, semalam matanya sulit terpejam, dia rindu dan juga ingin bertemu dengan gadis pujaan yang selalu terbayang di pelupuk matanya. Hingga jam menunjukkan pukul sepuluh malam.*Hai, Mas Angga! Bagaimana kabarmu? Maaf, aku baru bisa mengirim pesan kepadamu*Angga sendAngga sudah bisa menduga siapa yang mengirim pesan kepadanya. Hatinya senang luar biasa. Diapun segera membalas.*Kabar baik cantik,*Nana sayang send.Didalam kamar, Feesa yang menyamar sebagai Nana tersipu malu. Beginikah rasanya punya selingkuhan. Membatin sambil menggigit bibir bawahnya. Satu detik berikutnya, muncul notifikasi baru.*Kamu sendiri, apa kabar? Katanya cinta, tapi kenapa lama hubunginya?* Emoji ngambek.Nana sayang send*Aku juga merasa kurang baik, karena merindukanmu. Maaf! Aku sedikit sibuk belakangan ini. Tapi lain kali, aku akan lebih memperhati

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30
  • Rembulan yang Terluka   Siapa Dia

    Part 11Sejak bertemu dengan gadis yang bernama Nana, entah mengapa hatiku semakin tidak menentu. Rindu yang menggebu kadang membuatku uring-uringan. Terlebih lagi, Nana lumayan sulit untuk aku hubungi. Hanya di waktu tertentu saja nomernya aktif, sedangkan wajah cantiknya yang bagaikan bulan purnama, selalu menghantuiku setiap saat.Terpaksa aku menceritakan semuanya kepada Viki. Dia teman selalu ada untukku, juga asisten yang rajin dan giat bekerja. Entah kenapa dia begitu terlihat kesal kali ini. Adakah kesalahan yang aku buat terhadapnya? Entahlah. Memang aku akui, aku adalah pria beristri. Tapi bukan begitu yang sebenarnya. Hatiku sulit sekali menerima keberadaan Feesa. Meski sebenarnya aku sudah tergantung kepadanya. Mulai dari menyiapkan baju dan semua keperluanku sehari-hari, makan ataupun minum. Bahkan kerap kali dia memperhatikan diriku melalui pesan singkat WhatsApp meski tidak pernah aku balas. Jahatkah aku? Kukira tidak! Itu adalah

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-04
  • Rembulan yang Terluka   Hasrat

    Part 12 HasratAku begitu bahagia karena hari yang aku tunggu akhirnya telah tiba. Selama beberapa hari belajar make up bersama mama mertua dan seorang ahli make up artis, dengan mudahnya aku bisa membuat wajahku mempesona. Tidak butuh waktu lama untuk mempraktekkan ilmu yang aku pelajari dari mama."Sayang, mungkin dua bulan belakangan ini mama akan jarang datang menemuimu. Mama harus menemani papamu untuk melakukan kegiatan sosial di beberapa daerah. Selain itu, beberapa program kerja yang tidak bisa lagi ditunda. Jadi, selebihnya akan mama serahkan rencana ini sepenuhnya kepadamu. Semoga sukses. Mama berharap, rumah tangga kalian akan baik-baik saja setelah kalian bersatu. Maaf! Jika mungkin ajaran mama ini kurang tepat. Tapi mama tidak bisa membiarkan kalian diam saja tanpa ada yang mulai. Mama tidak ingin ada perceraian diantara kalian." ucap mama saat menemuiku di apartemen."Aku akan berusaha untuk menjaga rumah tanggaku Ma! Terima

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-09
  • Rembulan yang Terluka   Aku cintai

    Part 13 Aku Cintai"Kau baru saja menyebut nama istrimu itu!" aku pura-pura merajuk, padahal dalam hati sangatlah bahagia. Berharap nama Feesa sudah terlukis di hatinya."Aku membencinya!" Dadaku terasa pilu kembali mendengar kejujurannya. "Pernikahan tanpa cinta dan bahkan hanya kebencian yang aku rasakan. Pernikahan yang sangat menyakiti harga diriku. Orang-orang menghinaku tanpa mau tahu kebenarannya. Dan wanita itu, mengambil semuanya dariku. Kasih sayang orang tuaku, kepercayaan semua orang dan terakhir adalah harta." Aku tidak kuasa mendengar ungkapan hatinya lebih jauh lagi. Kuberanikan diri untuk memeluknya.Terlihat kerapuhan Mas Angga yang tidak bisa menolak keadaan. Adapula kebencian yang dalam untuk Feesa, entah mengapa cintaku membuat diriku melemah. Harusnya aku tidak terperdaya oleh rasa pilu miliknya, namun nyatanya, aku tak tega melihatnya terluka, meski hatiku sendiri pedih karena dibenci oleh seseorang yang seharusnya paling

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-10
  • Rembulan yang Terluka   Cinta

    Part 14 CintaFeesa povApakah Mas Angga lupa, jika aku alergi bunga mawar? Untung ada burkak yang masih menutup wajahku. Sehingga efek alergiku masih terlindungi. Kubuka kasar burkak yang menutup wajahku. Apakah Mas Angga belum juga mengerti akan diriku, atau memang tidak mau mengerti? Entahlah! Dan satu hal yang membuatku lebih sakit. Aku menangis sejak akad pernikahan kedua kami. Mas Angga benar-benar tidak mengingat namaku. Apakah aku memang tidak berarti apa-apa baginya? Semua pikiran baik dan juga buruk membuatku semakin tertekan. Rasanya sungguh sulit untuk mengerti karakter Mas Angga, bagiku semuanya samar dan tidak tersentuh.Segera ku hapus air mata sia-sia yang tanpa ku minta selalu tumpah. "Jangan cengeng Feesa" hiburku pada diri sendiri. Malam ini adalah malam yang selama ini aku tunggu-tunggu, tapi mengapa rasa sakit dan bahagia ini seakan membuat tubuhku lesu. Tidak! Aku harus menciptakan kenangan manis sebelum benar-benar pergi nantinya. Ak

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14
  • Rembulan yang Terluka   Istri

    Part 15 IstriAngga POVDua bulan lamanya aku menjalin hubungan dengan seorang wanita yang bernama Nana. Kami memang jarang bertemu, mungkin hanya satu minggu sekali ketika hari libur, atau saat dia mengambil cuti. Entah apa pekerjaannya aku sendiri tidak begitu tahu, kami hanya bertemu sehari dalam keadaan rindu dan dimabuk cinta sehingga lupa untuk sekedar membahas hal tidak berguna lainnya. Dan bodohnya aku yang sama sekali tidak mempermasalahkan semuanya. Kuletakkan ponsel milikku setelah berkabar dengan istri siriku itu. Bunga-bunga terasa bermekaran di sekitarku, tak bosan kuulas senyum menawan saat mengingat percintaan kita yang terbilang cukup singkat.Kenangan kebersamaan kami selalu membekas di hati, tingkahnya yang manja dan lembut, selalu mengubah duniaku yang tanpa warna. Aku teringat dua hari lalu, saat kami sedang menghabiskan waktu bersama di apartemen miliknya. Ya, apartemen paling mewah yang dimiliki oleh istri siriku ini. Seh

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-14

Bab terbaru

  • Rembulan yang Terluka   Angga penasaran

    "Angga, dimana Feesa? Kenapa sejak tadi mama hubungi tidak juga dijawab? Apakah dia sama kamu?" Selalu saja yang ditanyakan adalah menantu kesayangan itu. Posisiku tergeser sejak kedatangan perempuan bernama Feesa. Aku hanya menjawab"Ya" "Ajak dia makan malam di rumah ya. Besok kita berangkat sama-sama ke pesantren." "Ya!" jawabku lagi. Sambil terus mengawasi Feesa tengah asyik bersama seorang pria. Tunggu, aku seperti mengenal postur tubuh itu, siapa ya. Lihatlah bagaimana cara mereka berbincang gestur tubuh mereka bergetar pasti obrolan yang menyenangkan. Aku ngedumel sendiri. Sambil mendengarkan celotehan mama yang semakin membuatku panas dalam. Beruntung mama menyudahi panggilan. Tunggu! Feesa juga sudah menghilang dari sana. Kemana dia?"Lagi cari siapa, Mas?"Nyawaku hampir saja hilang dari raga. Dia tiba-tiba muncul di belakangku seperti hantu. Aku pun bertanya sejak kapan dia di sana. Lihatlah wajah polos tak bersalah itu. Dia masih saja bawa kresek. Apa itu makanan untu

  • Rembulan yang Terluka   Kemana dia

    "Kemana perginya mereka?" gumam Angga menelusuri lorong rumah sakit hingga sampai bagian depan. Melewati resepsionis begitu saja setelah mengedarkan pandangan. Tidak ada tanda apapun yang menunjukkan bahwa orang dicarinya berada di sana. Angga membawa langkah kakinya menuju parkiran. Sebuah kendaraan berwarna merah menyakinkan hatinya bahwa yang dicari masih berada di area rumah sakit.Rumah sakit ini terdiri dari tiga bagian. Pertama paling selatan adalah ruang IGD, ruang pendaftaran juga beberapa ruang pemeriksaan yang tiap ruangnya di tempati oleh dokter spesialis di bidangnya. Bagian tengah adalah apotik dan laboratorium. Sedangkan bagian Utara sedikit menjorok lebih jauh. Sekitar seratus meter dari jalan raya adalah kamar-kamar pasien rawat jalan. Kini Angga mencari ke arah berlawanan. Menuju masjid. Bangunannya berada tepat di samping rumah sakit. Melewati halaman yang lebih luas daripada halaman sebelumnya. Entah kenapa hatinya tiba-tiba menghangat kala melihat senyum menawan

  • Rembulan yang Terluka   Benarkah ini

    Author POV "Tolong teman saya, Sus! Dia mengalami kecelakaan!" Seorang pria berseragam putih begitu sigap mengambil bangsal darurat. Bersama Angga dia memindahkan Raga. Setelahnya hanya kesibukan para perawat yang saling berkejaran dengan waktu."Kau harus kuat, Ga!" kata Angga berulang kali dalam kecemasan. Tidak peduli apakah didengar Raga ataupun tidak. Biar bagaimanapun mereka pernah melewati hari yang menggembirakan bersama. Angga mengingat momen yang pernah mereka lewati dengan suka dan duka. Mereka pernah sangat akur hingga mengerti kepribadian satu sama lain."Bagaimana kau akan bersaing denganku jika belum bertarung saja kau sudah kalah?" Tertawa sumbang. Segera dia hapus air mata yang hampir saja jatuh. Gengsi jika Raga melihatnya. Ruang UGD telah dibuka seluruhnya. Anggga menghentikan seseorang berpakaian biru petang lengkap dengan penutup kepala. Kebiasaan di rumah sakit sana jika beberapa dokter ahli bedah mengenakan pakaian itu."Dokter! Selamatkan teman saya. Lakuka

  • Rembulan yang Terluka   Kecelakaan

    "Kamu baru datang dan ingin pergi lagi?" tanya Nana sambil bergelayut manja di lenganku. "Mau bagaimana lagi, Sayang. Pekerjaan ini juga sangat penting." Aku beberapa kali mendapat telepon dari ayah mertua. Meski aku tidak terlalu akur dengan anaknya, tapi aku juga masih punya akhlak untuk tetap hormat padanya. Lagipula, entah apa yang yang terjadi, kali ini aku tidak ada keinginan untuk berlama-lama bersama Nana. Di pikiranku selalu ada Feesa. Ada rasa bersalah dan juga rasa yang aku sendiri tidak mengerti. Selain hal itu, aku harus memastikan bahwa Feesa benar-benar ada di rumah atau tidak. Ku akui keduanya memiliki paras yang sama-sama cantik. Hanya saja, Nana suka dandan dengan make up tebal. Dan Feesa...ah, kenapa juga aku mengingat dirinya. Kecurigaan ini pun semakin membuatku dirundung rasa penasaran yang dalam. Aku bahagia bersama Nana. Tapi, untuk kali ini kenapa aku merasa bersama Feesa? Sungguh perasaan yang membuatku dilema. Apakah karena rasa bersalah membuatku terus

  • Rembulan yang Terluka   Apa?

    POV Angga. Sungguh lelah rasa batin ini menunggu pertemuan yang menurutku sangatlah lama. Membuang waktu saja. Tuan Gibran Candra bahkan sangat arogan hingga meninggalkan meeting di tengah jalan. Tuan Gibran lebih memilih break ketika suara adzan berkumandang. Mau tidak mau aku ikut juga dengannya ke musholla yang berada di lantai bawah. "Aku senang bisa bekerjasama dengan orang yang selalu mengingat Tuhannya." Ucap Tuan Gibran yang aku sangkakan bahwa perkataannya hanya untuk memuji tentang adanya musholla di antara gedung perkantoran ini. Dan mungkin saja dia berpikir jika atasan dari gedung ini, yaitu diriku, pastilah ahli ibadah.Padahal, musholla itu sudah ada sebelum aku yang menjabat sebagai Presdir. Tentu saja papa lah yang mengatur semuanya atau bisa jadi malahan kakek."Saya bukanlah ahli ibadah seperti yang Tuan kira!" jawabku sambil tersenyum. Aku melihat wajah teduh Tuan Gibran yang nampak bercahaya dalam basuhan air wudhu. Umur dan wajahnya sangatlah tidak sinkron. Bel

  • Rembulan yang Terluka   Part 23 Ingat istri

    Ingat Istri Angga POV "Bos, pagi ini kita akan kedatangan klien penting dari PT Pesona Maya. Dan kabar baiknya adalah. Tuan Gibran Candra yang akan meeting dengan kita nanti siang" Viki dan Viona menjemput pagiku dengan wajah sangat sumringah. Berbeda denganku yang sebenarnya sangatlah tidak ada mood. Nana telah menghilang entah kemana. Sejak pertemuan kita di minggu terakhir yang lalu, dia sama sekali tidak ada kabar lagi. Dan istriku Feesa. Kenapa aku baru menyadari bahwa dia memiliki wajah yang mirip dengan Nana? Aku mencoba beberapa kali menghubungi Nana. Nihil. Bahkan pesanku pun tidak kunjung dia balas. "Bos, bagaimana? Apa tidak sebaiknya kita bersiap mulai sekarang? Aku banyak mendengar jika Tuan Gibran sangat sulit untuk didekati. Tapi kali ini, beliu sendiri yang berkenan hadir menemui kita. Ini adalah suatu keberuntungan." "Itu benar, Bos. Tuan Murad yang menelepon beberapa menit yang lalu. Beliau mengatakan jika Tuan Gibran akan datang secara langsung guna membica

  • Rembulan yang Terluka   Keheningan

    "Aku ingin bertemu denganmu tapi tidak mungkin!" tangisku semakin pecah. Bahkan aku mulai sesenggukan. Entah kenapa rasanya begitu sulit berpura-pura."Apa hanya itu?" Sepertinya Saroh tidak percaya padaku.Kuusap sekali lagi pipiku yang basah. Mencoba mengatur nafas beberapa kali dan dengan susah payah akhirnya bisa menguasai diri kembali."Aku hanya merindukanmu. Kenapa kau tidak percaya padaku?" kataku di sertai senyuman."Masak!""Kau ini! Apa aku terlihat berbohong?" rajukku dengan menggerakkan mulut seperti bebek."Entahlah!Aku juga heran kenapa kali ini aku kurang percaya padamu.""Tentang?""Semuanya! Terlebih lagi tentang pernikahanmu. Aku tidak pernah melihat suamimu satu kali pun."Seketika tubuhku menegang. Kali ini aku benar-benar merasa telah melakukan kesalahan dengan menerima panggilan video dari Saroh di rumah. "Itu...a aku.""Mana suamimu?" Belum kelar aku menemukan sebuah alasan, Saroh kembali membuatku panik dengan pertanyaannya."Di- Di- dia sedang istirahat!""

  • Rembulan yang Terluka   Bisakah bicara

    Part 21 Feesa POV Mungkin angin telah berubah haluan musim hujan sudah mulai menyapa. Bergilir angin sepoi-sepoi berganti arah. Semilirnya menyejukkan hati yang semula terasa kering. Mungkin aku sudah bisa berharap pada pernikahan ini. Mas Angga sepertinya sudah mulai bicara kepadaku. Meski justru hal itu menimbulkan banyak pertanyaan di benakku. Ada apa gerangan? Mengapa tiba-tiba saja Mas Angga baik padaku? "Astaghfirullah! Seharusnya aku bersyukur dengan keadaan ini," gumamku sambil mengusap seluruh wajah. Kini aku duduk di sofa bawah jendela kamar. Dari lantai dua rumah ini, rembulan terlihat terang benderang hingga cahayanya masuk dan menembus kulit. Korden jendela sengaja tidak aku tutup. Sebuah note kecil berwarna hitam menarik perhatianku. Aku ingat benar semua rencana hidup telah kususun rapi selama satu tahun bersama Saroh. Dan bulan ini, ada satu hal yang harusnya aku lakukan bersama Satoh. Rencana untuk menyusul Saroh ke Jakarta. Sepertinya hal itu harus aku kuburkan

  • Rembulan yang Terluka   Orang asing

    "Bolehkah saya ikut gabung dengan kalian?" Tanpa sungkan orang itupun duduk diantara mertua dan menantu."Apa kabar, Tante?" Senyum secerah matahari terbit tercetak jelas di bibir Zalina. Wanita yang penuh kepalsuan. "Lama kita tidak jumpa." Jika dilihat dari gerakan tubuhnya, Zalina terkesan ingin memeluk Lina, namun dengan gerakan tangan Lina menolak mentah-mentah."Cukup!" Feesa tidak mengenal siapa wanita yang baru saja bergabung, hanya diam mengamati interaksi keduanya. Dia hanya menilai jika wajah Lina berubah suram semenjak kedatangan wanita yang baru saja duduk diantara mereka. Seperti ada kebencian yang tersirat."Pelayan, saya pesan makanan dan minuman yang sama dengan mereka berdua ini!" "Tidakkah kau merasa canggung duduk bersama orang asing?" ketus Lina. "Ah! Iya, aku lupa jika kau bahkan tidak punya rasa malu. Nona Zalina Penggoda." Lina tersenyum mengejek ala kelas atas. Bahasa tubuhnya terkesan anggun nan elegan namun kata-katanya menyakitkan.Feesa berpikir jika wan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status