Share

Ide

Author: Nafi Thook
last update Last Updated: 2021-09-25 16:30:41

Part 5 Sebuah ide

Lina POV

Selama setahun ini aku melupakan tugasku sebagai seorang ibu. Karena tuntutan pekerjaan dan kesibukan mendampingi suami di masa pemilu. Aku menyangka, bahwa kehidupan rumah tangga anakku baik-baik saja, jika ada sedikit perselisihan, mungkin itu adalah hal yang wajar dan lumrah. Terlebih pernikahan mereka berawal dari sebuah ketidaksengajaan. 

Feesa adalah gadis baik-baik yang sudah membuat hatiku jatuh cinta untuk pertama kalinya. Gadis yang memiliki nilai luhur dan budi pekerti yang baik. Gadis yang kuharapkan bisa meluluhkan hati anakku yang membeku. Mengurus segala keperluannya dan mendapatkan cintanya.

"Nak, saya kemari untuk meminta maaf atas kesalahan anak saya. Dan jika diperbolehkan, bisakah kami bertanggung jawab dengan menjalin hubungan yang lebih serius dengan dirimu agar masalah ini tidak menjadi bumerang bagi kami?"

"Tante jangan meminta maaf! Karena anak Tante tidak bersalah. Saya yang sebenarnya tidak bisa melihat jalan dengan baik, hingga menabrak anak Tante. Dan kami tidak tahu darimana datangnya, para warga itu menuduh kami tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu. Dan soal pertanggungjawaban, saya rasa itu tidak perlu, berita ini juga pasti akan tenggelam seiringnya waktu. " Aku melihat kebenaran dari sorot mata gadis itu, penuh kejujuran dan juga kecemasan. 

"Tapi karena anak saya, namamu jadi tercemar Nak?" Aku ingat akan gosip para warga pesantren yang mulai memanas. Mereka membicarakan berita yang tidak seharusnya mereka ucapkan. 'Bertemu berdua tanpa sengaja' mereka ubah menjadi 'perbuatan mesum anak Kyai dan calon bupati' mereka menambahkan bumbu pada setiap berita yang beredar, sehingga sedap dibaca walaupun mengada-ada.

"Anggap saja ini adalah cara Allah SWT menyanyangi saya. Saya bukan manusia yang sempurna, wajar saja jika mereka mengatakan hal yang buruk tentang saya," ada semburat kesedihan yang dibalut oleh senyum menawan saat gadis itu mengatakannya. Aku yakin jika gadis itu sebenarnya terluka dengan pemberitaan yang beredar. 

"Nak, biarkan kami perbaiki keadaan ini, jadilah keluarga kami, dan bantu kami memperbaiki nama baik kami. Memang terdengar egois, tapi itu semua juga demi kebaikanmu dan nama baik pesantren. Kasihan kedua orang tuamu juga." Walau sebenarnya aku tahu, bahwa ustad Harun bukanlah ayah kandung Feesa, Feesa adalah anak dari kakaknya Kyai Harun yang menikah dengan gadis keturunan Mesir. Sebab itulah Feesa memiliki kecantikan yang sempurna bagaikan Dewi Yunani. Sayangnya, anakku tidak pernah melihat hal itu.

Aku tahu semuanya, saat memeriksa rekaman CCTV yang sengaja aku pasang. Jelas sekali, anakku masih menutup diri dari perempuan, anakku juha tidak pernah memberikan kesempatan kepada istrinya untuk menjalani kehidupan yang baru. 

Aku harus melakukan sesuatu, beruntung aku tidak pulang terlebih dahulu, dengan alasan ingin numpang istirahat, lalu menyelinap masuk ke ruang kerja Angga, untuk melihat semuanya. Saatnya aku yang bertindak. Tidak sudi aku kehilangan gadis sebaik dan secantik menantuku.

Lina POV end.

✓✓✓✓

Sejak pulang dari kantor, Feesa mondar-mandir di kamarnya,  pikirannya masih melayang pada kejadian di kantor. Angga dan sekretaris itu seperti memiliki hubungan yang spesial, begitulah pikirannya. Ingin marah? Tentu saja, tapi mana berani? Feesa bukanlah istri yang disayangi seperti di film-film.

"Haruskah aku bertahan lebih lama, atau sudahi saja penantian panjang ini. Waktu seakan tidak pernah berpihak kepadaku, bahkan sampai saat ini, Mas Angga tidak pernah menganggap ku ada." Feesa menatap rembulan yang nampak muram. Mendung telah menutup wajahnya. 

"Apakah kau juga terluka, saat cahayamu tidak lagi ada yang memuja. Apakah nasibku juga seperti dirimu? Tertutup awan hitam dan kemudian menghilang." Air mata Feesa kembali menggenang. Hanya rembulan teman malam baginya, tempat mencurahkan hati yang telah tersakiti. Berharap rembulan bisa menjadi pendengar setia yang tidak akan pernah berkhianat. 

Feesa merapatkan tubuhnya pada jendela, melihat kembali sinar rembulan yang bersinar terang. "Kau masih tetap disana meski terluka, apakah kau ingin mengatakan kepadaku, untuk melakukan hal yang sama?"  Feesa tiba-tiba teringat sesuatu, paket kado yang dikirim oleh Saroh. 

"Kira-kira apa isinya ya?" Feesa menggoyangkan benda kotak yang setara dengan kardus mie instan. "Tidak ada suaranya," saking penasarannya, Feesa segara mengambil cutter dan merobek paket itu. 

"Apa-apaan ini?" Feesa membuka benda terbungkus rapi  didalamnya, beberapa plastik transparan yang isinya kemungkinan berupa baju. Setelah terbuka sempurna, Feesa

 menemukan potong baju you can see, membuka lagi dan lagi, ada hotpants pendek, juga dua drees pendek yang kemungkinan hanya mencapai sepertiga paha atas. "Baju apaan ini?" Feesa menenteng baju itu tinggi-tinggi sambil geleng kepala. 

"Feesa!" 

Deg

"Bukankah itu suara Mama?" , pikir Feesa, tapi kenapa masih ada di sini? Batin Feesa lagi. Bukankah mertuanya bilang mau pulang sejak tadi sore. 

"Ya Allah, kenapa aku bisa lupa?" Feesa menepuk jidatnya sendiri. Feesa lupa jika mertuanya bilang ingin menumpang istirahat sejenak untuk melepaskan penat. "Karena terlalu memikirkan kesedihan diri sendiri, sampai lupa jika ada mertua di sini." Mengeram dalam hati. 

"Ya Ma!" Masih di posisi yang sama. Feesa segera memungut benda aneh kiriman sahabatnya itu, lalu dia baru saja hendak masukkan ke dalam kardus seperti semula, keburu ibu mertuanya yang bernama Lina itu nyelonong masuk. 

Satu hotpants terlempar hingga sampai dibawah kaki mertuanya. Feesa sungguh panik luar biasa, tapi dengan anggunnya sang mertua mengambil benda itu, kemudian senyum manis terbit dibibir cantiknya. 

"Ituuu kado dari teman ma!" Takut jika ibu mertuanya salah paham. 

"Feesa!" Tatapan tajam mertuanya membuat Feesa tetap duduk di tempatnya. "Feesa, apa kau menganggap Mama sebagai ibumu juga?" Lina melipat kedua tangannya di dada. Setelah menyerahkan benda aneh itu kepada Feesa. Segera Feesa membuangnya ke dalam kardus. Lina tahu, menantunya sedang malu.

"Apa maksud mama? Sejak Mama meminta Feesa untuk memanggil Mama, sejak itulah Mama resmi menjadi ibu Feesa," mendadak udara menjadi dingin dan menusuk. Lina menatap Feesa begitu dalam, hingga gadis cantik yang berstatus sebagai menantu itu hanya bisa curi-curi pandang dengan dada berdebar.

"Kalian pikir, Mama tidak tahu akan kejanggalan rumah tangga kalian. Ada hal yang tidak seharusnya terjadi kepada pasangan yang menjalin ikatan pernikahan. Kalian mencoba membodohi mama?" Feesa menelan ludah dengan susah payah. 

"Ma!" suara serak Feesa membuat hati Lina terkoyak, perempuan paruh baya itu langsung memeluk menantunya dengan sayang. 

"Kenapa kamu sembunyikan semua itu dari mama Nak? Kenapa? Kamu menderita selama ini, dan mama tidak menyadari hal itu. Mama terlalu sibuk mengurus kesejahteraan banyak orang, sampai mama lupa memperhatikan kehidupan anak Mama sendiri. Kamu pasti tersiksa karena anak Mama!" 

"Ma!" 

"Stop! Mama tahu semuanya. Angga tidak pernah memberi kesempatan kepada hubungan ini. Apakah kau juga benci Angga?" Feesa menunduk sebab merasa malu, Haruskah dia jujur? "Feesa putriku, jawablah dengan jujur. Mama mohon!" Menggenggam tangan menantunya dengan erat. Feesa semakin malu dan salah tingkah dibuatnya.

"Ma, sebenarnya, Feesa mencintai Mas Angga, sebab itulah Feesa bertahan!" Meski lirih, Lina bisa mendengar suara itu dengan jelas. Senyum cerah langsung terbit di bibir Lina.

"Baiklah, jika seperti itu, kau harus mendapatkan hatinya." 

"Itu tidak mungkin Ma!" Feesa merasa tak mampu, ingin menyerah saja daripada hatinya terus saja terluka.

"Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini Sayang. Mama mempunyai sebuah ide agar kalian bisa bersatu." Feesa mendongakkan kepalanya, dia bisa melihat dengan jelas senyum penuh harapan dan akal licik tersirat dari wajah Lina. 

To be continued

Related chapters

  • Rembulan yang Terluka   Entahlah

    Part 6 EntahlahDua hari telah berlalu, bertepatan dengan hari minggu ini, Lina datang ke rumah menantunya pagi-pagi sekali. Seperti biasa Angga menghabiskan waktunya di kolam renang, sedangkan Feesa berkutat dengan beberapa pekerjaan rumah."Mereka masih saja menjaga jarak. Baiklah, aku sudah lelah menasehati Angga. Kini giliran kiat jitu pesona wanita yang bermain cantik dan manis-manis manja. Aku akan pensiun menjadi wanita cantik jika tidak bisa menularkan ilmu pengait suami kepada menantu kesayanganku." Lina tersenyum tipis, sejuta rencana licik yang dia susun sempurna telah dia mulai. Dia harus bisa memberi pelajaran kepada anak semata wayangnya yang sok jual mahal itu."Feesa, kamu ingat rencana kita kemarin, bukan?" ucap Lina saat menemui menantunya menjemur pakaian. Lina sebenarnya kasihan melihat perlakuan Angga terhadap istrinya sendiri, sudah berulang kali menasehati bahkan sampai marah-marah, tak kunjung juga berubah. Saatnya berma

    Last Updated : 2021-09-29
  • Rembulan yang Terluka   Penyamaran

    Part 7 penyamaranFeesa POVSelama kurang lebih dua puluh menit dihabiskan oleh ibu mertuaku untuk merias penampilan diriku. Aku memuji kelincahan tangannya yang menari-nari lincah bagaikan perias handal."Gini-gini mama juga pernah ikut lomba rias pengantin lho. Lumayan juara dua, saat itu dapat uang lima ratus ribu. Mama senengnya bukan main." ucap Mama sambil merapikan rambutku. "Nah selesai, perfect. Dia tidak akan mengenali siapa kamu sebenarnya," ucap Mama dengan antusias. Aku mematut diri di cermin, aku bahkan tidak bisa mengenali wajahku sendiri. Sungguh luar biasa mama mertuaku ini. "Sebenarnya, pada dasarnya kamu ini sudah cantik, tinggal poles dikit pada bibir dan mata saja sudah terlihat luar biasa.""Mama bisa saja deh!" Aku tersipu malu"Ma, tapi kenapa bajunya gini amat?" Aku merasa risih, sebab hanya mengunakan celana pendek yang biasa disebut hotpants rawis dengan tank top bertali spaghetti, yang menutup aset mili

    Last Updated : 2021-09-29
  • Rembulan yang Terluka   Terpikat

    Part 8 TerpikatAngga POVDengan sedikit sebal aku menuruti keinginan Mama untuk menyerahkan sebuah benda dalam sebuah kotak berwarna gold. Mungkin isinya adalah emas atau perak tak tahulah. Yang pasti sebenarnya aku sangat enggan diperintah seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, mama yang memaksa. Setiap hari minggu, aku lebih suka menghabiskan waktu dengan nongkrong bersama teman-teman. Lucu juga sih, aku punya istri, dan seharusnya sebagai penggantin baru, memilih menghabiskan waktu bersama istri yang tercinta, mengurung diri di kamar.Kini aku sudah sampai di tempat tujuan. Bermaksud mengantar barang pesenan mama sebelum bertemu teman-teman. Kalau tidak diantar terlebih dahulu, mungkin bisa ceramah tujuh tahun lamanya.Beberapa menit aku mengetuk pintu, tidak kunjung ada respon. Aku mengetuk lagi, menengok jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Lama sekali! Pikirku.Seorang bidadari berambut blonde, kulit kuning lang

    Last Updated : 2021-09-29
  • Rembulan yang Terluka   Dua karakter berbeda

    Part 9 Dua karakter berbeda.Feesa POV"Dalam karakter Nana, kamu adalah wanita penggoda yang tidak peduli akan keharmonisan rumah tangga orang lain. Kamu harus melakukan ini Feesa, rumah tangga kalian adalah tujuan utamanya. Setidaknya, jika Angga tidak tertarik kepada istrinya, dia terhindar dari zina, sebab tidak lagi berhubungan dengan wanita lain. Jeratlah dia dengan cintamu saat menjadi Nana agar tidak ada ruang bagi wanita lain," ucap mama saat mengajariku kemarin. Dan kali ini, aku sudah membuktikannya. Apakah aku salah? Apakah aku bisa menjalankan peran ini?Sampai sejauh ini peranku sudah berjalan sesuai rencana. Aku bahkan tanpa malu lagi duduk di pangkuan Mas Angga, setelah dengan beraninya mengungkapkan cinta. Aku malu luar biasa, tapi drama ini harus tetap berjalan."Tapi bagaimana aku bisa percaya kepadamu? Apakah kau bisa membuktikannya?""Apa kau akan meninggalkan istrimu dan memilih diriku jika aku bisa mem

    Last Updated : 2021-09-30
  • Rembulan yang Terluka   Arti Bahagia

    Part 10 arti bahagia.Angga begitu bahagia pagi ini, semalam matanya sulit terpejam, dia rindu dan juga ingin bertemu dengan gadis pujaan yang selalu terbayang di pelupuk matanya. Hingga jam menunjukkan pukul sepuluh malam.*Hai, Mas Angga! Bagaimana kabarmu? Maaf, aku baru bisa mengirim pesan kepadamu*Angga sendAngga sudah bisa menduga siapa yang mengirim pesan kepadanya. Hatinya senang luar biasa. Diapun segera membalas.*Kabar baik cantik,*Nana sayang send.Didalam kamar, Feesa yang menyamar sebagai Nana tersipu malu. Beginikah rasanya punya selingkuhan. Membatin sambil menggigit bibir bawahnya. Satu detik berikutnya, muncul notifikasi baru.*Kamu sendiri, apa kabar? Katanya cinta, tapi kenapa lama hubunginya?* Emoji ngambek.Nana sayang send*Aku juga merasa kurang baik, karena merindukanmu. Maaf! Aku sedikit sibuk belakangan ini. Tapi lain kali, aku akan lebih memperhati

    Last Updated : 2021-09-30
  • Rembulan yang Terluka   Siapa Dia

    Part 11Sejak bertemu dengan gadis yang bernama Nana, entah mengapa hatiku semakin tidak menentu. Rindu yang menggebu kadang membuatku uring-uringan. Terlebih lagi, Nana lumayan sulit untuk aku hubungi. Hanya di waktu tertentu saja nomernya aktif, sedangkan wajah cantiknya yang bagaikan bulan purnama, selalu menghantuiku setiap saat.Terpaksa aku menceritakan semuanya kepada Viki. Dia teman selalu ada untukku, juga asisten yang rajin dan giat bekerja. Entah kenapa dia begitu terlihat kesal kali ini. Adakah kesalahan yang aku buat terhadapnya? Entahlah. Memang aku akui, aku adalah pria beristri. Tapi bukan begitu yang sebenarnya. Hatiku sulit sekali menerima keberadaan Feesa. Meski sebenarnya aku sudah tergantung kepadanya. Mulai dari menyiapkan baju dan semua keperluanku sehari-hari, makan ataupun minum. Bahkan kerap kali dia memperhatikan diriku melalui pesan singkat WhatsApp meski tidak pernah aku balas. Jahatkah aku? Kukira tidak! Itu adalah

    Last Updated : 2021-10-04
  • Rembulan yang Terluka   Hasrat

    Part 12 HasratAku begitu bahagia karena hari yang aku tunggu akhirnya telah tiba. Selama beberapa hari belajar make up bersama mama mertua dan seorang ahli make up artis, dengan mudahnya aku bisa membuat wajahku mempesona. Tidak butuh waktu lama untuk mempraktekkan ilmu yang aku pelajari dari mama."Sayang, mungkin dua bulan belakangan ini mama akan jarang datang menemuimu. Mama harus menemani papamu untuk melakukan kegiatan sosial di beberapa daerah. Selain itu, beberapa program kerja yang tidak bisa lagi ditunda. Jadi, selebihnya akan mama serahkan rencana ini sepenuhnya kepadamu. Semoga sukses. Mama berharap, rumah tangga kalian akan baik-baik saja setelah kalian bersatu. Maaf! Jika mungkin ajaran mama ini kurang tepat. Tapi mama tidak bisa membiarkan kalian diam saja tanpa ada yang mulai. Mama tidak ingin ada perceraian diantara kalian." ucap mama saat menemuiku di apartemen."Aku akan berusaha untuk menjaga rumah tanggaku Ma! Terima

    Last Updated : 2021-10-09
  • Rembulan yang Terluka   Aku cintai

    Part 13 Aku Cintai"Kau baru saja menyebut nama istrimu itu!" aku pura-pura merajuk, padahal dalam hati sangatlah bahagia. Berharap nama Feesa sudah terlukis di hatinya."Aku membencinya!" Dadaku terasa pilu kembali mendengar kejujurannya. "Pernikahan tanpa cinta dan bahkan hanya kebencian yang aku rasakan. Pernikahan yang sangat menyakiti harga diriku. Orang-orang menghinaku tanpa mau tahu kebenarannya. Dan wanita itu, mengambil semuanya dariku. Kasih sayang orang tuaku, kepercayaan semua orang dan terakhir adalah harta." Aku tidak kuasa mendengar ungkapan hatinya lebih jauh lagi. Kuberanikan diri untuk memeluknya.Terlihat kerapuhan Mas Angga yang tidak bisa menolak keadaan. Adapula kebencian yang dalam untuk Feesa, entah mengapa cintaku membuat diriku melemah. Harusnya aku tidak terperdaya oleh rasa pilu miliknya, namun nyatanya, aku tak tega melihatnya terluka, meski hatiku sendiri pedih karena dibenci oleh seseorang yang seharusnya paling

    Last Updated : 2021-10-10

Latest chapter

  • Rembulan yang Terluka   Angga penasaran

    "Angga, dimana Feesa? Kenapa sejak tadi mama hubungi tidak juga dijawab? Apakah dia sama kamu?" Selalu saja yang ditanyakan adalah menantu kesayangan itu. Posisiku tergeser sejak kedatangan perempuan bernama Feesa. Aku hanya menjawab"Ya" "Ajak dia makan malam di rumah ya. Besok kita berangkat sama-sama ke pesantren." "Ya!" jawabku lagi. Sambil terus mengawasi Feesa tengah asyik bersama seorang pria. Tunggu, aku seperti mengenal postur tubuh itu, siapa ya. Lihatlah bagaimana cara mereka berbincang gestur tubuh mereka bergetar pasti obrolan yang menyenangkan. Aku ngedumel sendiri. Sambil mendengarkan celotehan mama yang semakin membuatku panas dalam. Beruntung mama menyudahi panggilan. Tunggu! Feesa juga sudah menghilang dari sana. Kemana dia?"Lagi cari siapa, Mas?"Nyawaku hampir saja hilang dari raga. Dia tiba-tiba muncul di belakangku seperti hantu. Aku pun bertanya sejak kapan dia di sana. Lihatlah wajah polos tak bersalah itu. Dia masih saja bawa kresek. Apa itu makanan untu

  • Rembulan yang Terluka   Kemana dia

    "Kemana perginya mereka?" gumam Angga menelusuri lorong rumah sakit hingga sampai bagian depan. Melewati resepsionis begitu saja setelah mengedarkan pandangan. Tidak ada tanda apapun yang menunjukkan bahwa orang dicarinya berada di sana. Angga membawa langkah kakinya menuju parkiran. Sebuah kendaraan berwarna merah menyakinkan hatinya bahwa yang dicari masih berada di area rumah sakit.Rumah sakit ini terdiri dari tiga bagian. Pertama paling selatan adalah ruang IGD, ruang pendaftaran juga beberapa ruang pemeriksaan yang tiap ruangnya di tempati oleh dokter spesialis di bidangnya. Bagian tengah adalah apotik dan laboratorium. Sedangkan bagian Utara sedikit menjorok lebih jauh. Sekitar seratus meter dari jalan raya adalah kamar-kamar pasien rawat jalan. Kini Angga mencari ke arah berlawanan. Menuju masjid. Bangunannya berada tepat di samping rumah sakit. Melewati halaman yang lebih luas daripada halaman sebelumnya. Entah kenapa hatinya tiba-tiba menghangat kala melihat senyum menawan

  • Rembulan yang Terluka   Benarkah ini

    Author POV "Tolong teman saya, Sus! Dia mengalami kecelakaan!" Seorang pria berseragam putih begitu sigap mengambil bangsal darurat. Bersama Angga dia memindahkan Raga. Setelahnya hanya kesibukan para perawat yang saling berkejaran dengan waktu."Kau harus kuat, Ga!" kata Angga berulang kali dalam kecemasan. Tidak peduli apakah didengar Raga ataupun tidak. Biar bagaimanapun mereka pernah melewati hari yang menggembirakan bersama. Angga mengingat momen yang pernah mereka lewati dengan suka dan duka. Mereka pernah sangat akur hingga mengerti kepribadian satu sama lain."Bagaimana kau akan bersaing denganku jika belum bertarung saja kau sudah kalah?" Tertawa sumbang. Segera dia hapus air mata yang hampir saja jatuh. Gengsi jika Raga melihatnya. Ruang UGD telah dibuka seluruhnya. Anggga menghentikan seseorang berpakaian biru petang lengkap dengan penutup kepala. Kebiasaan di rumah sakit sana jika beberapa dokter ahli bedah mengenakan pakaian itu."Dokter! Selamatkan teman saya. Lakuka

  • Rembulan yang Terluka   Kecelakaan

    "Kamu baru datang dan ingin pergi lagi?" tanya Nana sambil bergelayut manja di lenganku. "Mau bagaimana lagi, Sayang. Pekerjaan ini juga sangat penting." Aku beberapa kali mendapat telepon dari ayah mertua. Meski aku tidak terlalu akur dengan anaknya, tapi aku juga masih punya akhlak untuk tetap hormat padanya. Lagipula, entah apa yang yang terjadi, kali ini aku tidak ada keinginan untuk berlama-lama bersama Nana. Di pikiranku selalu ada Feesa. Ada rasa bersalah dan juga rasa yang aku sendiri tidak mengerti. Selain hal itu, aku harus memastikan bahwa Feesa benar-benar ada di rumah atau tidak. Ku akui keduanya memiliki paras yang sama-sama cantik. Hanya saja, Nana suka dandan dengan make up tebal. Dan Feesa...ah, kenapa juga aku mengingat dirinya. Kecurigaan ini pun semakin membuatku dirundung rasa penasaran yang dalam. Aku bahagia bersama Nana. Tapi, untuk kali ini kenapa aku merasa bersama Feesa? Sungguh perasaan yang membuatku dilema. Apakah karena rasa bersalah membuatku terus

  • Rembulan yang Terluka   Apa?

    POV Angga. Sungguh lelah rasa batin ini menunggu pertemuan yang menurutku sangatlah lama. Membuang waktu saja. Tuan Gibran Candra bahkan sangat arogan hingga meninggalkan meeting di tengah jalan. Tuan Gibran lebih memilih break ketika suara adzan berkumandang. Mau tidak mau aku ikut juga dengannya ke musholla yang berada di lantai bawah. "Aku senang bisa bekerjasama dengan orang yang selalu mengingat Tuhannya." Ucap Tuan Gibran yang aku sangkakan bahwa perkataannya hanya untuk memuji tentang adanya musholla di antara gedung perkantoran ini. Dan mungkin saja dia berpikir jika atasan dari gedung ini, yaitu diriku, pastilah ahli ibadah.Padahal, musholla itu sudah ada sebelum aku yang menjabat sebagai Presdir. Tentu saja papa lah yang mengatur semuanya atau bisa jadi malahan kakek."Saya bukanlah ahli ibadah seperti yang Tuan kira!" jawabku sambil tersenyum. Aku melihat wajah teduh Tuan Gibran yang nampak bercahaya dalam basuhan air wudhu. Umur dan wajahnya sangatlah tidak sinkron. Bel

  • Rembulan yang Terluka   Part 23 Ingat istri

    Ingat Istri Angga POV "Bos, pagi ini kita akan kedatangan klien penting dari PT Pesona Maya. Dan kabar baiknya adalah. Tuan Gibran Candra yang akan meeting dengan kita nanti siang" Viki dan Viona menjemput pagiku dengan wajah sangat sumringah. Berbeda denganku yang sebenarnya sangatlah tidak ada mood. Nana telah menghilang entah kemana. Sejak pertemuan kita di minggu terakhir yang lalu, dia sama sekali tidak ada kabar lagi. Dan istriku Feesa. Kenapa aku baru menyadari bahwa dia memiliki wajah yang mirip dengan Nana? Aku mencoba beberapa kali menghubungi Nana. Nihil. Bahkan pesanku pun tidak kunjung dia balas. "Bos, bagaimana? Apa tidak sebaiknya kita bersiap mulai sekarang? Aku banyak mendengar jika Tuan Gibran sangat sulit untuk didekati. Tapi kali ini, beliu sendiri yang berkenan hadir menemui kita. Ini adalah suatu keberuntungan." "Itu benar, Bos. Tuan Murad yang menelepon beberapa menit yang lalu. Beliau mengatakan jika Tuan Gibran akan datang secara langsung guna membica

  • Rembulan yang Terluka   Keheningan

    "Aku ingin bertemu denganmu tapi tidak mungkin!" tangisku semakin pecah. Bahkan aku mulai sesenggukan. Entah kenapa rasanya begitu sulit berpura-pura."Apa hanya itu?" Sepertinya Saroh tidak percaya padaku.Kuusap sekali lagi pipiku yang basah. Mencoba mengatur nafas beberapa kali dan dengan susah payah akhirnya bisa menguasai diri kembali."Aku hanya merindukanmu. Kenapa kau tidak percaya padaku?" kataku di sertai senyuman."Masak!""Kau ini! Apa aku terlihat berbohong?" rajukku dengan menggerakkan mulut seperti bebek."Entahlah!Aku juga heran kenapa kali ini aku kurang percaya padamu.""Tentang?""Semuanya! Terlebih lagi tentang pernikahanmu. Aku tidak pernah melihat suamimu satu kali pun."Seketika tubuhku menegang. Kali ini aku benar-benar merasa telah melakukan kesalahan dengan menerima panggilan video dari Saroh di rumah. "Itu...a aku.""Mana suamimu?" Belum kelar aku menemukan sebuah alasan, Saroh kembali membuatku panik dengan pertanyaannya."Di- Di- dia sedang istirahat!""

  • Rembulan yang Terluka   Bisakah bicara

    Part 21 Feesa POV Mungkin angin telah berubah haluan musim hujan sudah mulai menyapa. Bergilir angin sepoi-sepoi berganti arah. Semilirnya menyejukkan hati yang semula terasa kering. Mungkin aku sudah bisa berharap pada pernikahan ini. Mas Angga sepertinya sudah mulai bicara kepadaku. Meski justru hal itu menimbulkan banyak pertanyaan di benakku. Ada apa gerangan? Mengapa tiba-tiba saja Mas Angga baik padaku? "Astaghfirullah! Seharusnya aku bersyukur dengan keadaan ini," gumamku sambil mengusap seluruh wajah. Kini aku duduk di sofa bawah jendela kamar. Dari lantai dua rumah ini, rembulan terlihat terang benderang hingga cahayanya masuk dan menembus kulit. Korden jendela sengaja tidak aku tutup. Sebuah note kecil berwarna hitam menarik perhatianku. Aku ingat benar semua rencana hidup telah kususun rapi selama satu tahun bersama Saroh. Dan bulan ini, ada satu hal yang harusnya aku lakukan bersama Satoh. Rencana untuk menyusul Saroh ke Jakarta. Sepertinya hal itu harus aku kuburkan

  • Rembulan yang Terluka   Orang asing

    "Bolehkah saya ikut gabung dengan kalian?" Tanpa sungkan orang itupun duduk diantara mertua dan menantu."Apa kabar, Tante?" Senyum secerah matahari terbit tercetak jelas di bibir Zalina. Wanita yang penuh kepalsuan. "Lama kita tidak jumpa." Jika dilihat dari gerakan tubuhnya, Zalina terkesan ingin memeluk Lina, namun dengan gerakan tangan Lina menolak mentah-mentah."Cukup!" Feesa tidak mengenal siapa wanita yang baru saja bergabung, hanya diam mengamati interaksi keduanya. Dia hanya menilai jika wajah Lina berubah suram semenjak kedatangan wanita yang baru saja duduk diantara mereka. Seperti ada kebencian yang tersirat."Pelayan, saya pesan makanan dan minuman yang sama dengan mereka berdua ini!" "Tidakkah kau merasa canggung duduk bersama orang asing?" ketus Lina. "Ah! Iya, aku lupa jika kau bahkan tidak punya rasa malu. Nona Zalina Penggoda." Lina tersenyum mengejek ala kelas atas. Bahasa tubuhnya terkesan anggun nan elegan namun kata-katanya menyakitkan.Feesa berpikir jika wan

DMCA.com Protection Status