Setelah memasuki tubuh salah satu warga desa, siluet hitam merah secara tidak langsung melihat kenangan orang yang dirasukinya. Dalam ingatan itu ia melihat seorang wanita dan anak perempuan."Shiva," kata siluet hitam merah.Ia juga melihat ingatan lain tentang percakapan orang yang dirasukinya dengan anak perempuan yang bernama Shiva."Apa anak-anak jahat lagi kepadamu?""He'em," kata Shiva sambil mengangguk, "tapi ada anak laki-laki yang membantuku.""Benarkah?"Shiva mendekapkan kedua tangannya pada dada. "Iya, namanya Han. Dia orang baik. Bahkan, mau mengobati lukaku. Cuma aku sedikit takut." "Takut kenapa?""Dia ... kelihatan tidak seperti anak-anak lain yang takut ke gua terlarang."Sosok siluet kembali sadar. Ada rasa penasaran dalam dirinya untuk bertemu dengan anak yang bernama Han. Ia juga menduga anak itu adalah tujuan sosok kegelapan yang telah kabur.Ia menggerakkan tangan kirinya memutar ke depan. Secara bersamaan muncul sebuat portal yang berwarna hitam. Portal yang t
Siluet hitam merah menyadari bahwa kekuatan yang dimilikinya belum pulih total. Bahkan, kemampuannya mengendalikan pikiran tidak berpengaruh kepada anak-anak. lantas ia menyuruh Shiva kembali ke rumah agar tidak membuat keributan.Kemudian siluet hitam merah membuat portal gerbang untuk menuju ke suatu tempat. Shiva yang melihatnya terkejut dengan hal yang terjadi di hadapannya. Gadis kecil tersebut mematung, tak menyangka ayahnya dapat melakukan hal itu.Sebelum siluet hitam merah berjalan ke portal, mendadak terdengar suara dari arah belakang Shiva.“Apa aku boleh menyerapnya?”Shiva terperanjat dengan kedua mata yang melebar. Jantungnya berdegup sangat kencang. Ia tak berani membalikkan badannya ke arah sumber suara.Shiva membatin sambil mengepal kedua tangannya. “Menyerap? Apa maksudnya?”Siluet hitam merah menoleh sedikit ke belakang. “Oh, rupanya kamu.”Terlihat sosok siluet hitam jingga berdiri tepat di belakang Shiva yang tampak ketakutan.“Jika itu anak kecil, kamu boleh mem
Wajah Han kini terlihat sangat terkejut setelah sosok kegelapan menceritakan kisah yang ada di dinding. Kejadian tiga ratus silam benar-benar membuat tercengang hingga dirinya tidak banyak berbicara.Meskipun begitu, Han belum mempercayai sosok kegelapan dan masih mewaspadai gerak-geriknya.“Apa dia bisa dipercaya?” Han bertanya dalam hatinya yang gelisah. “Namun, ke depannya dia akan sangat membantu untuk menghadapi bahaya.”Melihat Han yang termenung cukup lama, sosok kegelapan mengucapkan kata untuk memecah keheningan. “Jika kamu masih ragu padaku, akan kutuntun ke lokasi pedang phantom berada.”“Kamu pasti sudah tau apa isi pikiranku, bukan? Apa alasan aku harus mempercayaimu?” Mata Han menatap sosok kegelapan yang melayang.Sosok kegelapan menghela napas. “Aku tidak akan menyuruhmu mempercayai diriku seratus persen. Akan tetapi, di luar sana ada beberapa iblis yang perlu dihentikan agar tidak membunuh para phantom.”Han memejamkan kedua mata. Mulutnya terkatup setelah mendengar p
“Lari!”Dengan sigap Han langsung berlari menjauh dari pria yang mengincar nyawanya. Sesekali ia melihat ke belakang memastikan kembali sosok orang yang ia kenal sebagai ‘ayah Shiva’ itu hanya ilusi.“Apa yang terjadi dengan ayah Shiva?” tanya Han sembari berlari di lorong ruangan.“Dia telah dirasuki oleh Asmodeus.” Temuo mendesis berusaha menyamakan kecepatannya lari Han.Mendengar ucapan Temuo dengan nada kesal, Han menebak bahwa sosok yang mengejarnya adalah makhluk yang merepotkan bagi Temuo. Akan tetapi, pikirannya masih terganggu dan ingin memastikan bahwa makhluk yang mengejarnya itu bukan iblis yang diceritakan oleh Temuo.“Apa dia ... kuat?”“Tidak kuat saja, tetapi sangat mematikan.” Setetes keringat Temuo meluncur dari dahinya. “Dari ketiga belas iblis yang terkurung, dialah yang paling berbahaya.”Han menelan ludah saat mendengar perkataan tersebut. Dalam kondisi saat ini, dirinya dituntut berpikir cepat dalam mengambil keputusan.“Pasti ada cara mengalahkan dia,” ujar Ha
Asmodeus berjalan pelan menuju Han dan Temuo terkapar di tanah. Tampak dua tubuh yang telah dihanguskan dengan sihir apinya. Ada rasa puas di raut wajahnya, tetapi itu bertahan lama.Mendadak dua jasad orang tewas di depannya lenyap menjadi debu. Asmodeus menunjukkan ekspresi terkejut. Matanya melebar dan giginya mengertakkan giginya.“Apa? Bayangan?” Wajah Asmodeus berubah menjadi merah.Lalu ia melakukan sihir pendeteksi untuk mencari hawa keberadaan Han. Dirinya memejamkan mata sebentar dan membuka mata, tetapi percobaannya gagal, seolah ada yang menghalangi penglihatannya. Kini dirinya yakin bahwa di bawah reruntuhan itu ada sihir penghalang,Tiba-tiba dari arah belakang ada orang yang berlari. Asmodeus menoleh, matanya menangkap sosok yang dicari. Dengan cepat ia mengejar Han. Sampai di belokan lorong Asmodeus kehilangan jejaknya.Ia berdiri terdiam sejenak. Pandangannya menyapu seisi ruangan, tetapi tak menemukan Han. Mendadak dari belakang muncul sosok Han membelakanginya dan b
Tampak seorang pria tengah mengamati pemandangan di atas jembatan yang terbuat dari beton. Tubuhnya kurus dan tinggi, berdiri lesu memegangi pembatas jembatan. Kedua mata sayunya melihat jauh ke depan. Menunjukkan ekspresi wajah yang datar, murung, dan penuh kehampaan.Pandangannya lalu beralih ke arah kalung kartu tanda karyawan, yang bertuliskan nama ‘Han Reynard’. Beberapa saat, ia mengarahkan kalung pengenalnya ke depan. Dan hal selanjutnya, kalung pengenal tersebut dilepaskan dari genggaman dan hanyut mengikuti arus sungai di bawahnya. Terpampang sangat jelas di wajahnya sebuah beban pikiran yang dipikulnya. Diberhentikan paksa dari perusahaan tempat bekerjanya, tak mendapat uang pesangon, dan kini ia kebingungan ingin kerja apa.Lebih buruk lagi posisi keuangannya sedang menipis, habis untuk membayar kost dan mengangsur utang bank. Sekilas di kepala pria berambut hitam itu berharap dirinya akan mendapat sebuah koper berisi penuh uang lembaran kertas. Dan pikiran liar yang lain j
Tak pernah terbayangkan oleh Han, bahwa hidupnya telah berakhir dengan mengenaskan. Banyak pertanyaan yang berlalu-lalang di kepalanya. Bagaimana nasib dirinya selanjutnya?Di dalam kegelapan yang tak terhingga, Han mengambang di udara. Ia mencoba membuka mata, menatap kedua tangannya. Tubuhnya tidak merasa panas ataupun dingin. Namun, hatinya tak merasa tenang karena masih memikirkan utang dan masalah yang belum diselesaikannya.“Apa ini neraka?” Han membatin dengan wajah murung. “Tidak kusangka, hidupku bad ending.”Perlahan muncul tawa dari Han, lalu berangsur menjadi isak tangis. Tiba-tiba dari arah tak diketahui, muncul suara orang lain dengan bahasa yang tidak pernah Han dengar sebelumnya.“Kpe de enu, loluto. Egbo nie vie.” (Bertahanlah, Sayang. Kurang sedikit lagi)“Eh ... apa?” Han berhenti menangis dan pandangannya mencari sumber suara itu.“Eveam nuto ... edze abe nyemegate nu xoe o vie.” (Sakit sekali ... aku sepertinya tidak sanggup lagi.)Han semakin bingung tentang apa
Semenjak kejadian kecelakaan di dunia sebelumnya, Han telah pasrah dengan nasibnya di dunia akhirat. Sedikit bimbang tentang utang-utangnya, tetapi di sisi lain ia merasa lega karena telah menyelamatkan nyawa anak kecil. Jika boleh sedikit egois, ia ingin membuat tawaran untuk keringanan siksaannya dengan perbuatan mulia di saat akhir hidupnya.Namun, sebelum itu terjadi, entah kenapa Han terlahir kembali menjadi bayi yang bukan manusia, melainkan bayi ras Phantom. Sebuah makhluk yang sering disebut hantu di dunia ini. Ia mulai membiasakan diri hidup sebagai ras yang baru ia ketahui dalam hidupnya. Kebanyakan orang-orangnya memiliki ciri fisik yang sama. Berkulit putih pucat dan ada tanduk di dahi setiap orang.Awalnya Han mengira orang tua dan dirinya adalah orang yang memiliki kelainan fisik, rupanya ia keliru tentang pandangan itu. Ketika ia sering dibawa oleh Mawuli—ibu kandung Han saat ini—pergi berbelanja ke pasar yang tidak jauh dari rumah, alangkah terkejut dirinya bahwa bukan