Share

Bab 162. Pesan Cinta

Penulis: Dewiluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-27 19:06:08

Amira menatap handphone kecil di tangan miliknya. Itu handphone yang diberikan oleh Raga diam-diam saat di mobil tadi.

“Kenapa coba dia kasih ini?”

Amira menyempatkan diri untuk melihat ke kanan kiri. Dia bahkan mengunci pintu rumahnya sebelum memeriksa handphone itu.

“Nyalain dulu aja,” ucap Amira sambil berusaha menahan rasa penasarannya.

Ponsel lipat yang memang berukuran lebih kecil dari tangan Amira, kini terbuka. Amira memperhatikan layarnya yang berpendar.

“Ini handphone baru?”

Amira hendak mencari tahu lebih banyak saat pintu rumahnya diketuk.

“Pesanan atas nama Amira!”

Amira pun membuka pintu. Dia mendapatkan sebuah paper bag besar dari sang kurir.

“Makasih,” ucap Amira seraya menutup pintu kembali.

Paper bag itu masih di tangan Amira ketika handphone miliknya berbunyi nyaring. Tangan Amira meraih handphone tersebut. Dia mendapati nama Raga tertera di layar.

“Udah sampai makanannya?” Tanya Raga di nada sambung pertama.

“Udah, kenapa?” Sambil menjawab, Amira membawa p
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 163. Sleep Call

    Meski hari sudah larut, rasa kantuk Amira hilang seketika. Sekarang dia sibuk berbalas pesan dengan Raga, sambil menelepon. “Udah ngantuk banget?” Tanya Raga dari seberang. Amira menggeleng. “Enggak. Udah enggak ngantuk lagi.” Amira mengucapkan jawaban jujur, tapi Raga malah terkekeh. “Udah enggak ngantuk … berarti sebelumnya ngantuk, dong.” Amira tidak mau mengakui. Dia diam saja. Tangannya masih sibuk mengetik balasan di handphone kecilnya. Mereka memang sedang melakukan pembicaraan dua jalur. Satu jalur panggilan lewat smartphone, sementara satu jalur yang lain lewat pesan singkat di handphone lipat baru milik Amira. [Udah cari tau tentang asisten baru lo?] Amira menunggu sebentar sebelum ada balasan lain yang masuk dalam handphone lipat kecil miliknya. [Udah. Enggak ada yang aneh. Leon udah kerja lama sama kakek. Emang lo liat apa?] Amira memang belum mengatakan apa yang dia lihat. Kecurigaan Amira membuat dia tidak mau bicara terlalu banyak di depan Leon. [Asiste

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 164. Seorang 'W'

    Semalam, Amira terlalu sibuk meladeni mulut manis Raga sampai dia tertidur. Amira benar-benar mengalami apa yang disebut sleep call untuk pertama kalinya. “Yah, baterainya habis,” ucap Amira sambil menatap handphone miliknya yang mati total saat dia terbangun di pagi hari. Entah sampai kapan handphone itu menyala. Amira tidak bisa mengingatnya. Apakah Raga yang memutuskan panggilan mereka atau handphone Amira yang terlanjur tewas. “Cas dulu.” Amira beranjak dari tempat tidur. Dia menghubungkan ponsel pintarnya dengan pengisi daya. Saat itu, tangannya tak sengaja menyenggol handphone yang lain. “Ah, gue lupa. Semalam enggak balas pesan yang di sini.” Amira mengecek ponsel lipat itu. Layarnya menyala menampilkan pesan di kotak masuk. [Nama keluarga gue Wijaya. W itu bukannya kakek gue? Nama kakek gue Heri Wijaya.] [Bisa aja Leon lagi ngabarin ke kakek.] Amira mendengus. Tentu saja dia sudah memikirkan kemungkinan itu. Masalahnya adalah, isi pesan itu tidak seperti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 165. Investigasi Dadakan

    Teriakan Raga membuat Leon mengetuk pintu rumah Amira dari luar. Raga menggerutu. Harusnya dia tidak berteriak sekeras itu. "Tuan Raga? Apa terjadi sesuatu?" Amira dan Raga saling memandang. Mereka sekarang bingung karena mendapatkan ketukan dari luar. Sepertinya, Leon curiga dengan teriakan Raga. “Tuan? Apa Tuan Raga baik-baik saja?” Leon berteriak lagi dari luar. Dia tampak tidak sabar. “Tuan! Saya buka pintunya sekarang!” Merasa tak ada waktu yang tersisa, Raga langsung membuka pintu. Dia terpaksa harus melakukannya, jika tak ingin pintu rumah Amira dijebol paksa oleh Leon. “Gue enggak apa-apa,” jawab Raga singkat. Raga memalingkan wajahnya cepat. Tak ada yang bisa Raga lakukan selain menghindar dari tatapan Leon. Dia tak mau membuat Leon curiga dengan ekspresi wajah yang belum bisa dia kendalikan saat ini. “Sorry.” Amira berinisiatif untuk mengalihkan perhatian. “Gue enggak sengaja nginjek kaki Raga,” ucap Amira pada Leon. Amira menambahkan sedikit bumbu agar Leon

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 166. Hubungan Dua Cowok

    Di mobil, Raga duduk di samping Amira seperti biasa. Leon fokus menyetir karena memang mereka sudah terlambat dari jadwal seharusnya. “Oh, iya.” Raga mengulurkan tangan mengambil tas Amira yang sebelumnya dia simpan di kursi mobil. “Ini tas lo.” Amira tersenyum senang. Dia bersyukur tasnya bisa kembali. “Makasih udah dicariin.” Tangan Amira langsung membuka tas, memeriksa isi di dalamnya. Amira menghela lega saat melihat dompet miliknya aman di sana. Semua barang-barangnya yang lain juga ada. “Eh?” Tangan Amira mendapati satu benda asing di dalam tasnya. “Power bank? Punya siapa?” Dahi Amira berkerut. Tatapannya langsung tertuju pada Raga. “Ya dari gue, lah.” Raga memberikan senyum lebar. Raga pun ikut meraih tas yang dia bawa. Tangannya mengeluarkan satu power bank yang sama persis seperti milik Amira. “Gue beli couple,” ucap Raga bangga. Raga mendekatkan power bank miliknya dengan milik Amira. Sama persis. Hanya saja milik Amira berwarna putih, sedangkan punya Raga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 167. Jangan Cepu!

    Selama tiga hari penuh Amira bersabar untuk melakukan rawat jalan ke rumah sakit. Saat berangkat, dia akan diantar Raga. Pulangnya, Amira akan ditemani Evan.Begitu terus, sampai akhirnya dokter mengucapkan kalimat yang sudah Amira tunggu-tunggu. "Asalkan tidak melakukan aktivitas berat dan istirahat cukup selama perjalanan, tidak akan ada masalah dengan lukanya.""Yes!" Amira berseru senang. Sedikit terlalu keras karena dokter sampai terkekeh melihat Amira yang bersemangat. Ruang periksa di dalam rumah sakit jadi penuh dengan rasa bahagia berkat senyum Amira."Terima kasih, Bu Dokter." Amira berpamitan setelahnya. Dia bergegas melangkah ke luar ruang periksa. Di depan pintu, ada Evan yang sedang menunggu seperti biasa. Amira langsung menghampiri Evan dan mengajaknya pulang. "Seneng banget kayaknya." Evan tidak tahan berkomentar karena Amira terus saja membuat senyum lebar di wajah. Evan yakin, ada satu hal bagus tentang Amira. "Ya! Dokter bilang gue udah baikan. Gue enggak perl

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 168. Jadi?

    Setelah kemarin Amira memperingatkan Evan berkali-kali, akhirnya pagi ini Amira bersiap. Sengaja, Amira bangun sangat pagi. Dia sarapan dan juga membuat bekal untuk di perjalanan. Bukannya Amira tidak suka jajan, dia hanya tidak ingin mampir ke tempat mana pun saat di kampung halamannya nanti. "Bentar! Gue harus bawa minum juga."Tangan Amira meraih botol minum. Dia memasukkannya ke dalam tas bersama dengan bekal makanan, obat, power bank, dan dua handphone miliknya. "Oke. Harusnya udah semua." Sekali lagi, Amira memastikan isi tasnya. Dia tidak mau sampai ada barang yang tertinggal. Sebelum pergi, Amira menyalakan lampu teras. Dia akan pulang malam, jadi lebih baik membiarkan lampunya tetap menyala. "Tinggal jalan ke depan, terus naik taksi," gumam Amira pada dirinya sendiri. "Masih ada banyak waktu sebelum jadwal berangkat, jadi bisa santai."Amira melangkah perlahan. Dia menikmati udara pagi yang masih cukup segar meski tinggal di kota metropolitan. Amira memperhatikan langka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 169. Sudahlah

    Amira menatap mobil di depannya dengan kedua tangan terlipat di dada. Beberapa kali dia menghela napas sambil menggeleng. “Kalian yakin, enggak ngerencanain ini semua?” Tanya Amira, penuh tuduhan. Tepat di depan gang rumah Amira, di sisi jalan, sebuah mobil besar terlihat. “Ini enggak mungkin bawa mobil gede begini kalau enggak disengaja.”Amira menatap mereka satu-persatu, mencari tahu siapa yang membawa mobil keluarga dengan logo huruf L di depannya. Mobil hitam yang terlihat mentereng, membuat mata Amira silau. Sekali lihat saja, Amira bisa menebak harga mobil mewah itu. Pasti lebih dari ratusan juta, mungkin satu milyar?“Bukan saya.” Reynald yang menyahut. Jarinya menunjuk satu buah mobil hatchback yang terparkir di belakang mobil hitam itu. “Yang itu mobil saya.”Amira menepuk dahinya tak percaya. Dua mobil bahkan lebih buruk daripada satu. “Yang itu mobil gue,” jawab Evan sambil terkekeh. Yah, dia memang sengaja membawa mobil besar. Tentu saja agar Amira nyaman, plus bisa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 170. Teman vs Teman

    Amira menatap tak percaya ke arah Raga. Di dalam mobil yang sedang melaju ini, di saat mereka tidak hanya berdua, Raga mengucapkan kalimat seperti itu. Suasana langsung berubah canggung. Amira bahkan tidak berani menebak bagaimana wajah Evan dan Michelle. Semoga saja Alex dan supir Evan tidak mendengar percakapan mereka dari kursi depan. "Lo mau ngapain bawa Amira ke kamar?" Tidak mungkin Evan tetap diam saat dia mendengar kalimat seperti itu."Jangan bilang kalian udah–""Enggak!" Amira memotong tuduhan Evan. Tangan Amira terulur menepuk lengan Evan kesal. Matanya memicing sinis pada Evan."Emang di mata lo, gue cewek kayak gitu?"Sekarang gantian tatapan Amira tertuju pada Raga. "Elo juga, sih! Jangan ngucapin kalimat yang bisa bikin orang salah paham!"Raga seringkali seperti itu. Membuat kalimat ambigu yang berujung pada keadaan canggung seperti sekarang. Cemberut, Raga tidak terima dimarahi Amira. Sudah jelas dia yang harusnya marah sekarang. "Habisnya lo enggak bisa diem!"

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01

Bab terbaru

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 185. Kejutan untuk Amira

    “Anak-anak, duduk di tempat kalian!” Sapaan dari Sonya, membuat siswa kelas XI duduk.Amira menoleh sekilas ke belakang. Dia memastikan teman-teman sekelasnya sudah duduk, sebelum memimpin salam. “Terima kasih, Amira,” ucap Sonya kemudian. “Ibu sebelumnya bingung memilih ketua kelas untuk kelas gabungan baru ini,” aku Sonya, jujur. “Tapi sekarang Ibu bisa lega. Sepertinya Amira yang akan menjadi ketua kelas.”Tatapan Sonya tertuju ke seluruh siswa yang duduk di depannya, memastikan. “Apa ada yang keberatan jika Amira yang menjadi ketua kelas?”Terdengar hening. Tidak ada suara sama sekali. Sepuluh orang yang ada di dalam kelas tidak mengeluarkan suara. Sonya mengangguk kemudian. Dia juga sama tidak keberatannya seperti siswa yang ada di dalam kelas. Sonya sangat setuju. Amira bertanggung jawab dan mampu memimpin kelas dengan baik seperti yang sudah-sudah. “Baiklah. Ibu anggap kalian setuju. Untuk selanjutnya, Amira yang akan menjadi ketua kelas. Lalu ….” Sonya mengangkat daftar ab

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 184. Kelas Baru

    “Akhirnya!” Michelle berseru senang. Tangannya menyenggol Amira, sambil menunjuk ke arah panggung yang ada di depan mereka. “Kita masuk sekolah lagi!” Seru Michelle senang. Entah sudah berapa kali gadis itu mengatakannya. Amira bahkan sudah tidak menghitung. Sejak pertama Amira masuk ke wilayah Laveire, dia sudah melihat Michelle, menunggunya di lorong.Michelle langsung mengambil alih Amira yang memang datang ke sekolah bersama Raga. Dia memonopoli Amira sampai mereka duduk di aula. “Ini emang lama begini?” Raga yang sedari tadi sudah menahan diri, akhirnya mengomel juga. “Mau kasih pengumuman apa sih?” Tanya Raga, tidak sabar. Mereka diminta berkumpul di aula sejak tadi, tapi tidak ada yang terjadi. “Enggak tau,” jawab Michelle sambil mengangkat bahu. “Tadi Evan bilang dia juga lagi sibuk siapin pengumuman.”Akhirnya, Raga hanya bisa mengeluh. Apa yang dia lakukan, tak jauh berbeda dengan murid lain yang duduk di aula. Memang tidak ada banyak murid yang kembali masuk ke Lavei

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 183. Foto dan Kebersamaan

    “Kita belum pernah foto bareng!” Amira tertawa. Dia mengikuti langkah Raga, masuk ke dalam kotak photobox bersama. “Padahal kita ketemu hampir setiap hari. Kenapa ya?” Tanya Amira sambil berkedip tak percaya. Raga menyambut dengan senyum lebar. Dia menghampiri mesin photobox dan mulai menekan beberapa tombol. Amira, yang memang tidak pernah menggunakan mesin seperti itu, membiarkan Raga yang mengambil alih. “Di sini,” ucap Raga setelah dia selesai dengan mesinnya. Raga meminta Amira mendekat padanya. Jarinya menunjuk ke arah layar besar di depan mereka. “Liat ke kamera.”Tampilan wajah Amira dan Raga terlihat jelas di depan keduanya. Sekarang, Amira jadi malu sendiri melihat wajah mereka. “Senyum, dong.” Raga menoleh ke arah Amira yang tegang. Raga menggerakkan tangannya, mencubit pipi Amira gemas. “Lo lebih cantik kalau senyum.”Amira sedikit terkejut saat tangan Raga merangkulnya. Dia sampai menoleh, menatap dengan tatapan protes. Timer di mesin menyala. Hitungan mundur dimu

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 182. Arcade

    “Kok enggak bangunin gue?” Gerutu Raga, kesal.Dia baru membuka mata saat lampu menyala. Tempat duduk di dalam studio bioskop bahkan hampir kosong. Tersisa tak lebih dari tujuh orang, selain Amira, Raga dan Alex. “Lo pasti capek.” Amira berdiri duluan. Dia mengulurkan tangan, mengajak Raga ikut berdiri. “Lagian filmnya juga enggak seru-seru amat,” kilah Amira. Amira tidak salah. Di matanya, film itu tidak seru, karena dia lebih fokus memandangi Raga. Namun, bagi Raga tidak begitu. Dia berdecak keras, wajahnya menunjukkan kecewa. “Balikin waktu dua jam gue! Ulang!”Amira tertawa. Dia menarik Raga mendekat. “Jangan marah-marah. Masih banyak waktu.”Raga tidak menolak saat Amira mengajaknya masuk ke arcade di dalam mall. Di sana, Raga bisa melihat ada deretan mesin permainan, photobox, bahkan roller coaster kecil yang melintas di atas kepala mereka. “Mau naik itu, enggak?” Ajak Amira sambil menunjuk. Mungkin mereka memang tidak bisa pergi ke taman bermain yang sebenarnya. Amira memp

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 181. Semoga Seterusnya

    “Gue juga mau tandain lo sebagai punya gue.”Amira menatap Raga lekat, membuat suasana hening di antara mereka. Hanya ada sedikit pengunjung yang berlalu-lalang di dalam toko, membuat Raga mengambil kesempatan untuk memeluk Amira sekilas. “Makasih,” jawab Raga. “Gue seneng lo sesayang itu sama gue. Gue juga suka sikap posesif lo.”Merasa dimiliki itu menyenangkan. Terlebih untuk Raga. Dia jadi semakin yakin jika perasaannya dan Amira sudah ada di jalan yang sama, dengan besar yang tak berbeda.“Sama-sama.” Amira menunjuk ke arah deretan pakaian. “Jadi, sekarang ayo kita pilih bajunya.”Amira dan Raga ternyata memiliki selera yang tidak berbeda. Hoodie couple berwarna hitam dengan tulisan King dan Queen menjadi pilihan mereka. Untuk sepatu, Amira sengaja memilih sneakers berwarna hitam juga. Dia ingin sepatu yang bisa mereka pakai sama-sama di sekolah. “Nanti buat kalungnya, gue yang pilih ya,” ucap Raga pada Amira. “Boleh.” Amira membiarkan Raga memilih model yang cowok itu suka.

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 180. Iya, Sayang

    “Dasar.” Amira menggeleng tak percaya. “Genit,” ucapnya dengan sengaja.Amira suka menggoda Raga dengan julukan yang dia berikan saat mereka pertama kali bertemu. Panggilan yang mampu membuat Raga mendelik kesal padanya. Amira tidak akan pernah mengaku pada Raga jika dia menyukai tatapan keki sang pacar.“Berhenti bilang gue genit!” Raga berucap sambil menunjuk. “Gue enggak genit, ya! Yang barusan itu memuji. Dan itu cuma gue lakuin ke lo.”Amira terkekeh pelan. Dia tidak menjawab. Hanya tangannya yang bergerak meraih tangan Raga, menarik pacarnya itu agar terus berjalan. “Ayo cepet jalannya. Ini udah siang.”Raga tidak tahu saja. Apa yang Amira lakukan barusan, juga hanya untuk Raga. Mana pernah Amira memuji cowok lain tampan? Baru Raga saja. Sebelumnya, Amira tidak pernah tertarik pada cowok atau pacaran. “Emangnya kita mau ke mana, sih?” Raga menggerutu karena Amira menarik tangannya cepat. “Harusnya dari pagi? Kenapa enggak bilang?”Pertanyaan Raga dijawab oleh tatapan sinis dar

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 179. Pacar Gue

    Dahi Amira mengernyit. Dia terpaksa harus mencari tempat duduk untuk membaca ulang pesan mengejutkan dari Raga.“Putus?” Tanya Amira, bingung. Raga sepertinya marah karena Amira memaksa untuk membantu. Semua karena Amira tidak bisa bersabar. Amira hanya merasa jika dia perlu bertindak sebelum semuanya terlambat. Mereka bisa selamat di kejadian kemarin berkat keajaiban. Tidak ada korban jiwa. Itu pastinya sebuah mukjizat. Hanya saja, Amira tidak yakin akan ada keberuntungan untuk kedua kalinya. “Kita pacaran bahkan belum ada sebulan.” Amira berdecih sinis. “Dia beneran mau putus?”Ibu jari Amira mengirimkan pesan balasan. Dia mengeja setiap huruf. “Yakin?”Sedetik setelah pesan Amira terbaca, handphone miliknya langsung berdering. Amira melihat nama penelepon. Raga. “Amira, jangan gitu.” Raga memulai kalimatnya dengan nada memelas sesaat setelah panggilan mereka tersambung. Raga pastinya tidak ingin putus. Pacar Amira itu hanya menggertak saja agar Amira menurut. Raga seolah lupa,

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 178. Raga Tidak Setuju

    “Secepatnya,” jawab Reynald. Reynald memasang wajah serius. Untuk sementara, Laveire memang bisa bertahan. Namun, tidak mungkin mereka kekurangan siswa terus-menerus. “Lebih cepat lebih baik, tapi kita juga butuh waktu untuk persiapan. Apalagi masalah keamanan. Berjaga saja. Jangan sampai kejadian kemarin terulang.” Raga berdecak keras. Dia merasa ada kontradiksi antara menjaga keamanan dengan acara besar-besaran. “Ya kalau mau aman enggak usah bikin acara terbuka, lah! Gimana, sih?!" Protes dari Raga membuat Reynald terdiam sesaat. Reynald bukannya tidak pernah memikirkan hal itu, tapi keadaan yang memaksanya menjalani keputusan ini. "Kita butuh keduanya, siswa juga keamanan. Menarik banyak orang, juga membuktikan jika Laveire masih sama berkualitasnya seperti dulu." Tangan Reynald menepuk bahu Raga pelan. Dia mengajak semua muridnya mendekat. Bibirnya membisikkan satu hal

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 177. Kabar Terbaru

    Salah paham? Amira tidak pernah memikirkan kemungkinan seperti itu. Sekarang dia jadi terdiam, membuat keheningan sementara di dalam mobil Evan. “Atau mungkin dulu kalian masih belum dewasa,” sahut Raga, yang tiba-tiba saja menjadi bijak. Evan sampai menoleh dan menahan tawa. Masih belum dewasa, kata Raga. Padahal selama ini sikap Raga yang jelas-jelas masih kekanakan di antara mereka semua. “Kenapa lo ketawa?” Tanya Raga, tak senang. Dia memicing tajam pada Evan yang mengejek meski tak mengucap apa-apa.Di tengah perselisihan Raga dan Evan, Amira sibuk merenung. Sekarang saat Raga dan membahasnya, Amira baru menyadari, jika kemungkinan seperti itu bisa saja terjadi.“Raga bener.” Evan pun turut mengiyakan. “Tapi … bisa juga sekarang dia udah sadar. Mungkin dia baru sadar setelah kehilangan elo?”“Kehilangan, ya?” Amira menghela berat. Hal seperti itu mungkin saja terjadi. Meski Amira tidak mau banyak berharap. “Yah, jangan terlalu benci sama seseorang,” sambung Raga. Entah apa

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status