Beranda / Young Adult / Ratu Indigo VS Bad Boy / Bab 16. Berubah Menjadi Pemberontak

Share

Bab 16. Berubah Menjadi Pemberontak

Penulis: Dewiluna
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-19 19:01:25

Raga menyambut hari baru dengan alis tertaut. Di meja makan, orang tuanya, Gavin dan Andini, serta kakeknya, Heri, duduk berkumpul.

Biasanya, mereka sibuk dengan urusan masing-masing, tak pernah ada yang sempat untuk sarapan bersama.

Langkah Raga seketika ragu. Dia merasa ada sesuatu yang akan terjadi pada sarapan kali ini.

“Duduk, Raga.”

Teguran Heri membuat Raga tak jadi melangkah mundur. Dia terpaksa mengangguk, lalu mendaratkan bokongnya di atas kursi, duduk di antara keluarganya.

“Selamat pagi, Kakek.”

Raga menyapa Heri yang tampil rapi seperti biasa. Dengan setelan jas berwarna abu-abu gelap, Heri terlihat berwibawa. Sosok pemimpin melekat sempurna dalam dirinya.

“Selamat pagi, Ayah.”

Raga kemudian beralih pada Gavin, ayahnya. Hari ini Gavin memilih setelan jas navy dengan model yang lebih modern. Gavin pandai menyesuaikan pakaian dengan umurnya yang belum terlalu tua.

“Selamat pagi, Ibu.”

Andini menjadi orang terakhir yang Raga sapa. Ibunya tampak elegan dengan b
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 17. Bad Mood

    Raga berjalan keluar dari ruang makan di kediaman keluarga Wijaya dengan perasaan mendongkol. Setiap langkah yang dia ambil terasa berat, seperti ada beban yang mengganjal di dadanya. Sarapan yang harusnya mengenyangkan perut, malah menyisakan pahit yang tak bisa hilang. Kedua kaki Raga membawanya ke tempat parkir. Supir sudah menunggu di sana, dengan mobil yang akan mengantarnya. Raga membiarkan supir itu membukakan pintu untuknya. “Selamat pagi, Tuan Muda!” Sapaan yang hanya dibalas sekilas oleh Raga. Dia memasang wajah cemberut dengan dahi menekuk. Jari Raga menunjuk, memberikan perintah. “Jalan cepat!” Ujar Raga penuh emosi. Mobil pun melaju di jalan yang lengang. Lalu lintas tampak tidak mau mencari masalah dengan Raga. Tanpa kemacetan atau hambatan apapun, Raga tiba di sekolah. Kedua kaki Raga melangkah gontai, masuk ke dalam gedung Laveire, sekolah baru Raga, yang entah kenapa tidak ingin dia tinggalkan begitu saja. Mungkin karena suasananya, mungkin karena lingkunga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 18. Masalah Harga Diri

    Raga menoleh. Tatapannya menyapu seisi kelas. Pandangan teman-temannya serasa menusuk, seakan-akan dia baru saja melakukan kesalahan besar. Harga diri Raga tercoreng. Amira sungguh keterlaluan! Raga Kendrick Wijaya, seorang pewaris dalam keluarga Wijaya. Sejak lahir, Raga sudah mendapatkan semua yang dia inginkan, barang mewah, uang yang tak terbatas. Segala fasilitas tersedia untuknya, termasuk deodoran! Bisa-bisanya, seorang Raga yang seperti itu disebut bau ketiak oleh Amira! “Heh!” Raga berteriak keras. Wajahnya merah menahan amarah. “Ini kedua kalinya elo ngomong sembarangan tentang gue!” Pertama adalah saat Amira menyebut Raga sebagai cowok genit, dan yang kedua adalah saat ini. Amira berjengit. Tatapan tajam juga suara dingin Raga mampu membuatnya menciut sesaat. Tapi Amira menutupinya dengan sangat baik. “Salah lo!” Amira menunjuk lehernya kesal. Ada bekas merah di sana. “Gue hampir mati tadi!” Raga mengernyit. Dia melihat jejak tangan besarnya di sana. Tanpa Raga sad

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 19. Pengawal Baru

    Heri menatap dinding di depannya sambil melamun. Jam pulang kantor sudah dimulai sejak tadi, tapi Heri masih betah duduk di ruangannya tanpa melakukan apa-apa.“Hubunganku dengan Raga memburuk,” gumam Heri pelan, bicara pada dirinya sendiri.Tangan Heri perlahan terulur, meraih bingkai foto yang ada di atas meja. Dalam foto itu, ada dirinya, Gavin, Andini, serta Raga kecil yang tampak begitu polos.Heri tersenyum, tapi senyum itu perlahan pudar, digantikan oleh tatapan penuh penyesalan. “Padahal dia cucu kesayanganku,” bisik Heri, dengan tatapan yang mulai berkaca-kaca.Tak pernah terpikirkan oleh Heri tentang waktu dimana Raga akan menentangnya. “Aku rasa, dia benar-benar tidak menyukai ideku.”Suara Heri terhenti, seakan-akan kata itu terlalu sulit untuk untuk dia ucapkan. Helaan napas Heri terdengar berat. Heri tak pernah merasa sekecewa ini. Ketegangan yang terjadi antara dirinya dengan Raga semakin pelik. “Mungkin, ada waktunya aku tidak boleh terlalu memaksa.”Heri sadar jik

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 20. Sedang Malas

    Hari ini Raga bangun terlambat. Dia yang biasanya bersemangat untuk berangkat ke sekolah, mulai kehilangan motivasi. Raga teringat pada Amira yang bertengkar hebat dengannya kemarin. Apa hari ini mereka akan perang dingin lagi? “Ck! Terserah saja!” Raga menyimpan bukunya asal ke dalam tas. Dia meraih tas itu, lalu berjalan keluar kamar. “Selamat pagi, Tuan Raga. Saya yang akan mengantar Tuan hari ini. Apa Tuan sudah siap?” Raga melirik ke arah Alex yang menunggu di depan pintu. Lelaki itu tampak gagah seperti kemarin dengan setelan jasnya yang rapi. “Dari kapan di sini?” Alex menunduk sopan sebelum menjawab. “Belum lama, Tuan. Tuan Raga tidak perlu khawatir.” Raga berdecak kesal. “Apaan sih! Gue bukannya khawatir.” Raga melangkah melewati Alex. Dia berjalan menuju ke arah tangga, hendak turun ke lantai bawah. “Gue cuma mau tau. Apa lo disuruh Kakek? Trus Kakek dimana sekarang?” Karena kalau Heri sedang ada di ruang makan, Raga malas ke sana. Dia lebih memilih untuk mel

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 21. Raga Khawatir

    Kemarin, Raga menunggu sampai jam sekolah berakhir. Tapi hingga bel berbunyi, batang hidung Amira tidak terlihat sama sekali. Raga menyempatkan diri bertanya pada teman sekelasnya. Tapi karena Amira tidak dekat dengan siapapun, jadi tidak ada yang tahu. Semalaman, Raga galau berat. Dia menatap kontak Amira di handphonenya terus-menerus. Bimbang apakah harus menghubungi Amira atau tidak. Kebetulan, egonya yang menang. Raga memilih tidur dan tidak peduli. Besok juga Amira ada di sekolah lagi. “Tuan Raga sudah siap?” Meski Raga semalam bertekad untuk tidak peduli, nyatanya hari ini dia bangun lebih pagi. Alex menyambutnya seperti biasa saat Raga membuka pintu kamarnya. “Udah. Ayo berangkat.” Raga beranjak menuju tangga. Dia berhenti saat tiba di anak tangga terakhir. “Gue tunggu di mobil. Lo minta sandwich buat gue sarapan dari dapur, ya.” Entah kenapa Raga sedang tak ingin membuang waktu hari ini. Selain bangun lebih awal, dia juga bersiap dengan sangat cepat. Bahkan Raga

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 22. Tidak sabar

    Raga menatap guru di depannya tidak sabar. Lambat sekali guru itu menjelaskan. “Lama,” gerutu Raga sambil memandang jam di dinding kelas. Raga pun mengangkat tangan untuk minta perhatian. “Pak!” Serunya keras. Guru yang sedang menulis di papan tulis pun menoleh. Dia berbalik menatap Raga. “Ada apa?” Tanyanya heran. Jarang sekali ada yang bertanya di saat dia bahkan belum mulai menjelaskan. “Itu, Pak.” Tangan Raga menunjuk ke arah jam yang baru saja dia lihat di dinding kelas. “Sebentar lagi pulang.” Dedi, guru yang terkenal killer itu menatap Raga tajam. Dahinya berkerut heran. Dia melihat angka di jam dinding yang sebelumnya ditunjuk Raga. “Apa maksudmu? Waktu pulang sekolah masih lima belas menit lagi!” Dedi menunjuk Raga kesal. Dia bahkan berjalan menghampiri meja Raga, penasaran dengan siswa yang berani menyela. “Kamu tidak menulis? Bukumu kosong!” Dedi mengangkat buku catatan Raga yang masih sangat suci. Sudah sejam dia menjelaskan, tapi tak ada satupun tulisan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 23. Antara Buku dan Hati

    Raga berpikir keras. Dia memutar otaknya sambil menatap lorong sekolah yang hampir sepi sempurna. Tampaknya sudah tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka. “Tidak apa, Bu! Saya bisa menjenguk Amira sendiri!” Raga terus memaksa, membuat Sonya menatapnya curiga. “Kenapa?” Sonya bertanya penasaran. “Besok juga bisa. Kita pergi bersama yang lain.” Bagi Sonya, niat Raga itu baik. Tapi terasa ada yang aneh dengan permintaan Raga, kenapa siswanya ini begitu terburu-buru? “Besok saja, Raga.” Tegas Sonya sekali lagi. Raga kehabisan akal. Kalau begini terus, dia bisa gagal mendapatkan alamat rumah Amira. Amira tidak membalas pesannya sedari tadi. Panggilan Raga juga tak satupun terjawab. Saat ini, Raga tidak mempunyai petunjuk lain kecuali Sonya. Raga tidak tahu dimana rumah Amira. Dia juga tidak bisa bertanya pada teman sekelasnya yang lain, karena ternyata Amira tak pernah menceritakan tentang kehidupan pribadinya. Raga baru menyadari, jika Amira begitu misterius. “Harus sekaran

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 24. Perbedaan Amira

    Raga menatap kumpulan pria paruh baya yang sedang menggodanya itu. Dia merasa warung kecil ini sangat sesuai sebagai tempat tongkrongan mereka. Jokes receh ala bapak-bapak ini garing sekali. Raga cuma bisa memicing menanggapinya. Berbeda dengan Alex yang menahan geli. Alex sampai menutup mulutnya untuk menahan tawa. “Jadi di mana rumah Amira?” Ketus Raga keki. Raga sedang tidak ingin bercanda di sini. Dia mau tahu Rumah Amira. Secepatnya! Melihat wajah Raga yang menekuk, bapak berbaju hitam itu mengakhiri tawanya. Dia dan teman-temannya tidak lanjut bercanda lagi. “Kontrakan Amira masih jauh. Dari sini masih lurus, nanti belok kiri. Habis itu belok kanan. Terus lurus lagi. Tempatnya yang paling ujung.” Akhirnya, Raga mendapatkan informasi yang dia cari. Tanpa berkata apa-apa, Raga langsung berbalik dan melangkah pergi. Dia membiarkan Alex yang menutup obrolan dan mengucapkan terima kasih. Alex mempercepat langkah untuk menyusul Raga. Setelah mendapatkan petunjuk, Raga meles

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23

Bab terbaru

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 145. Harapan untuk Laveire

    "Maksud Pak Reynald gimana?" Evan bertanya. Saat ini, Evan merasa tidak yakin dengan apa yang didengarnya. Mungkin saja karena di ruang rawat Amira ini ada banyak orang. Dia jadi tidak bisa mendengar dengan jelas. "Gurunya berhenti semua?" Tanya Evan, sekali lagi. Dia berusaha memastikan. Memang, mereka sudah bisa menduga tentang murid yang pindah. Namun, tidak ada yang menduga jika guru akan melakukan hal yang sama. "Kenapa?!" Evan memekik tak percaya. Reynald hanya bisa angkat bahu. Dia sama tak percaya seperti Evan. Dia juga kaget ketika mendapati pertemuan kemarin yang hanya dihadiri oleh beberapa orang saja. "Kebanyakan tidak mau lagi terlibat dengan Laveire. Mereka tidak mau nama mereka disangkut pautkan." Citra Laveire sudah terlanjur buruk. Meski keluarga Wijaya sudah membantu menutupi kasusnya, tetap saja berita yang beredar dari mulut ke mulut tidak dapat dihentikan. "Kepala sekolah sudah mengundurkan diri, dan kepala yayasan sedang bingung mencari solusi." A

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 144. Kunjungan Pagi

    Amira mengumpulkan kesadarannya yang masih bertebaran di atas ranjang. Dia menguap beberapa kali sebelum menyuruh Alex duduk. Pengawal rajin itu terus saja berdiri di sudut. "Duduk, Pak." Amira menunjuk sofa yang ada di sudut kamarnya. "Aku marah kalau Pak Alex enggak duduk." "Tapi–" Amira menggeleng. Dia tidak menerima penolakan. "Kalau Pak Alex enggak duduk, Pak Alex enggak boleh ada di sini,” ujar Amira sambil menunjuk pintu keluar. Alex kan sama seperti Amira, masih berstatus pasien. Namun, Raga malah menyuruh Alex mengawal Amira. Harusnya Alex beristirahat di kamarnya. “Bapak mau duduk atau balik ke kamar Bapak sendiri?” Ancam Amira. Alex terpaksa menurut. Dia mengambil tempat di atas sofa yang ditunjuk Amira. Amira pun mengangguk puas melihatnya. Dia mengucek matanya sekilas, sebelum menurunkan kaki dari ranjang. Amira hendak beranjak ke toilet sebelum sebuah suara teriakan terdengar. "Amira!" Suara sekencang toa itu sudah jelas siapa pemiliknya. Siapa lagi kalau

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 143. Bersamamu, Meski Jauh

    Pembicaraan Raga dan Amira terpotong dengan kedatangan perawat yang membawa makan malam. Raga membantu Amira makan seperti biasa. Mereka berbincang sesaat sampai akhirnya Leon memperingatkan Raga untuk segera kembali ke kamarnya sendiri. “Jangan terlalu malam, Tuan Raga. Besok–”Raga mengangkat tangan, mencegah Leon bicara lebih banyak. “Jangan ngeduluin gue ngomong.”Leon gegas menutup mulutnya rapat. Dia tidak melanjutkan kalimatnya lagi. Amira yang mendengar kalimat kesal Raga, menyadari jika ada yang aneh dari sang pacar. Dia bergerak mendekat pada Raga. “Jangan, dong!” Cegah Raga saat Amira berusaha menggapai tangannya. Amira ingin tahu apa yang akan terjadi. Dia hendak melihat masa depan dari tangan Raga. Namun, Raga menepis tangan Amira yang terulur. “Biar gue bilang sendiri.” Raga menolak tangan Amira. Sebagai gantinya, Raga menatap Amira lekat. Kedua bola matanya menelisik netra Amira lembut, mendalami iris coklat di depannya. “Gue sayang sama lo,” ucap Raga tanpa aba

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 142. Jangan Bikin Gue Jauh

    Amira menunggu pacarnya menjawab. Namun, Raga tampak terlalu terkejut hanya untuk berucap. "Raga," panggil Amira sekali lagi. "Enggak apa-apa kan, kalau kita beda sekolah?" Ulang Amira. Amira sampai menggeser tempat duduknya. Dia mendekat pada Raga, dengan sengaja menepuk lengan cowok itu. Amira melakukannya semata agar Raga merespon, tidak hanya terus diam. "Kita masih bisa tetep ketemu, loh," ucap Amira dengan nada lembut, membujuk. Kata-kata Amira mendapatkan sebuah tatapan dari Raga. Cowok itu memandang tak rela. Amira tidak tahu saja, betapa inginnya Raga mengatakan tidak. Raga berniat menyuarakan keberatannya. Tapi melihat Amira yang berusaha membujuk, Raga jadi tak tega. "Habis harus gimana?” Tanya Amira. Kali ini, dia mengangkat bahu, menunjukkan kebingungannya. "Gue kayaknya enggak bisa kalau harus masuk ke sekolah kayak Laveire lagi. Uang gue mungkin enggak cukup."Amira harus berpikir jauh ke depan. Sebenarnya, bukan tidak mungkin jika Amira memilih sekolah seperti L

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 141. Jalan Keluar yang Lain

    Raga terdiam. Di dalam ruang rawat inapnya, dia menunggu jawaban dari Heri. Sang kakek, tidak mengucapkan apa pun. Heri hanya memandang Raga, lurus. Raga tidak bisa bertahan lebih lama dalam keheningan. Dia bertanya lagi, kali ini lebih agresif. “Mungkin Kakek bisa mencoba mengambil alih Laveire. Kakek kan selalu sukses dalam segala hal?” Heri berdecih. “Pintar sekali kamu bicara,” cibir Heri, sinis. Raga menggeleng. Dia tidak sekedar memuji. Tentu saja semua itu berdasarkan pada bukti. Perusahaan keluarga Wijaya yang masih berdiri dalam bentuk Exscales adalah bentuk nyata hasil kerja keras Heri.“Tidak bisa. Kakek terlalu sibuk. Exscales yang sedang berada di puncak, membutuhkan lebih banyak tenaga dari yang bisa kamu lihat.”Jawaban Heri sangat masuk akal. Namun, Raga tidak berniat untuk menyerah. “Bagaimana kalau Kakek yang ambil alih tapi orang lain yang mengurusnya?”Usul Raga terdengar buru-buru, tapi dia sudah terlanjur maju. Raga tak berniat untuk mundur tanpa hasil. “Bi

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 140. Masa Depan Laveire

    Michelle, Febby, dan Evan pulang di jam makan siang. Raga pun terpaksa berpamitan pada Amira. Leon mengatakan jika Raga harus menjalani beberapa pemeriksaan lanjutan. Beberapa jam Raga habiskan, hanya untuk mendengar pernyataan dokter yang mengatakan jika dirinya baik-baik saja. Setelah semua pemeriksaan itu, Raga dinyatakan sehat. "Apa Tuan Raga mau langsung pulang ke rumah sekarang?" Tanya Leon pada Raga yang sudah kembali ke kamar inapnya. Tentu saja, Raga bisa keluar dari rumah sakit kapan pun dia mau. Lukanya benar hanya goresan, tidak berbahaya, apalagi mengancam nyawa. "Nanti," sahut Raga singkat. Raga masih ingin menemani Amira. Amira pasti masih galau dengan berita ditutupnya sekolah. Setidaknya, Raga ingin menghibur Amira sampai hari ini. "Tapi Tuan Raga harus menjalankan jadwal yang dibuat oleh Tuan Besar secepatnya." Raga mendengus. Apa yang diucapkan oleh Leon terdengar seperti perintah. "Kalau gitu, ngapain nanya gue masih mau di rumah sakit apa enggak!" Ket

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 139. Gosip Penutupan

    Amira terdiam di atas ranjangnya. Dia terpaku tak bergerak selama beberapa saat. Hening menyergap ruang rawat Amira. "Kenapa?" Michelle yang pertama kali mengeluarkan suara. “Kok sekolah kita ditutup?”Gadis yang satu itu memang memiliki kemampuan nalar yang mungkin kurang dibandingkan teman-temannya. Dia sedikit lamban dalam mencerna informasi."Ya lo pikir aja!" Evan yang tidak sabar menanggapi pertanyaan Michelle. "Emang masih ada orang yang mau sekolah di tempat yang baru aja jadi ladang pembantaian?" Ujar Evan, sinis.Mungkin kata-kata Evan terlalu kasar, tapi dia tidak salah. Faktanya, tidak ada korban jiwa di Laveire. Namun, banyak sekali yang terluka. Laveire sudah ternoda dengan darah. Tidak ada yang bisa mengubah kenyataan itu. "Bener kata Evan.” Febby pun mengiyakan. Nyatanya kredibilitas sekolah mereka, sudah terjun ke dasar jurang. Keamanan adalah hal yang krusial, dan Laveire tidak bisa menjaminnya. “Mana ada orang tua yang mau sekolahin anaknya di tempat yang engga

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 138. Pernyataan Tiba-Tiba

    Seisi kamar terdiam. Sekarang, pandangan semua orang yang ada di ruang rawat Amira, tertuju pada Michelle. Febby sampai mengulang pertanyaannya lagi. "Lo … suka sama siapa? Raga?"Amira refleks meraih tangan Raga, padahal sebelumnya dia yang menjauh. Amira hanya sedang menandai miliknya. Michelle memang teman Amira, tapi Raga adalah hal yang tidak bisa dia bagi dengan orang lain. Dalam diam, Raga menahan senyum. Sebenarnya dia ingin meloncat senang, tapi dia menahan diri. Setidaknya Raga harus bersikap seperti orang normal di depan yang lain. Meski dia ingin salto karena begitu bahagianya. Mendapati Amira yang mendekat padanya duluan, itu luar biasa. “Beneran Raga?” Febby terus bertanya karena Michelle hanya diam. Butuh beberapa detik sampai akhirnya gadis itu menggeleng. “Bukan,” jawab Michelle datar. Jelas tidak. Sejak awal dia tidak tertarik pada Raga. “Loh?” Febby berseru heran. “Terus siapa kalau bukan Raga?”Febby mendelik pada Michelle sekarang. Jarinya tertambat pada Ami

  • Ratu Indigo VS Bad Boy   Bab 137. Cinta Segiteman

    Raga berdiri panik saat mendengar suara tangis Amira. Air mata sudah mengalir deras di pipi gadis itu.Alex dan Leon ikut berdiri. Mereka juga kaget karena tiba-tiba saja Amira menangis, padahal Raga dan Amira sedang suap-suapan tadi. “Jangan ke sini!” Cegah Raga saat mendengar langkah kaki Leon dan Alex yang mendekat. “Kalian tunggu di luar!”Leon ingin membantah, tapi Alex membujuknya. “Cuma sebentar. Tuan Raga pasti aman sama Nona Amira.”Pernyataan yang jelas membuat Leon mendelik. Bagaimana bisa Alex begitu yakin? Leon tak mau mengambil resiko. Namun, saat dia hendak menggeleng, Alex menyela. “Saya jamin dengan nyawa saya.”Meski masih menaruh curiga, akhirnya Leon mengiyakan. Dia melangkah keluar kamar bersama dengan Alex. Sementara di dalam kamar, Raga sibuk bertanya. “Kenapa? Sakit?”Amira menggeleng. Namun, kepalanya terus menunduk. Amira tidak membiarkan Raga melihat wajahnya yang saat ini penuh dengan air mata."Amira, please!" Raga berteriak gemas. Dia tentu saja panik

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status