Minggu, 25 Desember 2022
Rumah Aliya.
Aliya menghela napas khawatir. Ia dalam kebingungan. Karena sehari sejak Dean melanjutkan gemblengannya, ponsel Diani sama sekali tidak bisa ia hubungi.
Sudah Aliya coba mencari nomor kontak lama kakak Diani, namun tidak aktif juga.
Aliya bahkan menghubungi teman lamanya yang masih tersimpan nomor kontaknya. Namun teman lamanya itu pun tidak berhasil menghubungi Diani, karena tidak ada nomor lain yang ia miliki.
Seminggu sudah, Aliya tidak mendapatkan kabar apapun dari Diani. Yang lebih membuat Aliya merasa panik, saat ia mencoba menghubungi Nawidi, nomor Nawidi pun tidak aktif.
Namun Aliya berpikir bahwa Nawidi dan teman-teman lain tengah sibuk, apalagi karena Dean pun masih dalam masa sekolahnya.
Meskipun Aliya sempat merasa aneh, mengapa Dean tak kunjung menyelesaikan sisa masa gemblengannya, namun Aliya tidak terlalu merasa khawatir, karena mempercayai Nawidi dan teman-teman lainnya yang menja
Mata Aliya kemudian menerawang, mencoba mengingat keseluruhan kejadian pada hari itu.Aliya mengingat, bahwa Elang saat itu baru pulang dari luar negeri setelah hampir dua minggu. Saat itu Aliya tidak merasakan sesuatu hal yang aneh pada diri Elang.Namun dengan bantuan tulisan dalam fail tersebut, Aliya mengingat beberapa hal lainnya. Yaitu Elang yang memang tampak agak sedikit berbeda. Dan mengulang-ulang kalimat: ‘Jangan Tinggalkan Aku’.Saat itu Aliya tidak terlalu menganggap kalimat itu aneh. Karena seorang Elang memang sering menghujaninya dengan kalimat mesra ataupun memohon Aliya untuk selalu berada di sisinya.Satu hal yang luput dari perhatian Aliya, kalimat itu dikatakan berulang oleh Elang pada hari itu. Dan tidak ada candaan mesra seperti biasanya.Aliya menghela napas. Ia menduga, besar kemungkinan di tanggal dan tahun itu lah Elang mendapatkan nurbuat-nya.Matanya menerawang lagi, mencoba membuka lagi ingatannya te
Diani lalu bertanya, apakah Aliya membuat status baru, yang lalu dijawab Aliya dengan ‘tidak’. Diani mengerti, bahwa status-status di WA Aliya telah di protect atau dilindungi oleh Dean, sehingga apapun yang terkirim dari Elang, tidak akan terbaca oleh Aliya.Setelah cukup mengerti situasinya, Diani menunda untuk memberitahukan perihal munculnya percakapan Elang di status milik Aliya.Diani tidak ingin membuat Aliya panik lalu melakukan tindakan impulsif. Sekitar dua puluh menit kemudian, Diani melihat muncul status-status baru di nomor WA milik Aliya.[Oh hello commander….] (Oh, halo panglima…)[What's your plan now?] (Apa rencanamu sekarang?)[I suggest you,] (Aku sarankan,)[Retreat] (Mundur)[Bawa anak-anak didikmu. Though they look like they crave for eating me alive, they don’t have my interest] (Meskipun mereka tampak begitu ingin memakanku hidup-hidup, aku tidak tertarik berurusan dengan mereka)[Leave Radinka here to ensure all their safe and sound things] (Tinggalkan Radinka
Aliya terdiam sejenak. Ia lalu menjawab, ‘Jika itu yang memang harus dilakukan.’Aliya merasa perlu menenangkan Elang.Dia sangat berhati-hati dalam percakapan ini. Dia tidak ingin teman-temannya di sana menjadi sasaran kemarahan Elang.Aliya lalu berusaha mengalihkan topik. ‘Apa kau ingat kejadian di tanggal 14 itu?’‘Apa kau ingat di tanggal 14 itu apa saja yang kau katakan padaku?’ tanya Aliya mengulang.‘I do. Aku ingat,’ jawab Elang.‘I gave my all, tanpa kau minta. Is that true?’ (Aku memberikan seluruhnya. Benar kan itu?)‘You did,’ jawab Elang lagi. (Ya)‘Hati lembut yang kau miliki…. yang membuatku sangat luluh,’ lanjut Aliya.‘Kau yang selalu memperhatikan kebutuhan ku dan mementingkanku, membuatku tidak tergoyahkan..’‘Aku dulu Liebling mu dan kau Liebe ku,’ ucap Aliya lagi. ‘Apa kita sungguh sedekat itu? Apa hanya imajinasiku bahwa kita sedekat itu?’‘Kita memang sedekat itu,’ jawab Elang.‘How about now?’ (Bagaimana sekarang?) Aliya menekan kalimatnya. ‘Apa kau masih mera
Selasa, 27 Desember 202219.34 WIBSeseorang mengetuk pintu.Aliya membuka dan mendapati Oki, salah satu pemuda binaan Nawidi, tengah berdiri dengan postur kaku.Begitu melihat Aliya membuka pintu, ia menganggukkan kepala dan tanpa basa basi mengatakan, “Mereka sudah pulang.”“Mereka semua? Atau siapa saja?” Suara Aliya terdengar tenang, meskipun ada sedikit getaran di sana.Laki-laki itu tak menjawab. Dia hanya menganggukkan kepala lagi, dan hendak berbalik.Aliya bergegas memanggilnya dan dengan singkat berkata, “Besok pagi saya ke sana.”Laki-laki itu mengangguk lagi dan segera berlalu dari pandangan Aliya.* * *Rabu, 28 Desember 202209.55. Basecamp Cikahuripan.Aliya termangu di depan pagar besi tinggi berwarna hitam.Ia pandangi rumah bernuansa modern namun tertata apik dengan sejumlah tanaman hias yang tampak di halaman depan.Motornya sengaja ia parkirkan di depan pagar rumah itu, agar ia bisa berjalan lebih jauh untuk masuk ke sana.Beberapa saat ia hanya diam memandang ruma
“Ya Tuhan…” Aliya menarik napas.Lalu ia teringat sesuatu.Ia mengeluarkan ponsel miliknya dari tas selempang biru yang sejak tadi masih melintang di badannya.Tangannya bergerak cepat, mencari dan membuka file catatan. Itu adalah catatan saat Dean mengajari dirinya untuk melakukan transfer energi.Tapi itu hanya catatan, bahkan Aliya belum pernah mencobanya.Entah itu akan berhasil atau tidak, tapi ia merasa itu layak untuk dicoba.Aliya membaca catatan itu beberapa kali, lalu mencari posisi duduk senyaman mungkin.Tubuhnya ia hadapkan ke arah Nawidi berbaring. Ia pejamkan mata. Ia memulai dengan memanjatkan doa untuk Nawidi.Tak lama, lalu kedua tangannya ia ulurkan ke atas tubuh Nawidi.Sekitar 30 detik setelahnya, ia bisa merasakan rasa hangat menjalar dari titik pusarnya, seolah bergerak merambat naik menuju ke kedua tangannya.Kini tangannya terasa hangat. Ia arahkan ke area dada Nawidi terlebih dahulu. Berdiam di sana cukup lama, sebelum berpindah ke area wajah dan kepala.Kedu
Terdengar derap kaki mendekat dengan tergesa.Aliya mendongak.Ia melihat sosok Terry yang datang dengan langkah gusar. Dadanya tampak naik turun menahan gejolak emosi yang menggelegak.“Terry…..” Aliya bergumam pelan.Terry tidak merespon. Matanya terlihat bengkak dan hidung yang memerah. Tanpa berkata, Terry melangkah sampai tepat ada di depan Aliya.Ia lalu menjatuhkan tubuhnya dengan keras, berlutut.“Terry!”“Queeny,” Terry menyela dengan suara serak.“I do apologize, Queeny. My failure to save brother Dean. It is my failure. It is my bad. My ultimate failure. I don’t deserve to stay alive,” (Aku minta maaf, Queeny. Kegagalanku untuk menyelamatkan Dean. Ini adalah kegagalanku. Ini adalah kesalahanku. Kegagalan utamaku. Aku tidak pantas untuk tetap hidup) suara Terry terdengar bergetar.“Please do punish me.” (Tolong hukum aku)Agung mendekat pada Terry, “Ter…”Bergeming, Terry tetap berlutut. Kepalanya ia tundukkan dalam-dalam.Tanpa Aliya duga, Agung dan Iyad pun justru kemudian
10.09 Waktu Rusia.Sebuah mansion, Rusia.Dalam suatu ruang cukup besar.Dengan dinding dihiasi profil yang elegan dengan lis emas. Lampu gantung kristal dengan beberapa manik berlian yang tampak berkilau terkena pantulan cahaya yang masuk dari jendela besar yang menghadap timur.Di tengah ruang, tampak meja kerja berukiran dengan detil yang cukup rumit. Warna coklat muda dengan pinggiran berwarna emas. Meja kerja yang luar biasa terlihat mewah.Pemilik mansion ini mendatangkan seniman pemahat terkenal untuk membuatnya secara manual.Belum lagi lukisan besar yang terpajang di dinding, yang juga merupakan lukisan asli pelukis legendaris, menambahkan suasana nan angkuh hanya dalam satu ruang kerja ini saja.Sang pemilik, tengah duduk dengan tenang di atas kursi kerja yang juga begitu megahnya. Sementara, tampak dua pria berdiri menghadap sang pemilik dari seberang meja kerja tersebut.“Kalian paham yang tadi aku katakan?” Sang pemilik yang mengeluarkan aura dominan itu berkata dengan su
“Tidak!”Keempat elemen teman-teman Aliya serentak menolak.“Listen, mungkin sekarang aku belum terbuka. Tapi sangat mungkin kan, aku sesungguhnya menyimpan energi besar dalam diriku? Hanya saja masih tersegel. Jadi mungkin ga akan apa-apa diambil sedikit--”“Tidak, Mbak. Jangan,” potong Guntur menolak lagi.Ketiga teman lainnya menggeleng kuat-kuat, tanda mereka pun menolak keras ide itu.“Kalo ini jangan, itu jangan, terus harus bagaimana….?” Aliya menghela napas lesu.Mereka berempat saling melempar pandang.Lalu Guntur menjawab, “kita tunggu rekan-rekan dari posko lain dulu, mbak. Kita bisa diskusi dengan mereka.”“Ya Liya… Apalagi diperkirakan sore ini keluarga kang Nawidi akan tiba di sini. Siapa tau kita juga bisa meminta pendapat mereka. Mereka bukan elemen sembarangan, Liya…” Agung berkata dengan pelan.“Baiklah,” Aliya mengalah. “Lalu, siapa aja pimpinan posko negara lain yang akan datang?”“Reed, dari posko Turki, seperti Liya tau dia seorang api di level 2 menengah. Lalu K