-“Your Majesty, Pangeran Lancient mengirimi Anda bunga dan surat. Lagi.”-Melirik Head Butler istananya yang membawa nampan berisikan bunga baby’s breath putih bersama sepucuk surat dengan pandangan tak berselera, tanpa melihat untuk yang kedua kalinya, Leanne … menyuruh si kepala pelayan tersebut untuk menyingkirkannya.-“Bakar itu.”-Apa pun itu yang diberikan anak bungsunya yang sama sekali tak ia pedulikan, Leanne menyuruh orang yang memberitahukan kedatangan barang konyol tersebut tuk segera membuangnya dari hadapan mata.Tanpa hati, tanpa rasa, … ia telah melakoni perbuatan yang kemungkinan akan mematahkan hati si pemberi hadiah yang saat ini tengah mengenyam pendidikan di akademi sana, selama hampir 6 tahun ke belakang.-“Ahh~ melelahkan.”-Bersandar dengan malas di kursi empuk yang ditempatkan di balkon berlapis kaca tebal pada musim dingin begini, untuk melihat taburan hiasan langit malam yang sayangnya tak menampakkan diri hari ini, … Leanne merenungkan sebuah ingatan penuh
Keluarga kerajaan itu benar-benar menyebalkan.… Itulah sangkaan Fennel pada awalnya, setelah apa yang ia tahu terkait penderitaan ibunya yang sang kepala keluarga kerajaan torehkan.Lalu, adapun untuk sangkaannya sekarang. Dia ….“Kak Fennel!"GASP!“…!”… Semakin menduga bahwa keluarga kerajaan itu memang gila akan berbuat hal yang benar-benar menjadikannya terasa seperti orang yang patut dikelilingi oleh semua tindakan menyebalkan.“Jangan melarikan diri!”“Guh!”Mengernyit geram akan tindakan absurd dari pangeran kecil, anak bungsunya ibu suri kerajaan Aethelred yang kemarin ia temani di ruang kesehatan selagi tidak sadarkan diri, … akibat dari anak itu memanggilnya dengan cara berteriak sampai-sampai berhasil mengarahkan pandangan mata orang-orang, Grand Duke muda Eglantine, Fennel, … bersikeras tuk melarikan diri sejauh mungkin.“Aku bilang, jangan melarikan diri, kan?!”Namun, segigih apa pun Fennel berusaha untuk menjauhi si pengejarnya, Lancient, … tetap lebih gigih lagi Lanc
BRAKK!Mendobrak pintu kamar dengan keras sampai mengagetkan Lancient yang tengah bersiap-siap mengenakan seragam, Ruffin bergegas menuju ke kamar mandi, … tuk memuntahkan isi perutnya yang terasa begitu mual.Begitu keluar dari bilik air dengan langkah yang lambat juga mata yang mengosong, cepat-cepat saja teman sekamarnya, Lancient, bertanya dengan khawatir. “Rui, apa kau baik-baik saja?”“Tidak.”“Apa?”“Tidak. Tidak. Tidak.”Terus-menerus mengulang kata yang sama selayaknya burung beo, Ruffin menanggalkan Lancient untuk menidurkan diri di ranjang, mengambil selimut dan menyelimutkannya pada badan yang gemetar seperti kedinginan.“Aku tidak baik-baik saja. Aku tidak baik-baik saja. Aku tidak baik-baik saja.”“Rui,” sekali lagi memanggil dan menghampiri kawan sekaligus master yang telah mengingatkannya akan masa lalu, dengan panggilan pendek yang serasa nyaman di dengar itu, … Lancient bertanya.“Aku baru melihatmu terbangun sekarang, setelah kau mengalami pingsan yang panjang. Kau
“Akhir-akhir ini ….”Menatap nanar teman sekamarnya yang berpenampilan kacau juga berantakan, menyelimuti diri sendiri yang gemetaran di tengah-tengah banyaknya tumpukan kertas penuh coretan abstrak yang berserakan di lantai, … Lancient berujar.“… Kau seperti orang lain, Rui.”Delapan bulan telah lama berlalu.Memboyong Lancient dan temannya itu, Ruffin Cailean Edelhert, yang sekarang dipanggil dengan nama Rui, ke semester awal yang baru.Sudah banyak perubahan yang terjadi selain dari meningkatnya tingkatan kelas mereka menjadi kelas 1-2.Yakini, Fennel yang perlahan tapi pasti mulai menerima kehadiran Lancient di sampingnya. Hisahilde yang mulai bersifat dewasa dengan mengalah (atau memang kalah tetapi tak mau mengaku) dari Fennel atas kompetisi persaingan konyol yang abstrak. Juga hubungan saling menguntungkan yang terjalin di antara Lancient juga Darissa, dalam membincangkan semua kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang.Dengan pengecualian, Ruffin yang semakin hari sem
//“Wah? Sungguh?! Kakak sudah pandai bela diri!? Itu tidak bohong kan?! Kau tahu, saat aku membaca balasan suratmu yang waktu itu, aku melompat-lompat kegirangan! Papa juga begitu!Kakak bilang, orang yang telah mengajari hal itu kepada Kakak adalah putranya Duke Cornerhail dari utara, bukan?Kalau begitu, aku akan datang dan menemuinya untuk mengucapkan rasa terima kasih yang sangat mendalam!Aku turut berbahagia untuk Kakak!Dari adikmu yang manis.Rosalina.”//Melipat kertas surat yang ia terima dari Rosalina setiap minggunya, Ruffin menempatkan carik benda itu dengan ekstrak hati-hati, seolah-olah itu adalah benda berharga yang begitu rapuh.Dua tahun tak terasa sudah berlalu membawanya belajar di akademi ini.Dia yang memang seorang anak yang sangat cerdas, pandai, juga pintar dalam berbagai mata pelajaran, kini dapat belajar dengan tenang karena semua orang yang merundungnya mulai berkurang.Yah, itu semua berkat dirinya melawan orang-orang yang merundungnya dengan bermodalkan
“Kenapa?”Satu baris pertanyaan telah dilontarkan oleh bibir remaja laki-laki yang bergerak secara gemetar, … menyertainya dengan mengepalkan tangan pemegang pedang, dalam melihat seorang pria yang berpangku tangan meminum anggur … sambil berdiri di pinggiran balkon tuk memandang bulan dengan sorot mata yang geram.“Padahal, aku sangat mempercayaimu melebihi orang lain, dan merasa bahwa kau ini tidaklah sama dengan orang brengsek lainnya.”Kepalanya yang berdenyut, kini tengah dilanda oleh pemikiran liar yang sangat menggoda, dengan membisikkannya sebuah niatan untuk segera mengayunkan pedang dan menusuk orang yang telah menghancurkan hidup saudara perempuannya itu. “Tetapi, pada akhirnya … mengapa?”Pandangan dari mata hijau yang menyipit dan menyala secara terang di remang-remangnya suasana malam bercahaya samarnya sinar rembulan yang tengah tertutup oleh awan, telah sukses menyajikan suasana yang mencekam lagi bersitegang … untuk kedua orang muda ini. “Mengapa kau malah menghancu
“Katakan padaku!”Suara cempreng dari anak laki-laki sang kaisar yang tingkah lakunya terlampau hiperaktif, telah memenuhi ruangan kamar saudara perempuannya, … dalam menanyakan suatu hal yang mengkhawatirkan.“Apa yang terjadi dengan pipimu?!” tanyanya mendesak, sembari mencekal kedua pergelangan tangan anak kaisar lain yang berjenis kelamin perempuan, … dalam menutupi pipinya yang tampak lebam lagi bengkak.“Bukan apa-apa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku hanya terjatuh dan membuat pipiku menabrak tembok sampai bengkak.”Mencoba mengelak dan menghindari tatapan curiga dari pasang manik mata hijau yang menelisik memerhatikannya secara saksama, … sang putri berjuluk “Putri mawar hitam” itu, Rosalina Earlene Gina, … berontak juga berupaya melepaskan tangannya yang dicekal.“Jangan bohong.”Tidak tertipu dengan tipu muslihat kecil dari saudaranya yang tidak pandai berbohong, anak laki-laki kaisar, si pangeran berjuluk “Bunga kematian”, Ruffin Cailean Edelhert, … melontarkan sebua
“Katakan padaku jika aku membuat lukamu terasa begitu sakit. Aku akan berhati-hati.”“….”Malam ini, bulan terlihat lebih memancarkan sinarnya daripada hari-hari yang terjadi sebelum sekarang.Di bawah temaramnya cahaya bulan yang kembali masuk menerobos melalui jendela yang terbuka, menyenggol kain gorden yang terbang dibelai angin sepoi-sepoi, … terlihatlah sepasang mata hijau yang tersorot terang dalam memerhatikan gerak-gerik pria yang telah mewariskan kharisma dari wajah rupawan kepadanya itu, … dari Ruffin yang saat ini terdiam mengatupkan bibir.“Maaf.”Tanpa diminta atau pula dipaksa, permintaan maaf telah keluar meluncur dari mulut pria dewasa yang saat ini tengah mengolesi obat juga membalut tangan kasarnya yang penuh luka kikisan, … yang sebetulnya tak lain dan tak bukan, ialah sang ayah kandungnya sendiri.“Jika perkataanku sudah menyinggung perasaanmu.”Ah?Apa ini terkait dengan gertakannya sewaktu pagi tadi, yang menyatakan diri kalau dirinya tak ingin diremehkan?“Seha
“Oh! Syukurlah! Akhirnya kau sadar, Rui!”Ruffin mengerjapkan matanya beberapa kali.Mendengar dan melihat, juga positif memastikan kalau hanya ada Lancient saja di samping, anak laki-laki berambut merah itu berpikir, ia bebas berekspresi.“Sialan!” umpatnya, sembari mendudukkan diri dan langsung memegangi kepala. “Kepalaku serasa ingin meledak.”“Tapi ini adalah rekor baru loh,” timpal Lancient antusias, memandang master sihirnya di masa lalu dengan berbinar-binar.“Kau hanya tidak sadarkan diri selama seharian penuh saja. Tidak seperti saat kau pingsan setelah mengembalikan ingatanku.”Hm, … benarkah?Ekhem!Mendapatkan ucapan kekaguman dari si pangeran berambut pirang tersebut, tak ayal, sudut bibir Ruffin terasa gatal.Dia yang tadinya mengerahkan sebelah tangan kanan untuk memegangi kepala dan sedikit meremas rambutnya akibat merasa pusing, kini mulai beralih.Mengalihkan pergerakan jari-jemarinya tersebut, tuk mengusap poninya supaya tersisir ke belakang.“Well yeah. Siapa dulu
“….”TRP!Putri pedang kepercayaan sang Kaisar Violegrent, Alvina Desideria Kennard, berdiri beberapa langkah dari seseorang yang tengah duduk meringkuk memeluk lutut, … sembari memasang ekspresi muka yang datar.Gadis berambut biru beri itu terfokus melihat bagaimana tubuh sang putri kekaisaran yang dikejarnya, yakni saudari kembarnya orang yang ia suka, Rosalina, bergetar karena sesenggukan.Dia sedang menangis, … rupanya.“Your Royal Highness.”Alvina memanggil dengan lembut padahal.Namun, panggilannya itu justru membuat sang putri tersentak hebat.“Bolehkah Saya mendekati Anda sekarang?” Tanyanya meminta izin secara hormat, dikarenakan hubungan pertemanan mereka sudah lumaya
“Hm~!”Ah, hari yang indah.Hisahilde tak bisa berhenti tersenyum, setelah ia menang untuk pertama kalinya melawan Fennel Eglantine, pada satu minggu yang lalu.Ini adalah sebuah kebanggaan yang patut dikenang lama.Sebuah kemenangan yang ia dapat, setelah berkali-kali melawan dan tak lelah berlari keras, untuk mendapatkan kehormatan tersebut.Walaupun hanya sekali, tetap saja ini patut diapresiasi.Tak apa jika tak diapresiasi oleh orang lain.Setidaknya, ia harus mengapresiasi kerja kerasnya sendiri.Dia mengambil waktu luang untuk memanjakan tubuh.Mulai dari mandi sampai ke mengenakan pakaian rapi, memakai wewangian, dan menyisir poni rambutnya ke belakang, … semuanya ia lakukan secara mandiri.&nbs
“Miss Eiren. Anda kemari lagi hari ini?”“Tentu saja~!”“….”Aira menatap kosong gadis berambut permen kapas, yang tengah mengobrol dengan sok akrab bersama resepsionis perpustakaan di lantai dasar sana, dari lantai kedua.“Saya permisi dulu ya~!”“Ya! Nikmati waktu luang Anda dengan membaca buku yang bermanfaat!”Manik putih ivory miliknya yang seindah mutiara, menggelincir. Keduanya bergerak mengikuti langkah si penyandang nama kehormatan Eiren itu, di mana dia mulai berjalan mendekati lantai tepat di bawah Aira.“Hm, ….”Gumamannya keluar, begitu sudut matanya menangkap gambaran benda ditangan, sebuah buku bervolume tebal nan cukup berat.Ide licik dan terbilang sangat jahat pun muncul.“Ups!”Aira melemparkan buku yang barusan masih ada dalam pertanggungjawabannya itu, supaya sengaja jatuh mengikut gaya gravitasi.SRAKK!Secara cepat, kertas-kertas yang terbuka juga disapu angin lalu sampai-sampai suara bolak-baliknya terdengar jelas, mengundang Alesya tuk melongok ke atas.Dan,
BUK! BUK! BUK!“Uwahhh!”“Hm~?”Seorang pelayan peneman murid perempuan berambut merah muda, yang tengah merasa gemas karena ia memukul-mukul bantal di atas ranjang milik sendiri, tersenyum mengamati.“Miss Alesya,” panggilnya lembut, berusaha menyudahi aksi dari majikan mudanya ini dengan sebuah pertanyaan.“Apa ada yang bisa Saya bantu?”Poppy, itu adalah namanya.Pelayan muda yang usianya kurang lebih sebaya dengan sang nona yang ia layani ini, memiliki rambut berwarna merah ati.Mata hijau anggurnya yang menyorot halus, memandang sang nona secara teliti.Tidak lupa, sebuah senyuman mulai merayap dan membentuk sebuah patri.“Uhh, aku hanya ….”Ah, sungguh.Mendapati putri sulung Marquess Eiren bahagia seperti itu, di mana gadis berambut permen kapas tersebut, mulai memeluk dan menyelusupkan sebagian wajah ayunya kepada bantal yang tadi ia pukuli dengan muka terlihat begitu merah merona, … ini mendorong Poppy secara alami ikutan bahagia.“Hanya …!”Alesya melirik Poppy menggunakan e
BRUAK!“Kyahkk!”“…!”Suara gadis yang berteriak setelah terdengarnya suara sesuatu yang beradu, telah sukses memecah fokus milik seseorang.Seseorang yang lekas menolehkan kepala bersurai merah muda yang indah, namun, secara bersamaan terlihat lucu karena warnanya hampir menyerupai permen kapas, … tuk memalingkan muka pada sumber suara.Seseorang yang ….GREP!“H-huhh??”… Membelalakkan manik mata kuning keemasan, yang memantulkan bayangan sesosok remaja laki-laki berambut hitam ebony, menangkap hati-hati seorang murid perempuan berambut hijau lumut.“Ah, … Anda baik-baik saja?” Tanya remaja laki-laki yang gadis berambut permen kapas ini kenali sebagai Grand Duke muda Eglantine, Fennel, sembari melepaskan pegangan tangannya dari yang ia tolong.Suaranya terdengar halus, sangat sopan ditelinga.Tatapannya yang lembut, terpancar dari manik mata hijaunya yang menenangkan.“S-saya baik-baik saja.”Seharusnya, dia, si gadis berambut permen kapas ini, putri sulung the Honourable Marquess o
GROOO~!.“…!”“…!”“…!”Suara perut yang terdengar keroncongan, mengagetkan ketiga muda-mudi yang ada di sana.Yakni, Aira yang sempat tidak terima di dalam hatinya, kalau ia hanya menjadi obat nyamuk saja.Ruffin yang masih memiliki sisa potongan besar kue muffle di tangannya.Juga, penghasil sumber suara keroncongan itu sendiri, Alvina, ….“M-maafkan Saya atas kelancangan ini!”… Yang menutupi muka merah padamnya dengan kedua telapak tangan.“Hoo, ini menarik,” batin Aira menyeringai, tiba-tiba merasa senang.Dia sangat mengharapkan, supaya nenek yang mengaku sudah menunggu si pangeran dari Violegrent ini selama kurang lebih 70 tahun, terlepas itu benar atau tidak, … akan mengalami hal yang serupa seperti dirinya tadi.Yaitu, ….“Kamu lapar?”… Dihardik dengan kasar oleh target tantangan mereka.“Ini memang tidak sopan, tetapi, … apa kamu mau memakan punyaku sebagai pengganjal perutmu tuk sementara waktu?”"S-sungguh?"Akan tetapi, … apa?“Bolehkah Saya menerima bantuan yang berharg
“Pangeran Edelhert~!”“….”“Pangeranku~!”“….”“Your Royal Highness~!”“….”“Ruff—!”“—Hei.”Tidak tahu malu, padahal sudah diperingatkan di seminggu yang lalu, … Alvina melabrak Aira sembari menampilkan sisi sikapnya yang lain.Sikapnya yang sebenarnya, yang kasar, serampangan, dan jauh dari kata seperti sesosok nona bangsawan.“Dasar j*lang rendahan.”Berkali-kali, Aira mencoba mencari perhatian dari Ruffin, yang jelas-jelas menghindarinya dan merasa tidak nyaman atas gangguan itu.Berkali-kali juga, Alvina mengawasi dia dari kejauhan dengan tangan yang mengepal.“Kau bebal sekali, ya? Sampai-sampai tidak mau mendengarku.”SRAKK!“…!”Alvina memojokkan Aira sampai di gadis berambut hijau lumut itu terpojok menyandarkan tubuhnya pada tembok ruangan, … yang lagi-lagi sangat sepi tuk dilewati murid-murid lain sehingga membuat mereka berdua bisa bersikap leluasa.“Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu berhenti?” Tanya Alvina dengan ekspresi wajah yang tampak bermain-main, dilihat d
“…!”Aira terenyak.Tak pernah ia bayangkan, seseorang sedingin, dan begitu pendiam seperti Putri Duke Kennard, yakni Alvina Desideria Kennard, … akan berlaku seperti itu.“Persetan kau!”Dia mengacungkan jari tengahnya tepat di depan muka.Bahkan, menambah dramatisasi supaya kesan menjengkelkan terasa begitu cetar, … anak perempuan berambut biru beri dan bermata biru es itu, menjulurkan lidahnya seperti mengejek.“A-apa yang?!”Kaget, tentu itu yang ia rasa.Bukankah selama ini, putri Duke itu sangat dikenal dengan kelakuannya yang elegan, seolah-olah memahami dan menjalankan peribahasa, “diam adalah emas”?Lalu mengapa …?“Ha, sepertinya kau terkejut ya, dengan perubahanku sekarang? Asal kau tahu, justru, sifat asliku adalah seperti ini.”“…!”“Malahan, perubahan sifatku yang drastis ini, disebabkan oleh seseorang.”SRKK!Alvina mendekatkan wajahnya ke samping Aira, dan segera memelankan suara akan kelanjutan ucapannya, memberi intonasi yang kalem namun, terasa menekan.“Seseorang y