-“Your Majesty … huh?”-Tak gentar dengan pandangan balik yang ia dapat dari ayahnya yang mengarahkan sebuah tatapan dingin nan mematikan, … Zelvin, si anak sulungnya Leanne, semakin memperkuat pertahanan dengan mengedarkan aura Mana tuk membentuk tameng melindungi sang ibu dan sang adik.-“Apakah kau sudah kehilangan akalmu, Zelvin?!”- tanya Raja menggertak, berniat untuk menakut-nakuti Zelvin yang justru malah semakin balas menatapnya sorot mata tajam.-“Bukankah seharusnya pertanyaan itu ditujukan untuk Anda sendiri, Paduka Raja?”--“Anak tak tah—“--“—Berpikiran sempit dan seenaknya saja memutuskan antara hidup dan matinya, berguna atau tidaknya, juga bagus atau buruknya seseorang … tanpa sedikit pun memedulikan tentang usaha yang telah mereka jalankan supaya bisa sampai ke situasi sana. Apakah itu pantas diperbuat oleh orang mulia semacam Anda?”-Uratnya berkedut kesal karena bocah kecil seperti Zelvin berani menentang ucapannya dan bahkan sampai menceramahinya pula, sang raja me
-“Zelvin masih mengurung dirinya di kamar?”--“Ya. Ini sudah seminggu lamanya beliau mengurung diri dengan Pangeran Lancient, selepas hilangnya anak perempuan Eglantine, … Your Majesty.”-Berdiri di depan kamar Zelvin dengan hati yang gelisah, Leanne yang sebetulnya tahu kalau si perempuan Eglantine, Felicia, tidaklah menghilang secara sengaja, … atau lebih tepatnya ia tahu bahwa Felicia sudah meninggal dunia karena di bunuh, dengan mayatnya dibuang entah ke mana, … tidak tahu harus mengatakan apa kepada Zelvin tuk menghibur.Lebih buruknya lagi, yang membunuh Felicia berdasarkan informasi Moonha dari gunjingan para pelayan raja yang kebanyakan langsung berhenti bekerja, … adalah orang yang telah membawa perempuan itu ke kawasan istana ini.Yah. Sang raja itu sendiri.Dengan alasan, Felicia yang kerap kali berontak untuk melayaninya telah membuatnya kesal, sang raja pun khilaf dan berakhir membunuhnya dengan tangannya langsung.Tak bisa Leanne bayangkan sepenuhnya, jika yang menghabis
-“Ayunkan pedangmu dengan kuat!”-TRACK!-“Urghh!”-Imbang dan hampir unggul dalam latihan pedang kayu melawan sang pangeran yang lebih tua darinya selama 8 tahun, … Fennel mengeratkan cengkeraman, mengayunkan pedangnya dengan banyak tenaga tertahan, dan segera membebaskannya dalam sekali ayunan tuk kemudian melemparkan pedang kayu milik Zelvin terhempas menancap ke tanah lapangan pelatihan di belakang.ZREB!-“Hikk!”--“…!”-Mendengar seruan orang yang merasa kaget, baik Fennel maupun Zelvin, langsung menoleh ke sumber suara.-“Cient!”--“Your Highness!”-Sontak saja, keduanya memekik kaget bersamaan, begitu tahu-tahu sudah mendapati Lancient kecil tengah mematung dengan kaku nan penuh keterkejutan, berdiri beberapa sentimeter dari pedang kayu yang terpelanting dan berakhir menancap tepat di tanah pada hadapan mata.-“Apa Anda baik-baik saja? Adakah yang terluka? Mungkin, terbentok pedang kayu dan mengenai kepala Anda, … atau apa?”-Bertanya dan memeriksa tubuh mungil Lancient dengan
BRSST!-“Katakan, Moonha.”-Memandang langit yang masih memiliki penampilan serupa dengan 2 tahun yang lalu, Leanne menangkup pipi dan menopangkannya di pagar kayu dengan muka bosan.-“Kali ini tentang apa?”-Dengan patuh, Moonha, seorang manusia bayangan yang akan senantiasa melayani cahayanya, menjawab secara cepat nan jelas.-“Sama seperti biasa, Pangeran Zelvin masih rutin melakukan kegiatannya dalam mempersiapkan diri untuk penobatan di tahun depan.”--“Apa ada lagi?”-Biasanya, berita yang dibawakan oleh ksatria bayang-bayangnya ini belum bisa dikatakan selesai begitu orang itu mengatakannya sendiri.-“Ya. Your Majesty.”--“Apa itu? Katakanlah.”-Seperti hari-hari sebelumnya yang telah Leanne jalani dengan suasana hati yang buruk, Moonha menundukkan wajah bermimik muka merasa bersalah, … dengan sangat mendalam.-“Akhir-akhir ini, Saya melihat Pangeran Zelvin memuntahkan darah setiap kali mengurung dirinya di perpustakaan.”--“Mu … muntah darah?!”-Menutup mulutnya gemetar kemudi
-“Your Majesty, Pangeran Lancient mengirimi Anda bunga dan surat. Lagi.”-Melirik Head Butler istananya yang membawa nampan berisikan bunga baby’s breath putih bersama sepucuk surat dengan pandangan tak berselera, tanpa melihat untuk yang kedua kalinya, Leanne … menyuruh si kepala pelayan tersebut untuk menyingkirkannya.-“Bakar itu.”-Apa pun itu yang diberikan anak bungsunya yang sama sekali tak ia pedulikan, Leanne menyuruh orang yang memberitahukan kedatangan barang konyol tersebut tuk segera membuangnya dari hadapan mata.Tanpa hati, tanpa rasa, … ia telah melakoni perbuatan yang kemungkinan akan mematahkan hati si pemberi hadiah yang saat ini tengah mengenyam pendidikan di akademi sana, selama hampir 6 tahun ke belakang.-“Ahh~ melelahkan.”-Bersandar dengan malas di kursi empuk yang ditempatkan di balkon berlapis kaca tebal pada musim dingin begini, untuk melihat taburan hiasan langit malam yang sayangnya tak menampakkan diri hari ini, … Leanne merenungkan sebuah ingatan penuh
Keluarga kerajaan itu benar-benar menyebalkan.… Itulah sangkaan Fennel pada awalnya, setelah apa yang ia tahu terkait penderitaan ibunya yang sang kepala keluarga kerajaan torehkan.Lalu, adapun untuk sangkaannya sekarang. Dia ….“Kak Fennel!"GASP!“…!”… Semakin menduga bahwa keluarga kerajaan itu memang gila akan berbuat hal yang benar-benar menjadikannya terasa seperti orang yang patut dikelilingi oleh semua tindakan menyebalkan.“Jangan melarikan diri!”“Guh!”Mengernyit geram akan tindakan absurd dari pangeran kecil, anak bungsunya ibu suri kerajaan Aethelred yang kemarin ia temani di ruang kesehatan selagi tidak sadarkan diri, … akibat dari anak itu memanggilnya dengan cara berteriak sampai-sampai berhasil mengarahkan pandangan mata orang-orang, Grand Duke muda Eglantine, Fennel, … bersikeras tuk melarikan diri sejauh mungkin.“Aku bilang, jangan melarikan diri, kan?!”Namun, segigih apa pun Fennel berusaha untuk menjauhi si pengejarnya, Lancient, … tetap lebih gigih lagi Lanc
BRAKK!Mendobrak pintu kamar dengan keras sampai mengagetkan Lancient yang tengah bersiap-siap mengenakan seragam, Ruffin bergegas menuju ke kamar mandi, … tuk memuntahkan isi perutnya yang terasa begitu mual.Begitu keluar dari bilik air dengan langkah yang lambat juga mata yang mengosong, cepat-cepat saja teman sekamarnya, Lancient, bertanya dengan khawatir. “Rui, apa kau baik-baik saja?”“Tidak.”“Apa?”“Tidak. Tidak. Tidak.”Terus-menerus mengulang kata yang sama selayaknya burung beo, Ruffin menanggalkan Lancient untuk menidurkan diri di ranjang, mengambil selimut dan menyelimutkannya pada badan yang gemetar seperti kedinginan.“Aku tidak baik-baik saja. Aku tidak baik-baik saja. Aku tidak baik-baik saja.”“Rui,” sekali lagi memanggil dan menghampiri kawan sekaligus master yang telah mengingatkannya akan masa lalu, dengan panggilan pendek yang serasa nyaman di dengar itu, … Lancient bertanya.“Aku baru melihatmu terbangun sekarang, setelah kau mengalami pingsan yang panjang. Kau
“Akhir-akhir ini ….”Menatap nanar teman sekamarnya yang berpenampilan kacau juga berantakan, menyelimuti diri sendiri yang gemetaran di tengah-tengah banyaknya tumpukan kertas penuh coretan abstrak yang berserakan di lantai, … Lancient berujar.“… Kau seperti orang lain, Rui.”Delapan bulan telah lama berlalu.Memboyong Lancient dan temannya itu, Ruffin Cailean Edelhert, yang sekarang dipanggil dengan nama Rui, ke semester awal yang baru.Sudah banyak perubahan yang terjadi selain dari meningkatnya tingkatan kelas mereka menjadi kelas 1-2.Yakini, Fennel yang perlahan tapi pasti mulai menerima kehadiran Lancient di sampingnya. Hisahilde yang mulai bersifat dewasa dengan mengalah (atau memang kalah tetapi tak mau mengaku) dari Fennel atas kompetisi persaingan konyol yang abstrak. Juga hubungan saling menguntungkan yang terjalin di antara Lancient juga Darissa, dalam membincangkan semua kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang.Dengan pengecualian, Ruffin yang semakin hari sem
“Aboo! Abuuu!”Sigh …!Sulit dipercaya, ada dunia yang suasananya jauh berbanding terbalik dengan dunia yang Desik—ah! Maksudnya, Alvina bayi ini kenal.Lihatlah atap langit-langit berukiran estetik, tetapi jika di zamannya sudah pasti akan dipanggil sebagai sebutan barang antik atau kuno, … menghias rumah kepemilikan dari dua orang cantik nan tampan, yang Alvina taksir sebagai orang tua kandungnya ini. Itu terlihat begitu nyata.Apakah seperti ini perasaannya Rafi dahulu, sewaktu dia tinggal di waktu bernuansa semacam sekarang, tetapi tiba-tiba terlempar jiwanya untuk memasuki raga milik seseorang berpenduduk zaman modern?Ternyata, lumayan mengesalkan juga, ya.Mengingat, orang-orang baru yang dikenalnya tidak memahami adaptasi lingkungan mereka.“Cikucikuckik! Bwaaa!”“….”Menatap datar pria konyol yang faktanya bahwa dia memang ayahnya, karena sudah berjasa besar dalam mewariskan penampilan indah dari rambut biru beri, mata biru es yang dingin, serta kulit putih pucat, … tengah m
Saat Rafi yang hanya dalam sepersekian menit sudah kehilangan memori terkait kenangan mereka menghabiskan waktu bersama selama beberapa bulan ke belakang ini, bertanya kepadanya akan siapa dirinya, … Desika menjawab.“Aku temanmu.”Teman.Hanya itu.Setidaknya untuk sekarang.Lalu ….“Sial, sial, sial, SIAL!”Saat dia berinisiatif memeluk dan menutupi mata beringas Rafi tatkala orang yang berbeda kepribadian ini dengan kepribadiannya di sehari yang lalu itu, karena amukannya semakin menjadi-jadi tatkala melihat dunia berbeda dari apa yang diketahuinya, … Desika mengatakan.“Tidak apa-apa, aku akan memandumu. Karena aku temanmu, aku akan selalu bersamamu."Karena dia temannya, tak ada alasan yang bisa membantahnya untuk mencegah teman berharga bagi dirinya itu jatuh ke dalam parit untuk terpuruk sendirian.Kemudian, ….“Mati. Mati. Mati. Mati …!”Betapa eratnya pelukan yang Desika berikan kepada Rafi, dalam beberapa minggu waktu yang dihabiskannya sendiri untuk mengawasi orang yang men
“Ini hasil tulisanmu?”Membuka lembaran buku cetak fisik yang Desika berikan kepadanya untuk dibaca pertama kali oleh pembaca pertamanya sebelum versi novel online-nya ia luncurkan, … Rafi menghabiskan masa liburan kerja untuknya akibat majikannya sedang menutup kafe karena hendak bertamasya, … membaca secara antusias buku yang berjudul “Tame My Possessive Fiancé”. Tentu, rasa semangat dari pembaca pertamanya ini membuat Desika senang tidak terhingga.Terutama, karena dia, sosok pembaca pertamanya … adalah ketertarikan cinta pertamanya juga. “Jadi, bagaimana menurutmu?”“Ini cerita yang bagus.”Mata mereka saling bertatap, dan mengalihkan satu pandangan bermakna lain ke sorot manik yang memancarkan aura keceriaan.“Kau membuatnya sangat realistis dengan suasana di duniaku, sehingga dapat mendorong orang ikut percaya bahwa dunia tempat tinggalku itu memang ada.”“Kalau begitu, apa kamu tidak keberatan kalau aku …?”“….”Ah.Senyuman tipis yang menyimpul seperti sebuah seringai itu te
“Arghhh! Sialaaan! Apa yang KAU LAKUKAN?!”Berteriak begitu kencang secara sengaja selain karena memang merasa terkejut, juga karena ingin menarik bantuan lewat perhatian yang didapat dari teriakannya tersebut, … Desika membekuk pergerakan Rafi dengan cara mengimpit lehernya mengenakan perpotongan lengan.“KAU GILA YA? KAU MAU MATI YA?”Terima kasih atas suara lantangnya itu, petugas medis yang kebetulan sedang lewat di dekat koridor ruangan ini datang membantu mencegah upaya sang pasien bernama Rafi untuk melompatkan diri dari lantai 5 rumah sakit ini.Sekarang, setelah dipikir-pikirkan lagi, … tentang bagaimana pasien yang berontak dari para petugas medis yang berusaha menyuntikkan obat penenang, demi mencegah hal-hal tak diinginkan mau dilakukan kembali oleh Rafi yang saat ini tampak mengucurkan banyak darah dari hidungnya sedari Desika seret tuk menjauh dari jendela, … si gadis yang mulai menangkap situasi, mengerutkan keningnya serius.Rupa-rupanya, orang yang dimulai dari hari i
“Ya, ya, ya. Sialan! Berhenti berbicara tanpa henti! Kau pikir aku ini typewriter apa? Yang mampu menangkap semua kata-katamu secepat apa pun informasi yang diberikan?!”Mengemudikan mobil mewah dengan ditemankan oleh musik yang mengentak-entak di sela-sela dirinya bertukar percakapan bersama temannya lewat earphone, … seorang perempuan muda yang tak perlu pusing memikirkan tugas sekolah karena orang tua angkatnya tidak memaksanya untuk sekolah jika memang tidak mau, … asyik menikmati suasana.Sampai ….“Eh, sudah dulu ya. Aku ma—!”—BRAKKK!“…!”Dia mengerem mobilnya mendadak dengan jantung yang seperti mau berhenti sejenak, begitu menyadari adanya sesuatu yang muncul dan jatuh tiba-tiba dari atas pohon, … lalu berakhir menghantam kaca depan mobilnya sampai ringsek.“Oh, oh SIALAN!”Mengumpat dengan suara histeris segera setelah keluar dari mobil dan menyidik-nyidik lebih jelasnya lagi tentang sosok yang menabrak mobil kesayangannya itu, … perempuan tersebut tambah-tambah mengumpat.
Pada hari itu, Aira ingat betul.-“Apa yang Anda lakukan dengan mengendap-endap kemari … Miss Qianzy?”-Tentang betapa terkejutnya ia dengan kehadiran Putri Duke Kennard of Violegrent, yang tak disadari kapan berdiri di belakangnya, … sewaktu mau memanfaatkan situasi mendekati Pangeran Edelhert, Ruffin Cailean, … yang tengah terbaring di ranjang dengan status sebagai orang pingsan.-“Aha-ha-ha … Anda sendiri, Putri Kennard? Apa yang Anda lakukan di sini?”-Cara bagaimana mata biru kepunyaan gadis membosankan itu menatapnya dengan sorot kosong tetapi berasa menyimpan satu rahasia tersembunyi, … benar-benar sangat menjengkelkan.-“Heh.”--“…!”--“Betapa tidak sopan.”-Mengepalkan telapak tangannya erat-erat tatkala mendengar deceh meremehkan yang dibarengi dengan bola mata diputar secara digulirkan, … berusaha untuk tidak bergerak sedikit pun di tempatnya saat ini sewaktu Pu
“Alvina.”“…?”Menoleh ke arah seseorang yang baru saja memanggil namanya, Putri Duke Kennard, Alvina Desideria, … menemukan sosok pangeran berambut merah dari kekaisarannya, yang kini menghadapnya dengan tampang gelisah.Tidak memanggilnya seperti biasa dengan semat panggilan berupa "Vin-vin” … tentu ini sudah menimbulkan keanehan di gelagat sang pangeran.Sang pangeran yang sesungguhnya memiliki nama panjang … Ruffin Cailean Edelhert Carlisle Violegrent.“Aku ingin bicara berdua denganmu.” Ruffin menjeda kalimatnya sebentar dengan manik mata yang sedikit-sedikit terpusat ke dua teman Alvina, yang berada tepat di belakang punggung gadis berambut biru beri itu, … seperti memberikan sinyal.“Hanya sebentar.”Huh…? Ini aneh.Ada gerangan satu hal mendesak apa yang telah mendorongnya untuk meminta sesuatu semacam ini? Pikir Alvina.“Lady Darissa, Lady Sarah. Anda berdua tolong pergilah terlebih dahulu.”Cepat meresapi situasi, kedua orang yang Alvina suruh untuk pergi terlebih dahulu it
DRAP! DRAP! DRAP!Suara langkah kaki berat yang digerakkan secara cepat menyeret tubuh beratribut lengkap nan mewah miliknya, telah menemani sang empu tuk mengayunkan ancang-ancang di lengan kanan yang mengepal.Dalam sekali tarikan nafas, tinju dilayangkan.BUAGH!Bogem mentah mendarat pada pipi sang Pangeran Kekaisaran pemangku Putri Mahkota yang dengan hebatnya tak terbawa oleh arus tenaga serangan, untuk membuatnya jatuh terjungkal ke belakang atau pula sekadar bergeser dari tempatnya duduk, … selain dari mengeluarkan darah dari hidung.“Apa yang sudah kau lakukan kepada istriku?!”Pertanyaannya, ….… Apakah darah yang bocor dari lubang hidung itu benar-benar muncul karena baru saja menerima pukulan?“Istrimu, ….” Ah, sungguh.Sebetulnya, jawaban yang tepat ternyata memang bukan dikarenakan terkena pukulan semata. Melainkan, ….Menggantung kalimat sejenak dengan suaranya yang tersendat-sendat, sepasang mata yang menyorot mati milik si pangeran kekaisaran itu pun bergerak cepat u
“Ahh! Apa kau merasakannya?!”Mata hijau yang membulat lebar tatkala sisi wajah yang dilabuhkan pada permukaan perut Rosalina yang sudah membuncit, karena tengah mengandung calon anak pertamanya dengan Mirros, … Ruffin memekik histeris.“Bayimu menendangku! Dia mengenaliku! Setiap kali aku bersandar seperti itu pada perutmu, dia pasti akan langsung berusaha menyingkirkanku!”“Haha, ya ampun. Ruffin, jangan berlebihan.”Terkikik geli akan tingkah saudaranya yang ternyata jauh lebih menghebohkan daripada suaminya sendiri, terkait perkembangan kecil bakal calon penghuni baru istana kekaisaran ini yang telah mulai memasuki bulan kelima, … Rosalina tertawa kecil.“Aku tidak berlebihan! Ini serius! Ini momen yang penting! Aku harus mengajak Ayah untuk membuat hari libur nasional di hari sekarang!”“H-hei kau—!”“—Sampai jumpa!”Memotong ucapan tak terselesaikan dari Rosalina yang sudah diduga akan mengajukan protes, dengan langsung berlari secepat kilat ke tempat baru tujuannya selepas mena