Home / Romansa / Rasa / Chapter 1

Share

Rasa
Rasa
Author: Zahrazara

Chapter 1

Author: Zahrazara
last update Last Updated: 2021-09-11 11:40:12

"Baik anak anak, ibu cukupkan pembelajaran kita hari ini dengan mengucap Alhamdulillah." salah satu ustadzah menutup jam pelajaran nya di kelas. 

"Alhamdulillah," jawab anak anak serentak, suaranya mengisi ruangan itu.

Ustadzah Ainun menutup daftar hadir yang ada diatas meja. "baik, setelah ini silahkan persiapkan hafalan kalian ya. Ustadzah persilahkan untuk lanjut ke jam pelajaran berikutnya, yaitu tahfidz." 

Anak anak santriwati menyiapkan Al Qur'an dan sebuah buku yang berisi laporan hafalan masing masing, tak lupa mereka menyiapkan sebotol air mineral untuk dibawa ke halaqahnya. 

"Aya, Aya, tunggu..." Kyra mengejar langkah Ataya yang semakin cepat berjalan ke arah luar. Kyra, salah seorang santriwati pondok pesantren Darul Haq yang terkenal sangat ceria. Saat ini, ia duduk di kelas 10. Dirinya sangat dekat dengan Ataya, gadis remaja yang sudah ia kenal sejak masih di bangku sekolah dasar dulu. Ataya, biasa dipanggil Aya disana. Ini bukan pengalaman pertama bagi Kyra dan Ataya untuk hidup di sebuah pondok pesantren. Keduanya, memang sudah dibiasakan hidup sendiri jauh dari kedua orangtua sejak masih di jenjang SMP. Pondok pesantren Darul Haq ini sendiri, rupanya pondok pesantren milik Abah (panggilan Kyra untuk kakek nya). Sejak kecil, Kyra memang hidup dibawah asuhan omah dan abah nya. Umi dan abi Kyra, sudah meninggal dunia saat Kyra masih berusia 7 tahun. Keduanya meninggal karena kecelakaan pesawat usai pulang dari tanah suci, Makkah Al Mukarramah. 

"Iya? Kenapa?" Ataya menoleh ke arah belakang, langkahnya pun terhenti. Kyra terlihat masih sedikit repot dengan barang barang di tangannya. Ataya pun akhirnya menghampiri untuk membantu. 

"Sini sini ah, gini aja repot kamu mah," Ataya mengambil paksa botol minum milik Kyra. Ia berencana membawakannya. 

"E-e-eh, kamu gak keberatan itu? Bentar ya, Kyra mau kumpulin tugas pelajaran tadi ke ustadzah Ainun." Kyra berlari cepat memasuki kembali ruangan kelas itu. Sepertinya, Kyra lupa mengumpulkan tugas di pelajaran tadi. 

"Aish, buru ah." Ataya menggelengkan kepalanya, selagi Kyra berlari memasuki kelas. Ia terlihat lelah menyaksikan tingkah temannya yang sangat pelupa itu. Dengan cepat Kyra menyerahkan buku tugas nya ke meja guru. Disana, ustadzah Ainun masih menunggu sembari mengoreksi buku - buku tugas yang sudah dikumpulkan. 

"Iya...udah nih." gadis itu pun akhirnya keluar dan kembali menghampiri Ataya yang menunggu di koridor kelas. Keduanya pun berjalan mengunjungi halaqahnya yang berada di depan kantor guru. Terlihat para santriwati tengah sibuk dengan Al Qur'an nya masing masing, duduk membuat sebuah lingkaran. Kyra dan Ataya pun, ikut bergabung disana melengkapi tempat yang kosong. Tak lama, ustadzah Aulia yang merupakan pengampu kelompok tahfidz Kyra, datang menyapa anak anak nya. 

"Assalamualaikum," sapanya membawa sebuah meja lipat dan Al Qur'an di tangan kiri 

"Wa'alaikumussalam," jawab para santriwati berbarengan. Ustadzah Aulia pun, mulai membuka meja lipat nya dan meletakkan barang barang di atas sana. Di pagi menjalang siang itu, tepatnya saat jam menunjukkan pukul 10.15, pondok pesantren Darul Haq terutama di gedung santriwati, ramai dan ricuh dengan suara lantunan ayat Al Qur'an. Suara suara itu, seakan tak mau mengalah satu dengan yang lainnya. Merdu sekali.

***********************************

/Kringgg, kringgg 

Bel berbunyi sangat nyaring, menandakan tibanya waktu makan siang. Ustadzah Aulia menutup halaqahnya siang itu. Para santriwati telah menyelesaikan jam tahfidz, kini saatnya mereka pergi ke ruang makan untuk makan siang. 

"Aya, Kyra kepengen makan rendang euy. Udah lama gak makan, tapi gak mungkin sih mbak masak rendang siang ini. Gak mencium bau bau bumbu rendang perasaan," ujar Kyra berjalan bergandengan dengan Ataya menuju ruang makan. Sesekali, Kyra menatap mata Aya. 

"Eummm, aku malah kepengen bakso. Ahh, seger pasti. Rendang seret, gak like," saut Ataya yang sedang membayangkan semangkuk bakso, yang merupakan makanan favorit nya. 

"Yeuu, bakso mulu ah. Enak sih, tapi siang siang gini kayaknya kurang mantep deh." Kyra menolak setuju dengan pendapat Ataya. Keduanya memang suka sekali menebak nebak, padahal tak lama lagi Kyra dan Ataya tiba di ruang makan. 

"Ngomongin bakso, aku inget abang deh. Dia kalo makan pas sakit, maunya cuma mie kalo gak bakso. Udah tuh, dua itu doang. Emang demen banget makan bakso orang itu," Ataya sedikit menceritakan kakak laki lakinya, hingga tak terasa Kyra dan Aya kini mulai memasuki ruang makan.

"Hehehe, emang seger sih bakso. Favorit sejuta umat," Kyra merespon cerita Ataya sebelumnya, itu bentuk ia menghargai teman nya yang bercerita. Keduanya memang sudah sangat terbuka satu sama lain.

"Ayo makan, makan. Sini, udah siap nih," ucap mbak Yanti mempersilahkan para santriwati yang baru saja datang untuk segera menyantap makanan. Hari ini, Kyra dan Ataya mendapat jadwal makan di satu nampan yang sama, bersama 3 orang teman lainnya.

"Eh, bukan rendang bukan bakso. Tau tau nya ayam again!" keluh Ataya berbisik melihat menu makan siang hari itu. Ia terlihat bosan dan tak tertarik untuk makan. 

"Shtt, bersyukur eh, Alhamdulillah lho masih dikasih makan ayam. Udah yuk ah, makan." Kyra duduk melingkar dengan nampan yang ada ditengah. Sebelumnya, santriwati sudah mencuci tangan maisng masing sebelum memasuki ruang makan itu. Ataya pun ikut duduk di celah lingkaran. Sebelum makan, santriwati tak lupa membaca doa bersama sama. Meski hanya makanan yang sederhana, namun moment kebersamaannya inilah yang membedakan pondok pesantren dengan sekolah pada umumnya.

*********************************** 

/Allahu akbar, allahu akbar

Adzan merdu terdengar dari masjid. Dalam sekejap, suasana menjadi hening. Baik santriwati maupun santriwan diam menyimak adzan yang berkumandang. Tak lupa, setiap larik adzan mereka jawab. Semuanya diam khusyu hingga adzan selesai. Setelah selesai adzan, para santriwati mulai ramai mengantri untuk berwudhu di kamar mandi. Begitupun dengan Kyra dan Ataya.

"Kyraa,"

"Kyrr,"

"Heii, Kyra!"

Panggil kakak kakak kelas Kyra melihat Kyra yang berjalan menuju kamar mandi bersama Ataya. Nama Kyra memang sudah tak asing lagi disana. Kyra terkenal dengan gadis yang ramah dan sangat mudah sekali bergaul. Kyra memang sangat terbuka dengan siapa saja. Banyak kakak kelas yang tak segan menyapa saat melihat gadis ini.

"Haii," Kyra menjawab penuh antusias. Ia memiliki hubungan baik dengan kakak kakak kelasnya. Meski dirinya masih duduk dikelas satu SMA, dan merupakan adik kelas terkecil dijenjang ini. 

"Widih.... Fansnya dimana mana," ledek Ataya sedikit menyenggol lengan Kyra.

"Hiih, bukan fans ah. Buruan hayuk ngantri, keburu makin panjang." Kyra menarik tangan Ataya dan mengajak nya untuk mempercepat langkah agar bisa tiba di kamar mandi jauh lebih cepat.

"Astagfirullah, yang sabar toh mbak." Ataya terkejut mengetahui tangannya tiba tiba ditarik paksa oleh Kyra.

***********************************

Related chapters

  • Rasa   Chapter 2

    /Tok tok"Assalamualaikum, yuk bangun yuk. Kita shalat tahajud." ketukan dan suara seorang kakak kelas terdengar dari balik pintu. Di sepertiga malam tepatnya pukul 03.15 pagi, kakak kelas yang bertugas hari itu, pergi berkeliling untuk membangunkan santri santri disana."Huaah, wa'alaikumussalam." Kyra menguap dan menjawab salam dari luar dengan lemas. Matanya masih cukup berat. Di kamar itu, biasanya memang Kyra yang bangun paling awal. Dirinya bergegas menuruni tangga, kebetulan tempat tidur Kyra ada di bagian atas. Tak lupa, ia merapikan kerudungnya dan pergi membangunkan teman teman sekamarnya yang lain."Ayaa, bangun bangun. Yuk bangun yuk bangun. tahajud , tahajud," ujar Kyra dengan suara yang sedikit keras hingga akhirnya mengusik telinga teman teman yang masih terlelap tidur."Ayo bangun yuk! Bangun guys, waktunya tahajjud," teriak Kyra sekali lagi, membuat teman teman yang masih tertidur pun akhirnya terganggu dan memilih bangun.

    Last Updated : 2021-09-11
  • Rasa   Chapter 3

    Di gedung santriwan,Hari itu adalah hari pertama bagi Abi di pesantren Darul Haq. Dirinya sungguh tak terbiasa dengan suasana disana. Abi memang sangat pendiam dan sulit sekali bersosialisasi dengan orang lain. Apalagi, dengan orang baru."Nah, ini teman baru kalian ya disini. Coba perkenalkan diri dulu nak." salah satu ustadz yang mengisi pelajaran pertama abi, mempersilahkan abi untuk memperkenalkan dirinya. Abi cukup canggung, sejak tiba di pesantren Darul Haq kemarin, jumlah Abi berbicara bisa dihitung dengan tangan. Abi mengangguk pelan menyutujui permintaan ustadznya."Assalamualaikum." Abi memulai dengan salam, mata dan pandangan nya masih tunduk ke arah lantai."Wa'alaikumussalam," jawab teman teman dan ustdznya serentak."Nama saya Abian Airuz Aldari. Saya duduk di kelas 12," ujarnya sangat singkat. Tiba tiba ia terhenti, ia kebingungan memperkenalkan dirinya. Keringatnya pun mulai menuruni dahi, terlihat sangat gugup.

    Last Updated : 2021-09-20
  • Rasa   Chapter 4

    "Eh, besok bahasa indonesia bukan?" Kyra memulai pembicaraan di kamarnya. Para santriwati kini sudah berada di kamarnya masing masing, sebenarnya ini sudah waktunya mereka untuk tidur. Bel pun sudah berbunyi, tapi Kyra dan teman teman sekamarnya belum mengantuk."Eh, iya.""Ho oh.""Iya," jawab Ataya dan beberapa temannya berbarengan."Wawancara kan berarti?" Kyra mengangkat tubuhnya bangun, ia terlihat cukup antusias."Yoi.""Iyap.""Ho oh.""Iya kayaknya," jawab Ataya mengikuti temannya yang lain."Yeah, gak sabar, ah." Kyra kembali berbaring. Kini punggung bagian belakangnya sudah bersentuhan dengan ranjang mpuk yang diselimuti sprei polos."Dih, kamu mah suka ya kalo ada tugas wawancara?" tanya Ataya."Tau ih, suka banget keknya kalo ada tugas wawancara," sambung temannya."Ho oh, aku tak tertarik. Malas kali lah," ujar teman lainnya melengkapi"Seru lah, bisa keliling keliling pondok. Ket

    Last Updated : 2021-09-20
  • Rasa   Chapter 5

    "Kyr, Kyr. Tugas yang ini udah selesai?" tanya seorang teman yang tiba tiba datang ke mejanya. Sebuah buku tulis terbuka di hadapan Kyra. Beberapa soal ditulis menurun dan masih kosong tanpa jawaban."E-eh, udah kok." Kyra yang tengah sibuk merapikan meja pun terkejut."Tuh ambil aja buku latihan Kyra. Jawaban Kyra bener tadi Alhamdulillah." dagunya sedikit ia angkat, mengarah pada buku tulis di pojok mejanya."Sip, makasih," jawab teman itu, kemudian membawa buku catatannya pergi. Itu bukan masalah yang besar bagi Kyra. Gadis kecil ini sangat suka jika bisa membantu teman teman sekelasnya./Tokk, tokkk"Assalamualaikum, haii hai. Coba liat sini dulu." Kyra bangkit dari duduknya. Ia mengambil sebuah penghapus papan tulis dan sesekali mengetuknya ke atas meja guru, ia mencoba meraih perhatian teman temannya sebentar."Wa'alaikumussalam," jawab teman temannya serentak. Seketika, mereka menghentikan aktivitasnya, dan memfokuskan perhatian pada

    Last Updated : 2021-09-20
  • Rasa   Chapter 6

    "Ini sampai kapan sih kayak gini?" tanya seorang santriwan dalam pikirannya sebelum menikmati tidur malam yang panjang. Ya, itu Abian. Abian memang jarang berbicara, namun sebenarnya seribu satu pertanyaan sedang berlalu lalang di pikirannya. Santriwan lain sudah mulai bermain dalam dunia mimpinya masing masing. Tapi tidak dengan Abian. Menatap langit langit kamar yang luas, ia berbaring diatas ranjangnya. Hari itu, Abian mendapat tempat tidur di bagian atas. Ia sebenarnya, sangat tidak nyaman tidur di kasur yang tinggi, ia juga tak bisa bebas bergerak, karena kayu yang menyangganya itu sering kali berbunyi, ia tak mau mengganggu teman di bawah yang sedang tidur. Perlahan Abian bangun, kamar sebenarnya sudah gelap, tapi Abian sangat menyukai suasananya. Suasana yang jarang sekali ia dapatkan semenjak menjadi santriwan di pesantren itu. Abian gunakan waktu malamnya untuk introspeksi diri, mencoba menyelesaikan pertanyaan pertanyaan seputar hidup yang sejak tadi berlari lari di pikira

    Last Updated : 2021-09-20
  • Rasa   Chapter 7

    “Abi, nanti ke ruangan ustadz ya. Ada yang ingin ustadz sampaikan.” ujar ustadz yang selesai menyimak setoran hafalan Abi pagi itu. Abi hanya diam mengangguk dan pergi kembali ke tempat duduknya di halaqah. Kali ini Abi duduk menyendiri di pojok sambil bersandar ke pagar. Tak heran jika itu menjadi bahan perbincangan santriwan lain, Abi memang sependiam itu. Memang tak sedikit yang mencoba mengajaknya mengobrol, tapi hasiulnya sama saja.“Eh, ajak ngobrol sana. Kasian sendirian si Abi,” ujar salah seorang teman memperhatikan Abi duduk sendiri menggenggam mushafnya.“Lah, biarin aja udah. Dari kemarin juga udah diajak ngobrol sama aja. Emang gitu kali anaknya.“ balas temannya. Sepertinya, banyak santri lain yang malas menanggapi Abi. Sikapnya sangat dingin.“Ho oh, biarin aja udah. Emang dia nyamannya sendiri gitu kali. Ustadz juga ngebiarin. Udah, biarin aja.” Saut teman lainnya yang mendengar.A

    Last Updated : 2021-09-20
  • Rasa   Chapter 8

    “Kyr, nanti temenin ya ke gedung santriwan,” cetus Ataya saat sedang fokus menyelesaikan tugas prakarya. “Mau ngapain ke gedung santriwan?” tanya Kyra terkejut. “Biasa, uang saku Ataya abis. Kemarin Umma titipin ke abang. Ya, jadi mau ngambil uangnya ke abang.” “Owalah, jadi kamu gak megang uang saku sekarang?” “Sekarang masih, tapi tinggal dikit. Ya mungkin besok atau nanti sore. Ataya juga lupa uang yang sisa ada berapa.” “Oke, oke. Nanti Kyra temenin. Bilang aja kalo mau ambil ke gedung santriwan.” “Oke, thanks. Tapi eh tapi, Ataya gak tau kamar Abang sebelah mana. Haish, males sebenernya harus ngambil uang ke sana. Kudu nyari nyari kamar atau paling gak tanya sama ustadz.” Keluh Ataya. “Ya nanti ku temenin. Sanss, kita keliling gedung santriwan nanti.” “Jiakh, cuci mata ya kamu. Wuuuhh, iyooo makasih sebelumnya.” “Gak, astaghfirullah. Yooo, masama.” Selesai sudah obrolan

    Last Updated : 2021-09-20
  • Rasa   Chapter 9

    “Abangmu pendiem banget yaa, dingin dingin gimanaa gitu. Ngerii!!” ujar Kyra saat perjalanan kembali ke gedung santriwati.“Ho oh, emang gitu anaknya. Ngeselin kadang kadang, diajak ngomong kayak gak punya mulut. Diem aja,” balas Ataya merapikan kerdungnya yang sedikit berantakan.Keduanya pergi menuju kantin untuk membeli basreng favorit mereka. Anehnya, Kyra kini menjadi penasaran dengan sosok Abian yang sebenarnya, setelah tadi bertemu. Dia sebelumnya tak pernah melihat laki laki seperti Abian, sosok laki laki yang sangat menjaga pandangannya, dan sedikit berbicara. Benih benih kagum mulai tumbuh dalam benak gadis yang bernama Kyra itu.“Eh, iya abang mu kelas berapa? Lupa Kyra,” tany Kyra penasaran. Sebelumnya, Ataya sudah memberi trahu ia sepertinya, tapi sayangnya Kyra sangat pelupa.“Kelas 12, dia disini cuma setahun doang, habis itu lulus.”“Owalah, dah kela

    Last Updated : 2021-09-21

Latest chapter

  • Rasa   Chapter 32

    Sosok laki-laki dengan kemeja lengan pendek berwarna biru muda, membuka pintu tersebut. Jam tangan hitam, dengan pulpen yang sedang di genggam yang pertama kali dilihat Kyra dan Ataya. Keduanya sedikit mengangkat dagu ke arah atas. Kemudian belum genap 5 detik, Kyra dengan cepat menurunkan kembali wajahnya."Abang?" ujar Ataya terkejut."Hm?" jawab Abian sangat singkat."A-anu, K-Kyra mau kasih ini, apa tuh namanya, Kyr?" Ataya mendadak gugup tak karuan, entah apa yang membuatnya seperti itu."Hm?" Abian mengulangi hal yang sama dengan sebelumnya. Kedua tangannya kini ia sembunyikan dalam saku celana, pandangannya hanya menatap sang adik, Ataya."E-emm, i-ini, kak ada amanah dari ustadzah, untuk serahin laporan harian dan absen kelas 11b. I-ini semua lembarannya ada disini, kak," ujar Kyra mengambil alih kecanggungan diantara keduanya. Gadis itu menyerahkan benda yang ia pegang sejak tadi. Sebuah map berbentuk persegi panjang

  • Rasa   Chapter 31

    Malam itu, usai berkegiatan satu hari penuh, Abian masuk beristirahat di kamar pribadinya yang berada di asrama. Ia sekilas menatap jam kecil yang berada di meja tempat di samping tempat tidurnya. Jam menunjukkan pukul 21.42. Beranjak dari kursi yang ia duduki setelah kurang lebih setengah jam untuk belajar, membaca buku, dan tilawah Al - Qur'an."Alhamdulillah," ujarnya sambil menarik selimut yang sejak pagi tadi masih berdiam rapi di tempatnya. Sebelum punggung belakang laki-laki tersebut sempurna menyentuh kasur yang sangat nyaman, Abian melepas kacamata yang ia kenakan, dan meletakkannya tepat di meja yang berada di sebelah kirinya. Terlihat sebuah benda kecil nan tipis sudah sedari tadi berbaring di atas taplak meja.Abian meraih handphonenya, sejenak memainkan nya, dan sebuah rasa berkunjung tanpa diundang. Sebuah pesan yang tiba-tiba masuk, membuat Abian terkejut. Umma menghubunginya di tengah larutnya malam saat itu. 

  • Rasa   Chapter 30

    Setelah pembagian hadiah secara simbolis kepada para santri yang menduduki juara umum lomba cerdas cermat Pondok Pesantren Darul Haq, Kyra, Ataya, dan juga Sarah kembali duduk dan bergabung bersama teman-teman lainnya di tempat semula, dengan diiringi sorak ramai bukti bangganya seisi kelas dengan 3 perwakilan mereka.Selain itu, bukan hanya mereka yang mendapat juara umum, yang akan memperoleh penghargaan, tapi penghargaan diberikan merata untuk seluruh peserta yang sudah turut berkontribusi dalam lomba tersebut hingga akhirnya tiba di babak final. Hanya saja, kuantitas dan jenis penghargaannya beragam menyeimbangkan poin hasil akhir yang mereka dapat."Maa Syaa Allah, luar biasa, Selamat untuk para pemenang lomba! Untuk seluruh peserta yang sudah mengikuti dan turut serta meramaikan, ustadzah ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, dan semoga melalui kegiatan ini, terdapat karakter, serta pola pikir baru yang tumbuh dalam d

  • Rasa   Chapter 29

    "Allahu akbar allahu akbar." Merdunya adzan yang berkumandang di masjid.Fajar telah tiba. Para santri bergegas mempersiapkan diri untuk shalat shubuh di masjid Darul Haq dekat asrama mereka. Beberapa ada yang masih mengantri, untuk berwudhu dan mandi. Suasananya sudah mulai ramai kembali seperti biasa.Pagi itu, suasana pagi diselimuti embun. Udara sejuk diiringi kicauan burung yang indah. Santri bersiap untuk melaksanakan agenda hari itu. Acara yang cukup dinantikan. Yaitu, babak final yang merupakan puncak lomba cerdas cermat.Kyra, Ataya, dan Sarah sudah sibuk mempersiapkan diri satu malam penuh, berlatih soal, dan tak lupa juga mereka meminta dukungan dari para teman dan ustadzah disana. Tegang, gugup, cemas. Semuanya bercampur menjadi satu. Tak lupa dilengkapi dengan taburan bubuk yang berupa pikiran-pikiran negatif penghambat kepercayaan diri."Semangat, Kyra, Ataya, Sarah!"

  • Rasa   Chapter 28

    Hari pun kini berganti. Cuaca pagi itu, kurang mendukung. Awan yang gelap, disertai angin yang sejuk. Matahari bersembunyi dan tak menampakkan diri. Jalanan kering sedikit basah, akibat hujan semalam.Hari itu, sebuah kegiatan yang sudah direncanakan, akan berlangsung. Kegiatan cerdas cermat. Seluruh santri, akan bersaing dalam kegiatan ini. Mereka sudah menyiapkan diri semaksimal mungkin sejak semalam. Pagi itu, masih banyak diantara mereka, yang tengah sibuk berlatih soal, mencari buku-buku, mengunjungi ruang guru untuk bertanya pada ustadz dan ustadzah disana, serta banyak lagi."Kyr, gimana? Udah siap?" tanya Ataya yang masih menggenggam pulpen biru di tangannya."Belum, kurang banget ini persiapannya. Masa cuma semalem doang," ujar Kyra mengeluh kesal. Pasalnya, ia belum mempersiapkan diri secara maksimal hingga pagi itu."Iya banget, kurang tau. Gapapa, Kyr, acaranya masih jam sembilan, bisalah kit

  • Rasa   Chapter 27

    "Kyra, Kyra.""Kyra…, udah sembuh?""Apa kabar, Kyr?"Tanya teman-teman Kyra begitu melihat gadis itu kembali hadir dan bergabung bersama mereka di kelas."Iya, Kyra udah sembuh Alhamdulillah," jawabnya kemudian menghampiri tempat duduknya. Kebetulan, Ataya duduk berdekatan dengan Kyra hari itu. Kyra duduk tepat di sebelah Ataya."Pagi, Kyr," sapa Ataya melihat Kyra yang menarik kursi untuk duduk di sampingnya."Pagi," jawab Kyra sangat singkat. Gadis itu kemudian mengeluarkan beberapa tugasnya yang belum sempat ia kumpulkan karena sakit kemarin."Mau ditemenin ke ruang ustadzah buat ngumpulin tugas-tugas itu?" Ataya menawarkan diri untuk menemani Kyra mengumpulkan tugas ke ruang ustadzah."Gak usah, gak papa." Kyra kemudian beranjak dari kursi duduknya, dan pergi ke arah luar menuju ruang ustadzah seorang diri."Ekhem, Kyra masih marah, A

  • Rasa   Chapter 26

    Pagi yang cerah itu, matahari menerangi kota itu. Seluruh orang sibuk beraktivitas. Ada yang bersiap untuk kerja, beberapa juga ada yang sedang dalam perjalanan menuju sekolah dengan sebuah seragam, ada juga para ibu-ibu hebat yang berkumpul di pasar sejak udara masih sejuk, untuk menyiapkan masakan bagi keluarganya.Kyra sudah sehat. Kondisi tubuhnya sudah membaik. Tapi, dirinya masih harus beristirahat di rumah, karena masih berada dalam masa pemulihan. Setelah kurang lebih 5 hari, gadis itu berdiam diri di kamarnya, hari itu, Kyra kembali bisa berjalan dan menghirup udara segar diluar.Sayang saja, hari itu, Kyra harus mengikuti kelas sendiri di rumah. Mengejar pelajaran yang tertinggal, serta berusaha untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menumpuk akibat penyelesaiannya ia tunda kemarin."Kyra jangan capek-capek dulu, ya. Tetep istirahat yang cukup, dan gak lupa jaga pola makan juga, supaya bisa kemb

  • Rasa   Chapter 25

    Hari itu, adalah hari Ahad. Hari dimana para santri libur dan tak ada kelas. Namun, mereka tetap memiliki jadwal dan rangkaian kegiatan meski libur. Semalam, kondisi Kyra masih dalam kondisi yang lemah dan belum bisa hadir di pondok seperti teman-teman yang lainnya. Dua hari lamanya, gadis itu terbaring diatas ranjang di kamarnya. Gadis itu enggan meminum obat dan mengisi perut. Tenggorokannya yang belum bisa bekerja dengan baik, membuat dirinya kesulitan untuk menelan makanan. Bahkan, untuk sekedar minum air putih, tenggorokan Kyra terasa seperti terdapat luka disana, perih dan sakit. Namun, setelah dipaksakan oleh sang nenek, hari itu, Kyra merasa tubuhnya sedikit membaik setelah meminum satu tablet obat pagi tadi. Walaupun, masih lemas dan tak bertenaga."Kyra, mau makan apa untuk nanti siang? Biar omah masakin," ujar omah sesekali mengelus pelan kepala gadis itu.Kyra hanya menjawab dengan gelengan kepala, sama sekali tak ada

  • Rasa   Chapter 24

    "Cepet sehat, Kyra.""Istirahat yang cukup, Kyr.""Semoga cepat membaik ya, Kyr,"Ujar teman-temannya sebelum meninggalkan Kyra dan memasuki kelas untuk memulai pembelajaran."Kyra istirahat yang cukup ya disini, jangan lupa obatnya diminum ya, sayang. Banyakin minum air putih juga," ujar ustadzah asma yang kemudian meninggalkan Kyra seorang diri di kamar.Hari itu, kabar Kyra sedang tidak baik. Tubuhnya demam dan disertai sakit tenggorokan. Gadis itu tidak bisa mengikuti pelajaran, dan hanya berdiam diri di kamar. Dengan benda kecil yang dikenal dengan sapu tangan di atas dahinya.Beberapa hari sebelumnya, Kyra memang sudah merasakan tubuhnya yang kurang fit dalam beraktivitas. Namun,

DMCA.com Protection Status