Share

3. Saling Menyakiti

Author: Roro Halus
last update Last Updated: 2025-01-21 23:32:25

"Wanita yang semalam adalah kekasihku! sekali lagi kau sebut gundikku, aku gunduli rambutmu!" teriak Lingga marah kemudian mendorong rambut yang di tarik menjauh hingga Naya tersungkur

Kaki dan tangannya namun masih sempat menyangga tubuh sehingga tidak sampai ke lantai.

Naya menggenggam tangannya kuat-kuat! Rasa nyeri di pangkal rambutnya masih berdenyut, namun bukan itu yang membuat Naya marah.

Namun, kenyataan bahwa Lingga membela gundiknya itu nyatanya juga masih membuat dadanya sesak, namun Naya sudah bertekad akan berlatih untuk bertahan.

Kemudian dia kembali menatap Lingga dengan rambut yang sedikit berantakan karena jambakan itu, 'Teruslah sakiti aku, Mas!' batin Naya.

"Apa?" pekik Lingga, "Kau marah? Kau sakit hati? Dia wanita yang sangat aku cintai!" lanjutnya memamerkannya.

Naya tersenyum sedikit, kemudian berlalu begitu saja dengan menegakkan kepalanya tanpa menoleh sedikitpun.

Seolah dia benar-benar biasa saja dan keluar dari kamar sambil menetralkan hatinya sendiri.

Naya menuju restaurant hotel, karena pasti Ibu dan Mas Byakta sedang sarapan di sana, Naya ingin sekali memeluk ibunya.

"Ibuuu!" pekik Naya dari kejauhan dan berlari sambil merentangkan tanya, kemudian mereka berpelukan, "Naya rasanya sangat rindu sekali dengan, ibu!" ucapnya.

"Kamu ini! Udah menikah masih seperti anak kecil, malu dilihat suamimu, Nak!" jawab Bu Btari, ibu Naya. Sontak Naya melebarkan matanya, melerai pelukan dan menoleh pada suaminya yang mengikutinya, "Ayo, makan! Duduk sini sama Ibu dan Masmu!"

"Iya, Bu!" jawab Lingga sopan.

Membuat Naya melebarkan bibirnya sekejap, setelah itu terkekeh kecil, "Kenapa, Naya?" tanya Mas Byakta.

"Tidak, Mas! Naya hanya lucu saja melihat Mas Lingga, tidak terasa ternyata kami sudah menjadi suami istri!" ucapnya membuat Mas Byakta terkekeh.

"Kamu ini bisa saja, Nay! Dasar pengantin baru!" candanya.

Namun berbeda dengan Lingga yang tersindir dengan ucapan Naya, dia tau persis maksud tawa Naya, "Iya, Mas, istriku tercinta ini masih belum terbiasa!" timpalnya!"

Naya berdiri begitu saja bahkan sebelum Lingga menyelesaikan ucapannya, dia sangat muak dengan sandiwara ini! Pernikahan bahagia? Ish, Bullshit!

Naya mengambil dua piring nasi goreng Jawa dengan beberapa tambahan sosis dan ayam katsu, juga beberapa dessert, meletakkan satu untuk Lingga dan satu untuknya, "Selama makan, Suami tercintaku!" ucap Naya sambil duduk.

'Teruslah bersandiwara, Mas! Kau pikir, aku tidak pandai? Aku bahkan jauh lebih pandai menutupi perasaanku!' batin Naya mulai menyendokkan makanannya.

"Terima kasih, Dek!"

Rasanya Naya ingin tertawa sekencang mungkin, Apa suaminya memiliki kepribadian ganda? Lucu sekali.

Melihat itu, Ibu Btari dan Mas Byakta tersenyum, karena merasa anak dan adiknya telah menemukan sosok laki-laki yang luar biasa menghargainya.

Dan mereka bisa tenang melepas Naya untuk menjalani kehidupan rumah tangga berdua.

Bu Btari memberikan beberapa bakso yang baru diambilnya untuk sang menantu.

"Terima kasih, Ibu!" ucap Lingga dan Bu Btari mengangguk sambil tersenyum.

Sedang Naya hanya menoleh dan tersenyum, 'Ibu terlihat menyayangi Mas Lingga!' batinnya.

Naya setidaknya cukup beruntung, Lingga masih berpura-pura seperti di depan keluarganya, sebab Naya tak mau ibunya khawatir.

Terlebih menikah dengan Lingga adalah keinginannya, maka Dia yang akan menanggungnya sendiri, walaupun berdarah-darah.

"Nak Lingga, tinggal di rumah Ibu dulu barang satu minggu ya? Ibu ingin merasakan tinggal bersama kalian sebelum kalian pindah ke rumah kalian, Nak!" pinta Bu Btari setelah menyelesaikan sarapan mereka.

"Iya, Bu! Lingga dan Naya akan tinggal satu minggu di rumah Ibu!" jawab Lingga lembut membuat Bu Btari sangat senang.

Begitu juga dengan Naya.

Mereka semua pulang ke rumah Naya setelah Lingga membayar denda untuk kerusakan kamar, akibat perbuatan Naya.

Setibanya di kamar, Lingga langsung merebahkan tubuhnya di kasur Naya yang relatif kecil, 160x200, dengan kedua dia tekuk di belakang kepalanya.

Naya hanya diam, memilih untuk membersihkan baju kotor dari hotel kemarin.

Naya sebisa mungkin menjauh dari laki-laki itu!

Setelah itu membantu Ibunya di dapur menyiapkan makan siang, juga beberes sisa-sisa pernikahan kemarin, untungnya banyak pekerjaan yang membuatnya bisa menjauh dari Lingga.

Satu kamar dengan Lingga terasa sangat aneh sekarang!

Namun Naya tetap meladeni semua kebutuhan suaminya, mengambilkan makan, camilan, urusan ganti dll.

Hingga malam hari, Naya masih sibuk membantu Ibu membuka amplop, berisi uang hadiah pernikahan dari tetangga seperti pada umumnya.

"Sana kamu ke kamar, Nak! Kasihan suamimu!" titah Bu Btari.

"Tidak apa-apa, Bu! Mas Lingga paling jug—"

"Tidak baik begitu, Nak! Sana kamu temani!" potong Bu Btari tak mau mendengar alasan Naya lagi.

Dan Naya menurut, memasuki kamarnya yang terasa asing dan dingin, aneh!

Naya masuk, dengan pemandangan Lingga hanya menggunakan celana panjang, dan tubuh atasnya terbuka menonjolkan semua barusan roti sobek dengan posisi yang sama, yaitu rebahan dengan kedua tangan di tekuk di belakang kepalanya.

'Apa maunya? Aku tidak akan pernah tergoda, Mas! Setelah malam kemarin, bahkan aku mengharamkan tubuhku untuk kau sentuh! Aku bahkan tidak tertarik sama sekali!' batinnya sambil berjalan menuju almari.

Naya mengambil sebuah selimut tebal, dia gelar di lantai bagian bawah ranjang, kemudian di berbaring di bawah.

Sontak, mata Lingga membuka kemudian menyeringai, "Karena tidur disini, aku tidak bisa menyentuh kekasihku! Bagaimana ini? Apa aku undang kemari saja, ya!" gumamnya.

Naya yang baru saja meletakkan kepalanya kemudian mengangkat kembali, "Kenapa repot-repot, tinggal keluar dan cek in lagi, Suamiku! Silahkan! Pintu di sebelah sana!" ucapnya.

"Sayangnya aku sangat lelah, biarkan dia yang kemari saja! Mungkin kau ingin melihat permainan kami!" ucap Lingga kemudian memiringkan tubuhnya melihat Naya yang membulatkan matanya.

"Menjijikan! Jangan menodai kamarku dengan aktifitas gilamu, itu, Raja Iblis!" kesal Naya.

"Lantas, siapa yang bisa kusentuh malam ini?" jawabnya lagi sambil tersenyum dengan satu sudut bibitnya, "Mungkin, wanita murahan sepertimu yang tak laku!" lanjutnya sambil menatap seluruh tubuh Naya dari atas ke bawah.

Sontak Naya tertawa, "Ahahaha ... Suamiku lucu sekali! Bukankah baru tadi pagi mengatakan tidak sudi dengan tubuh murahanku ini!"

"Terpaksa! Sekali-kali harus mencicipi yang kotor supaya aku semakin menikmati sentuhan kekasihku!" ucapnya pedas.

Sangat pedas, membuat hati Naya mulai panas, 'Teruslah menghina dan merendahkan aku, Mas! Teruslah menyakiti aku! Jangan salahkan jika kau akan ikut sakit!' batin Naya.

"Wah, bagaimana kalau lain waktu saja, nanti wanita murahan ini akan memanggil laki-laki bayarannya dan kamu dengan kekasihmu? Indah bukan?" ucap Naya sambil menggigit telunjuknya sendiri secara sensual, "Wah, atau dengan asistenmu saja! Aku yakin gajinya cukup banyak untuk bisa membayar tubuhku!"

Naya benar-benar tak bisa di tantang, sesuai tekadnya dia akan menciptakan neraka itu dengan senang hati, membiarkan dirinya dan Lingga terluka.

Yah, Naya sangat tau jika saat ini mereka tengah saling menyakiti satu sama lain, terlihat dari rahang Lingga yang mengeras mendengar ucapannya.

'Jika seperti ini kau terlihat cemburu, tapi kau jahat dan tak sudi menyentuhku kan! Ada apa denganmu sebenarnya, Mas?' batin Naya.

"Nay!" geram Lingga.

"Aku hanya menuruti ucapanmu, jalang sepertiku hanya cocok untuk laki-laki menjijikkan yang dibay—"

Cup!

Emmhhtt!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   4. Penghinaan luar biasa

    Naya terbelalak dengan pekikan tertahan karena serangan dadakan yang diluncurkan oleh Lingga. Membungkam semua penolakan serta pukulan yang Naya berikan, posisi Naya yang duduk di lantai dan Lingga diatas kasur yang menyambar bergitu saja membuat Nata mendongak."Diamlah, atau Ibu dan Mas By akan melihat adegan pa-nas kita, mura-han!" ancam Lingga sambil melepaskan seranganya dan mencengkeram rahang Naya. Naya hanya menatap tajam, netranya telah berair tapi sekuat tenaga dia tahan, hampir saja roboh bendungan itu, namun tidak! Tidak akan Naya biarkan dirinya terlihat lemah! Tidak akan! Tak ada yang bisa Naya ucapkan, yang jelas kali ini suaminya itu benar-benar keterlaluan, 'Murahan! maka jadilah seperti yang kamu ucapkan, Mas!' batinnya. "Sayangnya, wanita murahan yang ini memasang tarif mahal, Tuan! Kau tidak akan mampu membayarnya!" jawab Naya sambil menggigit bibir bawahnya. Bukankah istri adalah cermin! Betul bukan? Naya akan memantulkan penghinaan ini juga pada suaminya.

    Last Updated : 2025-01-21
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   5. Harapan Palsu

    Lingga menyadari sesuatu setelan mendengar gumaman Naya, namun dia tetap diam dan mendudukkan Naya di jog mobil. Jujur! Naya sangat lemas sekali. Demamnya juga sangat tinggi karena semalaman tidur di ubin kamar mandi. Mas Byakta sama Bu Btari tampak mengantar sampai di teras saja karena dilarang oleh Lingga ikut, takut Bu Btari juga kelelahan dan Lingga membawa Naya ke rumah sakit. Lingga duduk di jog kemudi dan mulai menjalankan mobilnya, tak perduli apa sindiran Naya. Sesampainya di UGD, selayaknya suami pada umumnya, Lingga mendampingin Naya selalu membuat Naya heran. Apa mau suaminya? 'Tidak usah peduli padaku seperti ini, Mas, itu akan membuat hatiku, goyah! Jadilah jahat seperti sebelumnya, Mas!' batin Naya sambil menutup mata. Lebih baik tidur daripada melihat tingkah aneh Lingga, atau sekedar menutup matanya saja. Namun, Naya bisa merasakan suaminya itu menggenggam erat tangannya bak seseorang yang sangat takut kehilangan. Entah bagaimana kelanjutannya, Naya memilih

    Last Updated : 2025-01-21
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   6. Patriarki

    "Iya, Sayang! Yuk, kita langsung ke kamar saja!" ajak Lingga sambil merangkul pundak wanita yang melingkarkan tangannya di perut Lingga. Naya hanya bisa terpaku, menatap kepergian suaminya dengan dada yang mendidih, "Kamu sengaja melakukannya, kan Mas? Seolah memberikan aku harapan agar aku semakin jatuh dan semakin tersakiti! Kamu menang lagi, aku yang terseret ke dalam nerakamu!" Naya limbung, menabrak tembok dan berpegangan agar tidak jatuh! Tak lama seorang wanita paruh baya tergopoh menghampiri Naya, "Selamat datang, Nyonya! Perkenalkan saya mbok Nem, mari saya antar ke kamar Anda, Nyonya!" ucapnya. "Jangan panggil saya, Nyonya, Mbok!" jawab Naya sambil tangan mbok Nem, "Bantu saya, saya masih sedikit pusing, Mbok!" "Baik, Nyo—""Naya, panggil saja Naya, Mbok!" potong Naya. "Iya, Bu! Saya tidak berani memanggil nama saja, Bu Naya adalah istri dari Tuan saya!" jawab Mbok Nem memapah Naya ke kamarnya. Dan Naya mengangguk, mengerti perasaan Mbok Nem yang tidak berani memanggi

    Last Updated : 2025-01-21
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   7. Ulat Bulu

    Naya semakin tertawa terbahak-bahak, 'Ibu yang baik? Jangankan punya anak, suamiku bahkan jijik menyetuhku, Bu!' batin Naya. "Kamu ini, di nasehati Ibu malah tertawa, Nak!" jawab Bu Btari. "Ibu sih, aku jadi berasa menantu Ibu, bukan anak Ibu, tau!" canda Naya, "Naya tau, Bu! Makasih sudah peduli dengan Naya, ya Bu! Tapi ini pilihan, Naya! Mas Lingga juga gak apa-apa, kok!" terang Naya. Naya sangat tau, Ibunya peduli dengannya, hanya beliau tidak tau apa yang terjadi di pernikahannya yang sebenarnya. Ibunya tak ingin Naya menjadi bahan gunjingan. Yah, beginilah resiko tinggal di desa! Bu Btari kamudian mengangguk, "Bahagia selalu ya, Nak!""Naya berangkat ya, Bu!" Bu Btari mengangguk dan mengantar Naya sampai depan, melihat anaknya pergi dengan taxi itu. Naya memasuki rumah Lingga dengan kontainer box berisi barang-barangnya disambut oleh Lingga yang duduk di teras dengan si ulat bulu. 'Bagaimana betah aku di rumah, rumah ini penuh ulat bulu! Dia tidak pulang bahkan setelah m

    Last Updated : 2025-01-21
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   8. Bangkit

    Naya hanya diam mematung dengan tatapan tajam dari balik pantry, saat masakannya melayang mengenai bajunya. Marah? Tentu saja! Bahkan keringatnya belum kering untuk memasak, dan dibuang begitu saja. Mbok Nem dengan cepat membersihkan piring yang sudah pecah di lantai. Dan Lingga pergi setelah melihat kikat netra Naya tak kalah tajam. "Dasar, wanita sialan! Selalu saja membuat marah, suami!" keluhnya keluar dari rumah. Emosi Lingga juga naik turun bersama dengan dengan Naya, kadang merasa tidak tega, kadang marah sampai kepalanya mau pecah, kadang juga lucu. "Andai kamu bukan—! Ahhhh! Kau harus merasakan pembalasanku, Nay! Aku tidak boleh goyah! Hatiku tidak boleh lemah!" racaunya kesal sambil beberapa kali memukul kemudinya. Dia tak mengerti kemana tujuannya, Lingga hanya ingin memendam perasaan aneh di dadanya. "Sialan! Jangan mencintai dia, ingatlah Lingga, akhir dari kehidupan Ayah dan Ibu! Sadar, Lingga!" maki Lingga sendiri untuk dirinya. Dia terus melajukan mob

    Last Updated : 2025-02-05
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   9. Melayani Bosmu

    Naya tampak mengela nafasnya berat, "Ya, Lumayan lah Mas! Beberapa pelangga cukup membuatku lelah!" jawab Naya sekenanya sambil berjalan menuju kamar mandi. "Istri tidak tau diri!""Suami sok suci!" "NAYA!" pekik Lingga, "Kau sangat menguji kesabaranku, ya!" Naya masuk begitu saja ke kamar mandi, tak peduli suaminya membentaknta, hari ini cukup melelahkan untuk Naya. Setelah mandi, dia kemudian berbaring di sofa karena Lingga ada di kasurnya, "Aku mau kamar lain saja, Mas!"Sontak Lingga menoleh, "Dimana? Kamar pembantu?" "Boleh! Pokok tidak sekamar dengan Raja Iblis yang sangat kejam!" "Tidurlah disini, kasurnya sangat lebar!" Sontak Naya tertawa, "Mas ... Mas, Rumah ini tidak kurang kamar! Aku wanita murahan yang sangat pilih-pilih mau tidur dengan siapa!" "Oh ya? Semakin hari aku lihat, kau semakin berani, Nay!" gumam Lingga, "Sepertinya kau benar-benar ingin membuatku menunjukka—""Stop! Oke!" loncat Naya turun dari sofa dan naik ke atas ranjang Lingga. Lingga tersenyum t

    Last Updated : 2025-02-05
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   10. Mari kita akhiri

    "Bagaimana, apa menyenangkan melayani Bosmu, itu?" sinis Lingga menyambut sang Istri. Naya tampak menghela nafas, "Mobilku kempes, Mas!" "Alasan! Ada taxi jika mobilmu kempes, kan? Mana ada atasan mau mengantar bawahannya kalau bukan pelanggan!" pedas Lingga dengan lirikan tajamnya. Tampilan Naya yang semakin cantik dan segar, juga tubuh yang memang menggiurkan, membuat Lingga sedikit ketar-ketir. Pasti banyak yang mengincar istrinya! Naya tersenyum, "Iya ya, berapa kali aku melayaninya ya, Mas? Tidak terhitung!" jawab Naya. "Cih! Murahan!" ucapnya sambil menciumi wajah Bia di sebelahnya. Hal yang sudah biasa Naya lihat selama ini, setiap malam. "Ahhh, jadi rindu bosku lagi!" gumamnya sambil berjalan menuju lantai dua, mengabaikan dua manusia tidak tau diri itu, "Oh, Atasanku adalah pelangganku!" pekik Naya sengaja memanasi Lingga. Rupanya itu membakar hati Lingga. Lingga menatap kepergian istrinya sampai pintu kamar tertutup, "stttt!" desisnya. "Bang, sudahi dend

    Last Updated : 2025-02-05
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   11. Setelah apa yang kau lakukan

    Dan pagi itu, dengan kemarahan memuncak karena pemintaan cerai sang istri, Lingga akhirnya mengambil haknya yang selama satu tahun dia abaikan. Membawanya terbang ke angkasa yang tak pernah Lingga rasakan! Menuntaskan segala gejolak dada bersama kemarahannya. Lebur, bersama pecahnya mahkota sang istri! Tidak peduli, air mata Naya menghiasi pagi membara itu, Lingga benar-benar ingin mengunci istrinya dari kebebasan yang selama ini dia berikan. Lingga ingin menunjukkan pada Naya, jika hanya dirinyalah yang berkuasa atas diri Naya. Tak hanya itu, Lingga melakukannya tak terhitung berapa kali, dan dia berhenti saat istrinya sudah tak berdaya dan terlelap. "Tidurlah! Terima kasih kau sudah menjaga kemurnianmu! Menjaga marwah sebagai istriku!" lirih Lingga kemudian beranjak membersihkan diri. Lingga harus tetap pergi bekerja! "Mbok, tolong temani dan bantu Ibu nanti setelah bangun! Jangan biarkan Ibu pergi kemanapun! Saya harus bekerja!" titah Lingga. "Baik, Tuan!" jawab Mbok Nem.

    Last Updated : 2025-02-05

Latest chapter

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   65. Menghangatkan

    Byakta seakan tertampar dengan ucapan adiknya itu kemudian mengangguk dan melirik Lingga, "Mas tidak akan melakukan hal pengecut seperti itu, Dek! Tenanglah!" jawab Byakta. Dan Lingga yang tersindir telak itu hanya bisa diam, nyatanya dia juga merasa pengecut dengan ulahnya itu. Naya tau maksud Byakta, namun tak ingin memanjangkan masalahnya, Naya kemudian turun dari pelaminan bersama Lingga. Sedang Nendra, masih duduk di pangkuan Bu Btari, karena neneknya masih mengurungnya, Nendra pun juga masih betah dengan neneknya. Ikatan batin itu dengan mudah terjalin, sama seperti saat pertama dekat dengan Lingga. Sedang Naya dan Lingga duduk di bawah pelaminan, di meja bundar yang sudah di sediakan, Lingga memberikan tisu baru pada Naya untuk mengusap sisa air matanya."Makasih, Mas!""Kamu, bahagia?" tanya Lingga dengan senyumannya. Naya mengangguk, "Akhirnya aku bisa bertemu dengan Ibu dan Masku! Aku tidak pernah membayangkan pertemuan yang seperti ini!""Padahal kamu bisa datang seja

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   64. Berbahagialah

    Mereka kemudian berangkat menuju hotel tempat resepsi itu berlangsung, kebetulan mereka sudah melakukan ijab kabul pagi tadi. Dan siang sampai malam ini, adalah resepsi pernikahannya! Suasana tampak ramai. Terdengar pula suara pemandu acara dari luar Ballroom, Lingga sudah mempersiapkan dengan pembawa acaranya. "Dan, acara selanjutnya ada sebuah persembahan istimewa kepada pengantin kita!" seru pembawa acara dan dilanjut sorakan. "Langsung, saja! Silahkan!" pekiknya. Ting! Suara alunan musik mulai berdenting, sebuah lagu yang akan Naya dan Lingga berduet, untuk pasangan suami istri itu. `Tiba saatnya kita saling bicaraTentang perasaan yang kian menyiksaTentang rindu yang menggebuTentang cinta yang tak terungkap`Lingga memulai lagunya dengan sangat indah, bersamaan dengan pintu Ballroom terbuka. Deg! `Sudah terlalu lama kita berdiamTenggelam dalam gelisah yang tak teredamMemenuhi mimpi-mimpiMalam kita`Naya melanjutkan dengan suara merdunya, bersamaan dengan air mata s

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   63. Mencintai duluan

    Lingga berhenti di Horison, setelahnya langsung pergi saat Naya sudah turun tanpa banyak kata. "Hiss! Dasar Tuan pemarah!" keluhnya masuk dan hari ini Naya akan serah terima tugasnya pada orang yang akan menggantikan seperti biasa, karena dia akan cuti senin dan selasa. "Naya, kamu jadi cuti sampai selasa?" tanya Pak Kelvin saat Naya akan pulang tengah hari. "Jadi, Pak! Kakak saya menikah di Malang!" "Kamu sudah memutuskan untuk pulang dengan suamimu?" tanya Pak Kelvin. "Iya, Pak!""Semoga terus langgeng! Oh iya, jangan lupa hari rabu kamu ikut saya ke Gresik, ada pertemuan dengan PT. SGD!" "Baik, Pak!""Okey, selamat berkumpul dengan keluargamu!"Setelahnya Naya pamit dan turun ke bawah, karena pasti Lingga sudah menjemputnya. Lingga benar-benar masih marah, terlihat dari dirinya yang tidak menghubungi Naya padahal sudah sampai di depan perusahaan.Naya masuk begitu saja tanpa bicara! Dan Lingga langsung tancap gass ke sekolah Nendra, masih dengan diam seribu bahasa dan tak m

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   62 Didiamkan.

    "PERSETAN DENGAN CITRA! BIAR MEREKA SEMUA TAU, JIKA MEREKA AKAN HANCUR JIKA BERANI MENGUSIK, MILIKKU!" Lingga sangat emosional hingga berteriak pada Naya, sesaat setelah itu dia langsung keluar dari rumah. Lingga hanya mementingkan anak dan istrinya, namun istrinya justru mementingkan citra. Tidak masalah! Walaupun Lingga terkenal bengis dan jahat sekalipun setelah ini, tak peduli. Dalam dunia bisnis, mereka butuh uang dan kemampuan Lingga, bukan? Justru lebih baik jika dia dikenal seperti itu, tak akan ada yang berani menganggu keluarganya. Lingga duduk di balik kemudian sambil menetralkan emosinya. Sedangkan Naya yang ditinggalkan melanjutkan cuci piringnya dengan senyuman tipis.Entah kenapa dia senang mendengar perkataan Lingga, [Milikku] seolah membuat Naya kembali ke jaman dulu. Disaat Lingga dengan semua kearogannya mengklaim dirinya adalah milik Lingga! Perasaan dimiliki dan diatur sebenarnya Naya menyukai itu sebagai wanita didikan ibunya yang Jawa tulen. Sesekali

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   61. Mengusik milikku

    'Apa ini, modus pencurian!' batin Lingga kemudian menaikkan kembali saklar. Brak! Bersamaan dengan lampu menyala, dua orang laki-laki dengan setelan Baju hitam, menggunakan penutup kepala menendang pintu dan pergi begitu saja ditelan gemuruh petir dan derasnya hujan. Tak menunggu lama, Lingga lari menuju ke dalam mencari anak dan istrinya, "Naya! Nendra!" pekiknya panik. Lingga terus berlari menuju lantai dua dan masuk ke dalam kamar. Keadaan berantakan, "Naya!" pekiknya, "Kamu dimana?" Panik bukan kepalang, saat tidak mendapati Naya di dalam kamar. Jelas tadi dia mendengar teriakan Naya. Lingga kemudian membuka pintu kamar mandi, dan benar saja di ujung sana Naya tengah memeluk Nendra dengan gemetaran. "Nay!" "Mas!" Lingga berlari meraih Naya dan Nendra yang tengah ketakutan ke dalam pelukannya, "Tenang! Kalian aman! Tenang!" lembutnya sambil mengusap punggung Naya yang bergetar

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   60. Pencurian

    Naya masih merasa sedikit bersalah jika melihat Lingga meminum obat itu, karena secara tidak langsung, dirinyalah penyebabnya. Dan seperti biasa keduanya akan tertidur dengan pikiran mereka masing-masing. "Eghhh!" lenguh Lingga yang pertama kali bangun pagi ini, "Oh, Astaga! Pantas saya dia selalu marah setiap pagi!" keluh Lingga sambil menarik tangannya yang terparkir di salah satu aset Naya. Lingga memukuk tangannya sendiri! Setelahnya, Lingga akan mencium Naya dan Nendra seperti biasa kemudian berdiri. Meraih ponselnya, "Hallo, dok!" —"Oh iya, saya sempatkan nanti sore ke sana!" —"Saya sudah mulai bangun pagi enak dan sendiri, Dok!" —"Sudah berkurang, Dok!" —"Oke!"Naya mendengar panggilan itu karena pura-pura masih tidur itu, kemudian membuka matanya. "Mau kemana, Mas?" tanya Naya. L

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   59. weekend pertama

    Setelahnya Lingga melepas putranya dan menatapnya dalam, "Yuk, Mama udah nungguin!" Nendra mengangguk dan menurut.Mengeringkan tubuhnya, dan berpakaian yang sudah Naya siapkan di kasur itu untuk Lingga dan Nendra seperti biasaSatu hal yang selalu Lingga syukuri, istrinya itu benar-benar mengurusnya juga dengan baik. Seperti suami istri pada umumnya. "Mama!" pekik Nendra setelah berganti pakaian berlari menuju dapur, "Nendra sudah tampan! Sudah wangi!"Naya tersenyum dan merengkuh putranya, "Sini, Sayang! Hmmmm, harumnya!""Siap ke bromo hari ini!""Baiklah, kita sarapan dulu sebelum ke bromo!" ajak Naya sambil menggeser kursinyanya untuk makan. Sesat Lingga menyusul dan duduk du sebelah Naya, berhadapan dengan Nendra. "Waw, Terima kasih, Ma, untuk makanannya!" ucap Lingga sambil mengecup pelipis Naya. "Terima kasih, Ma, makanannya!" ucap Nendra mengikuti. "Iya!"

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   58. Terselip harap

    Tanpa Lingga sadari, Naya ada di ambang pintu dan mendengarkan ucapannya. Cukup terharu, karena selama ini Lingga benar-benar selalu mempertimbangkan hatinya. "Boleh, Nak!" Sahutnya kemudian mendekat, "Tapi tidak hari ini ya? Dua minggu lagi, kita datang di pernikahan Pak dhemu!" "Pak Dhe?" "Iya, Kakaknya Mama Dua minggu lagi menikah! Kamu mau kan, datang? sekalian Nendra kenalan sama Nenek!" "Mau! Mau! Mau!" sorak Nendra, "Nendra punya nenek setelah ini!" Naya tersenyum tipis, "Hari ini, kita ke bromo aja? Bagaimana?" tawar Naya. "Yey! Mau Mama! Nendra pengen banget ke bromo naik mobil jip!" "Ya udah mandi sana!"Mendengar itu, Nendra sangat bersemangat untuk jalan-jalan mereka minggu ini. Menyisakan Lingga yang masih menatap Naya dengan senyumannya, semakin hari rasanya semakin tidak iklhas melepaskan wanita luar biasa di depannya itu. Lingga sudah sangat nyaman di keluarga keci

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   57. Tanyakan pada Mamamu

    Dan keterdiaman itu, tidak berakhir bahkan saat sarapan di sebuah resto dan pada saat sampai di rumah. Lingga tetap mendiamkan Naya. Entah kenapa, Naya juga merasa salah tingkah didiamkan begitu, Padahal biasanya dia akan masa bodoh! Justru dia yang sering mendiamkan Lingga. "Mama bawakan cemilan untuk Nendra dan Papa!" ucapnya membawakan semangkuk besar pie apel kesukaan Nendra saat Lingga dan Nendra tengah menonton kartun. "Wah, Mama buat Pie! Papa, Pie buatan Mama paling enak sedunia! Papa harus cobain, ayo!" ajak Nendra sambil mengambil sendoknya dan sendok Papanya. Naya pun mengambil sendoknya, hal itu membuat Lingga sedikit menghangat. Pie apel membasuh kekecewaan! Satu mangkuk bertiga membuat Lingga merasa hangat, seperti keluarga yang indah. "Aku mau ini, ini dan ini!" ucap Nendra menunjuk pada buah kiwi, strawberry dan terakhir menyendok satu besar ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status