Share

4. Penghinaan luar biasa

Penulis: Roro Halus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 23:35:33

Naya terbelalak dengan pekikan tertahan karena serangan dadakan yang diluncurkan oleh Lingga.

Membungkam semua penolakan serta pukulan yang Naya berikan, posisi Naya yang duduk di lantai dan Lingga diatas kasur yang menyambar bergitu saja membuat Nata mendongak.

"Diamlah, atau Ibu dan Mas By akan melihat adegan pa-nas kita, mura-han!" ancam Lingga sambil melepaskan seranganya dan mencengkeram rahang Naya.

Naya hanya menatap tajam, netranya telah berair tapi sekuat tenaga dia tahan, hampir saja roboh bendungan itu, namun tidak!

Tidak akan Naya biarkan dirinya terlihat lemah! Tidak akan!

Tak ada yang bisa Naya ucapkan, yang jelas kali ini suaminya itu benar-benar keterlaluan, 'Murahan! maka jadilah seperti yang kamu ucapkan, Mas!' batinnya.

"Sayangnya, wanita murahan yang ini memasang tarif mahal, Tuan! Kau tidak akan mampu membayarnya!" jawab Naya sambil menggigit bibir bawahnya.

Bukankah istri adalah cermin! Betul bukan?

Naya akan memantulkan penghinaan ini juga pada suaminya.

"Dan, juga!" sambung Naya sambil mengurai cengkeraman Lingga dan menggerakkan tangannya menuju bagian paling tak boleh tersentuh milik suaminya, "Segini, apa akan memu4skan?"

Tanpa disangka, Lingga yang merasa tidak terima dengan ejekan Naya, menjadi tersulut.

"Kau, Mur4han! Sudah berapa bentuk yang kau lihat! HAH!"

Naya tersenyum puas karena berhasil menggores harga diri Lingga dan membuatnya semarah itu. Marah atau cemburu entahlah, yang jelas Naya akan bermain pada kobaran api yang Lingga ciptakan.

Namun detik berikutnya, Naya terbelalak saat Lingga mulai melakukan hal yang tak pernah Naya pikirkan pada mulutnya.

"Rasakan ini! Bagaimana? Kau ahli dalam bidang ini, kan?" racaunya terus melanjutkan aksinya.

"Jika gigimu melukaiku, aku pastikan Ibu yang akan hancur, Naya! Jika kamu berani, Lihat saja apa yang aku bisa lakukan!" ancamnya.

Sontak, bendungan yang sudah menganak sungai di pelupuk matanya ambrol. Air mata itu dengan lancang turun dari ujung matanya.

Mata Naya kian memerah seiring penghinaan Lingga pada Naya berubah menjadi suara menjijikan dan Naya berakhir di kamar mandi mengeluarkan isi perutnya, karena rasa mual tak tertahankan, dan terduduk kamar mandi kecil miliknya itu dengan air mata yang terus tak mau berhenti!

Punggung Naya bergetar hebat, namun tak sedikitpun Naya biarkan isakannya keluar, dia tak akan membiarkan Lingga merasa menang.

Sekali lagi!

Naya tidak mampu menjaga dirinya!

Naya ternyata tetaplah perempuan yang tidak sekuat Lingga.

Semakin tersulut, semakin Lingga tertantang!

Sekali lagi, Naya kembali merasakan penghinaan yang luar biasa!

Naya benar-benar merasa seperti gundik sungguhan, dan parahnya suaminyalah tersangkanya.

Naya menggosok bibirnya sendiri dengan kasar, seolah ingin menghapus jejak suami kejamnya.

Naya tidak sudi!

'Kenapa harus mengancam, ibu? Benci aku sepuasmu tapi, Ibu? Ibu tulus menyanyangimu, Mas! Kenapa tega pada Ibuku!' batinnya nelangsa.

Hatinya sangat pedih!

Naya memilih mengunci kamar mandi dan duduk meringkuk di bawah wastafel sambil menelan rasa sakit itu sendirian.

"Telan lagi, Nay! Telan sampai rasa sakit ini benar-benar menggeser rasa cinta yang selama setahun ini tumbuh subur! Dia monster! Dia raja iblis! Dia tidak pantas mendapat ketulusan hatimu!" lirihnya.

Dan Naya kembali menghabiskan malam dalam kedinginan, keramik kamar mandi itu menjadi saksi bisu kehancuran wanita yang tidak tau apa salahnya.

Wanita yang tidak tau penyebab suaminya begitu kejam setelah menikah, padahal begitu lembut sebelumnya.

Tak peduli dinginnya malam, hatinya jauh lebih dingin dan hampir membeku, Naya terkapar disana entah pingsan atau tidur.

Hingga, Naya tersadar saat pintu kamar mandi diketuk dan sudah pasti Lingga disana.

Lingga masuk begitu saja membuat Naya yang belum sepenuhnya sadar tersenggol dan menghantam pintu.

Bruk!

"Lemah!" gumam Lingga sambil membuka pakaiannya untuk mandi.

Naya tak menjawab apa-apa, hanya menelan sakitnya lagi sendirian dan keluar, melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi.

"Tumben ibu tidak membangunkan, Aku!" gumamnya.

Namun, Naya merasakan dingin, tubuhnya terasa tidak enak setelah bermalam di kamar mandi.

Tapi tidak apa, jauh lebih baik daripada satu ruangan dengan Raja Iblis itu, kemudian Naya memilih keluar, "Ibu!"

"Baru bangun, Nak?" tanya Bu Btari.

"Iya, Bu! Maaf ya!" jawabnya.

"Tidak apa, Nak! Maklum pengantin baru! Sana mandi dulu, habis itu langsung sarapan bersama suamimu!" titah Bu Btari.

"Iya, Bu!" jawab Naya kemudian berbalik dan masuk kembali ke dalam kamarnya untuk mandi setelah Lingga mandi.

Tak ada percakapan apapun antara mereka setelah kejadian tadi malam.

Dan Lingga keluar ke meja makan tanpa menunggu Naya, "Duduk, Nak! Mau kopi dulu apa mau susu?" tanya Bu Btari.

"Air putih saja, Bu! Saya biasa minum air putih!" jawab Lingga lembut.

"Istrimu masih mandi ya? Kita tunggu dulu sambil makan cemilan ini, Nak!" ucap Bu Btari sambil memberikan sepiring pisang goreng.

Seperti orang Jawa pada umumnya, pagi akan membuatkan kopi dan gorengan untuk suaminya terlebih dulu.

Tak lama, Naya keluar dari kamarnya dan ikut bergabung, "Kamu kok ndak keramas, Nay? Suamimu saja sudah keramas! Tidak baik jika tidak langsung mand—"

"Sudah!" potong Naya gugup, "Naya sudah keramas pagi buta, Bu! Makanya Naya pucat, kan? Naya kedinginan, Ibu!" lanjutnya manja pada Bu Btari agar tidak lagi membahas keramas khusus ini.

"Masak, sih? Jam berapa?" panik Bu Btari sambil memutari meja dan menempelkan tangan di dahi putrinya.

"Iya, Panas sekali kamu, Nak!" ucap Bu Btari panik dan terkejut.

"Gak apa-apa, Bu! Naya hanya dema—"

Dengan cepat Lingga ternyata menoleh saat Bu Btari terkejut dan Lingga langsung menggendong Naya.

"Lingga bawa Rumah Sakit, Bu!" pekiknya sambil berjalan cepat, Naya sendiri terkejut namun diam saja dan melihat wajah suaminya dari bawah, 'Kamu kembali aneh, Mas, terlihat cemas dan khawatir! Setelah apa yang kamu lakukan semalam?' batinnya.

"Aktingmu luar biasa, Mas! Kenapa tidak jadi artis saja!"

Deg!

Kenapa kau terlihat sangat panik, Mas?

Bab terkait

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   5. Harapan Palsu

    Lingga menyadari sesuatu setelan mendengar gumaman Naya, namun dia tetap diam dan mendudukkan Naya di jog mobil. Jujur! Naya sangat lemas sekali. Demamnya juga sangat tinggi karena semalaman tidur di ubin kamar mandi. Mas Byakta sama Bu Btari tampak mengantar sampai di teras saja karena dilarang oleh Lingga ikut, takut Bu Btari juga kelelahan dan Lingga membawa Naya ke rumah sakit. Lingga duduk di jog kemudi dan mulai menjalankan mobilnya, tak perduli apa sindiran Naya. Sesampainya di UGD, selayaknya suami pada umumnya, Lingga mendampingin Naya selalu membuat Naya heran. Apa mau suaminya? 'Tidak usah peduli padaku seperti ini, Mas, itu akan membuat hatiku, goyah! Jadilah jahat seperti sebelumnya, Mas!' batin Naya sambil menutup mata. Lebih baik tidur daripada melihat tingkah aneh Lingga, atau sekedar menutup matanya saja. Namun, Naya bisa merasakan suaminya itu menggenggam erat tangannya bak seseorang yang sangat takut kehilangan. Entah bagaimana kelanjutannya, Naya memilih

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   6. Patriarki

    "Iya, Sayang! Yuk, kita langsung ke kamar saja!" ajak Lingga sambil merangkul pundak wanita yang melingkarkan tangannya di perut Lingga. Naya hanya bisa terpaku, menatap kepergian suaminya dengan dada yang mendidih, "Kamu sengaja melakukannya, kan Mas? Seolah memberikan aku harapan agar aku semakin jatuh dan semakin tersakiti! Kamu menang lagi, aku yang terseret ke dalam nerakamu!" Naya limbung, menabrak tembok dan berpegangan agar tidak jatuh! Tak lama seorang wanita paruh baya tergopoh menghampiri Naya, "Selamat datang, Nyonya! Perkenalkan saya mbok Nem, mari saya antar ke kamar Anda, Nyonya!" ucapnya. "Jangan panggil saya, Nyonya, Mbok!" jawab Naya sambil tangan mbok Nem, "Bantu saya, saya masih sedikit pusing, Mbok!" "Baik, Nyo—""Naya, panggil saja Naya, Mbok!" potong Naya. "Iya, Bu! Saya tidak berani memanggil nama saja, Bu Naya adalah istri dari Tuan saya!" jawab Mbok Nem memapah Naya ke kamarnya. Dan Naya mengangguk, mengerti perasaan Mbok Nem yang tidak berani memanggi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   7. Ulat Bulu

    Naya semakin tertawa terbahak-bahak, 'Ibu yang baik? Jangankan punya anak, suamiku bahkan jijik menyetuhku, Bu!' batin Naya. "Kamu ini, di nasehati Ibu malah tertawa, Nak!" jawab Bu Btari. "Ibu sih, aku jadi berasa menantu Ibu, bukan anak Ibu, tau!" canda Naya, "Naya tau, Bu! Makasih sudah peduli dengan Naya, ya Bu! Tapi ini pilihan, Naya! Mas Lingga juga gak apa-apa, kok!" terang Naya. Naya sangat tau, Ibunya peduli dengannya, hanya beliau tidak tau apa yang terjadi di pernikahannya yang sebenarnya. Ibunya tak ingin Naya menjadi bahan gunjingan. Yah, beginilah resiko tinggal di desa! Bu Btari kamudian mengangguk, "Bahagia selalu ya, Nak!""Naya berangkat ya, Bu!" Bu Btari mengangguk dan mengantar Naya sampai depan, melihat anaknya pergi dengan taxi itu. Naya memasuki rumah Lingga dengan kontainer box berisi barang-barangnya disambut oleh Lingga yang duduk di teras dengan si ulat bulu. 'Bagaimana betah aku di rumah, rumah ini penuh ulat bulu! Dia tidak pulang bahkan setelah m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   8. Bangkit

    Naya hanya diam mematung dengan tatapan tajam dari balik pantry, saat masakannya melayang mengenai bajunya. Marah? Tentu saja! Bahkan keringatnya belum kering untuk memasak, dan dibuang begitu saja. Mbok Nem dengan cepat membersihkan piring yang sudah pecah di lantai. Dan Lingga pergi setelah melihat kikat netra Naya tak kalah tajam. "Dasar, wanita sialan! Selalu saja membuat marah, suami!" keluhnya keluar dari rumah. Emosi Lingga juga naik turun bersama dengan dengan Naya, kadang merasa tidak tega, kadang marah sampai kepalanya mau pecah, kadang juga lucu. "Andai kamu bukan—! Ahhhh! Kau harus merasakan pembalasanku, Nay! Aku tidak boleh goyah! Hatiku tidak boleh lemah!" racaunya kesal sambil beberapa kali memukul kemudinya. Dia tak mengerti kemana tujuannya, Lingga hanya ingin memendam perasaan aneh di dadanya. "Sialan! Jangan mencintai dia, ingatlah Lingga, akhir dari kehidupan Ayah dan Ibu! Sadar, Lingga!" maki Lingga sendiri untuk dirinya. Dia terus melajukan mob

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   9. Melayani Bosmu

    Naya tampak mengela nafasnya berat, "Ya, Lumayan lah Mas! Beberapa pelangga cukup membuatku lelah!" jawab Naya sekenanya sambil berjalan menuju kamar mandi. "Istri tidak tau diri!""Suami sok suci!" "NAYA!" pekik Lingga, "Kau sangat menguji kesabaranku, ya!" Naya masuk begitu saja ke kamar mandi, tak peduli suaminya membentaknta, hari ini cukup melelahkan untuk Naya. Setelah mandi, dia kemudian berbaring di sofa karena Lingga ada di kasurnya, "Aku mau kamar lain saja, Mas!"Sontak Lingga menoleh, "Dimana? Kamar pembantu?" "Boleh! Pokok tidak sekamar dengan Raja Iblis yang sangat kejam!" "Tidurlah disini, kasurnya sangat lebar!" Sontak Naya tertawa, "Mas ... Mas, Rumah ini tidak kurang kamar! Aku wanita murahan yang sangat pilih-pilih mau tidur dengan siapa!" "Oh ya? Semakin hari aku lihat, kau semakin berani, Nay!" gumam Lingga, "Sepertinya kau benar-benar ingin membuatku menunjukka—""Stop! Oke!" loncat Naya turun dari sofa dan naik ke atas ranjang Lingga. Lingga tersenyum t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   10. Mari kita akhiri

    "Bagaimana, apa menyenangkan melayani Bosmu, itu?" sinis Lingga menyambut sang Istri. Naya tampak menghela nafas, "Mobilku kempes, Mas!" "Alasan! Ada taxi jika mobilmu kempes, kan? Mana ada atasan mau mengantar bawahannya kalau bukan pelanggan!" pedas Lingga dengan lirikan tajamnya. Tampilan Naya yang semakin cantik dan segar, juga tubuh yang memang menggiurkan, membuat Lingga sedikit ketar-ketir. Pasti banyak yang mengincar istrinya! Naya tersenyum, "Iya ya, berapa kali aku melayaninya ya, Mas? Tidak terhitung!" jawab Naya. "Cih! Murahan!" ucapnya sambil menciumi wajah Bia di sebelahnya. Hal yang sudah biasa Naya lihat selama ini, setiap malam. "Ahhh, jadi rindu bosku lagi!" gumamnya sambil berjalan menuju lantai dua, mengabaikan dua manusia tidak tau diri itu, "Oh, Atasanku adalah pelangganku!" pekik Naya sengaja memanasi Lingga. Rupanya itu membakar hati Lingga. Lingga menatap kepergian istrinya sampai pintu kamar tertutup, "stttt!" desisnya. "Bang, sudahi dend

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   11. Setelah apa yang kau lakukan

    Dan pagi itu, dengan kemarahan memuncak karena pemintaan cerai sang istri, Lingga akhirnya mengambil haknya yang selama satu tahun dia abaikan. Membawanya terbang ke angkasa yang tak pernah Lingga rasakan! Menuntaskan segala gejolak dada bersama kemarahannya. Lebur, bersama pecahnya mahkota sang istri! Tidak peduli, air mata Naya menghiasi pagi membara itu, Lingga benar-benar ingin mengunci istrinya dari kebebasan yang selama ini dia berikan. Lingga ingin menunjukkan pada Naya, jika hanya dirinyalah yang berkuasa atas diri Naya. Tak hanya itu, Lingga melakukannya tak terhitung berapa kali, dan dia berhenti saat istrinya sudah tak berdaya dan terlelap. "Tidurlah! Terima kasih kau sudah menjaga kemurnianmu! Menjaga marwah sebagai istriku!" lirih Lingga kemudian beranjak membersihkan diri. Lingga harus tetap pergi bekerja! "Mbok, tolong temani dan bantu Ibu nanti setelah bangun! Jangan biarkan Ibu pergi kemanapun! Saya harus bekerja!" titah Lingga. "Baik, Tuan!" jawab Mbok Nem.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   12. Aku tidak sakit

    "Setelah apa yang kau ambil tadi pagi, kau masih tetap mencari ulat bulu itu, Mas! Dicampakkan setelah disentuh jauh lebih sakit daripada saat tidak tersentuh!" Naya tetaplah perempuan yang melakukan apapun dengan hatinya. Hatinya yang remuk redam penuh lukanya selama ini, seperti tersiram air garam! Sedangkan Lingga, tengah duduk di sofa apartment Bia, "Kamu ini aneh, Bang! Pulang sana, ucapkan terima kasih pada, Mbak Naya, dan mohon ampun, kemudian bina rumah tangga yang hangat! Yang bahagia, Bang!" omel Bia sambil membuatkan kopi untuk Lingga. "Hati Abang bimbang, Bi! Abang harus gimana? Abang tidak bisa melupakan balas dendam ini!" keluh Lingga. "Abang! Semua sudah berakhir, harapan Tante hanya ingin, Abang hidup bahagia! Abang sukses! Tante akan sedih jika melihat Abang terus bergelut dengan dendam ini, Bang!" jawab Bia. Lingga tampak terdiam. "Abang cinta kan sama, Mbak Naya? Mbak N

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06

Bab terbaru

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   19. Naya Kembali?

    "Iya, Desa ini dulu masih kental dengan mistis, Nak! Anak yang lahir di rabu wekasan harus syukuran doa bersama setiap tahunnya, agar selamat dan terhindar dari bala! Kebetulan kamu lahir di rabu wekasan! Mereka percaya dengan fitnahan itu dan main hakim tanpa tau kebenaran!" jawab Bu Btari. "Kenapa Ibuku tidak pernah cerita, Bu?" "Suamiku menjaga Ibumu saat itu karena amanah Bapakmu! Hingga kabar kematian itu datang, dan Ibumu menuduh suamiku pelakunya! Suamiku menerimanya karena rasa bersalah pada Bapakmu! Suamiku ingin sekali menolong, namun dilarang Bapakmu, karena tidak ingin Naya yang baru saja operasi itu harus kehilangan ayahnya juga!" jawab Bu Btari. "Lantas, kenapa Ibuku di jual?" tanya Lingga. "Tak ada pilihan, Nak! Dia orang terpandang yang memiliki banyak sekutu! Salah satu caranya adalah menyerahkanmu dan Ibumu pada orang yang lebih berkuasa, yaitu suami kedua Ibumu! Agar aman ... Suamiku tid

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   18. Kenyataan

    Namun siapa sangka, pencarian Lingga itu tak berujung hingga bulan telah berganti dan harapannya kian pupus. Luka hatinya kian meradang ditinggalkan sang pemilik hati. Hubungannya dengan Byakta tidak pagi harmonis, malah terkesan ketus walaupun sudah saling memaafkan, namun tetap tidak terima untuk apa terjadi pada adiknya. Ibu Btari tetap sama, baik dan menyayangi Lingga seperti anaknya sendiri, justru kian sayang setelah mengetahui Lingga adalah korban dari suaminya. "Nak!" panggil Bu Btari di ruang tamu. Hari ini Bu Btari mengunjungi menantunya yang berantakan, "Iya, Bu!" "Duduk sini!" pintanya dan Lingga menurut, "Kamu sekarang sedikit kurus ... Jangan telat makan, Nak!" lirih Bu Btari sambil mengusap rambut Lingga. Lingga justru menyenderkan kepalanya di pundak mertuanya itu, "Kemana perginya Naya ya, Bu? Dia tidak membawa identitas apapun, Bu!" "Dimanapun dia,

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   17. Hajar

    "Menfitnah Bapak hingga akhirnya bapak saya meninggal, dan Ibu saya dijual 20 tahun lalu!" ucap Lingga. "Krismanto?" gumam Bu Btari terkejut hingga tangannya bergetar, "Nak!" "Iya, Bu! Bapak saya difitnah oleh suami Ibu yang mencuri para gadis di kampung sebelah dulu, kemudian di keroyok masa dan meninggal dunia, saya dan Ibu saya terusir dari kampung kami!" ucapnya dengan gemeluk gigi, "Saat itu, ditengah jalan Suami Ibu menawarkan bantuan, Ibu saya setuju karena percaya, nyatanya Ibu saya justru di jual!" lanjut Lingga. Tak mudah bagi Lingga kembali mengorek luka itu, hingga tangannya menggenggam erat hingga memutih. "Nak!" "Ibu saya dijual pada seorang duda beranak empat, menjadi ibu yang mengurus keempat anaknya tanpa digaji dan diberi kasih sayang! Ibu saya menderita karena orang yang membelinya selalu melakukan kekerasan! Semua kejadian itu tepat di depan mata kepala Lingga kecil, Bu! Lingga kecil itu sudah memupuk dendam sejak

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   16. Gagal

    Brian sangat tau, Naya masih terguncang dan memilih membawa Naya masuk ke dalam rumah itu, agar Naya lebih tenang! Memberikan waktu untuk berfikir. "Masuklah! Berfikiran dengan matang, sekaligus rencana masa depanmu! Sebentar lagi akan ada Mbok Jum yang akan membantu semua keperluanmu di sini! Aku tidak mungkin masuk! Takut fitnah! Besok kita ketemu, dan bicarakan lagi? Aku akan mendukung semua keputusanmu! Okey?" kata Brian lembut. Naya mengangguk, "Makasih, Mas!" "Anggap rumah sendiri, ambil kamar yang kamu sukai!" "Iya!" Setelah itu Brian kembali masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Naya di duduk kota itu. Tidak terpencil namun jauh dari tempat mereka. Naya kemudian masuk ke dalam rumah itu, seorang diri dengan air mata yang tumpah ruah!

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   15. Menggugurkan

    Naya menatap Lingga yang masih memeluk perutnya dengan pandangan yang sulit diartikan, "Terlambat, Mas! Mencintaimu membuat hatiku terluka! Kamu adalah luka! Dan aku tidak ingin bersama dengan luka!" lirihnya. Sesaat, Lingga menggerakkan tubuhnya dan Naya pura-pura tidur kembali. "Kamu belum bangun, Nay? Tidurlah!" lirih Lingga sambil menggosok permukaan perut Naya kembali, "Papa ambil keperluan Mamamu dulu ya, jagain Mama ya, Nak!" lirihnya sambil mengecup kembali perut Naya. Hati Naya tambah tersentil mendapat perlakuan manis tersebut, Lingga menciumi seluruh permukaan wajah Naya, "Mas pulang sebentar, ya!" Setelah itu Lingga keluar dari ruang rawat dan Naya membuka matanya, menatap pintu itu dengan nanar sambil mengusap perutnya. "Kamu kenapa hadir di hidupku? Bisa tidak, pergi saja! Aku ingin bercerai dengan Papamu!" keluh Naya.

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   14. Hukumannya?

    Lingga dengan cepat menggendong istrinya untuk segera di bawa ke rumah sakit. Mbok Nem yang melihat dan mendengar pertengkaran majikannya itu hanya bisa menatap nanar kepergian Lingga. Mbok Nem tau, menjadi Naya sangat sakit. Menjadi Lingga juga tak kalah sakit! Lingga dengan penuh kekhawatiran, membawa sang istri ke UGD, dan mendampingi setiap pemeriksaan istrinya. Semuanya, tanpa terkecuali! Keadaan sudah malam, dokter umum meminta Lingga memesan kamar rawat bersamaan dengan dokter yang mengambil sample darah. Tak menunggu lama, semua sample laboratorium sudah di dilakukan uji lab, dan Naya sendiri dibawa ke ruang rawat bersama Lingga. Dokter memberikan obat penenang setelah Lingga minta menimbang emosi istrinya yang belum stabil. Dan malam itu, dengan semua gejolak hati Lingga, dia memeluk erat istrinya setelah tiga minggu tidak bertemu sambil tertidur

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   13. Terbakar

    Naya benar-benar tak bisa menahan hatinya lagi, sakitnya dicampakkan tiga minggu ini setelah apa yang dia berikan bak boom waktu yang saat ini harus meledak. Ditinggalkan begitu saja setelah dinikmati, membuat Naya merasa seperti wanita penghibur. "PUAS! Senang kamu, Mas? Mengunciku di sangkar emasmu ini? Mematahkan sayapku hingga aku tidak bisa terbang! PUAS KAMU?" teriaknya lagi sambil beranjak dari ranjangnya. Naya sangat frustasi terkurung di rumah itu selama tiga minggu, setelah sebelumnya dia bebas bekerja dan memiliki kesibukannya, hingga selama ini dia tidak terlalu memikirkan Lingga. Namun saat dikurung dan menganggur, otaknya terus memikirkan Lingga, menanti dengan harap-harap cemas dan itu sangat menyakitkan. "APA SALAHKU PADAMU? Dendam apa yang kau miliki padaku? Hingga kamu tega menyiksaku selama ini? Kau ingin aku menderita? Bukankah aku sudah menderita, Mas?"

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   12. Aku tidak sakit

    "Setelah apa yang kau ambil tadi pagi, kau masih tetap mencari ulat bulu itu, Mas! Dicampakkan setelah disentuh jauh lebih sakit daripada saat tidak tersentuh!" Naya tetaplah perempuan yang melakukan apapun dengan hatinya. Hatinya yang remuk redam penuh lukanya selama ini, seperti tersiram air garam! Sedangkan Lingga, tengah duduk di sofa apartment Bia, "Kamu ini aneh, Bang! Pulang sana, ucapkan terima kasih pada, Mbak Naya, dan mohon ampun, kemudian bina rumah tangga yang hangat! Yang bahagia, Bang!" omel Bia sambil membuatkan kopi untuk Lingga. "Hati Abang bimbang, Bi! Abang harus gimana? Abang tidak bisa melupakan balas dendam ini!" keluh Lingga. "Abang! Semua sudah berakhir, harapan Tante hanya ingin, Abang hidup bahagia! Abang sukses! Tante akan sedih jika melihat Abang terus bergelut dengan dendam ini, Bang!" jawab Bia. Lingga tampak terdiam. "Abang cinta kan sama, Mbak Naya? Mbak N

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   11. Setelah apa yang kau lakukan

    Dan pagi itu, dengan kemarahan memuncak karena pemintaan cerai sang istri, Lingga akhirnya mengambil haknya yang selama satu tahun dia abaikan. Membawanya terbang ke angkasa yang tak pernah Lingga rasakan! Menuntaskan segala gejolak dada bersama kemarahannya. Lebur, bersama pecahnya mahkota sang istri! Tidak peduli, air mata Naya menghiasi pagi membara itu, Lingga benar-benar ingin mengunci istrinya dari kebebasan yang selama ini dia berikan. Lingga ingin menunjukkan pada Naya, jika hanya dirinyalah yang berkuasa atas diri Naya. Tak hanya itu, Lingga melakukannya tak terhitung berapa kali, dan dia berhenti saat istrinya sudah tak berdaya dan terlelap. "Tidurlah! Terima kasih kau sudah menjaga kemurnianmu! Menjaga marwah sebagai istriku!" lirih Lingga kemudian beranjak membersihkan diri. Lingga harus tetap pergi bekerja! "Mbok, tolong temani dan bantu Ibu nanti setelah bangun! Jangan biarkan Ibu pergi kemanapun! Saya harus bekerja!" titah Lingga. "Baik, Tuan!" jawab Mbok Nem.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status