Share

6. Patriarki

Penulis: Roro Halus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-21 23:40:16

"Iya, Sayang! Yuk, kita langsung ke kamar saja!" ajak Lingga sambil merangkul pundak wanita yang melingkarkan tangannya di perut Lingga.

Naya hanya bisa terpaku, menatap kepergian suaminya dengan dada yang mendidih, "Kamu sengaja melakukannya, kan Mas? Seolah memberikan aku harapan agar aku semakin jatuh dan semakin tersakiti! Kamu menang lagi, aku yang terseret ke dalam nerakamu!"

Naya limbung, menabrak tembok dan berpegangan agar tidak jatuh!

Tak lama seorang wanita paruh baya tergopoh menghampiri Naya, "Selamat datang, Nyonya! Perkenalkan saya mbok Nem, mari saya antar ke kamar Anda, Nyonya!" ucapnya.

"Jangan panggil saya, Nyonya, Mbok!" jawab Naya sambil tangan mbok Nem, "Bantu saya, saya masih sedikit pusing, Mbok!"

"Baik, Nyo—"

"Naya, panggil saja Naya, Mbok!" potong Naya.

"Iya, Bu! Saya tidak berani memanggil nama saja, Bu Naya adalah istri dari Tuan saya!" jawab Mbok Nem memapah Naya ke kamarnya.

Dan Naya mengangguk, mengerti perasaan Mbok Nem yang tidak berani memanggilkan dengan nama saja.

"Kamarnya gelap sekali, Mbok!" ucap Naya.

"Iya, Bu! Tuan memang senang dengan nuansa hitam! Jadi terkesan gelap!" jawab mbok Nem mendudukan Naya di kasur itu, "Sebentar, Mbok buka jendela dan gordennya!"

"Kamar Mas Lingga, mbok?" tanya Naya.

"Iya, Bu! Kamar suami, Ibu!" jawab Mbok Nem mendekat setelah membuka jendela, dan Naya mulai melihat sekeliling.

Benar, ini kamar yang sangat luas dengan donimal warna hitam dan abu, kamar suaminya.

"Mbok gak salah antar saya ke kamar Mas Lingga? Saya mau kamar lain saja, Mbok!" ucapnya.

"Loh, kenapa, Bu? Kata Tuan Lingga meminta saya mengantar ke kamar Tuan!" Jawab Mbok Nem.

"Mas Lingga yang suruh, Mbok?"

"Iya, Bu!"

"Lalu, kamarnya dengan wanita ular itu? Bukannya Mas Lingga dan—" Naya tampak bingung ingin bertanya bagaimana.

"Oh, Non Bia? Tuan dan Non Bia ada di kamar tamu, Bu!" jawab Mbok Nem.

"Mereka sering ke kamar tamu, Mbok?" tanya Naya.

Mbok Nem mengangguk, "I—iya, Bu!"

"Yasudah, makasih banyak, Mbok! Saya mau istirahat, dulu!" ucapnya.

Setelah itu, Mbok Nem pamit dan pergi meninggalkan Naya sendirian, "Apa isi kepala, Mas Lingga? Mau sekamar denganku? Dia bahkan tidak sudi menyentuhku! Alih-alih menyentuhku dia justru hanya menuntaskan hasrat dengan mulutku, padahal aku halal untuknya!" gumam Naya berdiri menuju balkon.

Kamar Lingga ada di lantai dua, dan balkonnya langsung menghadap ke taman dan halaman belakang yang rindang.

"Menyegarkan!" lirihnya kemudian duduk di kursi balkon, "Tapi, bukankah yang haram memang— Hmmm, entahlah, dia pasti hanya ingin menyakitiku!"

Naya kembali harus menyakinkan dirinya, mengambil ponsel, "Aku cermin, Mas! Kamu bisa melakukan itu akupun akan melakukannya!" seringai Naya.

Kemudian menghubungi seseorang, "Hallo, Dan!" sapa Naya saat panggilan terhubung.

"Eh, Naya! Selamat atas pernikahanmu ya! Maafkan aku tidak bisa hadir!" jawab Danu, sahabatnya.

"Apa tawaranmu di perusahaan tempatmu bekerja, masih?" tanya Naya.

"Lah, Nyonya Lingga seorang pebisnis sukses di kota ini ingin bekerja?" Sindir Danu.

"Gampanglah izinnya, sayang tau ijazahku kalau tidak digunakan, Dan!" candanya.

"Masih, buatlah surat lamaranmu, nanti aku berikan pada HRD! Semoga aja bisa diterima!" jawab Danu.

"Siap, nanti aku kirim emailmu, ya?"

"Oh ya, Nay! Tapi staff keuangan sudah terisi kemarin! Tidak tau ada yang kosong atau tidak, itupun kamu harus tes sendiri ya, aku hanya memberikan jalan saja!"

"Siap! Makasih banyak, Dan!"

Panggilan terputus, dan Naya langsung bergegas membuka tabletnya yang ada di tas.

Naya memilih duduk di balkon sambil mengotak-atik tablet, membuat resume diri dan juga surat lamaran.

Naya harus bangkit, berdiri di kakinya sendiri, Naya mempersiapkan dirinya kedepannya karena tak ada masa depan di pernikahannya dengan Lingga.

Naya juga tidak ingin gila, hanya karena melihat suaminya berkamar dengan umat bulu itu.

Dan, Naya ingin meminta teman kerjanya mungkin nantinya menjadi pacar pura-puranya, karena Naya tak ingin sakit sendiri, Lingga yang lebih dulu membawa ulat bulu di ranjangnya, maka jangan salahkan Naya jika membawa pangeran berkuda untuk membawanya lari.

Impas bukan!

Setelah selesai dan mengirimkan pada Danu, Naya mendapatkan balasan dari Danu agar datang besok, karena Danu sudah merekomendasikan pada HRD.

Mendengar itu, Naya kemudian keluar dari rumah dan pergi ke rumah Ibunya untuk mengambil beberapa baju formalnya, Laptop, make up, dan barang-barang untuk menunjang penampilan besok.

Tidak mau menunggu Lingga yang tengah bergelut manja, Naya pergi naik taxi ke rumahnya.

"Loh, Nak! Mana Nak Lingga? Kok sendirian?" tanya Bu Btari.

"Sibuk Bu, Naya harus ambil baju jadi Naya diam-diam kesininya! Hehe, Mas Lingga sibuk!" jawab Naya.

"Gak boleh gitu, Nak! Izin suami itu penting setelah menikah, ridho suamimu ridho Allah, Nak!" ucap Ibunya.

"Iya, Bu! Habis ini Naya izin kok, cuma ambil sebentar!" jawabnya. 'Suami kalau model Mas Lingga mah enggak, Bu! Dia malah lagi enak-enak sama si ulet bulu yang lagi kegatelan bagian bawahnya itu, jadi minta suamiku menggaruknya!' lanjutnya dalam hati.

"Jangan ulangi lagi ya, Nak!"

"Iya, Bu!"

Naya kemudian membereskan bersama ibunya, "Kok baju formal semua, Nak?"

"Iya, Bu! Mas Lingga sudah mengizinkan Naya mencari pekerjaan, daripada Naya kesepian saat Mas Lingga kerja, Bu! Ijazah Naya juga biar terpakai!" canda Naya.

"Pasti kamu yang paksa, ya!"

"Enggak kok, Bu!" jawab Naya.

"Nak Lingga bicara dengan Ibu sebelum kamu menikah, jika tidak mengizinkan kamu kecapekan bekerja!" jawab Bu Btari.

Sontak Naya tertawa, "Hati orang berubah-ubah, Bu!" jawab Naya, 'Kok sebelum nikah, Bu! Kemarin sama hari ini aja berubah!' batin Naya.

"Ibu percaya Nak Lingga, dia lembut, baik, dan jujur, kok!" jawab Bu Btari, "Pasti kamu yang paksa, kan!"

Yah, inilah alasan Naya kenapa tidak pergi atau meminta cerai pada Lingga sesaat setelah malam pertama yang sangat memilukan itu, karena dia hidup di lingkungan yang masih menganut paham patriarki.

Jaman dimana semua yang terjadi di pernikahan adalah kesalahan istrinya! Adanya KDRT karena istri gak pecus dan tidak patuh aturan suami!

Adanya perselingkuhan karena istri yang tidak bisa memu4skan suaminya!

Martabat suami jauh lebih diatas istrinya!

Bagai seorang pesuruh, dan istri dituntut untuk menerima semua perlakuan keji itu?

Bahkan, Naya belum pernah melayani ranjang suaminya, tapi suaminya berselingkuh dan tidur dengan ulat bulunya, lalu dia yang akan dicap tak bisa memuaskan dan melayani suaminya?

Satu hari baru menikah dan langsung cerai? Lalu dirinya yang akan dicap tidak bisa menjaga kemurnian dirinya, hingga suaminya kecewa dan menceraikannya?

Ish! Bullshirt! Tidak akan Naya biarkan itu terjadi.

Naya memilih membuat neraka suaminya semakin berkobar.

"Ndak boleh begitu, Nak! Harus patuh sama suamimu! Jangan membangkang, Nak! Jangan pergi tanpa pamit! Layani suamimu dengan baik, dan jadi Ibu terbaik untuk anakmu, itu karir terbaik sebagai perempuan!" lanjut Ibunya.

Naya semakin tertawa terbahak-bahak, "Ibu yang baik? Jangankan punya anak, suamiku bahkan jijik menyetuhku, Bu!"

Bab terkait

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   7. Ulat Bulu

    Naya semakin tertawa terbahak-bahak, 'Ibu yang baik? Jangankan punya anak, suamiku bahkan jijik menyetuhku, Bu!' batin Naya. "Kamu ini, di nasehati Ibu malah tertawa, Nak!" jawab Bu Btari. "Ibu sih, aku jadi berasa menantu Ibu, bukan anak Ibu, tau!" canda Naya, "Naya tau, Bu! Makasih sudah peduli dengan Naya, ya Bu! Tapi ini pilihan, Naya! Mas Lingga juga gak apa-apa, kok!" terang Naya. Naya sangat tau, Ibunya peduli dengannya, hanya beliau tidak tau apa yang terjadi di pernikahannya yang sebenarnya. Ibunya tak ingin Naya menjadi bahan gunjingan. Yah, beginilah resiko tinggal di desa! Bu Btari kamudian mengangguk, "Bahagia selalu ya, Nak!""Naya berangkat ya, Bu!" Bu Btari mengangguk dan mengantar Naya sampai depan, melihat anaknya pergi dengan taxi itu. Naya memasuki rumah Lingga dengan kontainer box berisi barang-barangnya disambut oleh Lingga yang duduk di teras dengan si ulat bulu. 'Bagaimana betah aku di rumah, rumah ini penuh ulat bulu! Dia tidak pulang bahkan setelah m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   8. Bangkit

    Naya hanya diam mematung dengan tatapan tajam dari balik pantry, saat masakannya melayang mengenai bajunya. Marah? Tentu saja! Bahkan keringatnya belum kering untuk memasak, dan dibuang begitu saja. Mbok Nem dengan cepat membersihkan piring yang sudah pecah di lantai. Dan Lingga pergi setelah melihat kikat netra Naya tak kalah tajam. "Dasar, wanita sialan! Selalu saja membuat marah, suami!" keluhnya keluar dari rumah. Emosi Lingga juga naik turun bersama dengan dengan Naya, kadang merasa tidak tega, kadang marah sampai kepalanya mau pecah, kadang juga lucu. "Andai kamu bukan—! Ahhhh! Kau harus merasakan pembalasanku, Nay! Aku tidak boleh goyah! Hatiku tidak boleh lemah!" racaunya kesal sambil beberapa kali memukul kemudinya. Dia tak mengerti kemana tujuannya, Lingga hanya ingin memendam perasaan aneh di dadanya. "Sialan! Jangan mencintai dia, ingatlah Lingga, akhir dari kehidupan Ayah dan Ibu! Sadar, Lingga!" maki Lingga sendiri untuk dirinya. Dia terus melajukan mob

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   9. Melayani Bosmu

    Naya tampak mengela nafasnya berat, "Ya, Lumayan lah Mas! Beberapa pelangga cukup membuatku lelah!" jawab Naya sekenanya sambil berjalan menuju kamar mandi. "Istri tidak tau diri!""Suami sok suci!" "NAYA!" pekik Lingga, "Kau sangat menguji kesabaranku, ya!" Naya masuk begitu saja ke kamar mandi, tak peduli suaminya membentaknta, hari ini cukup melelahkan untuk Naya. Setelah mandi, dia kemudian berbaring di sofa karena Lingga ada di kasurnya, "Aku mau kamar lain saja, Mas!"Sontak Lingga menoleh, "Dimana? Kamar pembantu?" "Boleh! Pokok tidak sekamar dengan Raja Iblis yang sangat kejam!" "Tidurlah disini, kasurnya sangat lebar!" Sontak Naya tertawa, "Mas ... Mas, Rumah ini tidak kurang kamar! Aku wanita murahan yang sangat pilih-pilih mau tidur dengan siapa!" "Oh ya? Semakin hari aku lihat, kau semakin berani, Nay!" gumam Lingga, "Sepertinya kau benar-benar ingin membuatku menunjukka—""Stop! Oke!" loncat Naya turun dari sofa dan naik ke atas ranjang Lingga. Lingga tersenyum t

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   10. Mari kita akhiri

    "Bagaimana, apa menyenangkan melayani Bosmu, itu?" sinis Lingga menyambut sang Istri. Naya tampak menghela nafas, "Mobilku kempes, Mas!" "Alasan! Ada taxi jika mobilmu kempes, kan? Mana ada atasan mau mengantar bawahannya kalau bukan pelanggan!" pedas Lingga dengan lirikan tajamnya. Tampilan Naya yang semakin cantik dan segar, juga tubuh yang memang menggiurkan, membuat Lingga sedikit ketar-ketir. Pasti banyak yang mengincar istrinya! Naya tersenyum, "Iya ya, berapa kali aku melayaninya ya, Mas? Tidak terhitung!" jawab Naya. "Cih! Murahan!" ucapnya sambil menciumi wajah Bia di sebelahnya. Hal yang sudah biasa Naya lihat selama ini, setiap malam. "Ahhh, jadi rindu bosku lagi!" gumamnya sambil berjalan menuju lantai dua, mengabaikan dua manusia tidak tau diri itu, "Oh, Atasanku adalah pelangganku!" pekik Naya sengaja memanasi Lingga. Rupanya itu membakar hati Lingga. Lingga menatap kepergian istrinya sampai pintu kamar tertutup, "stttt!" desisnya. "Bang, sudahi dend

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   11. Setelah apa yang kau lakukan

    Dan pagi itu, dengan kemarahan memuncak karena pemintaan cerai sang istri, Lingga akhirnya mengambil haknya yang selama satu tahun dia abaikan. Membawanya terbang ke angkasa yang tak pernah Lingga rasakan! Menuntaskan segala gejolak dada bersama kemarahannya. Lebur, bersama pecahnya mahkota sang istri! Tidak peduli, air mata Naya menghiasi pagi membara itu, Lingga benar-benar ingin mengunci istrinya dari kebebasan yang selama ini dia berikan. Lingga ingin menunjukkan pada Naya, jika hanya dirinyalah yang berkuasa atas diri Naya. Tak hanya itu, Lingga melakukannya tak terhitung berapa kali, dan dia berhenti saat istrinya sudah tak berdaya dan terlelap. "Tidurlah! Terima kasih kau sudah menjaga kemurnianmu! Menjaga marwah sebagai istriku!" lirih Lingga kemudian beranjak membersihkan diri. Lingga harus tetap pergi bekerja! "Mbok, tolong temani dan bantu Ibu nanti setelah bangun! Jangan biarkan Ibu pergi kemanapun! Saya harus bekerja!" titah Lingga. "Baik, Tuan!" jawab Mbok Nem.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   12. Aku tidak sakit

    "Setelah apa yang kau ambil tadi pagi, kau masih tetap mencari ulat bulu itu, Mas! Dicampakkan setelah disentuh jauh lebih sakit daripada saat tidak tersentuh!" Naya tetaplah perempuan yang melakukan apapun dengan hatinya. Hatinya yang remuk redam penuh lukanya selama ini, seperti tersiram air garam! Sedangkan Lingga, tengah duduk di sofa apartment Bia, "Kamu ini aneh, Bang! Pulang sana, ucapkan terima kasih pada, Mbak Naya, dan mohon ampun, kemudian bina rumah tangga yang hangat! Yang bahagia, Bang!" omel Bia sambil membuatkan kopi untuk Lingga. "Hati Abang bimbang, Bi! Abang harus gimana? Abang tidak bisa melupakan balas dendam ini!" keluh Lingga. "Abang! Semua sudah berakhir, harapan Tante hanya ingin, Abang hidup bahagia! Abang sukses! Tante akan sedih jika melihat Abang terus bergelut dengan dendam ini, Bang!" jawab Bia. Lingga tampak terdiam. "Abang cinta kan sama, Mbak Naya? Mbak N

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   13. Terbakar

    Naya benar-benar tak bisa menahan hatinya lagi, sakitnya dicampakkan tiga minggu ini setelah apa yang dia berikan bak boom waktu yang saat ini harus meledak. Ditinggalkan begitu saja setelah dinikmati, membuat Naya merasa seperti wanita penghibur. "PUAS! Senang kamu, Mas? Mengunciku di sangkar emasmu ini? Mematahkan sayapku hingga aku tidak bisa terbang! PUAS KAMU?" teriaknya lagi sambil beranjak dari ranjangnya. Naya sangat frustasi terkurung di rumah itu selama tiga minggu, setelah sebelumnya dia bebas bekerja dan memiliki kesibukannya, hingga selama ini dia tidak terlalu memikirkan Lingga. Namun saat dikurung dan menganggur, otaknya terus memikirkan Lingga, menanti dengan harap-harap cemas dan itu sangat menyakitkan. "APA SALAHKU PADAMU? Dendam apa yang kau miliki padaku? Hingga kamu tega menyiksaku selama ini? Kau ingin aku menderita? Bukankah aku sudah menderita, Mas?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   14. Hukumannya?

    Lingga dengan cepat menggendong istrinya untuk segera di bawa ke rumah sakit. Mbok Nem yang melihat dan mendengar pertengkaran majikannya itu hanya bisa menatap nanar kepergian Lingga. Mbok Nem tau, menjadi Naya sangat sakit. Menjadi Lingga juga tak kalah sakit! Lingga dengan penuh kekhawatiran, membawa sang istri ke UGD, dan mendampingi setiap pemeriksaan istrinya. Semuanya, tanpa terkecuali! Keadaan sudah malam, dokter umum meminta Lingga memesan kamar rawat bersamaan dengan dokter yang mengambil sample darah. Tak menunggu lama, semua sample laboratorium sudah di dilakukan uji lab, dan Naya sendiri dibawa ke ruang rawat bersama Lingga. Dokter memberikan obat penenang setelah Lingga minta menimbang emosi istrinya yang belum stabil. Dan malam itu, dengan semua gejolak hati Lingga, dia memeluk erat istrinya setelah tiga minggu tidak bertemu sambil tertidur

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06

Bab terbaru

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   19. Naya Kembali?

    "Iya, Desa ini dulu masih kental dengan mistis, Nak! Anak yang lahir di rabu wekasan harus syukuran doa bersama setiap tahunnya, agar selamat dan terhindar dari bala! Kebetulan kamu lahir di rabu wekasan! Mereka percaya dengan fitnahan itu dan main hakim tanpa tau kebenaran!" jawab Bu Btari. "Kenapa Ibuku tidak pernah cerita, Bu?" "Suamiku menjaga Ibumu saat itu karena amanah Bapakmu! Hingga kabar kematian itu datang, dan Ibumu menuduh suamiku pelakunya! Suamiku menerimanya karena rasa bersalah pada Bapakmu! Suamiku ingin sekali menolong, namun dilarang Bapakmu, karena tidak ingin Naya yang baru saja operasi itu harus kehilangan ayahnya juga!" jawab Bu Btari. "Lantas, kenapa Ibuku di jual?" tanya Lingga. "Tak ada pilihan, Nak! Dia orang terpandang yang memiliki banyak sekutu! Salah satu caranya adalah menyerahkanmu dan Ibumu pada orang yang lebih berkuasa, yaitu suami kedua Ibumu! Agar aman ... Suamiku tid

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   18. Kenyataan

    Namun siapa sangka, pencarian Lingga itu tak berujung hingga bulan telah berganti dan harapannya kian pupus. Luka hatinya kian meradang ditinggalkan sang pemilik hati. Hubungannya dengan Byakta tidak pagi harmonis, malah terkesan ketus walaupun sudah saling memaafkan, namun tetap tidak terima untuk apa terjadi pada adiknya. Ibu Btari tetap sama, baik dan menyayangi Lingga seperti anaknya sendiri, justru kian sayang setelah mengetahui Lingga adalah korban dari suaminya. "Nak!" panggil Bu Btari di ruang tamu. Hari ini Bu Btari mengunjungi menantunya yang berantakan, "Iya, Bu!" "Duduk sini!" pintanya dan Lingga menurut, "Kamu sekarang sedikit kurus ... Jangan telat makan, Nak!" lirih Bu Btari sambil mengusap rambut Lingga. Lingga justru menyenderkan kepalanya di pundak mertuanya itu, "Kemana perginya Naya ya, Bu? Dia tidak membawa identitas apapun, Bu!" "Dimanapun dia,

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   17. Hajar

    "Menfitnah Bapak hingga akhirnya bapak saya meninggal, dan Ibu saya dijual 20 tahun lalu!" ucap Lingga. "Krismanto?" gumam Bu Btari terkejut hingga tangannya bergetar, "Nak!" "Iya, Bu! Bapak saya difitnah oleh suami Ibu yang mencuri para gadis di kampung sebelah dulu, kemudian di keroyok masa dan meninggal dunia, saya dan Ibu saya terusir dari kampung kami!" ucapnya dengan gemeluk gigi, "Saat itu, ditengah jalan Suami Ibu menawarkan bantuan, Ibu saya setuju karena percaya, nyatanya Ibu saya justru di jual!" lanjut Lingga. Tak mudah bagi Lingga kembali mengorek luka itu, hingga tangannya menggenggam erat hingga memutih. "Nak!" "Ibu saya dijual pada seorang duda beranak empat, menjadi ibu yang mengurus keempat anaknya tanpa digaji dan diberi kasih sayang! Ibu saya menderita karena orang yang membelinya selalu melakukan kekerasan! Semua kejadian itu tepat di depan mata kepala Lingga kecil, Bu! Lingga kecil itu sudah memupuk dendam sejak

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   16. Gagal

    Brian sangat tau, Naya masih terguncang dan memilih membawa Naya masuk ke dalam rumah itu, agar Naya lebih tenang! Memberikan waktu untuk berfikir. "Masuklah! Berfikiran dengan matang, sekaligus rencana masa depanmu! Sebentar lagi akan ada Mbok Jum yang akan membantu semua keperluanmu di sini! Aku tidak mungkin masuk! Takut fitnah! Besok kita ketemu, dan bicarakan lagi? Aku akan mendukung semua keputusanmu! Okey?" kata Brian lembut. Naya mengangguk, "Makasih, Mas!" "Anggap rumah sendiri, ambil kamar yang kamu sukai!" "Iya!" Setelah itu Brian kembali masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Naya di duduk kota itu. Tidak terpencil namun jauh dari tempat mereka. Naya kemudian masuk ke dalam rumah itu, seorang diri dengan air mata yang tumpah ruah!

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   15. Menggugurkan

    Naya menatap Lingga yang masih memeluk perutnya dengan pandangan yang sulit diartikan, "Terlambat, Mas! Mencintaimu membuat hatiku terluka! Kamu adalah luka! Dan aku tidak ingin bersama dengan luka!" lirihnya. Sesaat, Lingga menggerakkan tubuhnya dan Naya pura-pura tidur kembali. "Kamu belum bangun, Nay? Tidurlah!" lirih Lingga sambil menggosok permukaan perut Naya kembali, "Papa ambil keperluan Mamamu dulu ya, jagain Mama ya, Nak!" lirihnya sambil mengecup kembali perut Naya. Hati Naya tambah tersentil mendapat perlakuan manis tersebut, Lingga menciumi seluruh permukaan wajah Naya, "Mas pulang sebentar, ya!" Setelah itu Lingga keluar dari ruang rawat dan Naya membuka matanya, menatap pintu itu dengan nanar sambil mengusap perutnya. "Kamu kenapa hadir di hidupku? Bisa tidak, pergi saja! Aku ingin bercerai dengan Papamu!" keluh Naya.

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   14. Hukumannya?

    Lingga dengan cepat menggendong istrinya untuk segera di bawa ke rumah sakit. Mbok Nem yang melihat dan mendengar pertengkaran majikannya itu hanya bisa menatap nanar kepergian Lingga. Mbok Nem tau, menjadi Naya sangat sakit. Menjadi Lingga juga tak kalah sakit! Lingga dengan penuh kekhawatiran, membawa sang istri ke UGD, dan mendampingi setiap pemeriksaan istrinya. Semuanya, tanpa terkecuali! Keadaan sudah malam, dokter umum meminta Lingga memesan kamar rawat bersamaan dengan dokter yang mengambil sample darah. Tak menunggu lama, semua sample laboratorium sudah di dilakukan uji lab, dan Naya sendiri dibawa ke ruang rawat bersama Lingga. Dokter memberikan obat penenang setelah Lingga minta menimbang emosi istrinya yang belum stabil. Dan malam itu, dengan semua gejolak hati Lingga, dia memeluk erat istrinya setelah tiga minggu tidak bertemu sambil tertidur

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   13. Terbakar

    Naya benar-benar tak bisa menahan hatinya lagi, sakitnya dicampakkan tiga minggu ini setelah apa yang dia berikan bak boom waktu yang saat ini harus meledak. Ditinggalkan begitu saja setelah dinikmati, membuat Naya merasa seperti wanita penghibur. "PUAS! Senang kamu, Mas? Mengunciku di sangkar emasmu ini? Mematahkan sayapku hingga aku tidak bisa terbang! PUAS KAMU?" teriaknya lagi sambil beranjak dari ranjangnya. Naya sangat frustasi terkurung di rumah itu selama tiga minggu, setelah sebelumnya dia bebas bekerja dan memiliki kesibukannya, hingga selama ini dia tidak terlalu memikirkan Lingga. Namun saat dikurung dan menganggur, otaknya terus memikirkan Lingga, menanti dengan harap-harap cemas dan itu sangat menyakitkan. "APA SALAHKU PADAMU? Dendam apa yang kau miliki padaku? Hingga kamu tega menyiksaku selama ini? Kau ingin aku menderita? Bukankah aku sudah menderita, Mas?"

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   12. Aku tidak sakit

    "Setelah apa yang kau ambil tadi pagi, kau masih tetap mencari ulat bulu itu, Mas! Dicampakkan setelah disentuh jauh lebih sakit daripada saat tidak tersentuh!" Naya tetaplah perempuan yang melakukan apapun dengan hatinya. Hatinya yang remuk redam penuh lukanya selama ini, seperti tersiram air garam! Sedangkan Lingga, tengah duduk di sofa apartment Bia, "Kamu ini aneh, Bang! Pulang sana, ucapkan terima kasih pada, Mbak Naya, dan mohon ampun, kemudian bina rumah tangga yang hangat! Yang bahagia, Bang!" omel Bia sambil membuatkan kopi untuk Lingga. "Hati Abang bimbang, Bi! Abang harus gimana? Abang tidak bisa melupakan balas dendam ini!" keluh Lingga. "Abang! Semua sudah berakhir, harapan Tante hanya ingin, Abang hidup bahagia! Abang sukses! Tante akan sedih jika melihat Abang terus bergelut dengan dendam ini, Bang!" jawab Bia. Lingga tampak terdiam. "Abang cinta kan sama, Mbak Naya? Mbak N

  • Ranjang Suamiku Yang Membeku   11. Setelah apa yang kau lakukan

    Dan pagi itu, dengan kemarahan memuncak karena pemintaan cerai sang istri, Lingga akhirnya mengambil haknya yang selama satu tahun dia abaikan. Membawanya terbang ke angkasa yang tak pernah Lingga rasakan! Menuntaskan segala gejolak dada bersama kemarahannya. Lebur, bersama pecahnya mahkota sang istri! Tidak peduli, air mata Naya menghiasi pagi membara itu, Lingga benar-benar ingin mengunci istrinya dari kebebasan yang selama ini dia berikan. Lingga ingin menunjukkan pada Naya, jika hanya dirinyalah yang berkuasa atas diri Naya. Tak hanya itu, Lingga melakukannya tak terhitung berapa kali, dan dia berhenti saat istrinya sudah tak berdaya dan terlelap. "Tidurlah! Terima kasih kau sudah menjaga kemurnianmu! Menjaga marwah sebagai istriku!" lirih Lingga kemudian beranjak membersihkan diri. Lingga harus tetap pergi bekerja! "Mbok, tolong temani dan bantu Ibu nanti setelah bangun! Jangan biarkan Ibu pergi kemanapun! Saya harus bekerja!" titah Lingga. "Baik, Tuan!" jawab Mbok Nem.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status