Pikiran Dave tertuju pada kamar adiknya, Sean, yang berada di dekat kamarnya. Dia berencana untuk bersembunyi dalam kamar adiknya agar Sheila tidak bisa menemukannya."Kenapa pintunya dikunci? Sial! Ke mana Sean pergi?" umpat Dave kesal, seraya berusaha membuka pintu kamar adiknya.Namun, Dewi Fortuna sedang berpihak padanya. Dia melihat OB yang baru saja keluar dari kamar sebelahnya dengan membawa perlengkapan kebersihan dan membawa kunci yang digunakannya untuk membuka pintu semua kamar.Dave menghampiri OB tersebut, dan dengan sopannya dia meminta bantuannya."Permisi. Tolong bantu saya untuk membuka pintu kamar saya. Kebetulan kuncinya dibawa oleh istri saya. Sekarang dia sedang menunggu saya di restoran dekat pantai. Sedangkan saya harus mengambil sesuatu di dalam kamar."Seorang pria dengan memakai seragam OB yang bertuliskan nama hotel tersebut, melihat Dave mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Penampilan Dave yang sangat modis dan trendi, membuat OB tersebut percaya begi
"Stop!" "Jangan!"Seketika Sean menghentikan langkah kakinya. Dia menoleh ke arah sumber suara."Ada apa?" tanyanya sembari mengernyitkan dahinya."Jangan dibuka," perintah Dave dengan tegas."Kenapa? Ada apa sebenarnya, Dave?" tanya Sean dengan tatapan menyelidik."Jika itu Sheila, jangan bilang aku ada di sini," jawab Dave dengan tegas, layaknya sedang memerintah anak buahnya.Seketika Sean menyeringai. Dia berjalan menghampiri sang kakak, dan berkata lirih,"Kenapa kamu menghindarinya? Apa ada sesuatu yang harus kamu sembunyikan?""Tidak ada. Satu-satunya hal yang harus aku sembunyikan adalah perbuatan bejat kalian berdua di kamar ini," jawab Dave dengan tatapan datarnya pada sang adik.'Shit!' batin Sean mengumpat sang kakak."Baiklah. Aku tidak akan mengatakan pada Sheila jika kamu ada di sini, tapi rahasiakan semua apa yang kamu lihat di kamar ini dari Celine," tutur Sean sembari menyeringai, mencoba bernegosiasi dengan kakaknya."Deal! Lagi pula aku tidak tertarik dengan urus
"Bidadari?" celetuk Sean dengan dahinya yang mengernyit, seraya menatap penasaran pada sang kakak.Dave tidak menjawab rasa penasaran sang adik. Dia hanya tersenyum, meninggalkan kamar tersebut, tanpa khawatir bertemu dengan Sheila, wanita yang selalu menempel, dan terobsesi padanya."Bidadari? Siapa yang dimaksud oleh Dave?" tanya Raisa dengan rasa penasarannya."Entahlah. Banyak wanita di sekitar Dave, tapi yang kami tahu hanya Sheila," jawab Sean seraya meletakkan kembali ponselnya di atas meja.Raisa berjalan menghampiri kekasihnya, dan tersenyum manis padanya. Kemudian dia berbisik dengan suara yang membuat hasrat Sean kembali bergelora."Kunci pintunya, dan kita lanjutkan kembali permainan kita yang tertunda."Bibir Sean melengkung ke atas. Dia tidak bisa menolak keinginan mantan tunangannya yang selalu bisa membuatnya puas. Segera dia mengunci pintu kamar tersebut, dan menggendong tubuh sang wanita menuju ranjangnya.Di tempat yang berbeda, seorang wanita mampu membuat Dave ter
"Ada apa?" tanya Raisa sembari memeluk mantan tunangannya dari belakang."Istriku menelpon berkali-kali. Kenapa HP ku bisa mati, padahal baterainya masih ada," jawab Sean sembari menulis pesan untuk sang istri.Raisa tersenyum senang mendengar rencananya berhasil. Dia tidak ingin kebersamaannya diganggu oleh Celine, meskipun dia istri sah dari Sean.Melihat Sean masih sibuk dengan ponselnya, Raisa mengganggunya dengan menggambarkan pola abstrak pada dada bidang kekasihnya. Jari lentiknya bergerak sangat lincah, meskipun dia berada di belakang sang pria.Tentu saja Sean sangat terganggu dengan yang dilakukan oleh Raisa. Ingin dia menyambut ajakan sang kekasih melalui godaan tangannya, tapi dia masih teringat akan istrinya yang harus dipertahankannya, agar sang papa percaya padanya.Sean melepaskan tangan Raisa dari dadanya. Dia membalikkan badannya untuk menghadap kekasihnya itu, dan berkata,"Sepertinya kamu harus pergi dari sini. Pasti sebentar lagi Celine akan kembali. Jangan sampai
"Semalam kita sudah melakukannya. Sebaiknya kita tidak melakukannya lagi sekarang," ucap Celine seraya berusaha melindungi dirinya, agar sang suami tidak menyentuh tubuhnya.Dahi Sean semakin mengernyit. Tatapan matanya seolah bertanya pada sang istri. Celine mendorong dengan halus tubuh suaminya, dan dia beranjak duduk, seraya membenarkan bajunya yang tersibak, sehingga memperlihatkan kulit mulus di sekitar dadanya."Dokter memberitahukan agar kita berhubungan ketika aku dalam masa subur. Atau jika tidak, kita berhubungan rutin secara terjadwal," tutur Celine, berusaha meyakinkan suaminya."Kenapa begitu?" tanya Sean kembali."Karena--""Baiklah," sahut Sean seraya berbaring di sebelah istrinya."Aku lelah. Aku ingin beristirahat sebentar," sambungnya sembari memejamkan kedua matanya.Celine menatap suaminya yang sudah memejamkan matanya. Dalam hati dia berkata,'Sepertinya kamu lelah sekali. Apa saja yang kamu lakukan dengan wanita jalang itu?' Tiba-tiba dia teringat akan sesuatu.
Raisa dan Sheila memesan makanan pada waiter yang menghampiri mereka. Suasana di meja makan tersebut terasa kaku dan mencekam.Dave berusaha keras untuk menjauh dari Sheila. Wanita yang duduk di sebelahnya selalu berusaha untuk membuatnya sibuk dengannya. Tidak hanya itu saja, dia juga dibuat kewalahan dengan sikap manja sang wanita tersebut.Hal itu membuat Anna merasa geram. Pasalnya, wanita yang sangat terobsesi dengan putra pertamanya itu terlihat murahan dan tidak ada harga dirinya di depannya.Memang Sheila merupakan putri dari keluarga ternama yang sering bekerja sama dengan perusahaan Mayer. Akan tetapi, Anna tidak pernah suka padanya. Sangat berbeda dengan sikap Levina dan Celine yang direstuinya sebagai menantu keluarga Mayer.Merasa tidak mau kalah dengan Sheila, Raisa berusaha untuk bermanja-manja dengan Sean yang duduk di sebelahnya. Dia berusaha membuat Sean sibuk dengannya, agar mengabaikan istri sahnya yang duduk di sebelah kanan pria tersebut.Anna menghela nafasnya k
Pertanyaan dari Sean membuat Celine menyeringai. Wanita yang merupakan istri sahnya itu, menatap sinis padanya. "Aku akan pergi. Lakukan saja sesukamu, apa pun itu," ucapnya dengan ketus.Ditariknya dengan sekuat tenaga koper yang ditahan oleh tangan suaminya. Dia menatap tajam pada sang suami, seolah menegaskan kemarahannya melalui matanya."Sayang! Kamu mau ke mana?!""Aku mohon, tetaplah di sini!"Baru kali ini Celine melihat seorang Sean Mayer memohon padanya. Selama bertahun-tahun hidup dengannya, pria yang sedang mengiba itu, tidak pernah sekali pun memohon padanya."Kenapa?" tanya Celine dengan ketus."Ada Mama dan Papa di sini. Jangan biarkan mereka berprasangka buruk tentang hubungan kita," jawab Sean dengan tatapan mengiba pada sang istri.Lagi-lagi Celine menyeringai. Dia mendekati pria yang telah hampir enam tahun hidup dengannya, dan berkata,"Ada Raisa, mantan tunanganmu. Kenapa tidak dia saja yang menemanimu di sini?"Seringaian Celine membuat Sean takut. Pria yang kin
'Sial! Kenapa jadi rumit begini?' batin Sean mengumpat kesal.Dugaan Celine benarlah adanya. Ketika di dalam kamarnya, Sean tidak mengirim pesan pada kedua orang tuanya, melainkan dia mengirim pesan pada Raisa, mantan tunangannya yang kini menjadi wanita selingkuhannya.Dia hanya ingin mengatakan pada Raisa, jika dirinya akan pergi dari tempat itu dengan istrinya. Sean berharap agar Raisa tidak muncul di dekatnya untuk beberapa waktu, hingga dia menghubunginya.Sialnya, apa yang dilakukannya seketika ketahuan. Kebohongannya pada sang istri hanya bisa bertahan beberapa menit saja. Kini, dia harus mencari cara lagi untuk bisa memperbaiki citranya di depan istri dan juga keluarganya."Sepertinya pesan Sean belum terkirim. Mungkin sinyalnya jelek," tukas Sean mencoba membela diri.Sontak saja Dave tertawa mendengar perkataan adiknya. Dia merasa seperti digelitik oleh ucapan konyol dari sang adik."Di jaman canggih seperti ini masih ada sinyal jelek?""Bisa saja karena sedang trouble, Dave
Suara detak jantung dari seorang pasien pria yang terbaring di atas tempat tidur pasien, terdengar menggema dalam ruang ICU setelah mendapatkan operasi selama beberapa jam. Deraian air mata dari beberapa orang yang berada di luar ruang tesebut, tidak dapat didengarnya, seolah dunia mereka kini berbeda. Wanita tua yang berpenampilan modis dan terlihat lebih muda dari usianya, sedang berdiri di depan jendela kaca ruang ICU. Pandangan matanya tidak lepas dari pasien yang ada di dalam ruangan tersebut. Mata sembabnya masih saja mengeluarkan air mata, seolah tidak bisa merelakan apa yang dilihatnya saat ini. "Kenapa nasib Sean bisa begini, Pa?!" tanyanya dengan suara serak pada sang suami yang ada di sebelahnya. "Sabar, Ma. Papa yakin, Sean akan baik-baik saja. Sean adalah seorang Mayer. Dia pasti kuat dan berusaha untuk bertahan, agar bisa kembali pulang bersama dengan kita," tutur Antonio yang berusaha menenangkan hati istrinya. Deraian air mata yang membasahi pipi Anna, membuat
"Mama?!" ujar Sera dengan suara yang bergetar.Perempuan muda itu berlari menghampiri seorang wanita paruh baya yang berpenampilan seksi, dan memakai makeup, lengkap dengan lipstik berwarna merah menyala. Dipeluknya wanita yang dipanggilnya dengan sebutan mama tersebut, dan berkata,"Sera takut, Ma."Air matanya menetes di pipi, dan mengenai baju wanita paruh baya yang dipeluknya. Hal yang paling dibenci oleh Raisa, kini dilakukan oleh putrinya. Raisa sangat marah jika bajunya terkena makeup orang lain pada saat berpelukan dengannya. Terlebih lagi jika air mata orang tersebut menempel di bajunya.Sang mama menjauhkan tubuh putrinya, dan memperhatikan penampilan perempuan muda tersebut yang masih sesenggukan mengeluarkan air mata. "Ada apa denganmu, Sera? Kenapa kamu seperti ini? Dan juga kenapa kamu berada di tempat ini?" tanya Raisa sembari menatap putrinya dengan heran.Sera menundukkan kepalanya, sembari mengusap kasar air mata yang menetes di kedua pipinya. Akan tetapi, dia tidak
"Semuanya sudah lengkap. Sepertinya masalah ini sudah bisa kita proses sekarang," ucap polisi yang sebelumnya telah bersitegang dengan Sean."Silahkan, Pak. Kami menyerahkan mereka pada pihak kepolisian," ujar seorang pria yang berasal dari arah belakangnya.Seketika putra kedua dari keluarga Mayer tersebut, menoleh ke arah sumber suara. Sontak saja matanya terbelalak melihat sosok yang sangat familiar sedang berdiri bersama dengan dua orang pria yang diapit oleh beberapa polisi dan beberapa pria berpakaian serba hitam. "Om Sean," lirih perempuan yang saat ini sedang membuat Sean tercengang dengan penampilannya.Betapa tidak tercengang ketika Sean melihat keadaan putri dari wanita yang menjadi partner ranjangnya. Rambutnya berantakan dan terkesan acak-acakan. Wajahnya terlihat begitu lelah, dengan makeup yang luntur karena peluhnya. Dan satu hal membuat Sean tidak bisa berkata-kata yaitu penampilan Sera saat ini yang persis seperti ibunya.Ingatan Sean tertuju pada saat dirinya menja
Seketika dua orang pria dan seorang wanita terhenyak kaget, tatkala pintu kamar yang mereka tempati dibuka dengan kerasnya dari luar. Beberapa pria berpakaian serba hitam masuk ke dalam kamar tersebut, dan menangkap basah mereka bertiga dalam keadaan polos sedang bersenang-senang bersama. Kedua pria tersebut merupakan karyawan hotel yang bekerja pada bagian parkir, sehingga mereka berdua terlihat ketakutan saat ini.Berbeda dengan kedua pria itu. Sera yang usianya jauh lebih muda dari mereka berdua, terlihat sangat menikmati permainannya. Dia berada di atas tubuh seorang pria, dan pria yang satunya lagi memanjakannya dari belakang tubuhnya. Bahkan dia tidak mau menghentikan gerakannya. "Cepat lakukan! Aku sudah tidak tahan lagi! Jangan berhenti! Aku mohon!" ujar Sera dengan suara yang tertahan, diiringi dengan lenguhannya dan lebih mempercepat gerakannya.Hal itu membuat pria yang berada di bawah tubuhnya merasa tersiksa. Dia ingin menghentikannya, tapi hasratnya mengatakan tidak mau
Dave mengepalkan kedua tangannya ketika mendengar cerita dari sang putra tentang apa yang dilakukan oleh Sean padanya. Kilatan amarah terlihat dari mata pria paruh baya yang selalu membuat sang adik iri padanya. "Tidak pernah ku sangka dia akan berbuat senekat itu padamu," ujar Dave dengan penuh amarah. Hatinya kini dikuasai oleh amarahnya pada sang adik. Bahkan Dave telah berjanji dalam hatinya, dia akan memberi Sean pelajaran yang setimpal, jika berani menyentuh istri dan putranya, meskipun nyawanya menjadi taruhan. "Apa mungkin dia ingin menghancurkan kita, Dad?" tanya sang putra dengan ragu-ragu. Dave menoleh ke arah putranya. Dia memaksakan senyumnya, berusaha agar putra kesayangannya tidak mengkhawatirkan hal itu. "Jangan pikirkan hal itu, Hero. Daddy akan mengatasi semuanya. Kamu hanya perlu fokus pada kehidupan dan masa depanmu. Tetaplah waspada dan hati-hati pada siapa pun, meski orang tersebut kenal dan sangat dekat denganmu," tutur Dave, sembari menepuk-nepuk lirih
Hero menyeringai melihat si pengintai telah mendapatkan pelajaran dari sang asisten. Bahkan saat ini, gadis itu telah dibawa oleh dua orang pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Mereka berdua diperintahkan oleh asisten Hero untuk memuaskan hasrat sang gadis di dalam kamar salah satu hotel tersebut.Sera pun tidak menolaknya. Dia sangat membutuhkan sentuhan dari pria untuk memuaskan hasratnya. Apalagi saat ini dia dalam pengaruh obat, sehingga bertindak aktif dan agresif ketika bersenang-senang dengan dua pria dewasa yang sangat berpengalaman.Pikirannya kosong. Hanya hasrat yang memburu sedang menguasai hati serta pikirannya. Senyuman dan lenguhannya menandakan kepuasan Sera akan perlakuan dan sentuhan dari kedua pria yang bermain dengannya. "Siapa sebenarnya dia?" tanya Hero pada sang asisten ketika si pengintai sudah keluar dari ruangan tersebut bersama dengan kedua pria suruhan mereka. "Dia suruhan dari pria yang menemui anda di ruang pesta," jawab sang asisten seraya memberika
Tepuk tangan meriah mengiringi pemasangan cincin di kedua jari pasangan yang sedang bertunangan. Hero dan Serena merupakan pasangan yang berbahagia pada hari ini. Semua keluarga besar, kolega, dan rekan kerja telah datang untuk menjadi saksi peristiwa penting tersebut, dan tentu saja mereka berbondong-bondong memberikan ucapan selamat pada pasangan yang sedang berbahagia.Setelah semua rangkaian acara selesai dilakukan, dan mengantarkan sang kekasih hati pulang bersama keluarganya, Hero meminta ijin pada kedua orang tuanya untuk beristirahat sejenak, meninggalkan pesta tersebut yang masih dipenuhi oleh tamu undangan."Tolong bawakan saya obat sakit kepala," perintah Hero pada asistennya, sembari berjalan keluar dari area pesta.Tanpa menunggu lama, sang asisten pun bergegas mengambilkan obat untuk sang bos, dan membawakan sebotol air mineral untuk dibawa ke ruang peristirahatan yang hanya digunakan pada saat pesta berlangsung.Di dalam ruangan itu, seorang pemuda berpenampilan rapi de
Perkataan Sean terngiang-ngiang di telinga Hero, hingga menyita pikirannya. Pemuda tersebut memikirkan panggilan Sean padanya. 'Putra? Kenapa pria tadi memanggilku sebagai putranya? Apa aku mirip dengan putranya?' batin Hero sembari membayangkan percakapannya bersama dengan Sean.Dirinya mengatakan bahwa tidak akan terpengaruh dengan perkataan pria asing tersebut. Akan tetapi, hatinya menolak untuk melupakannya. Kata "putra" masih saja membekas pada ingatannya. "Ada apa, Hero? Apa kamu gugup?" tanya seorang pria baya sembari terkekeh duduk di sampingnya.Sontak saja pemuda tampan yang menjadi sorotan dalam acara tersebut, menoleh ke arah sumber suara. Seketika dia terkejut tatkala melihat sosok pria yang menjadi panutannya selama ini."Papa?! Sejak kapan Papa berada di sini?"Dave tersenyum, dan menepuk-nepuk lirih pundak putranya, seraya berkata,"Apa yang sedang kamu khawatirkan? Bukankah seorang Hero tidak pernah sekali pun merasa khawatir?" Hero menghela nafasnya. Dia tersenyum
"Sean?!" celetuk Celine yang terkejut melihat sang mantan suami berdiri di hadapannya sambil tersenyum."Kamu bertambah cantik. Aku senang bisa melihatmu lagi, Sayang," tutur Sean sembari tersenyum, dan tatapan matanya seolah sedang menginginkan sang wanita.Celine menguatkan dirinya, agar terlihat tidak terpengaruh oleh kehadiran sang mantan. Sayangnya, ekspresi tubuhnya tidak mengatakan demikian. Dadanya bergerak naik turun seiring dengan nafasnya yang memburu menahan ketakutannya. 'Mimpi itu menjadi kenyataan. Tidak. Aku tidak boleh terlihat lemah dan takut padanya. Aku harus bersikap berani dan tidak terpengaruh dengan kehadirannya,' batin sang wanita dengan mencengkeram erat dress yang dipakainya."Kenapa kamu berada di sini?" tanya Celine yang berusaha terlihat berani di hadapan mantan suaminya.Sean menyeringai. Dia menatap lapar pada wanita cantik yang ada di hadapannya. Memang benar jika Sean semakin tertarik ketika melihat mantan istrinya. Dia tidak menampiknya, dan rasa in