Home / Romansa / Ranjang Dingin Tuan Pieter / Tuan Pieter Si Muka dingin

Share

Tuan Pieter Si Muka dingin

Author: UmyHan81
last update Last Updated: 2023-08-18 09:02:37

sampai hari ini Joane tak habis pikir dengan Tuan Pieter, pemilik rumah besar yang sekarang Ia tinggali. Ia tak pernah keluar rumah, setiap pagi Ia akan berangkat ke Kantor, dan sorenya sekitar jam empat sudah kembali lagi ke rumah. Setelah itu, Ia tak pernah keluar lagi dari lantai atas. Masalah makanan pun cukup diantarkan saja ke lantai atas dan di taruh di meja yang ada di depan kamarnya.

"Nek Tuan Pieter itu sebenarnya Siapa sih?" tanya Joane suatu ketika pada Nek Ishaq yang telah lama tinggal di rumah itu.

"Nanti Kau juga akan tahu. Yang penting, jangan sampai Kau membuatnya murka dengan segala kecerobohanmu." hanya itu jawaban yang Ia dengar dari nenek tua itu.

"Dan di rumah sebesar ini hanya ada Kita bertiga saja ya Nek."

"Iya, Karena Tuan Pieter memang tidak suka kalo terlalu banyak orang. Berisik katanya." Joane semakin tidak mengerti dengan sikap dari Tuan Pieter. Bahkan sekalipun Ia tak pernah melihatnya tersenyum. Mukanya sangat kaku dan sikapnya juga sangat dingin. Tak pernah mau dekat dengan orang lain.

"Sudah, jangan banyak berpikir. Cepat antarkan makanan ini ke atas. Jangan sampai Kau terlambat menghidangkannya." Joane tersentak kala menyadari ternyata ini adalah waktu untuknya mengantarkan makanan untuk Tuan Pieter ke atas.

"Mana Nek, Aku antarkan sekarang. Aku sepertinya sudah terlambat. Keasyikan ngobrol sih." Joane buru-buru menyambar nampan yang sudah disiapkan oleh Nek Ishaq di atas meja. Ia bergegas naik menuju ke lantai atas.

"Tuan, makan malam sudah siap." Joane berkata di depan pintu kamar Tuan Pieter setelah menaruh nampan di atas meja seperti biasanya.

Bahkan hanya sekedar ucapan terima kasih dan kata iya pun, Joane tak mendengarnya. Sepi, tak ada jawaban apapun dari dalam kamar. Maka, Ia pun memutuskan untuk segera turun ke bawah untuk menemui Nek Ishaq.

"Hey, Kau gadis nakal, tunggu sebentar!. suara baritonnya menggetkan Joane yang hendak menuruni tangga.

"Iya Tuan,......" Joane berbalik dan dengan perasaan takut dan was-was mendekati Si Muka dingin itu.

"Kenapa terlambat?" tanya Tuan Pieter dengan berat.

"Maaf Tu an, Saya lupa." jawab Joane dengan suara tergagap.

"Masuk ke sana, bersihkan dan rapikan kamarku. Cepat!" dengan nada memerintah, Tuan Pieter menunjuk ke dalam kamarnya. Joane hanya mengangguk, dan langsung melaksanakan perintahnya. Ia mengambil sapu dan alat pel yang ada di sudut rak besar, dan melangkah memasuki kamar Tuan Pieter. Perlahan Ia mendorong pintunya.

Sejenak Joane mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru kamar, dan merasa terkagum dengan suasana yang ada di dalam kamar itu. Sungguh besar kamar Tuan Pieter, dan semuanya tertata dengan rapi. Hanya saja, semua interior yang ada di dalamnya berwarna gelap, dominan hitam. Di sebelah lemari besar yang nampak kokoh, Joane melihat ada sebuah pintu. Entah pintu ruangan apa.

"Ehem, kenapa bengong? ayo cepat bersihkan kamarku dan segeralah keluar dari sini!" suara bariton itu tepat di belakang Joane dan hampir membuat jantungnya copot.

"Iya Tu an, maaf," ucap Joane dan langsung menyapu lantainya terlebih dahulu. Kemudian Ia baru menyiapkan air untuk mengepel lantainya. Lagi-lagi Joane di buat tertegun ketika memasuki kamar mandi untuk mengisi air dikran. Kamar mandinya juga sangat luas dan mewah. Namun, Ia buru-buru keluar dan mengerjakan tugasnya lagi.

Perlu waktu hampir setengah jam untuk mengepel semua lantai di kamar itu. Keringat Joane sampai bercucuran.

'Huuuft, melelahkan juga membersihkan kamar ini', gumam Joane lirih.

"Kalo sudah selesai, cepatlah keluar!" lagi-lagi suara itu menggelegar dan mengagetkannya.

"Iya Tuan, sudah sekesai. Saya permisi mau turun ke bawah." Joaane membawa sapu dan alat pel nya ke bawah dulu, kemudian naik ke atas lagi membersihkan peralatan makan dengan nampan.

"Addduuhh Nek, Aku lelah sekali," Joane mengeluh dan menghempaskan pantatnya di sebelah Nek Ishaq.

"Istirahatlah sebentar, dan makan dulu. Baru nanti kau lanjutkan tugasmu lagi." ucap Nek Ishaq sambil mengulurkan segelas air minum.

"Iya Nek, terima kasih," balas Joane yang langsung menenggak habis minumannya.

"Nek, boleh Aku bertanya sesuatu?" Joane berpaling pada Nenek tua yang ada di sampingnya.

"Tanya apa?"

"Apakah Tuan Pieter itu tidak punya keluarga lain? Maksudku, apakah Dia.....," belum selesai Joane melanjutkan kalimatnya, Nek Ishaq sudah berdiri dan hendak meninggalkannya.

"Neeekk, tunggu...." Joane mengejar langkah Nek Ishaq.

"Jangan banyak bertanya, kerjakan saja semua tugasmu di rumah ini," jawabnya dengan rasa tak suka. Akhirnya, Joane mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi.

'Dasar orang-orang aneh," gumam Joane dan duduk kembali di kursi meja makan. Ia melanjutkan makannya sampai habis, dan bersiap mengerjakan tugasnya lagi.

Kini giliran ruang depan yang belum dibersihkan.

Seingat Joane, semua ruang yang ada di rumah ini tak ada satupun foto yang terpajang di dinding. Hal itulah yang menurutnya sangat aneh. Sikap Tuan Pieter juga sangat kaku, tak pernah mau berbincang dengan orang lain. Nek Ishaq juga Kadang-kadang bersikap aneh, kadang ramah kadang juga berubah menjadi galak.

Sambil tetap menyapu, Joane terus memikirkan segala keanehan yang ada di rumah itu. Namun tiba-tiba saja Ia teringat dengan keluarganya, yang telah Ia tinggalkan. Entah bagaimana kini kabar keluarganya. Sebenarnya Ia sangat rindu dengan semua kehangatan Mama dan Papanya. Juga Sang Kakak yang selalu menyayanginya.

Hanya saja, sebuah pernikahan yang tidak di inginkan itu yang membuatnya harus meninggalkan Mereka semua.

Dan di sinilah ia sekarang. Di sebuah rumah yang sangat besar dan mewah, tapi sangat dingin. Tanpa canda dan kehangatan sebuah keluarga.

"Joane, Kau dipanggil Tuan Pieter ke lantai atas."

sebuah tepukan dipundaknya membuat Joane agak berjingkat dan menoleh ke belakangnya.

"Tu an memanggil Saya lagi Nek, untuk apa ya?" Nek Ishaq hanya mengedikkan bahunya tak menjawab lagi.

"Cepatlah ke atas dan temui Tuan, sebelum Tuan murka lagi," ucapnya mengingatkan Joane.

Related chapters

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Makam Siapa?

    Dengan perasaan yang penuh dengan tanda tanya, akhirnya Joane menaiki tangga menuju lantai tiga, tempat yang paling Ia takuti. Karena di sana merupakan tempat kediaman si Tuan dingin, yang tak pernah mau tersenyum. Bahkan bicara saja sangat sedikit, hanya yang penting-penting saja.Ketika sampai di lantai atas, Joane celingukan, dan akhirnya Ia bisa menemukan sosok dingin yang sedang duduk memegang tablet ditangannya, di sudut ruangan. Jika tidak teliti, maka posisinya tidak akan bisa dilihat. Apalagi semua cat dan interior yang ada di sana berwarna gelap.'Manusia macam apa yang bisa hidup di tempat seperti ini,' gumam Joane dalam hatinya."Kemarilah, kenapa hanya berdiri di situ?" heran juga Joane dengan sikap Tuan Pieter itu. Padahal Ia belum menatap ke arahnya sama sekali, tapi sudah tahu tentang kedatangannya. Maka, Joane pun melangkah mendekati Tuan Pieter dan setelah jaraknya hanya sepuluh langkah lagi, Joane berhenti dan duduk bersimpuh layaknya pelayan di hadapan Sang Raja."

    Last Updated : 2023-08-25
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Siapa makan Mie ku?

    "Dua tahun yang lalu, Tuan kehilangan dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya."Dengan penuh seksama, Joane mendengarkan penuturan dari Nenek tua itu. Ternyata kisah hidup Tuan Pieter sangatlah tragis. Istri dan Putri kecilnya meninggal karena ulah dari orang yang menaruh dendam padanya.Sejak peristiwa itu, Ia menjadi pria yang sangat dingin. Bahkan Ia memutuskan untuk pindah dari rumahnya yang dulu, dan menetap di rumah yang sekarang ditempatinya. Namun, Ia juga lebih memilih untuk tidak bergaul dengan dunia luar. Meskipun setiap hari Ia selalu tetap bekerja di Kantor, namun itu hanya untuk urusan pekerjaan saja. Selebihnya, Ia hanya mengurung diri di dalam kamar dan ruang kerjanya. Ia juga tidak mengijinkan orang lain untuk tinggal di rumah besar itu selain Nek Ishaq, orang yang benar-benar sudah dipercayainya."Siaoa yang sudah membunuh Mereka Nek?" "Saingan bisnis Tuan tentunya.""Dan sampai sekarang Tuan lebih suka tinggal sendiri dan kesepian ya Nek." lanjut Joane lagi d

    Last Updated : 2023-10-15
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Di mana Kamu Jo,

    Seorang lelaki muda yang berparas tampan sedang duduk terpekur di sisi ranjang. Du depannya nampak sedsng terbaring tubuh seorang wanita yang sudah berumur dengan selang infus ditangannya."Kau, sejak kapan ada di sini. Bukankah seharusnya Kau bekerja di Kantor?" Pemuda itu menggeser kursinya agar lebih mendekat, dengan seulaa senyum Ia menggenggam tangan Sang Mama."Hari ini tidak ada rapat maupun pertemuan dengan klien Ma, makanya Aku bisa menemani Mama di sini." sahutnya dengan lembut."Mana Adikmu Luis. Apa Kau sudah berhasil menemukannya?" dengan nafas berat pemuda itu menggeleng. Setiap hari yang ditanyakan adalah Adiknya, yang sampai hari ini belum bisa ditemukan."Bagaimana keadaannya sekarang. Mama sangat cemas setiap hari memikirkan Adikmu itu.Semua ini karena Papamu yang keras kepala itu Luis.""Sudahlah Ma, jangan menyalahkan Papa terus-terusan." Luis sepertinya merasa keberatan kalo Mamanya selalu menyalahkan Papanya yang telah membuat keputusan besar untuk Joane."Mama

    Last Updated : 2023-10-18
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Tuan Pieter Sakit

    "Nek, apa Aku salah kalo berpikir Tuanlah yang telah memakan Mie Instanku kemarin malam?"dengan setengah berbisik Joane bertanya tentang masalah yang sampai sekarang belum bisa Ia temukan Siapa sebenarnya yang telah menghabiskan Mie nya."Ish, jaga bicaramu itu Jo. Jangan menuduh sembarangan, itu namanya fitnah. Asal kamu tahu Jo, kalo Tuan itu tidak boleh makan Mie insfan. Ada masalah dengan lambungnya,""Tapi, di rumah ini kan cuma ada Kita bertiga Nek. Atau jangan-jangan Nenek yang memakannya."PLETAAKKKKCentong yang ada ditangan Nenek tua itu langsung mendarat di kepala Joane."'Auuwww Nek, sakit. Iya maaf, Aku kan cuma bercanda. Kenapa memukulku dengan centong?"Nek Ishaq terkekeh, melihat gadis itu merajuk."Makanya jangan asal tuduh. Di pukul baru tahu rasa Kamu Jo," "Habisnya, Aku sangat penasaran siapa yang telah memakannya dengan diam-diam tanpa ijin dariku.""Siapa tahu di makan tikus Jo.""Selama Aku tinggal di sini, rasanya belum pernah sekalipun Aku melihat seorang ti

    Last Updated : 2023-10-19
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter    Pertemuan di Rumah Sakit

    Joane cuma bisa duduk termenung sendirian di sisi ranjang menemani Majikannya. Sudah hampir satu jam Ia Menunggui Tuan Pieter, karena Nek Ishaq sudah pulang duluan. Lagi pula memang tidak boleh ada dua orang yang menunggui pasien.'Siapa yang sedang sakit ya?' sedari tadi Joane sebenarnya merasa gelisah. Begitu Ia melihat Clara di rumah sakit itu juga, Ia jadi penasaran siapa sebenarnya yang sedang bersama Clara.Joane bangkit dan berdiri dibdepan kaca..Ia menyingkap tirai jendela dan mengintip ke luar.Ingin sekali Ia keluar dan bertanya, tapi bagaimana dengan Tuan Pieter nanti. Dia pasti akan marah jika tahu ditinggal sendiri. Akhirnya Ia duduk lagi di samping ranjang Tuannya. Meskipun pikirannya masih gelisah. Jadinya duduk pun tak merasa senang."Berisik sekali Kau. Duduk saja tidak bisa tenang!"Joane kaget mendengar suara sarkas itu. "Tuan,....maaf, Saya kira Anda belum sadarkan diri.""Ambilkan Aku minum." perintah Tuan Pieter pada gadis itu."Ini Tuan." Jaone mengulurkan sebo

    Last Updated : 2023-10-26
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Kembalilah Jo,

    Tuan Pieter melangkah masuk, kemudian menarik tangan Joane yang masih duduk di sisi Mamanya."Ikut Aku pulang!" "Iya Tuan, Saya akan ikut pulang. Tapi tolong beri Saya sedikit waktu lagi untuk menjelaskan pada Mama Saya.""Kenapa Anda bersikap begitu pada adik Saya Tuan..Siapa Anda, kenapa terlalu menekannya begitu..Jangan-jangan Anda ini seorang pen.....""Karena Dia adalah pembantuku, dan Dia sudah terikat perjanjian denganku." Jawab Tuan Pieter dengan wajah datar."Tuan, tolong,....biarkan Dia pulang bersamaku karena Joane adalah putriku." Nyonya Wilson menghiba pada Tuan Pieter agar tidak membawa putrinya. Kini Joane yang kebingungan sendiri, akankah ikut pulang ke rumah atau ikut pulang bersama Majikannya itu."Tuan, beri waktu Saya sebentar untuk bicara dengan Mereka." "Lima menit, waktumu hanya lima menit." ucap Tuan Pieter dan membalikkan badan melangkah ke pintu dan menunggu Joane di depan kamar."Ma, Kakak, maafkan Aku. Bukannya Aku tidak sayang sama Kalian. Tapi Tuan Piet

    Last Updated : 2023-10-29
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Melarikan Diri

    Dengan mengendap-endap Joane terus berjalan menyusuri lorong sebuah gedung yang sekarang sedang digunakan oleh keluarganya untuk melaksanakan pesta pernikahan yang mewah.Setelas selesai di make up, Ia pamit untuk ke kamar mandi karena ingin buang air kecil. Namun sebenarnya, itu hanya alasannya saja agar Ia bisa mencari celah untuk keluar dan melarikan diri dari pernikahannya.Saat sedang menuju ke ke kamar mandi, Ia melihat ada sebuah pintu menuju ke ruangan lain. Untung saja tak ada seorangpun yang mengikutinya saat Ia mengatakan ingin pergi ke kamar kecil.Maka, dengan melewati pintu itu, Joane berusaha untuk mencari jalan keluar dari gedung itu. Rupanya pintu yang Ia lewati tadi, terhubung ke jalan belakang yang tembus ke gank sempit yang ada di belakang gedung.Setelah berhasil keluar dari gedung itu, maka Joane segera berlari menyusuri gang kecil yang kanan kirinya terdapat perumahan warga.Dengan bertelanjang kaki, Ia terus berlari tanpa tujuan, yang jelas Ia ingin agar keluarg

    Last Updated : 2023-06-30
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Tinggal di rumah Aneh

    Joane membuka matanya. Pandangannya masih remang-remang. Ia mencoba mengerjapkan matanya dan mengedarkan tatapan matanya ke sekeliling ruangan itu.Joane bangun dan mencoba untuk duduk. Otaknya sedang mencoba untuk berpikir dengan hal yang sebelumnya terjadi saat Ia memasuki rumah besar ini dari pintu belakang.Tiba-tiba pintu terbuka, Joane ketakutan dan naik ke atas tempat tidur lagi dan merapatkan tubuhnya ke sudut sambil memeluk lutut. Seraut wajah wanita yang sudah cukup renta terlihat di pintu yang sudah terbuka.Wanita tua itu perlahan mendekati ranjang Joane. Ia kemudian terkekeh melihat wajah Gadis yang ada di depannya itu menjadi pias dan pucat."Kemarilah, mendekatlah padaku. Jangan takut begitu, Aku ini bukan setan." katanya sambil mengulurkan tangannya. Joane belum bergeming dari tempatnya, Ia masih ragu dengan perkataan wanita tua itu."Namaku Nek Ishaq, ayo kemarilah. Lihatlah makanan ini. Kau pasti lapar kan?" dengan masih diliputi perasaaan takut, Jaone beringsut perl

    Last Updated : 2023-08-04

Latest chapter

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Kembalilah Jo,

    Tuan Pieter melangkah masuk, kemudian menarik tangan Joane yang masih duduk di sisi Mamanya."Ikut Aku pulang!" "Iya Tuan, Saya akan ikut pulang. Tapi tolong beri Saya sedikit waktu lagi untuk menjelaskan pada Mama Saya.""Kenapa Anda bersikap begitu pada adik Saya Tuan..Siapa Anda, kenapa terlalu menekannya begitu..Jangan-jangan Anda ini seorang pen.....""Karena Dia adalah pembantuku, dan Dia sudah terikat perjanjian denganku." Jawab Tuan Pieter dengan wajah datar."Tuan, tolong,....biarkan Dia pulang bersamaku karena Joane adalah putriku." Nyonya Wilson menghiba pada Tuan Pieter agar tidak membawa putrinya. Kini Joane yang kebingungan sendiri, akankah ikut pulang ke rumah atau ikut pulang bersama Majikannya itu."Tuan, beri waktu Saya sebentar untuk bicara dengan Mereka." "Lima menit, waktumu hanya lima menit." ucap Tuan Pieter dan membalikkan badan melangkah ke pintu dan menunggu Joane di depan kamar."Ma, Kakak, maafkan Aku. Bukannya Aku tidak sayang sama Kalian. Tapi Tuan Piet

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter    Pertemuan di Rumah Sakit

    Joane cuma bisa duduk termenung sendirian di sisi ranjang menemani Majikannya. Sudah hampir satu jam Ia Menunggui Tuan Pieter, karena Nek Ishaq sudah pulang duluan. Lagi pula memang tidak boleh ada dua orang yang menunggui pasien.'Siapa yang sedang sakit ya?' sedari tadi Joane sebenarnya merasa gelisah. Begitu Ia melihat Clara di rumah sakit itu juga, Ia jadi penasaran siapa sebenarnya yang sedang bersama Clara.Joane bangkit dan berdiri dibdepan kaca..Ia menyingkap tirai jendela dan mengintip ke luar.Ingin sekali Ia keluar dan bertanya, tapi bagaimana dengan Tuan Pieter nanti. Dia pasti akan marah jika tahu ditinggal sendiri. Akhirnya Ia duduk lagi di samping ranjang Tuannya. Meskipun pikirannya masih gelisah. Jadinya duduk pun tak merasa senang."Berisik sekali Kau. Duduk saja tidak bisa tenang!"Joane kaget mendengar suara sarkas itu. "Tuan,....maaf, Saya kira Anda belum sadarkan diri.""Ambilkan Aku minum." perintah Tuan Pieter pada gadis itu."Ini Tuan." Jaone mengulurkan sebo

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Tuan Pieter Sakit

    "Nek, apa Aku salah kalo berpikir Tuanlah yang telah memakan Mie Instanku kemarin malam?"dengan setengah berbisik Joane bertanya tentang masalah yang sampai sekarang belum bisa Ia temukan Siapa sebenarnya yang telah menghabiskan Mie nya."Ish, jaga bicaramu itu Jo. Jangan menuduh sembarangan, itu namanya fitnah. Asal kamu tahu Jo, kalo Tuan itu tidak boleh makan Mie insfan. Ada masalah dengan lambungnya,""Tapi, di rumah ini kan cuma ada Kita bertiga Nek. Atau jangan-jangan Nenek yang memakannya."PLETAAKKKKCentong yang ada ditangan Nenek tua itu langsung mendarat di kepala Joane."'Auuwww Nek, sakit. Iya maaf, Aku kan cuma bercanda. Kenapa memukulku dengan centong?"Nek Ishaq terkekeh, melihat gadis itu merajuk."Makanya jangan asal tuduh. Di pukul baru tahu rasa Kamu Jo," "Habisnya, Aku sangat penasaran siapa yang telah memakannya dengan diam-diam tanpa ijin dariku.""Siapa tahu di makan tikus Jo.""Selama Aku tinggal di sini, rasanya belum pernah sekalipun Aku melihat seorang ti

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Di mana Kamu Jo,

    Seorang lelaki muda yang berparas tampan sedang duduk terpekur di sisi ranjang. Du depannya nampak sedsng terbaring tubuh seorang wanita yang sudah berumur dengan selang infus ditangannya."Kau, sejak kapan ada di sini. Bukankah seharusnya Kau bekerja di Kantor?" Pemuda itu menggeser kursinya agar lebih mendekat, dengan seulaa senyum Ia menggenggam tangan Sang Mama."Hari ini tidak ada rapat maupun pertemuan dengan klien Ma, makanya Aku bisa menemani Mama di sini." sahutnya dengan lembut."Mana Adikmu Luis. Apa Kau sudah berhasil menemukannya?" dengan nafas berat pemuda itu menggeleng. Setiap hari yang ditanyakan adalah Adiknya, yang sampai hari ini belum bisa ditemukan."Bagaimana keadaannya sekarang. Mama sangat cemas setiap hari memikirkan Adikmu itu.Semua ini karena Papamu yang keras kepala itu Luis.""Sudahlah Ma, jangan menyalahkan Papa terus-terusan." Luis sepertinya merasa keberatan kalo Mamanya selalu menyalahkan Papanya yang telah membuat keputusan besar untuk Joane."Mama

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Siapa makan Mie ku?

    "Dua tahun yang lalu, Tuan kehilangan dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya."Dengan penuh seksama, Joane mendengarkan penuturan dari Nenek tua itu. Ternyata kisah hidup Tuan Pieter sangatlah tragis. Istri dan Putri kecilnya meninggal karena ulah dari orang yang menaruh dendam padanya.Sejak peristiwa itu, Ia menjadi pria yang sangat dingin. Bahkan Ia memutuskan untuk pindah dari rumahnya yang dulu, dan menetap di rumah yang sekarang ditempatinya. Namun, Ia juga lebih memilih untuk tidak bergaul dengan dunia luar. Meskipun setiap hari Ia selalu tetap bekerja di Kantor, namun itu hanya untuk urusan pekerjaan saja. Selebihnya, Ia hanya mengurung diri di dalam kamar dan ruang kerjanya. Ia juga tidak mengijinkan orang lain untuk tinggal di rumah besar itu selain Nek Ishaq, orang yang benar-benar sudah dipercayainya."Siaoa yang sudah membunuh Mereka Nek?" "Saingan bisnis Tuan tentunya.""Dan sampai sekarang Tuan lebih suka tinggal sendiri dan kesepian ya Nek." lanjut Joane lagi d

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Makam Siapa?

    Dengan perasaan yang penuh dengan tanda tanya, akhirnya Joane menaiki tangga menuju lantai tiga, tempat yang paling Ia takuti. Karena di sana merupakan tempat kediaman si Tuan dingin, yang tak pernah mau tersenyum. Bahkan bicara saja sangat sedikit, hanya yang penting-penting saja.Ketika sampai di lantai atas, Joane celingukan, dan akhirnya Ia bisa menemukan sosok dingin yang sedang duduk memegang tablet ditangannya, di sudut ruangan. Jika tidak teliti, maka posisinya tidak akan bisa dilihat. Apalagi semua cat dan interior yang ada di sana berwarna gelap.'Manusia macam apa yang bisa hidup di tempat seperti ini,' gumam Joane dalam hatinya."Kemarilah, kenapa hanya berdiri di situ?" heran juga Joane dengan sikap Tuan Pieter itu. Padahal Ia belum menatap ke arahnya sama sekali, tapi sudah tahu tentang kedatangannya. Maka, Joane pun melangkah mendekati Tuan Pieter dan setelah jaraknya hanya sepuluh langkah lagi, Joane berhenti dan duduk bersimpuh layaknya pelayan di hadapan Sang Raja."

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Tuan Pieter Si Muka dingin

    sampai hari ini Joane tak habis pikir dengan Tuan Pieter, pemilik rumah besar yang sekarang Ia tinggali. Ia tak pernah keluar rumah, setiap pagi Ia akan berangkat ke Kantor, dan sorenya sekitar jam empat sudah kembali lagi ke rumah. Setelah itu, Ia tak pernah keluar lagi dari lantai atas. Masalah makanan pun cukup diantarkan saja ke lantai atas dan di taruh di meja yang ada di depan kamarnya."Nek Tuan Pieter itu sebenarnya Siapa sih?" tanya Joane suatu ketika pada Nek Ishaq yang telah lama tinggal di rumah itu."Nanti Kau juga akan tahu. Yang penting, jangan sampai Kau membuatnya murka dengan segala kecerobohanmu." hanya itu jawaban yang Ia dengar dari nenek tua itu."Dan di rumah sebesar ini hanya ada Kita bertiga saja ya Nek.""Iya, Karena Tuan Pieter memang tidak suka kalo terlalu banyak orang. Berisik katanya." Joane semakin tidak mengerti dengan sikap dari Tuan Pieter. Bahkan sekalipun Ia tak pernah melihatnya tersenyum. Mukanya sangat kaku dan sikapnya juga sangat dingin. Tak p

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Dia, Tuan Pieter Adams

    "Hey, bangun,.....ayo cepat bangun. Dasar penakut." Joane membuka matanya dan tersentak kaget, hampir saja Ia berteriak kalo saja Nek Ishaq tak segera mencubit pipinya."Hey, apa yang yang sudah Kau lakukan gadis nakal? bukankah sudah ku bilang, jangan naik ke lantai tiga hah!""Adduuhh Nek, maaf, ampun Nek. Sungguh Aku tidak sengaja naik ke sana." "Tidak sengaja apanya, jelas-jelas Kau sudah mengunjakkan kakimu di sana. Dan Kau sudah mengusik Monster itu.""Iya Nek, Aku,.....melihatnya Nek. Aduh ,tolong Aku Nek.....Aku tidak mau dimakan olehnya."Joane memeluk tubuh Nek Ishaq dengan erat sampai perempuan tua itu sesak nafas. Dengan tongkatnya, Ia memukul punggung Joane.PLETAKK"Auww Nek, sakit. Kenapa memukul punggungku."Joane merajuk. Sedangkan Nek Ishaq langsung menepis tubuh gadis itu."Salahmu sendiri, kenapa memelukku sangat erat. Aku hampir kelhilangan nafasku!""Maaf Nek, Aku takut Nek. Aku takut Monster itu akan mengejarku ke sini." Joane ketakutan dan mengarahkan tatapann

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Si Monster

    Monster yang berwajah mengerikan itu semakin mendekati Joane. Dengan taring tajamnya, Ia seakan siap mencabik tubuh gadis yang masih sangat segar itu. Suaranya menggeram, cairan hijau yang kental terus menetes dari mulutnya yang bertaring."Jangaan,.....pergilah,.....ampuuunn." Joane mundur ketakutan dengan tubuh gemetaran. Tubuhnya serasa tak bertulang, lari pun sudah tak punya tenaga lagi."Beraninya Kau mengusikku,....tubuhmu akan menjadi santapanku, ha ha ha ha......" Monster itu semakin mendekat, Joane menutup wajahnya dan berteriak sekencang-kencangnya."Toloooooong,.....Siapapun tolong Akuuuuu.""Hey bocah, bangun! pagi-pagi sudah mengigau tak karuan. Ayo cepat bangun, dasar pemalas!" Joane tersentak kaget manakala Ia mendengar suara cetar Nek Ishaq ada di dekat telinganya. Dengan tongkatnya, Ia menggoyang-goyangkan tubuh Joane agar bangun."Nenek? Aku di mana Nek?" Joane duduk dan menatap ke sekelilingnya. Monster itu sudah tak ada di sana. Ia menatap jendelanya yang sudah ter

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status