Share

Si Monster

Penulis: UmyHan81
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-05 08:34:41

Monster yang berwajah mengerikan itu semakin mendekati Joane. Dengan taring tajamnya, Ia seakan siap mencabik tubuh gadis yang masih sangat segar itu. Suaranya menggeram, cairan hijau yang kental terus menetes dari mulutnya yang bertaring.

"Jangaan,.....pergilah,.....ampuuunn." Joane mundur ketakutan dengan tubuh gemetaran. Tubuhnya serasa tak bertulang, lari pun sudah tak punya tenaga lagi.

"Beraninya Kau mengusikku,....tubuhmu akan menjadi santapanku, ha ha ha ha......" Monster itu semakin mendekat, Joane menutup wajahnya dan berteriak sekencang-kencangnya.

"Toloooooong,.....Siapapun tolong Akuuuuu."

"Hey bocah, bangun! pagi-pagi sudah mengigau tak karuan. Ayo cepat bangun, dasar pemalas!" Joane tersentak kaget manakala Ia mendengar suara cetar Nek Ishaq ada di dekat telinganya. Dengan tongkatnya, Ia menggoyang-goyangkan tubuh Joane agar bangun.

"Nenek? Aku di mana Nek?" Joane duduk dan menatap ke sekelilingnya. Monster itu sudah tak ada di sana. Ia menatap jendelanya yang sudah terang pertanda hari sudah pagi. Ia merasa sangat lega, karena ternyata kejadian mengerikan itu cuma ada dalam mimpinya.

"Cepatlah mandi, dan pakai seragam pelayan ini. Setelah itu, Kau harus langsung bekerja."

Joane menurut, Ia segera mengambil handuk dan pakaian ganti yang sudah disiapkan Nek Ishaq di sampingnya.

Rasa segar begitu terasa saat Ia mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Selesai memakai baju, Ia pun keluar dari kamar mandi. Dan alangkah terkejutnya Ia kala melihat ternyata Nek Ishaq berada di depan pintu kamar mandi itu.

"Nenek, mengagetkan Aku saja." Joane sedikit merajuk.

"Ayo cepat ikut Aku, karena akan Aku tunjukkan dari mana Kau harus memulai tugasmu."

"Apa, Kita tak sarapan dulu Nek?" tanya Joane yang sudah merasakan perutnya keroncongan.

"Nanti saja sarapannya. Enak saja minta makan. Untuk mendapatkan makanan, Kau harus bekerja dulu. Tak ada yang gratis kalo mau tinggal di rumah ini, tahu!"

"Iya Nek, baik. Kalo begitu, bagian mana dulu yang harus Saya bersihkan?" dalam hati Joane merasa sangat heran pada perempuan tua ini. Meskipun tubuhnya sudah renta, tapi suara dan auranya masih sangat cetar membahana.

"Mulai dari sini, Kau bersihkan lantainya dengan sapu. Kemudian lap meja, kursi dan kacanya sampai bersih juga. Semua peralatan kebersihan sudah Aku siapkan. Kau tinggal memakainya."

"Iya Nek, Aku mengerti. Akan Aku kerjakan sekarang."

"Selesai membersihkan lantai satu, Kau bokeh istirahat dan makan. Setelah itu baru Kau bersihkan semua yang ada di lantai dua. Paham?"

"Iya Nek, paham." Joane tak bisa membantah lagi. Ia pun mulai menyapu lantai ruangan itu.

"Dan ingat, jangan sekali-kali keluar lewat pintu depan."

"Iya Nek." Joane bergegas membersihkan semuanya dengan cepat. Kalo sudah selesai maka, Ia pun bisa makan secepatnya.

Hampir dua jam Joane bisa menyelesaikan semua tugasnya yang ada di lantai satu. Maka, Ia pun segera berjalan ke dapur. Di meja dapur, sudah ada makanan yang tersedia. Tanpa membuang waktu, Ia pun makan dengan lahapnya. Sayup-sayup Ia mendengar seperti suara deru mobil di halaman depan.

"Hey, kalo Kau selesai makan, cepat kerjakan tugasmu lagi di lantai dua." suara cetar Nek Ishaq tiba-tiba saja sudah ada di belakangnya. Entahlah, perempuan tua itu punya ilmu apa sampai langkah kakinya saja tak bisa didengar Joane. Benar-benar aneh, begitu pikir Joane.

"Baik Nek." jawab Joena tak berani membantah.

"Ayo ikut Aku ke lantai dua." Nek Ishaq menaiki tangga yang menuju ke lantai dua, Joane pun mengikutinya dari belakang.

"Nah, mulailah bekerja, sama seperti tadi yang Kau lakukan. Dan ingat, jangan coba-coba naik ke lantai tiga. Tugasmu hanya. cukup sampai di ruangan ini saja."

Tanpa banyak berkata lagi, Nek Ishaq pergi meninggalkan Joane yang mulai menyapu lantai dan mengelap semua kaca serta meja dan kursi.

Saat sedang mengelap kaca, Joane bisa melihat ke sekelliling halaman depan rumah itu. Masih sama seperti saat Ia datang ke sini, sepi tak ada Siapapun lagi yang nampak.

Sambil melamun memikirkan segala keanehan yang ada di rumah besar itu, tanpa disadarinya kini Ia sedang menaiki tangga menuju lantai paling atas. Padahal Ia sudah diingatkan sama Nek Ishaq, agar Ia tidak naik ke lantai tiga.

"Hey, gadis tengil, apa gang Kau lakukan di sini, hah!. sebuah suara yang menggelegar bagaikan petir di siang bolong membuat Joane sangat terkejut dan langsung mundur ke belakang.

"Si.....Siapa itu?" dengan suara terbata-bata, Joane mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan itu.

Barulah Ia sadar, ternyata Ia sudah berada di lantai tiga.

"Cepat pergi! Atau Ku lempar tubuhmu ke bawah!" suara itu lebih sarkas dari yang pertama tadi. Sekilas Ia melihat bayangan hitam tinggi ada di balik tirai. Wajahnya menjadi pias, teringat dengan mimpinya semalam, apa lagi cerita dari Nek Ishaq kalo di rumah itu ada Monster yang sangat menyeramkan.

"Aarrgghhh, tolooooong, Neneeeekk,....." Joane dengan cepat berlari menuruni tangga dan berteriak histeris memanggil Nek Ishaq.

Bab terkait

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Dia, Tuan Pieter Adams

    "Hey, bangun,.....ayo cepat bangun. Dasar penakut." Joane membuka matanya dan tersentak kaget, hampir saja Ia berteriak kalo saja Nek Ishaq tak segera mencubit pipinya."Hey, apa yang yang sudah Kau lakukan gadis nakal? bukankah sudah ku bilang, jangan naik ke lantai tiga hah!""Adduuhh Nek, maaf, ampun Nek. Sungguh Aku tidak sengaja naik ke sana." "Tidak sengaja apanya, jelas-jelas Kau sudah mengunjakkan kakimu di sana. Dan Kau sudah mengusik Monster itu.""Iya Nek, Aku,.....melihatnya Nek. Aduh ,tolong Aku Nek.....Aku tidak mau dimakan olehnya."Joane memeluk tubuh Nek Ishaq dengan erat sampai perempuan tua itu sesak nafas. Dengan tongkatnya, Ia memukul punggung Joane.PLETAKK"Auww Nek, sakit. Kenapa memukul punggungku."Joane merajuk. Sedangkan Nek Ishaq langsung menepis tubuh gadis itu."Salahmu sendiri, kenapa memelukku sangat erat. Aku hampir kelhilangan nafasku!""Maaf Nek, Aku takut Nek. Aku takut Monster itu akan mengejarku ke sini." Joane ketakutan dan mengarahkan tatapann

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Tuan Pieter Si Muka dingin

    sampai hari ini Joane tak habis pikir dengan Tuan Pieter, pemilik rumah besar yang sekarang Ia tinggali. Ia tak pernah keluar rumah, setiap pagi Ia akan berangkat ke Kantor, dan sorenya sekitar jam empat sudah kembali lagi ke rumah. Setelah itu, Ia tak pernah keluar lagi dari lantai atas. Masalah makanan pun cukup diantarkan saja ke lantai atas dan di taruh di meja yang ada di depan kamarnya."Nek Tuan Pieter itu sebenarnya Siapa sih?" tanya Joane suatu ketika pada Nek Ishaq yang telah lama tinggal di rumah itu."Nanti Kau juga akan tahu. Yang penting, jangan sampai Kau membuatnya murka dengan segala kecerobohanmu." hanya itu jawaban yang Ia dengar dari nenek tua itu."Dan di rumah sebesar ini hanya ada Kita bertiga saja ya Nek.""Iya, Karena Tuan Pieter memang tidak suka kalo terlalu banyak orang. Berisik katanya." Joane semakin tidak mengerti dengan sikap dari Tuan Pieter. Bahkan sekalipun Ia tak pernah melihatnya tersenyum. Mukanya sangat kaku dan sikapnya juga sangat dingin. Tak p

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-18
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Makam Siapa?

    Dengan perasaan yang penuh dengan tanda tanya, akhirnya Joane menaiki tangga menuju lantai tiga, tempat yang paling Ia takuti. Karena di sana merupakan tempat kediaman si Tuan dingin, yang tak pernah mau tersenyum. Bahkan bicara saja sangat sedikit, hanya yang penting-penting saja.Ketika sampai di lantai atas, Joane celingukan, dan akhirnya Ia bisa menemukan sosok dingin yang sedang duduk memegang tablet ditangannya, di sudut ruangan. Jika tidak teliti, maka posisinya tidak akan bisa dilihat. Apalagi semua cat dan interior yang ada di sana berwarna gelap.'Manusia macam apa yang bisa hidup di tempat seperti ini,' gumam Joane dalam hatinya."Kemarilah, kenapa hanya berdiri di situ?" heran juga Joane dengan sikap Tuan Pieter itu. Padahal Ia belum menatap ke arahnya sama sekali, tapi sudah tahu tentang kedatangannya. Maka, Joane pun melangkah mendekati Tuan Pieter dan setelah jaraknya hanya sepuluh langkah lagi, Joane berhenti dan duduk bersimpuh layaknya pelayan di hadapan Sang Raja."

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-25
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Siapa makan Mie ku?

    "Dua tahun yang lalu, Tuan kehilangan dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya."Dengan penuh seksama, Joane mendengarkan penuturan dari Nenek tua itu. Ternyata kisah hidup Tuan Pieter sangatlah tragis. Istri dan Putri kecilnya meninggal karena ulah dari orang yang menaruh dendam padanya.Sejak peristiwa itu, Ia menjadi pria yang sangat dingin. Bahkan Ia memutuskan untuk pindah dari rumahnya yang dulu, dan menetap di rumah yang sekarang ditempatinya. Namun, Ia juga lebih memilih untuk tidak bergaul dengan dunia luar. Meskipun setiap hari Ia selalu tetap bekerja di Kantor, namun itu hanya untuk urusan pekerjaan saja. Selebihnya, Ia hanya mengurung diri di dalam kamar dan ruang kerjanya. Ia juga tidak mengijinkan orang lain untuk tinggal di rumah besar itu selain Nek Ishaq, orang yang benar-benar sudah dipercayainya."Siaoa yang sudah membunuh Mereka Nek?" "Saingan bisnis Tuan tentunya.""Dan sampai sekarang Tuan lebih suka tinggal sendiri dan kesepian ya Nek." lanjut Joane lagi d

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-15
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Di mana Kamu Jo,

    Seorang lelaki muda yang berparas tampan sedang duduk terpekur di sisi ranjang. Du depannya nampak sedsng terbaring tubuh seorang wanita yang sudah berumur dengan selang infus ditangannya."Kau, sejak kapan ada di sini. Bukankah seharusnya Kau bekerja di Kantor?" Pemuda itu menggeser kursinya agar lebih mendekat, dengan seulaa senyum Ia menggenggam tangan Sang Mama."Hari ini tidak ada rapat maupun pertemuan dengan klien Ma, makanya Aku bisa menemani Mama di sini." sahutnya dengan lembut."Mana Adikmu Luis. Apa Kau sudah berhasil menemukannya?" dengan nafas berat pemuda itu menggeleng. Setiap hari yang ditanyakan adalah Adiknya, yang sampai hari ini belum bisa ditemukan."Bagaimana keadaannya sekarang. Mama sangat cemas setiap hari memikirkan Adikmu itu.Semua ini karena Papamu yang keras kepala itu Luis.""Sudahlah Ma, jangan menyalahkan Papa terus-terusan." Luis sepertinya merasa keberatan kalo Mamanya selalu menyalahkan Papanya yang telah membuat keputusan besar untuk Joane."Mama

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-18
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Tuan Pieter Sakit

    "Nek, apa Aku salah kalo berpikir Tuanlah yang telah memakan Mie Instanku kemarin malam?"dengan setengah berbisik Joane bertanya tentang masalah yang sampai sekarang belum bisa Ia temukan Siapa sebenarnya yang telah menghabiskan Mie nya."Ish, jaga bicaramu itu Jo. Jangan menuduh sembarangan, itu namanya fitnah. Asal kamu tahu Jo, kalo Tuan itu tidak boleh makan Mie insfan. Ada masalah dengan lambungnya,""Tapi, di rumah ini kan cuma ada Kita bertiga Nek. Atau jangan-jangan Nenek yang memakannya."PLETAAKKKKCentong yang ada ditangan Nenek tua itu langsung mendarat di kepala Joane."'Auuwww Nek, sakit. Iya maaf, Aku kan cuma bercanda. Kenapa memukulku dengan centong?"Nek Ishaq terkekeh, melihat gadis itu merajuk."Makanya jangan asal tuduh. Di pukul baru tahu rasa Kamu Jo," "Habisnya, Aku sangat penasaran siapa yang telah memakannya dengan diam-diam tanpa ijin dariku.""Siapa tahu di makan tikus Jo.""Selama Aku tinggal di sini, rasanya belum pernah sekalipun Aku melihat seorang ti

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-19
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter    Pertemuan di Rumah Sakit

    Joane cuma bisa duduk termenung sendirian di sisi ranjang menemani Majikannya. Sudah hampir satu jam Ia Menunggui Tuan Pieter, karena Nek Ishaq sudah pulang duluan. Lagi pula memang tidak boleh ada dua orang yang menunggui pasien.'Siapa yang sedang sakit ya?' sedari tadi Joane sebenarnya merasa gelisah. Begitu Ia melihat Clara di rumah sakit itu juga, Ia jadi penasaran siapa sebenarnya yang sedang bersama Clara.Joane bangkit dan berdiri dibdepan kaca..Ia menyingkap tirai jendela dan mengintip ke luar.Ingin sekali Ia keluar dan bertanya, tapi bagaimana dengan Tuan Pieter nanti. Dia pasti akan marah jika tahu ditinggal sendiri. Akhirnya Ia duduk lagi di samping ranjang Tuannya. Meskipun pikirannya masih gelisah. Jadinya duduk pun tak merasa senang."Berisik sekali Kau. Duduk saja tidak bisa tenang!"Joane kaget mendengar suara sarkas itu. "Tuan,....maaf, Saya kira Anda belum sadarkan diri.""Ambilkan Aku minum." perintah Tuan Pieter pada gadis itu."Ini Tuan." Jaone mengulurkan sebo

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26
  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Kembalilah Jo,

    Tuan Pieter melangkah masuk, kemudian menarik tangan Joane yang masih duduk di sisi Mamanya."Ikut Aku pulang!" "Iya Tuan, Saya akan ikut pulang. Tapi tolong beri Saya sedikit waktu lagi untuk menjelaskan pada Mama Saya.""Kenapa Anda bersikap begitu pada adik Saya Tuan..Siapa Anda, kenapa terlalu menekannya begitu..Jangan-jangan Anda ini seorang pen.....""Karena Dia adalah pembantuku, dan Dia sudah terikat perjanjian denganku." Jawab Tuan Pieter dengan wajah datar."Tuan, tolong,....biarkan Dia pulang bersamaku karena Joane adalah putriku." Nyonya Wilson menghiba pada Tuan Pieter agar tidak membawa putrinya. Kini Joane yang kebingungan sendiri, akankah ikut pulang ke rumah atau ikut pulang bersama Majikannya itu."Tuan, beri waktu Saya sebentar untuk bicara dengan Mereka." "Lima menit, waktumu hanya lima menit." ucap Tuan Pieter dan membalikkan badan melangkah ke pintu dan menunggu Joane di depan kamar."Ma, Kakak, maafkan Aku. Bukannya Aku tidak sayang sama Kalian. Tapi Tuan Piet

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-29

Bab terbaru

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Kembalilah Jo,

    Tuan Pieter melangkah masuk, kemudian menarik tangan Joane yang masih duduk di sisi Mamanya."Ikut Aku pulang!" "Iya Tuan, Saya akan ikut pulang. Tapi tolong beri Saya sedikit waktu lagi untuk menjelaskan pada Mama Saya.""Kenapa Anda bersikap begitu pada adik Saya Tuan..Siapa Anda, kenapa terlalu menekannya begitu..Jangan-jangan Anda ini seorang pen.....""Karena Dia adalah pembantuku, dan Dia sudah terikat perjanjian denganku." Jawab Tuan Pieter dengan wajah datar."Tuan, tolong,....biarkan Dia pulang bersamaku karena Joane adalah putriku." Nyonya Wilson menghiba pada Tuan Pieter agar tidak membawa putrinya. Kini Joane yang kebingungan sendiri, akankah ikut pulang ke rumah atau ikut pulang bersama Majikannya itu."Tuan, beri waktu Saya sebentar untuk bicara dengan Mereka." "Lima menit, waktumu hanya lima menit." ucap Tuan Pieter dan membalikkan badan melangkah ke pintu dan menunggu Joane di depan kamar."Ma, Kakak, maafkan Aku. Bukannya Aku tidak sayang sama Kalian. Tapi Tuan Piet

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter    Pertemuan di Rumah Sakit

    Joane cuma bisa duduk termenung sendirian di sisi ranjang menemani Majikannya. Sudah hampir satu jam Ia Menunggui Tuan Pieter, karena Nek Ishaq sudah pulang duluan. Lagi pula memang tidak boleh ada dua orang yang menunggui pasien.'Siapa yang sedang sakit ya?' sedari tadi Joane sebenarnya merasa gelisah. Begitu Ia melihat Clara di rumah sakit itu juga, Ia jadi penasaran siapa sebenarnya yang sedang bersama Clara.Joane bangkit dan berdiri dibdepan kaca..Ia menyingkap tirai jendela dan mengintip ke luar.Ingin sekali Ia keluar dan bertanya, tapi bagaimana dengan Tuan Pieter nanti. Dia pasti akan marah jika tahu ditinggal sendiri. Akhirnya Ia duduk lagi di samping ranjang Tuannya. Meskipun pikirannya masih gelisah. Jadinya duduk pun tak merasa senang."Berisik sekali Kau. Duduk saja tidak bisa tenang!"Joane kaget mendengar suara sarkas itu. "Tuan,....maaf, Saya kira Anda belum sadarkan diri.""Ambilkan Aku minum." perintah Tuan Pieter pada gadis itu."Ini Tuan." Jaone mengulurkan sebo

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Tuan Pieter Sakit

    "Nek, apa Aku salah kalo berpikir Tuanlah yang telah memakan Mie Instanku kemarin malam?"dengan setengah berbisik Joane bertanya tentang masalah yang sampai sekarang belum bisa Ia temukan Siapa sebenarnya yang telah menghabiskan Mie nya."Ish, jaga bicaramu itu Jo. Jangan menuduh sembarangan, itu namanya fitnah. Asal kamu tahu Jo, kalo Tuan itu tidak boleh makan Mie insfan. Ada masalah dengan lambungnya,""Tapi, di rumah ini kan cuma ada Kita bertiga Nek. Atau jangan-jangan Nenek yang memakannya."PLETAAKKKKCentong yang ada ditangan Nenek tua itu langsung mendarat di kepala Joane."'Auuwww Nek, sakit. Iya maaf, Aku kan cuma bercanda. Kenapa memukulku dengan centong?"Nek Ishaq terkekeh, melihat gadis itu merajuk."Makanya jangan asal tuduh. Di pukul baru tahu rasa Kamu Jo," "Habisnya, Aku sangat penasaran siapa yang telah memakannya dengan diam-diam tanpa ijin dariku.""Siapa tahu di makan tikus Jo.""Selama Aku tinggal di sini, rasanya belum pernah sekalipun Aku melihat seorang ti

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Di mana Kamu Jo,

    Seorang lelaki muda yang berparas tampan sedang duduk terpekur di sisi ranjang. Du depannya nampak sedsng terbaring tubuh seorang wanita yang sudah berumur dengan selang infus ditangannya."Kau, sejak kapan ada di sini. Bukankah seharusnya Kau bekerja di Kantor?" Pemuda itu menggeser kursinya agar lebih mendekat, dengan seulaa senyum Ia menggenggam tangan Sang Mama."Hari ini tidak ada rapat maupun pertemuan dengan klien Ma, makanya Aku bisa menemani Mama di sini." sahutnya dengan lembut."Mana Adikmu Luis. Apa Kau sudah berhasil menemukannya?" dengan nafas berat pemuda itu menggeleng. Setiap hari yang ditanyakan adalah Adiknya, yang sampai hari ini belum bisa ditemukan."Bagaimana keadaannya sekarang. Mama sangat cemas setiap hari memikirkan Adikmu itu.Semua ini karena Papamu yang keras kepala itu Luis.""Sudahlah Ma, jangan menyalahkan Papa terus-terusan." Luis sepertinya merasa keberatan kalo Mamanya selalu menyalahkan Papanya yang telah membuat keputusan besar untuk Joane."Mama

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Siapa makan Mie ku?

    "Dua tahun yang lalu, Tuan kehilangan dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya."Dengan penuh seksama, Joane mendengarkan penuturan dari Nenek tua itu. Ternyata kisah hidup Tuan Pieter sangatlah tragis. Istri dan Putri kecilnya meninggal karena ulah dari orang yang menaruh dendam padanya.Sejak peristiwa itu, Ia menjadi pria yang sangat dingin. Bahkan Ia memutuskan untuk pindah dari rumahnya yang dulu, dan menetap di rumah yang sekarang ditempatinya. Namun, Ia juga lebih memilih untuk tidak bergaul dengan dunia luar. Meskipun setiap hari Ia selalu tetap bekerja di Kantor, namun itu hanya untuk urusan pekerjaan saja. Selebihnya, Ia hanya mengurung diri di dalam kamar dan ruang kerjanya. Ia juga tidak mengijinkan orang lain untuk tinggal di rumah besar itu selain Nek Ishaq, orang yang benar-benar sudah dipercayainya."Siaoa yang sudah membunuh Mereka Nek?" "Saingan bisnis Tuan tentunya.""Dan sampai sekarang Tuan lebih suka tinggal sendiri dan kesepian ya Nek." lanjut Joane lagi d

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Makam Siapa?

    Dengan perasaan yang penuh dengan tanda tanya, akhirnya Joane menaiki tangga menuju lantai tiga, tempat yang paling Ia takuti. Karena di sana merupakan tempat kediaman si Tuan dingin, yang tak pernah mau tersenyum. Bahkan bicara saja sangat sedikit, hanya yang penting-penting saja.Ketika sampai di lantai atas, Joane celingukan, dan akhirnya Ia bisa menemukan sosok dingin yang sedang duduk memegang tablet ditangannya, di sudut ruangan. Jika tidak teliti, maka posisinya tidak akan bisa dilihat. Apalagi semua cat dan interior yang ada di sana berwarna gelap.'Manusia macam apa yang bisa hidup di tempat seperti ini,' gumam Joane dalam hatinya."Kemarilah, kenapa hanya berdiri di situ?" heran juga Joane dengan sikap Tuan Pieter itu. Padahal Ia belum menatap ke arahnya sama sekali, tapi sudah tahu tentang kedatangannya. Maka, Joane pun melangkah mendekati Tuan Pieter dan setelah jaraknya hanya sepuluh langkah lagi, Joane berhenti dan duduk bersimpuh layaknya pelayan di hadapan Sang Raja."

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Tuan Pieter Si Muka dingin

    sampai hari ini Joane tak habis pikir dengan Tuan Pieter, pemilik rumah besar yang sekarang Ia tinggali. Ia tak pernah keluar rumah, setiap pagi Ia akan berangkat ke Kantor, dan sorenya sekitar jam empat sudah kembali lagi ke rumah. Setelah itu, Ia tak pernah keluar lagi dari lantai atas. Masalah makanan pun cukup diantarkan saja ke lantai atas dan di taruh di meja yang ada di depan kamarnya."Nek Tuan Pieter itu sebenarnya Siapa sih?" tanya Joane suatu ketika pada Nek Ishaq yang telah lama tinggal di rumah itu."Nanti Kau juga akan tahu. Yang penting, jangan sampai Kau membuatnya murka dengan segala kecerobohanmu." hanya itu jawaban yang Ia dengar dari nenek tua itu."Dan di rumah sebesar ini hanya ada Kita bertiga saja ya Nek.""Iya, Karena Tuan Pieter memang tidak suka kalo terlalu banyak orang. Berisik katanya." Joane semakin tidak mengerti dengan sikap dari Tuan Pieter. Bahkan sekalipun Ia tak pernah melihatnya tersenyum. Mukanya sangat kaku dan sikapnya juga sangat dingin. Tak p

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Dia, Tuan Pieter Adams

    "Hey, bangun,.....ayo cepat bangun. Dasar penakut." Joane membuka matanya dan tersentak kaget, hampir saja Ia berteriak kalo saja Nek Ishaq tak segera mencubit pipinya."Hey, apa yang yang sudah Kau lakukan gadis nakal? bukankah sudah ku bilang, jangan naik ke lantai tiga hah!""Adduuhh Nek, maaf, ampun Nek. Sungguh Aku tidak sengaja naik ke sana." "Tidak sengaja apanya, jelas-jelas Kau sudah mengunjakkan kakimu di sana. Dan Kau sudah mengusik Monster itu.""Iya Nek, Aku,.....melihatnya Nek. Aduh ,tolong Aku Nek.....Aku tidak mau dimakan olehnya."Joane memeluk tubuh Nek Ishaq dengan erat sampai perempuan tua itu sesak nafas. Dengan tongkatnya, Ia memukul punggung Joane.PLETAKK"Auww Nek, sakit. Kenapa memukul punggungku."Joane merajuk. Sedangkan Nek Ishaq langsung menepis tubuh gadis itu."Salahmu sendiri, kenapa memelukku sangat erat. Aku hampir kelhilangan nafasku!""Maaf Nek, Aku takut Nek. Aku takut Monster itu akan mengejarku ke sini." Joane ketakutan dan mengarahkan tatapann

  • Ranjang Dingin Tuan Pieter   Si Monster

    Monster yang berwajah mengerikan itu semakin mendekati Joane. Dengan taring tajamnya, Ia seakan siap mencabik tubuh gadis yang masih sangat segar itu. Suaranya menggeram, cairan hijau yang kental terus menetes dari mulutnya yang bertaring."Jangaan,.....pergilah,.....ampuuunn." Joane mundur ketakutan dengan tubuh gemetaran. Tubuhnya serasa tak bertulang, lari pun sudah tak punya tenaga lagi."Beraninya Kau mengusikku,....tubuhmu akan menjadi santapanku, ha ha ha ha......" Monster itu semakin mendekat, Joane menutup wajahnya dan berteriak sekencang-kencangnya."Toloooooong,.....Siapapun tolong Akuuuuu.""Hey bocah, bangun! pagi-pagi sudah mengigau tak karuan. Ayo cepat bangun, dasar pemalas!" Joane tersentak kaget manakala Ia mendengar suara cetar Nek Ishaq ada di dekat telinganya. Dengan tongkatnya, Ia menggoyang-goyangkan tubuh Joane agar bangun."Nenek? Aku di mana Nek?" Joane duduk dan menatap ke sekelilingnya. Monster itu sudah tak ada di sana. Ia menatap jendelanya yang sudah ter

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status