Share

Raja yang meludahi mahkotanya
Raja yang meludahi mahkotanya
Penulis: Allamman

1. Suatu permintaan.

Penulis: Allamman
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di ruangan singgasana raja yang megah dan luas. Saat ini, telah dipenuhi oleh banyak orang-orang penting. Di ruangan ini, aku akan menyerahkan sebuah hadiah untuk seorang kesatria yang pemberani.

Suasana yang selama ini terasa kaku dan melelahkan. Berubah menjadi hangat dengan penuh kegembiraan. Ketika kesatria yang di hormati banyak orang. Memasuki ruangan yang penuh kehampaan ini.

Namun, suasana yang disukai oleh setiap orang yang ada di sini. Semuanya berubah menjadi hening dan menahan tegukan air liur. Orang-orang tidak berhenti menatap lurus ke arah kesatria wanita itu.

Kondisi yang mencekam itu, bertahan untuk waktu yang cukup lama. Situasi itu terbentuk akibat dari kejutan yang sangat tidak terduga. Mereka mungkin mengira kalau sedang salah dengar. Mungkin ada hal yang menyumbat telinga mereka.

Karena saat mereka mendengar permintaan dari kesatria itu. Mereka semua, seolah-olah sedang berusaha untuk mencoba untuk mengalihkan rasa tidak karuan dalam hati mereka. Kedalam hal lain yang cukup tidak bermoral.

Setiap orang yang hadir di istana Kerajaan Wersin. Kulit mereka mengeluarkan keringat dingin. Air masam yang telah tersimpan cukup lama dalam tubuh mereka.

"Apakah kau sudah yakin dengan permintaanmu itu?", aku menanyakan kepastian dari ucapan Kesatria wanita yang sedang berdiri di hadapanku. Aku sendiri juga cukup terkejut dengan permintaan itu. Karena bagaimanapun, itu cukup memalukan untuk seorang laki-laki seperti ku.

Kesatria itu terdiam untuk beberapa saat. Kemudian dia menancapkan pedang yang dibawanya ke lantai. Dia menjawab pertanyaan ku dengan suara yang lantang. Keheningan yang ada membuat perkataannya itu. Berulang kali, terdengar bergema di ruangan yang luas dan penuh dengan orang ini.

"Saya yakin dengan keinginan saya ini, yang mulia. Saya berharap anda dapat mengabulkan satu permintaan saya ini.", kesatria wanita itu berlutut dan menundukkan kepalanya. Suaranya yang kuat dan keras. Membuat telinga ku berdengung untuk beberapa saat.

Namun masalah yang saat ini harus segera selesaikan. Bukanlah telinga ku yang berdengung. Melainkan menghadapi gejolak api dalam hati setiap orang yang ada di sini. Permintaan yang cukup bermasalah ini, membuat orang-orang yang hadir dalam acara ini. Langsung dipenuhi dengan gejolak amarah yang membuat ruangan ini menjadi sangat heboh.

"Apa yang kau minta itu? Tidak sadarkah kamu, kalau kamu itu hanya seorang wanita biasa?"

"Wanita ini sudah gila, dia ingin menjadi permaisuri raja di usianya yang sudah segitu."

"Yang mulia raja, jangan sampai anda menuruti permintaan wanita ini."

Begitu banyak suara yang terlontar dari mulut orang-orang. Kata-kata penghinaan hingga celaan terus terlontar ke arah kesatria ini. Namun dia tidak melakukan apapun dan hanya tertunduk di hadapan ku.

Padahal dia bisa saja untuk menyangkal ataupun melawan mereka dengan cara apapun. Namun tidak ada satupun yang dia balas, baik secara suara ataupun tindakan.

Disaat dia diam tanpa perlawanan itu. Suara orang-orang itu semakin menjadi-jadi hingga memenuhi singgasana ini. Suara kegaduhan ini juga mengalami pemantulan suara. Hingga gemanya membuat telinga ku terasa sakit.

"Semuanya diam...!", aku berteriak keras untuk menghentikan kegaduhan saat ini. Suaraku itu menghabiskan nafasku dalam jumlah yang besar. Hingga dapat mengalahkan suara kegaduhan itu.

Suara kegaduhan itu memang berhenti bergejolak. Tidak ada lagi orang yang melontarkan penghinaan terhadap kesatria. Setidaknya untuk yang terdengar keras. Saat ini sudah sepenuhnya berhenti. Hanya saja, masih tetap ada terdengar suara orang yang bergumam sendiri.

Aku tidak habis pikir, dengan orang-orang yang telah mengatakan semua itu. Padahal oang yang saat ini mereka hina bersama-sama. Dahulunya adalah orang yang telah menyelamatkan mereka dari masa-masa berat.

Tapi, saat aku memikirkannya dari sudut pandang mereka. Mungkin perilaku mereka itu sudah dapat dikatakan benar. Karena aku tahu kalau perilaku mereka itu. Memiliki alasan yang cukup bagus.

Karena itu, aku tidak bisa langsung menyalahkan mereka. Tapi, aku yakin kalau penyebab masalah ini bisa terjadi. Sebenarnya cukup sepele dan sederhana. Pasti karena ada sedikit kendala dalam penyampaian informasi saja.

Agar hal ini tidak jadi semakin buruk. Aku harus coba selesaikan ini sendiri. Solusi yang pertama kali terlintas dalam pikiran ku. Mencoba memastikan permintaan itu lagi. Kali ini harus lebih dekat dan lebih jelas lagi.

Aku berdiri dan turun dari singgasana ku. Aku berjalan mendekati kesatria itu. Saat itu, aku mulai dapat melihat dengan jelas. Kalau tubuh kesatria itu saat ini sedang bergetar. Ini pasti disebabkan penghinaan yang bertubi-tubi dari para tamu.

Aku harus pastikan kalau mereka akan minta maaf kepada kesatria ini. Karena mereka telah melakukan penghakiman yang kejam dan tidak berdasar.

Aku mencoba mengangkat tubuhnya yang sedang berlutut. Namun kesatria itu tidak mau berdiri dan tetap berlutut di depan ku. Aku tahu ini sangat berat untuk mu. Karena kamu tiba-tiba mendapat hinaan yang tidak berdasar ini. Namun, aku mohon. Dengarkan aku baik-baik.

"Kesatria pemberani, angkat kepalamu dan berdirilah...!", aku terpaksa menggunakan perintah untuk membuatnya berdiri. Karena aku tidak mampu mengangkat nya untuk berdiri. Tapi itu tidak merubahnya dan dia tetap berlutut.

Ini lebih gawat dari sebelumnya. Karena dia sudah mengabaikan perintah ku. Orang-orang yang hadir akan semakin panas. Aku mohon, kamu harus segera berdiri.

Setelah memakan waktu yang lama. Dia masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berdiri. Aku kali ini hanya bisa berharap, agar dia mau melakukan apa yang aku katakan. Atau keadaan ini akan semakin buruk dan bertahan lama.

Aku sendiri sudah mulai tidak berani untuk melihat sekitar. Aku fokuskan pandangan ku ke tubuh yang saat ini masih tertunduk. Saat itu, aku tidak sengaja telah melihat sesuatu yang tidak seharusnya aku lihat.

Aku melihat sedikit ekornya yang terlihat di sela-sela pakaiannya. Tentunya sebagai seorang laki-laki sejati. Aku alihkan pandangan ku dan melihat hal lain. Begitu aku alihkan penglihatan ku ke arah kepalanya. Terlihat tetesan-tetesan air di lantai tepat dibawah kepalanya yang menunduk.

Kepalaku yang sebelumnya terus berpikir keras. Langsung tenang dan bersih dari berbagai pola pikiran yang saling berkesinambungan. Aku langsung tahu harus berbuat apa. Saat melihat kesatria ini sedang menunjukkan sisi wanita dalam dirinya.

Aku juga mulai menyadari sesuatu yang buruk. Kalau suara gumaman saja sudah mampu untuk memenuhi telinga ku. Tentunya, aku yang tidak mau lagi. Situasi ini memenuhi kerajaan ataupun bertahan lebih lama lagi.

"Kesatria pemberani. Aku minta maaf, karena tidak bisa memberikan keputusan ku secara langsung. Namun aku berjanji untuk benar-benar mempertimbangkannya dengan serius. Untuk saat ini, kembalilah bertugas hingga aku memberikan keputusan ku. Kamu mampu untuk melakukan ini, kan?!"

Padahal ini adalah acara untuk melepas seorang kesatria yang telah sangat berjasa untuk kerajaan. Namun, aku justru memperpanjang masa tanggung jawabnya itu.

Sebagai seorang raja, tetap saja aku tidak bisa sembarangan menerima permintaan itu. Aku butuh waktu lebih untuk mempersiapkan hal lain juga. Terlebih lagi, ada begitu banyak yang menentang permintaan ini.

Untuk saat ini, aku memang tidak bisa berbuat banyak. Karena keadaannya yang sudah sangat buruk ini. Telah menutup banyak jalan keluar yang aman. Memang cukup beresiko untuk menunda keputusan. Tapi, hanya ini solusi teraman yang saat ini bisa aku ambil.

Kesatria itu berjalan mundur sambil berlutut saat mendapat jawaban dariku. Dimana jarak antara tempatnya berlutut hingga sampai pintu keluar cukuplah jauh. Namun dia mencapainya dengan jalan mundur sambil berlutut.

Itu mengingatkan lagi kepada ku, kalau dia memang kesatria yang tangguh.

Saat kesatria itu sudah keluar melalui gerbang. Aku berjalan menuju singgasana ku dan kembali duduk di sana. Karena acaranya masih belum selesai dan baru masuk ke pertengahan acara. Setelah itu, ada banyak makanan yang dibawa masuk oleh para pelayan.

Acara kali ini adalah perjamuan makan untuk semua yang hadir di sini. Seharusnya kesatria itu ikut makan bersama yang lain. Karena dialah bintang tamu untuk acara kali ini. Namun, karena permintaannya itu membuat kondisi disini menjadi tidak stabil.

Jamuan makan ini. Harus berjalan tanpa adanya bintang tamu. Saat dimana seharusnya aku membuka acara ini bersama dengan kesatria. Saat ini harus ku lakukan sendiri dan membuat momen itu terasa canggung.

Saat perjamuan makan telah meredam gejolak amarah dalam hati para tamu. Mereka menjadikan momen perjamuan makan ini sebagai sebuah kesempatan. Agar mereka bisa mendapatkan beberapa keuntungan yang menggiurkan dalam acara ini.

Begitu banyak orang yang berkumpul untuk mengelilingi ku. Mereka ingin berbincang serta membahas beberapa urusan kerajaan. Dalam beberapa kesempatan. Mereka juga menyinggung sedikit. Tentang hal yang belum selesai dalam acara kali ini.

"Yang mulia, kenapa tidak berikan hadiah saja untuknya? Seperri harta yang banyak gitu. Jangan beri permintaan.", salah seorang menyarankan solusi untuk masalah tadi.

"Itu benar, mungkin dia berpikir. Kalau permintaannya itu, akan membuatnya bisa hidup tenang dimasa tuanya. Padahal permintaan itu justru akan membuat hidupnya semakin berat saja.", entah kenapa aku sedikit kurang nyaman dengan ungkapan dari orang yang mengatakan hal ini.

Karena aku merasa kalau alasan dia meminta pernikahan itu. Bukan hanya sebatas, ingin hidup tenang saja. Melainkan ada sesuatu harapan lain dibalik permintaannya itu. Semacam ada sesuatu yang selalu mengganggunya. Dimana hal itu, akan dapat selesai. Ketika dia berhasil mendapatkan permintaannya itu.

Namun, aku tidak bisa menyampaikan hal itu disini. Karena aku melihat, kalau kesatria itu berusaha sangat keras. Untuk menutupi air matanya yang mengalir.

"Bisa juga, karena dia merasa malu untuk meminta harta. Jadi dia meminta untuk menikahi raja saja."

"Tapi, tadi benar-benar mengejutkan. Aku tidak habis pikir, dia mau menikah dengan Raja Aren. Padahal dia sudah tua."

"Kalau itu sudah tidak mengherankan, habisnya dia kan rakyat jelata.", Lalu mereka semua tertawa bersama-sama.

Mereka mendiskusikan masalah ini bersama. Untuk mencari solusi yang tepat untuk hal ini. Aku ikut mendengarkan saran mereka dengan seksama. Namun, untuk hal yang mereka tertawakan bersama itu. Aku tidak bisa ikut tertawa, karena aku mengingat air mata itu.

Kelihatannya keputusan akhirnya sudah ditentukan. Seperti yang sudah aku diskusikan dengan banyak pihak. Aku harus menolaknya dan menggantinya dengan sesuatu hal yang lain.

Kali ini, aku harus mencoba untuk mencari hal yang bagus sebagai pengganti permintaannya. Kira-kira hal apa yang pantas untuk aku berikan kepadanya. Begitu aku memikirkan tentangnya. Aku kembali teringat dengan air mata yang mengalir deras itu.

Aku sampai tidak bisa menikmati acara ini dengan baik. Karena terus kepikiran dengan air mata itu.

Sebab, dari pandangan ku sendiri. Air mata itu seperti merupakan puncak keinginannya. Karena dia benar-benar menangis. Saat orang-orang mencela keinginannya itu. Aku harus bagaimana? Apakah aku harus pikirkan lagi dengan menurutku sendiri?

Bersambung...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Allamman
Terkadang, seorang akan melupakan banyak kebaikan dan jasa dari orang lain. Saat orang itu melakukan hal yang buruk kepada kita. Tapi, tetaplah untuk selalu ingat. Bahwa orang tersebut ada orang yang baik dan hebat :-")
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Raja yang meludahi mahkotanya   2. Kenangan yang tak pernah terjadi.

    Keramaian mulai mereda bersamaan dengan segala kekacauan yang ada. Setiap orang mulai meninggalkan ruang singgasana kerajaan. Hanya menyisakan beberapa orang yang membersihkan berbagai sisa-sisa dari pesta tadi.Sebuah pesta yang telah dipersiapkan selama berhari-hari. Berakhir hanya dalam beberapa jam saja. Namun hal yang membuat ku begitu kecewa bukanlah itu. Melainkan kegagalanku dalam menjaga jalan pesta itu tetap kondusif.Setelah tiada lagi yang berada di dalam ruang singgasana. Aku baru berdiri dari singgasana ku dan berjalan keluar. Aku sudah lelah dengan segala kekacauan yang ada. Aku ingin segera istirahat dengan tenang.Dalam perjalanan pulang, aku mulai terpikirkan tentang berbagai hal. Mulai dari penyesalan karena tidak bisa menyelesaikan masalah dengan baik. Hingga memikirkan berbagai persiapan untuk acara selanjutnya.Disaat yang bersamaan, aku juga berusaha untuk memikirkan permintaan itu dengan serius. Walaupun hasilnya sudah ditentukan. Aku tetap masih belum puas deng

  • Raja yang meludahi mahkotanya   3. Kegagalan yang dalam.

    Aku terus mendorong pintu itu dengan sekuat tenaga. Agar orang itu merasa kesakitan dan menarik kakinya. Dengan begitu, dia akan takut denganku dan mengurungkan niatnya untuk merampok disini.Namun, saat aku memikirkan cara paling bagus untuk menghindari masalah ini. Aku juga ikut menyadari sesuatu. Kalau aku tidak bisa membiarkan orang mencurigakan ini terus berada di balik pintu.Jadi, hanya berhasil mencegahnya. Agar tidak bisa masuk ke rumah ini, itu masih belum cukup. Aku harus pastikan, untuk berhasil mengusirnya dari sini secepatnya. Karena akan jadi sangat berbahaya. Kalau dia masih berkeliaran di sekeliling rumah.Adikku yang mungkin akan segera pulang. Bisa ikut berada dalam bahaya. Kalau orang ini tidak segera aku usir jauh-jauh. Jadi, bagaimana caranya aku mengusir orang ini?Saat aku mulai terpaku untuk memahami kondisi sekitar dengan lebih baik. Aku menyadari kalau ada sesuatu hal yang aneh. Karena selama kaki orang itu terjepit. Dia tidak melakukan perlawanan sedikitpun.

  • Raja yang meludahi mahkotanya   4. Hanya mampu menganggapnya.

    Suara tangisan dari seorang wanita telah memenuhi telinga ku. Tanpa mampu mengatasi kunci masalahnya. Aku hanya mampu mencoba untuk mengurangi akibat dari kesalahan ku. Sosok dari raja yang payah dan tidak berguna melekat pada diri ku ini.Bahkan saat ini, aku tidak mampu menyelesaikan tanggung jawab ku dengan baik. Aku masih belum selesai melilitkan perban di kakinya. Hingga dia berhenti menangis. Disaat yang berat untuk mengatakan sesuatu. Perutku justru menjerit dengan suara yang begitu keras."Yang mulia, apakah anda belum makan?", sungguh, aku malu sekali. Ketika dia menanyakan hal itu kepadaku. Aku beruntung karena di ruang tamu ini tidaklah ada cermin. Kalau semisalnya ada, pasti yang terpantul di sana adalah sosok laki-laki yang tidak lagi punya harga diri.Hal itu juga yang menjadi sebab. Kenapa aku tidak mungkin untuk mengiyakan pertanyaan itu. Dengan memanfaatkan seluruh kapasitas otak ku untuk berpikir. Dalam waktu yang singkat, aku berhasil menyiapkan sesuatu untuk menangg

  • Raja yang meludahi mahkotanya   5. Skip, if you not 18+.

    "Kak Laitten, jangan bahas kejadian itu disini!", Lisa mencubit perut kakak laki-lakinya yang duduk di sampingnya. Laki-laki bernama Laitten itu meronta-ronta karena kesakitan. Dia berusaha keras untuk melepaskan cubitan adiknya."Iya-iya. Sudah, kamu selesaikan saja. Urusanmu dengan kakakmu yang kamu rindukan itu.", Lisa langsung berhenti mencubitnya. Lalu memulai percakapan dengan kesatria wanita. Dua bersaudari itu kelihatan sangat akrab.Mereka berdua terlihat begitu senang dengan percakapan mereka. Itu menunjukkan kepada ku kalau mereka berdua memang sangatlah dekat. Itu membuatku merasa iri dan kagum di saat yang bersamaan."Hei, anak muda. Apa yang kau lihat hingga kau nampak sangat senang seperti itu?", Laitten menatapku dengan tatapan tajam seakan-akan menusukku. Aku segera mengalihkan pandangan ku dari kedua saudarinya."Tidak ada.", aku langsung fokus untuk melihat dinding yang polos. Aku sandarkan kepala ku ke tangan kanan ku. Sikut ku menancap di atas meja yang ada didepan

  • Raja yang meludahi mahkotanya   6. Raja Aren tidak lagi mampu.

    Ketika ketiga tamuku pergi meninggalkan rumah ini. Aku tutup pintu rumah dan langsung terkapar di lantai. Hari ini benar-benar menjadi hari yang melelahkan. Aku sudah tidak mau lagi melakukan apapun saat ini. Aku akan langsung pergi ke kamarku dan tidur nyenyak di sana.Tapi, begitu aku berusaha untuk berdiri. Kakiku yang telah lemas membuat ku tidak lagi mampu berjalan. Akhirnya aku terpaksa harus tidur di tempat ku terkapar. Aku langsung menutup mata dan tidur di balik pintu rumah.Begitu aku kembali sadar dari tidur ku. Tubuhku terasa nyeri dan pegal-pegal. Namun kali ini kakiku sudah mampu membuat ku berdiri. Aku langsung berdiri dan bergegas mempersiapkan banyak hal. Untuk menjalankan tugas harian ku sebagai raja.Saat aku membuka pintu rumah dan melihat seseorang yang ada dibalik nya. Aku kembali dibuat menyesal karena telah melupakan hal yang penting. Adikku tidur di kursi roda miliknya yang berada di luar rumah.Dia tidur dengan posisi duduk di atas kursi rodanya. Terdapat bany

  • Raja yang meludahi mahkotanya   7. Ada masalah yang sulit diselesaikan.

    "Jangan bohong!", aku tertegun mendengar perkataan itu. Kenapa orang ini bisa menganggap ku sedang berbohong. Bukankah dia tidak tahu tentang pembicaraan ku tadi. Aku mulai merasa, kalau ada sesuatu yang sedang mengawasi ku."Apa? Bagian manakah, yang menurut mu kebohongan? Kenapa juga aku harus berbohong?", hal yang membuat ku curiga adalah sikap Jiuren yang aneh. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami bersama.Dia tidak pernah sekalipun menyebut ku berbohong. Seharusnya dia juga tahu tentang hal itu. Namun yang ada didepan ku saat ini. Seperti bukan Jiuren yang aku kenal selama ini. Kalau aku pikirkan kembali dengan baik-baik.Memang ada sesuatu yang aneh semenjak aku bertemu dengan keluarga kesatria itu. Mulai dari adikku yang tidak segera pulang hingga larut malam sekali. Kakakku yang menanyakan hal yang tidak biasa. Sampai orang terdekat ku sendiri seperti sedang mendesak ku."Justru kamu itu yang aneh. Aren yang aku kenal tidak akan menyalahkan saudari nya sendiri. Dia akan se

  • Raja yang meludahi mahkotanya   8. Teman sejak dulu.

    Hari esok yang telah berusaha sangat keras untuk mengejar ku. Akhirnya berhasil menangkap dan menemani ku. Bersamaan dengan gerombolan orang yang datang untuk menjengukku. Begitu banyak orang yang datang menemui ku.Hingga membuat dokter yang mengurus ku turun tangan. Untuk menghentikan perputaran roda pengunjung. Karena dapat mengganggu waktu ku untuk beristirahat. Ada banyak yang di paksa pulang oleh dokter. Karena tidak memiliki urusan yang cukup penting untuk menemui ku.Saat ini, hanya tersisa beberapa orang yang dapat dihitung dengan jari tangan. Walaupun begitu, mereka sudah mampu untuk membuat kamarku menjadi ramai. Karena mereka cukup banyak yang saling berbincang-bincang tentang urusan kerajaan.Jujur saja, hal ini cukup bisa membuat ku. Teralihkan dari berbagai kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Baik itu tentang nafas buatan ataupun hal lain yang sebelumnya terjadi. Dari banyaknya orang yang membahas tentang keadaan ku.Aku perlahan-lahan mulai memahami kejadian yang te

  • Raja yang meludahi mahkotanya   9. Usaha keras yang berhasilkan sedikit.

    Tidak, untuk satu hal ini saja. Aku tidak akan pernah membiarkannya terlepas dari ku. Aku akan pertahankan dia bagaimanapun caranya. Walaupun kami ini seumuran, bagiku keberadaannya di samping ku. Sudah seperti sesosok ayah yang selalu menjaga dan menolong ku."Aku justru membutuhkan mu disamping ku. Bahkan saat inipun, aku ingin kamu jadi teman curhat ku.", aku berteriak keras agar di dengar oleh nya. Karena aku ingin dia mendengar perkataan ku dengan sangat jelas. Agar aku bisa mengukirkan nya ke dalam hatinya yang paling dalam.Dia mulai mendengar perkataan ku dan menghadapkan wajahnya kepada ku. Saat itu, aku terdiam menjadi patung. Entah mengapa, saat dia menatapku. Aku jadi tidak bisa mengatakan hal yang ingin aku sampaikan."Tapi, sebelum itu. Bisa tolong periksa keluar sebentar. Apakah dibalik pintu itu ada kesatria?", aku menunjuk ke arah pintu. Dimana banyak orang yang keluar dan masuk melalui pintu itu. Aku khawatir ada orang yang bersangkutan dengan curhatan ku."Kesatria?

Bab terbaru

  • Raja yang meludahi mahkotanya   13. Padahal sudah berusaha.

    "Kalau perlu akan aku panggil juga adikmu itu sekarang.", Katira mulai bersikeras untuk ikut campur dalam urusan ku dengan adikku. Entah mengapa aku jadi semakin tidak suka dengan semua yang terjadi saat ini."Tidak usah. Sudah, biarkan saja. Aku ingin sendiri untuk saat ini. Jadi, pulanglah! Aku ingin istirahat sekarang.", memang berat untuk memendam perasaan ini sendiri. Tapi aku harus bisa menguburnya untuk saat ini. Karena aku tidak ingin masalah ini melibatkan lebih banyak orang.Aku berharap dengan sedikit sikap dingin ku itu. Akan membuat kakakku ini, tidak ikut campur lebih jauh lagi. Karena semuanya hanya perlu berjalan seperti biasa. Tidak perlu ada sedikitpun perubahan dalam kondisi kami ini."Kau yakin ingin tetap seperti ini terus?", Katira bukannya pergi meninggalkan ku. Dia justru duduk di kursi yang aku belakangi. Selain itu, dia juga memegang lengan atas ku. Genggaman tangannya menjadi lebih erat. Saat dia menanyai ku dengan pertanyaan itu

  • Raja yang meludahi mahkotanya   12. "Aku harus bisa keluar."

    "Tidak ada. Lebih baik anda fokus saja untuk mengistirahatkan diri anda sendiri.", setelah mengatakan itu. Dokter itu pergi meninggalkan aku sendirian di kamar ini. Kesunyian dalam ruangan ini membuat isi kepala ku kosong.Tubuhku yang tiba-tiba terasa lemas segera aku dudukkan ke atas kasur. Habis sudah rencana dan usahaku selama ini untuk menabung uang sebanyak-banyaknya. Semua langsung berakhir hanya untuk satu barang yang ada di kantong plastik itu."Aren.", tiba-tiba aku mendengar suara yang tidak asing memanggil nama ku. Namun begitu aku mencoba untuk mencari sosoknya di sekitar ku. Aku tidak melihatnya sedang berada di tempat ini. Namun suara panggilan itu membuatku mendapatkan suatu ide.Aku segera mencari ponsel ku berada. Aku mencarinya dalam berbagai tas dan tempat yang ada di sekitar ku. Karena aku harus menelpon seseorang yang bisa menolong ku saat ini. Walaupun aku merasa tidak nyaman saat berbicara dengannya. Aku tidak punya waktu banyak untuk memilih-milih solusi saat i

  • Raja yang meludahi mahkotanya   11. Setiap orang akan berkembang dengan caranya sendiri.

    "Tidak ada yang salah. Dia memang minta padaku untuk dibawakan sate kambing.", Jiuren dengan tegas mengatakan kalau dia memang tidak salah dengar. Itu cukup menjadi kejutan baru bagiku. Karena setahuku, istrinya Jiuren memang tidak suka dengan daging kambing."Jangan bohong! Istrimu minta untuk dibawakan sate kambing. Bukankah itu sesuatu hal yang sangat mustahil?", aku kembali menunjukkan sikap tidak percaya. Kepada apa yang saat ini ada di depan ku. Jiuren langsung tersenyum lebar sambil menepuk pundak ku."Memang seperti itulah seorang wanita. Kamu akan tahu bagaimana rasanya nanti. Kalau kau sudah menikah dengan kesatria itu.", Jiuren kembali mengatakan hal yang bodoh. Dia pikir aku akan menyetujuinya. Jika dia menggodaku seperti itu."Terserah kau saja. Pokoknya aku tidak mau dengar keluhan mu nanti. Kalau ternyata kamu memang salah dengar.", aku mengatakan itu. Agar Jiuren tidak lagi mengungkit masalah ini.Dia juga langsung berdiri dan berj

  • Raja yang meludahi mahkotanya   10. Cepat tangkap, sebelum menghilang.

    "Aren, jangan lupa untuk membaca ini setiap malamnya. Ya...!!!", dia menyodorkan sebuah plastik yang berisi sebuah buku. Namun aku merasa seperti sedang ditodong dengan senjata api."Jadi, kenapa kamu menolak permintaannya?", Jiuren sudah mulai menanyakan urusan ku. Ini menandakan, kalau kejadian itu sudah tidak menggangu pikirannya lagi. Aku turut bahagia dan gembira atas kembalinya sosok Jiuren yang dulu."Habisnya, aku tidak bisa. Kalau harus menghabiskan waktu ku bersamanya. Terlebih lagi, kelihatannya keluarganya tidak suka denganku.", aku mulai membuat banyak alasan dari berbagai macam masalah."Kau sudah pernah bertemu dengan keluarga kesatria itu?", Jiuren menanyakan hal yang sudah sewajarnya. Dipertanyakan oleh orang yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Aku mulai bercerita sedikit tentang kedatangan kesatria malam itu."Jadi, karena itu aku tidak bisa menerima permintaan itu. Selain alasan yang dilontarkan oleh banyak orang. Aku sendiri juga sudah tidak mampu untuk b

  • Raja yang meludahi mahkotanya   9. Usaha keras yang berhasilkan sedikit.

    Tidak, untuk satu hal ini saja. Aku tidak akan pernah membiarkannya terlepas dari ku. Aku akan pertahankan dia bagaimanapun caranya. Walaupun kami ini seumuran, bagiku keberadaannya di samping ku. Sudah seperti sesosok ayah yang selalu menjaga dan menolong ku."Aku justru membutuhkan mu disamping ku. Bahkan saat inipun, aku ingin kamu jadi teman curhat ku.", aku berteriak keras agar di dengar oleh nya. Karena aku ingin dia mendengar perkataan ku dengan sangat jelas. Agar aku bisa mengukirkan nya ke dalam hatinya yang paling dalam.Dia mulai mendengar perkataan ku dan menghadapkan wajahnya kepada ku. Saat itu, aku terdiam menjadi patung. Entah mengapa, saat dia menatapku. Aku jadi tidak bisa mengatakan hal yang ingin aku sampaikan."Tapi, sebelum itu. Bisa tolong periksa keluar sebentar. Apakah dibalik pintu itu ada kesatria?", aku menunjuk ke arah pintu. Dimana banyak orang yang keluar dan masuk melalui pintu itu. Aku khawatir ada orang yang bersangkutan dengan curhatan ku."Kesatria?

  • Raja yang meludahi mahkotanya   8. Teman sejak dulu.

    Hari esok yang telah berusaha sangat keras untuk mengejar ku. Akhirnya berhasil menangkap dan menemani ku. Bersamaan dengan gerombolan orang yang datang untuk menjengukku. Begitu banyak orang yang datang menemui ku.Hingga membuat dokter yang mengurus ku turun tangan. Untuk menghentikan perputaran roda pengunjung. Karena dapat mengganggu waktu ku untuk beristirahat. Ada banyak yang di paksa pulang oleh dokter. Karena tidak memiliki urusan yang cukup penting untuk menemui ku.Saat ini, hanya tersisa beberapa orang yang dapat dihitung dengan jari tangan. Walaupun begitu, mereka sudah mampu untuk membuat kamarku menjadi ramai. Karena mereka cukup banyak yang saling berbincang-bincang tentang urusan kerajaan.Jujur saja, hal ini cukup bisa membuat ku. Teralihkan dari berbagai kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Baik itu tentang nafas buatan ataupun hal lain yang sebelumnya terjadi. Dari banyaknya orang yang membahas tentang keadaan ku.Aku perlahan-lahan mulai memahami kejadian yang te

  • Raja yang meludahi mahkotanya   7. Ada masalah yang sulit diselesaikan.

    "Jangan bohong!", aku tertegun mendengar perkataan itu. Kenapa orang ini bisa menganggap ku sedang berbohong. Bukankah dia tidak tahu tentang pembicaraan ku tadi. Aku mulai merasa, kalau ada sesuatu yang sedang mengawasi ku."Apa? Bagian manakah, yang menurut mu kebohongan? Kenapa juga aku harus berbohong?", hal yang membuat ku curiga adalah sikap Jiuren yang aneh. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami bersama.Dia tidak pernah sekalipun menyebut ku berbohong. Seharusnya dia juga tahu tentang hal itu. Namun yang ada didepan ku saat ini. Seperti bukan Jiuren yang aku kenal selama ini. Kalau aku pikirkan kembali dengan baik-baik.Memang ada sesuatu yang aneh semenjak aku bertemu dengan keluarga kesatria itu. Mulai dari adikku yang tidak segera pulang hingga larut malam sekali. Kakakku yang menanyakan hal yang tidak biasa. Sampai orang terdekat ku sendiri seperti sedang mendesak ku."Justru kamu itu yang aneh. Aren yang aku kenal tidak akan menyalahkan saudari nya sendiri. Dia akan se

  • Raja yang meludahi mahkotanya   6. Raja Aren tidak lagi mampu.

    Ketika ketiga tamuku pergi meninggalkan rumah ini. Aku tutup pintu rumah dan langsung terkapar di lantai. Hari ini benar-benar menjadi hari yang melelahkan. Aku sudah tidak mau lagi melakukan apapun saat ini. Aku akan langsung pergi ke kamarku dan tidur nyenyak di sana.Tapi, begitu aku berusaha untuk berdiri. Kakiku yang telah lemas membuat ku tidak lagi mampu berjalan. Akhirnya aku terpaksa harus tidur di tempat ku terkapar. Aku langsung menutup mata dan tidur di balik pintu rumah.Begitu aku kembali sadar dari tidur ku. Tubuhku terasa nyeri dan pegal-pegal. Namun kali ini kakiku sudah mampu membuat ku berdiri. Aku langsung berdiri dan bergegas mempersiapkan banyak hal. Untuk menjalankan tugas harian ku sebagai raja.Saat aku membuka pintu rumah dan melihat seseorang yang ada dibalik nya. Aku kembali dibuat menyesal karena telah melupakan hal yang penting. Adikku tidur di kursi roda miliknya yang berada di luar rumah.Dia tidur dengan posisi duduk di atas kursi rodanya. Terdapat bany

  • Raja yang meludahi mahkotanya   5. Skip, if you not 18+.

    "Kak Laitten, jangan bahas kejadian itu disini!", Lisa mencubit perut kakak laki-lakinya yang duduk di sampingnya. Laki-laki bernama Laitten itu meronta-ronta karena kesakitan. Dia berusaha keras untuk melepaskan cubitan adiknya."Iya-iya. Sudah, kamu selesaikan saja. Urusanmu dengan kakakmu yang kamu rindukan itu.", Lisa langsung berhenti mencubitnya. Lalu memulai percakapan dengan kesatria wanita. Dua bersaudari itu kelihatan sangat akrab.Mereka berdua terlihat begitu senang dengan percakapan mereka. Itu menunjukkan kepada ku kalau mereka berdua memang sangatlah dekat. Itu membuatku merasa iri dan kagum di saat yang bersamaan."Hei, anak muda. Apa yang kau lihat hingga kau nampak sangat senang seperti itu?", Laitten menatapku dengan tatapan tajam seakan-akan menusukku. Aku segera mengalihkan pandangan ku dari kedua saudarinya."Tidak ada.", aku langsung fokus untuk melihat dinding yang polos. Aku sandarkan kepala ku ke tangan kanan ku. Sikut ku menancap di atas meja yang ada didepan

DMCA.com Protection Status