"Kak Laitten, jangan bahas kejadian itu disini!", Lisa mencubit perut kakak laki-lakinya yang duduk di sampingnya. Laki-laki bernama Laitten itu meronta-ronta karena kesakitan. Dia berusaha keras untuk melepaskan cubitan adiknya.
"Iya-iya. Sudah, kamu selesaikan saja. Urusanmu dengan kakakmu yang kamu rindukan itu.", Lisa langsung berhenti mencubitnya. Lalu memulai percakapan dengan kesatria wanita. Dua bersaudari itu kelihatan sangat akrab.Mereka berdua terlihat begitu senang dengan percakapan mereka. Itu menunjukkan kepada ku kalau mereka berdua memang sangatlah dekat. Itu membuatku merasa iri dan kagum di saat yang bersamaan."Hei, anak muda. Apa yang kau lihat hingga kau nampak sangat senang seperti itu?", Laitten menatapku dengan tatapan tajam seakan-akan menusukku. Aku segera mengalihkan pandangan ku dari kedua saudarinya."Tidak ada.", aku langsung fokus untuk melihat dinding yang polos. Aku sandarkan kepala ku ke tangan kanan ku. Sikut ku menancap di atas meja yang ada didepan ku. Meja yang memisahkan kami berempat menjadi dua pasang yang saling berhadapan."Lisa, tadi Laitten bilang kalau kau melupakan ulang tahun putri mu. Apakah itu benar?", aku cukup mendengar pembicaraan mereka. Karena aku memang berada di dekat mereka."Tidak, mana mungkin seperti itu. Itu hanya bualan laki-laki ini saja. Aku ini ibu yang bertanggung jawab dan sangat sayang kepada setiap putra-putrinya.", Lisa menyangkal pernyataan Laitten yang sebelum membuat kesatria tertawa."Apanya yang sayang? Kau bahkan tidak membiarkan Mailiya bebas dalam kehidupannya. Kenapa kau sangat membatasi kebebasannya? Biarkanlah dia hidup bebas dengan pilihan hidupnya.", sahut Laitten yang merasa tidak suka. Karena pernyataan adiknya yang seakan-akan membuatnya seperti pembohong."Laitten, benar. Kau harus biarkan Mailiya bebas dalam hidupnya. Jangan kau kurung dia terus seperti burung dalam sangkar.", kesatria menambahi sebuah nasihat kepada Lisa. Kelihatannya ada sesuatu masalah dalam rumah tangga Lisa."Kenapa jadi bahas ini? Aku datang kemari untuk menemui mu, kak. Aku mohonlah, jangan bawa-bawa masalah itu disini. Aku bisa urus sendiri masalah keluarga ku.", Lisa dengan keras kepalanya. Menyatakan bahwa dia tidak ingin saudara dan saudarinya itu ikut campur dalam urusan keluarganya."Kalau kamu tidak ingin aku membahas hal itu lagi. Bawakan lebih banyak kue itu untukku.", tidak aku sangka. Kesatria ini menggunakan masalah dari adiknya itu. Untuk membuatnya membawakan lebih banyak kue enak itu. Ternyata kesatria wanita ini cukup licik juga."Iya-iya. Nanti aku bawakan. Tapi, kenapa kau tidak pulang saja dan minta sendiri dengan pembuat kue itu? Orang yang membuat kue itu, saat ini sedang sangat merindukan kehadiran mu.", Lisa menyetujui kesepakatan itu. Namun, saat itu aku menyadari kalau kesatria ternyata sudah lama tidak pulang kerumahnya."Jangan bohong. Wanita itu tidak mungkin seperti itu. Saat ini, dia pasti sangat senang karena aku tidak berada di rumah.", dibalik semuanya. Ternyata kesatria ini juga memiliki berbagai macam masalahnya sendiri."Dasar kalian berdua ini. Aku benar-benar tidak paham dengan semua wanita. Apakah kalian benar-benar yakin? Ingin membahas hal-hal seperti itu disini.", Laitten menerobos masuk dalam pembicaraan mereka. Mereka langsung terdiam dan mencoba untuk memulai topik yang baru."Tapi, bagaimanapun nantinya? Pastikan untuk mengunjungi kami berdua, kak. Sebentar saja, tidak masalah. Lagipula, ada juga masalah diantara aku dan kamu, kan? Masalah itu harus kita selesaikan berdua. Jangan coba-coba lari dari hal ini, kak!", Laitten mengancam kesatria agar dia mau pulang ke rumah walaupun hanya sebentar.Aku sebagai pendengar setia dari percakapan mereka ini. Berusaha untuk tidak ikut campur dalam masalah mereka. Hanya saja, aku merasa ada sesuatu hal yang kurang. Dalam beberapa saat, aku baru sadar. Kalau aku tidak menyajikan apa-apa untuk ketiga tamuku ini.Karena suara percakapan mereka menjadi satu-satunya hal yang memenuhi telinga ku. Aku jadi ikut terikat dalam pembicaraan untuk melepaskan rasa kerinduan mereka. Aku sampai melupakan sesuatu hal yang seharusnya aku lakukan.Namun, aku yang ikut hanyut dalam pembicaraan mereka. Pasti karena ikut merasa sedih dengan kondisi mereka saat ini. Karena mereka telah terpisah untuk waktu yang cukup lama. Namun, mereka justru saling adu mulut saat berhasil bertemu.Aku juga tidak memiliki keberanian untuk mencoba memperbaiki kesalahan dalam menyambut tamu ku. Karena, aku sangat terpaku dengan begitu banyak hal yang dibahas dalam percakapan mereka. Menunjukkan bahwa mereka saling perhatian terhadap satu sama lain. Lagi-lagi aku dibuat iri hati dengan kedekatan mereka bertiga.Padahal aku baru saja mengenal mereka beberapa waktu lalu. Namun aku bisa dengan sangat yakin. Untuk menyebut keluarganya kesatria ini sangatlah harmonis. Berbeda dengan keluarga ku yang telah hancur lebur.Disaat aku mulai bertekad untuk mencoba membuat hubungan keluarga ku seperti mereka. Aku justru melihat sesuatu hal yang mengerikan."Lagipula, untuk apa perban di kaki mu ini?", setelah Laitten mengatakan itu. Terdengar sebuah pukulan dari tangan Laitten. Serentak aku langsung mengarahkan perhatian ku ke arahnya. Kesatria wanita juga menahan rasa sakit dari kakinya yang habis di pukul Laitten."Kenapa kamu lakukan itu, Laitten?! Seharusnya kamu sebagai laki-laki di keluarga mu. Menjadi orang pertama yang datang untuk melindungi keluarga mu. Jangan sampai kau menyesal karena tidak melakukan apa-apa. Untuk menyelamatkan keluarga mu."Aku memukul keras meja hingga terdengar suara nyaring di telingaku. Meja itu bergetar hebat hingga terlihat seperti sedang terjadi gempa. Kursi dan semua barang di ruang ini juga ikut bergetar. Lampu ruangan ini juga berkedip berkali-kali.Aku perhatikan sekitar dan baru menyadarinya. Kalau kesatria wanita dan Laitten telah pergi meninggalkan tempat ini. Meninggalkan Lisa yang tertunduk lemas di tempat duduknya. Aku tidak habis pikir dengan mereka berdua.Meninggalkan adik perempuan mereka dan pergi menyelamatkan diri sendiri. Kelihatannya aku telah salah menilai mereka. Namun, ini bukan waktunya untuk memikirkan hal itu. Aku harus menyelamatkan Lisa dan pergi dari rumah ini secepat mungkin.Aku tidak ingin ada korban jiwa dalam bencana alam ini. Segera aku membangunkan Lisa yang tertunduk lemas di atas meja. Begitu kepalanya terangkat dan melihat ke arahku. Mata Lisa bersinar seperti matahari yang akan terbenam.Aku menjauhinya karena muncul rasa takut ku kepada Lisa. Ada apa dengannya? Aku sibuk memikirkan apapun yang berkaitan dengannya. Tanpa menyadari kalau aku sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuh ku."Kau. Memangnya siapa kamu? Sampai berani mengatakan hal itu di depan kakakku? Apa kau sudah lupa dengan semua tindakan buruk mu di masa lalu? Kalau kau lupa, akan aku ingatkan lagi kepada mu. Tentunya, dengan hukuman untuk semua kesalahan mu.", ucap Lisa sambil berjalan mendekati ku.Aku tidak dapat memahami kondisi ini dengan jelas. Namun aku merasakan tusukan benda tajam yang menembus perutku. Begitu benda tajam itu ditarik dan terasa lepas dari tubuhku. Senjata itu kembali menusukku di tempat yang sama.Rasa sakitnya sama seperti tusukan yang pertama. Lisa yang menyeramkan itu terus melakukannya berulang kali. Hingga aku sudah tidak lagi tahu. Sudah berapa kali dia melakukan hal itu padaku.Tubuhku yang rusak, aku pikir akan jadi mati rasa. Namun, rasa sakit dari tusukan itu. Tetap terus ada dalam setiap pengulangannya. Rasa sakit yang terus berulang-ulang. Seakan-akan telah mengubah ku menjadi gila."Kenapa? Baru seperti ini saja, kau sudah hancur dari luar hingga dalam. Ini masih akan terus berlanjut. Hingga kau benar-benar menyesali semua perbuatan buruk mu.", padahal saat Lisa mengatakan hal itu. Aku sudah benar-benar menyesali perbuatan ku dulu.Namun, akan sampai kapan hal ini akan terus berlanjut? Aku sudah benar-benar tidak mampu untuk bertahan lagi. Sebentar saja, siksaan ini diteruskan. Sudah pasti aku tidak akan bisa mempertahankan diri ku sendiri.Tiba-tiba tubuh ku terbakar dengan api yang sangat panas. Tusukan dari benda tajam juga masih terus aku rasakan. Ada apa ini sebenarnya? Semakin lama jadi semakin parah dan mengerikan."Bertahanlah sampai aku puas...!", kata-kata itu terus bergema di telingaku. Aku tidak lagi mendengar apapun. Selain kalimat itu yang terus berulang-ulang di telingaku. Aku sudah tidak lagi mampu untuk ini."Habis sudah..."Aku tidak tahu sejak kapan aku memejamkan mataku. Namun begitu aku membuka mataku. Aku melihat sesosok wanita di hadapanku. Sosok itu adalah kesatria wanita yang telah menyelamatkan kerajaan yang aku pimpin."Yang mulia raja.", begitu aku mendengar suara itu dengan jelas. Aku melihat keadaan sekitar yang tidak lagi mengerikan. Aku benar-benar bersyukur karena mimpi buruk itu sudah berakhir. Hal pertama yang aku perhatikan saat aku terbangun dari tidur ku."Kesatria pemberani, bagaimana dengan kakimu? Kenapa kau tidak istirahat di tempat duduk mu saja?", aku langsung mengkhawatirkan kondisi kakinya. Karena dia saat ini tidak sedang duduk di tempatnya."Aku sudah menyembuhkan kakinya.", kalimat yang terdengar tidak jelas. Keluar dari mulut yang penuh dengan makanan. Aku melihat ke arah sumber suara itu. Laitten sedang santai memakan sesuatu di mulutnya.Namun disaat yang bersamaan. Tubuhku terdiam dan detak jantungku seakan tidak lagi berdetak. Terlihat sosok yang sebelumnya telah menyiksa ku. Sedang memakan satu persatu kue yang dia bawa. Seseorang langsung menutup mataku dengan tangannya."Yang mulia, jangan terlalu lama melihat Lisa! Atau kau akan terkena kemampuan pesonanya.", sebuah peringatan kembali aku dengar sama seperti yang sebelumnya. Tapi, setelah yang aku rasakan tadi. Mungkin aku tidak lagi punya keberanian untuk memandangnya ataupun meliriknya.Aku melepaskan tangannya dan fokus untuk melihat kesatria saja. Aku berdiri dan kesatria juga ikut berdiri di hadapanku. Aku pegang kedua pundaknya dan mengambil nafas dengan tenang. Aku senang karena telah bebas dari siksaan itu. Tapi ada hal lain yang harus aku lakukan saat ini."Kesatria pemberani, aku minta maaf untuk hal ini. Tapi, bisakah kau segera pulang? Aku lelah dengan kegiatan ku seharian ini. Untuk hal yang ingin kau sampaikan itu. Tolong katakan saat kita ketemuan lagi besok."Mungkin ini memang hal yang tidak terhormat sebagai seorang raja ataupun tuan rumah. Namun, hal yang harus aku utamakan untuk saat ini. Aku harus bisa menjauh sejauh-jauhnya dari Lisa. Atau aku akan gila, jika terus berada di ruangan yang sama. Bersama dengan sosok mengerikan yang ada dalam mimpi ku."Maafkan saya, yang mulia. Karena telah mengganggu anda di saat seperti ini.", aku segera menggelengkan kepalaku. Lalu, mengantarkan ketiga tamuku ke depan pintu keluar.Saat ini, aku sudah tidak peduli dengan hal lain lagi. Aku hanya ingin bisa bernafas dengan tenang dan lega. Saat ini aku memang menganggapnya sebagai mimpi. Namun, kalau memang benar-benar mimpi. Kenapa rasanya seperti benar-benar nyata.Pokoknya aku usir saja dulu penyebabnya. Karena aku tidak mau mengalami hal mengerikan itu lagi. Hal lainnya akan aku urus kemudian.Bersambung...Ketika ketiga tamuku pergi meninggalkan rumah ini. Aku tutup pintu rumah dan langsung terkapar di lantai. Hari ini benar-benar menjadi hari yang melelahkan. Aku sudah tidak mau lagi melakukan apapun saat ini. Aku akan langsung pergi ke kamarku dan tidur nyenyak di sana.Tapi, begitu aku berusaha untuk berdiri. Kakiku yang telah lemas membuat ku tidak lagi mampu berjalan. Akhirnya aku terpaksa harus tidur di tempat ku terkapar. Aku langsung menutup mata dan tidur di balik pintu rumah.Begitu aku kembali sadar dari tidur ku. Tubuhku terasa nyeri dan pegal-pegal. Namun kali ini kakiku sudah mampu membuat ku berdiri. Aku langsung berdiri dan bergegas mempersiapkan banyak hal. Untuk menjalankan tugas harian ku sebagai raja.Saat aku membuka pintu rumah dan melihat seseorang yang ada dibalik nya. Aku kembali dibuat menyesal karena telah melupakan hal yang penting. Adikku tidur di kursi roda miliknya yang berada di luar rumah.Dia tidur dengan posisi duduk di atas kursi rodanya. Terdapat bany
"Jangan bohong!", aku tertegun mendengar perkataan itu. Kenapa orang ini bisa menganggap ku sedang berbohong. Bukankah dia tidak tahu tentang pembicaraan ku tadi. Aku mulai merasa, kalau ada sesuatu yang sedang mengawasi ku."Apa? Bagian manakah, yang menurut mu kebohongan? Kenapa juga aku harus berbohong?", hal yang membuat ku curiga adalah sikap Jiuren yang aneh. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami bersama.Dia tidak pernah sekalipun menyebut ku berbohong. Seharusnya dia juga tahu tentang hal itu. Namun yang ada didepan ku saat ini. Seperti bukan Jiuren yang aku kenal selama ini. Kalau aku pikirkan kembali dengan baik-baik.Memang ada sesuatu yang aneh semenjak aku bertemu dengan keluarga kesatria itu. Mulai dari adikku yang tidak segera pulang hingga larut malam sekali. Kakakku yang menanyakan hal yang tidak biasa. Sampai orang terdekat ku sendiri seperti sedang mendesak ku."Justru kamu itu yang aneh. Aren yang aku kenal tidak akan menyalahkan saudari nya sendiri. Dia akan se
Hari esok yang telah berusaha sangat keras untuk mengejar ku. Akhirnya berhasil menangkap dan menemani ku. Bersamaan dengan gerombolan orang yang datang untuk menjengukku. Begitu banyak orang yang datang menemui ku.Hingga membuat dokter yang mengurus ku turun tangan. Untuk menghentikan perputaran roda pengunjung. Karena dapat mengganggu waktu ku untuk beristirahat. Ada banyak yang di paksa pulang oleh dokter. Karena tidak memiliki urusan yang cukup penting untuk menemui ku.Saat ini, hanya tersisa beberapa orang yang dapat dihitung dengan jari tangan. Walaupun begitu, mereka sudah mampu untuk membuat kamarku menjadi ramai. Karena mereka cukup banyak yang saling berbincang-bincang tentang urusan kerajaan.Jujur saja, hal ini cukup bisa membuat ku. Teralihkan dari berbagai kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Baik itu tentang nafas buatan ataupun hal lain yang sebelumnya terjadi. Dari banyaknya orang yang membahas tentang keadaan ku.Aku perlahan-lahan mulai memahami kejadian yang te
Tidak, untuk satu hal ini saja. Aku tidak akan pernah membiarkannya terlepas dari ku. Aku akan pertahankan dia bagaimanapun caranya. Walaupun kami ini seumuran, bagiku keberadaannya di samping ku. Sudah seperti sesosok ayah yang selalu menjaga dan menolong ku."Aku justru membutuhkan mu disamping ku. Bahkan saat inipun, aku ingin kamu jadi teman curhat ku.", aku berteriak keras agar di dengar oleh nya. Karena aku ingin dia mendengar perkataan ku dengan sangat jelas. Agar aku bisa mengukirkan nya ke dalam hatinya yang paling dalam.Dia mulai mendengar perkataan ku dan menghadapkan wajahnya kepada ku. Saat itu, aku terdiam menjadi patung. Entah mengapa, saat dia menatapku. Aku jadi tidak bisa mengatakan hal yang ingin aku sampaikan."Tapi, sebelum itu. Bisa tolong periksa keluar sebentar. Apakah dibalik pintu itu ada kesatria?", aku menunjuk ke arah pintu. Dimana banyak orang yang keluar dan masuk melalui pintu itu. Aku khawatir ada orang yang bersangkutan dengan curhatan ku."Kesatria?
"Aren, jangan lupa untuk membaca ini setiap malamnya. Ya...!!!", dia menyodorkan sebuah plastik yang berisi sebuah buku. Namun aku merasa seperti sedang ditodong dengan senjata api."Jadi, kenapa kamu menolak permintaannya?", Jiuren sudah mulai menanyakan urusan ku. Ini menandakan, kalau kejadian itu sudah tidak menggangu pikirannya lagi. Aku turut bahagia dan gembira atas kembalinya sosok Jiuren yang dulu."Habisnya, aku tidak bisa. Kalau harus menghabiskan waktu ku bersamanya. Terlebih lagi, kelihatannya keluarganya tidak suka denganku.", aku mulai membuat banyak alasan dari berbagai macam masalah."Kau sudah pernah bertemu dengan keluarga kesatria itu?", Jiuren menanyakan hal yang sudah sewajarnya. Dipertanyakan oleh orang yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Aku mulai bercerita sedikit tentang kedatangan kesatria malam itu."Jadi, karena itu aku tidak bisa menerima permintaan itu. Selain alasan yang dilontarkan oleh banyak orang. Aku sendiri juga sudah tidak mampu untuk b
"Tidak ada yang salah. Dia memang minta padaku untuk dibawakan sate kambing.", Jiuren dengan tegas mengatakan kalau dia memang tidak salah dengar. Itu cukup menjadi kejutan baru bagiku. Karena setahuku, istrinya Jiuren memang tidak suka dengan daging kambing."Jangan bohong! Istrimu minta untuk dibawakan sate kambing. Bukankah itu sesuatu hal yang sangat mustahil?", aku kembali menunjukkan sikap tidak percaya. Kepada apa yang saat ini ada di depan ku. Jiuren langsung tersenyum lebar sambil menepuk pundak ku."Memang seperti itulah seorang wanita. Kamu akan tahu bagaimana rasanya nanti. Kalau kau sudah menikah dengan kesatria itu.", Jiuren kembali mengatakan hal yang bodoh. Dia pikir aku akan menyetujuinya. Jika dia menggodaku seperti itu."Terserah kau saja. Pokoknya aku tidak mau dengar keluhan mu nanti. Kalau ternyata kamu memang salah dengar.", aku mengatakan itu. Agar Jiuren tidak lagi mengungkit masalah ini.Dia juga langsung berdiri dan berj
"Tidak ada. Lebih baik anda fokus saja untuk mengistirahatkan diri anda sendiri.", setelah mengatakan itu. Dokter itu pergi meninggalkan aku sendirian di kamar ini. Kesunyian dalam ruangan ini membuat isi kepala ku kosong.Tubuhku yang tiba-tiba terasa lemas segera aku dudukkan ke atas kasur. Habis sudah rencana dan usahaku selama ini untuk menabung uang sebanyak-banyaknya. Semua langsung berakhir hanya untuk satu barang yang ada di kantong plastik itu."Aren.", tiba-tiba aku mendengar suara yang tidak asing memanggil nama ku. Namun begitu aku mencoba untuk mencari sosoknya di sekitar ku. Aku tidak melihatnya sedang berada di tempat ini. Namun suara panggilan itu membuatku mendapatkan suatu ide.Aku segera mencari ponsel ku berada. Aku mencarinya dalam berbagai tas dan tempat yang ada di sekitar ku. Karena aku harus menelpon seseorang yang bisa menolong ku saat ini. Walaupun aku merasa tidak nyaman saat berbicara dengannya. Aku tidak punya waktu banyak untuk memilih-milih solusi saat i
"Kalau perlu akan aku panggil juga adikmu itu sekarang.", Katira mulai bersikeras untuk ikut campur dalam urusan ku dengan adikku. Entah mengapa aku jadi semakin tidak suka dengan semua yang terjadi saat ini."Tidak usah. Sudah, biarkan saja. Aku ingin sendiri untuk saat ini. Jadi, pulanglah! Aku ingin istirahat sekarang.", memang berat untuk memendam perasaan ini sendiri. Tapi aku harus bisa menguburnya untuk saat ini. Karena aku tidak ingin masalah ini melibatkan lebih banyak orang.Aku berharap dengan sedikit sikap dingin ku itu. Akan membuat kakakku ini, tidak ikut campur lebih jauh lagi. Karena semuanya hanya perlu berjalan seperti biasa. Tidak perlu ada sedikitpun perubahan dalam kondisi kami ini."Kau yakin ingin tetap seperti ini terus?", Katira bukannya pergi meninggalkan ku. Dia justru duduk di kursi yang aku belakangi. Selain itu, dia juga memegang lengan atas ku. Genggaman tangannya menjadi lebih erat. Saat dia menanyai ku dengan pertanyaan itu
"Kalau perlu akan aku panggil juga adikmu itu sekarang.", Katira mulai bersikeras untuk ikut campur dalam urusan ku dengan adikku. Entah mengapa aku jadi semakin tidak suka dengan semua yang terjadi saat ini."Tidak usah. Sudah, biarkan saja. Aku ingin sendiri untuk saat ini. Jadi, pulanglah! Aku ingin istirahat sekarang.", memang berat untuk memendam perasaan ini sendiri. Tapi aku harus bisa menguburnya untuk saat ini. Karena aku tidak ingin masalah ini melibatkan lebih banyak orang.Aku berharap dengan sedikit sikap dingin ku itu. Akan membuat kakakku ini, tidak ikut campur lebih jauh lagi. Karena semuanya hanya perlu berjalan seperti biasa. Tidak perlu ada sedikitpun perubahan dalam kondisi kami ini."Kau yakin ingin tetap seperti ini terus?", Katira bukannya pergi meninggalkan ku. Dia justru duduk di kursi yang aku belakangi. Selain itu, dia juga memegang lengan atas ku. Genggaman tangannya menjadi lebih erat. Saat dia menanyai ku dengan pertanyaan itu
"Tidak ada. Lebih baik anda fokus saja untuk mengistirahatkan diri anda sendiri.", setelah mengatakan itu. Dokter itu pergi meninggalkan aku sendirian di kamar ini. Kesunyian dalam ruangan ini membuat isi kepala ku kosong.Tubuhku yang tiba-tiba terasa lemas segera aku dudukkan ke atas kasur. Habis sudah rencana dan usahaku selama ini untuk menabung uang sebanyak-banyaknya. Semua langsung berakhir hanya untuk satu barang yang ada di kantong plastik itu."Aren.", tiba-tiba aku mendengar suara yang tidak asing memanggil nama ku. Namun begitu aku mencoba untuk mencari sosoknya di sekitar ku. Aku tidak melihatnya sedang berada di tempat ini. Namun suara panggilan itu membuatku mendapatkan suatu ide.Aku segera mencari ponsel ku berada. Aku mencarinya dalam berbagai tas dan tempat yang ada di sekitar ku. Karena aku harus menelpon seseorang yang bisa menolong ku saat ini. Walaupun aku merasa tidak nyaman saat berbicara dengannya. Aku tidak punya waktu banyak untuk memilih-milih solusi saat i
"Tidak ada yang salah. Dia memang minta padaku untuk dibawakan sate kambing.", Jiuren dengan tegas mengatakan kalau dia memang tidak salah dengar. Itu cukup menjadi kejutan baru bagiku. Karena setahuku, istrinya Jiuren memang tidak suka dengan daging kambing."Jangan bohong! Istrimu minta untuk dibawakan sate kambing. Bukankah itu sesuatu hal yang sangat mustahil?", aku kembali menunjukkan sikap tidak percaya. Kepada apa yang saat ini ada di depan ku. Jiuren langsung tersenyum lebar sambil menepuk pundak ku."Memang seperti itulah seorang wanita. Kamu akan tahu bagaimana rasanya nanti. Kalau kau sudah menikah dengan kesatria itu.", Jiuren kembali mengatakan hal yang bodoh. Dia pikir aku akan menyetujuinya. Jika dia menggodaku seperti itu."Terserah kau saja. Pokoknya aku tidak mau dengar keluhan mu nanti. Kalau ternyata kamu memang salah dengar.", aku mengatakan itu. Agar Jiuren tidak lagi mengungkit masalah ini.Dia juga langsung berdiri dan berj
"Aren, jangan lupa untuk membaca ini setiap malamnya. Ya...!!!", dia menyodorkan sebuah plastik yang berisi sebuah buku. Namun aku merasa seperti sedang ditodong dengan senjata api."Jadi, kenapa kamu menolak permintaannya?", Jiuren sudah mulai menanyakan urusan ku. Ini menandakan, kalau kejadian itu sudah tidak menggangu pikirannya lagi. Aku turut bahagia dan gembira atas kembalinya sosok Jiuren yang dulu."Habisnya, aku tidak bisa. Kalau harus menghabiskan waktu ku bersamanya. Terlebih lagi, kelihatannya keluarganya tidak suka denganku.", aku mulai membuat banyak alasan dari berbagai macam masalah."Kau sudah pernah bertemu dengan keluarga kesatria itu?", Jiuren menanyakan hal yang sudah sewajarnya. Dipertanyakan oleh orang yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Aku mulai bercerita sedikit tentang kedatangan kesatria malam itu."Jadi, karena itu aku tidak bisa menerima permintaan itu. Selain alasan yang dilontarkan oleh banyak orang. Aku sendiri juga sudah tidak mampu untuk b
Tidak, untuk satu hal ini saja. Aku tidak akan pernah membiarkannya terlepas dari ku. Aku akan pertahankan dia bagaimanapun caranya. Walaupun kami ini seumuran, bagiku keberadaannya di samping ku. Sudah seperti sesosok ayah yang selalu menjaga dan menolong ku."Aku justru membutuhkan mu disamping ku. Bahkan saat inipun, aku ingin kamu jadi teman curhat ku.", aku berteriak keras agar di dengar oleh nya. Karena aku ingin dia mendengar perkataan ku dengan sangat jelas. Agar aku bisa mengukirkan nya ke dalam hatinya yang paling dalam.Dia mulai mendengar perkataan ku dan menghadapkan wajahnya kepada ku. Saat itu, aku terdiam menjadi patung. Entah mengapa, saat dia menatapku. Aku jadi tidak bisa mengatakan hal yang ingin aku sampaikan."Tapi, sebelum itu. Bisa tolong periksa keluar sebentar. Apakah dibalik pintu itu ada kesatria?", aku menunjuk ke arah pintu. Dimana banyak orang yang keluar dan masuk melalui pintu itu. Aku khawatir ada orang yang bersangkutan dengan curhatan ku."Kesatria?
Hari esok yang telah berusaha sangat keras untuk mengejar ku. Akhirnya berhasil menangkap dan menemani ku. Bersamaan dengan gerombolan orang yang datang untuk menjengukku. Begitu banyak orang yang datang menemui ku.Hingga membuat dokter yang mengurus ku turun tangan. Untuk menghentikan perputaran roda pengunjung. Karena dapat mengganggu waktu ku untuk beristirahat. Ada banyak yang di paksa pulang oleh dokter. Karena tidak memiliki urusan yang cukup penting untuk menemui ku.Saat ini, hanya tersisa beberapa orang yang dapat dihitung dengan jari tangan. Walaupun begitu, mereka sudah mampu untuk membuat kamarku menjadi ramai. Karena mereka cukup banyak yang saling berbincang-bincang tentang urusan kerajaan.Jujur saja, hal ini cukup bisa membuat ku. Teralihkan dari berbagai kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Baik itu tentang nafas buatan ataupun hal lain yang sebelumnya terjadi. Dari banyaknya orang yang membahas tentang keadaan ku.Aku perlahan-lahan mulai memahami kejadian yang te
"Jangan bohong!", aku tertegun mendengar perkataan itu. Kenapa orang ini bisa menganggap ku sedang berbohong. Bukankah dia tidak tahu tentang pembicaraan ku tadi. Aku mulai merasa, kalau ada sesuatu yang sedang mengawasi ku."Apa? Bagian manakah, yang menurut mu kebohongan? Kenapa juga aku harus berbohong?", hal yang membuat ku curiga adalah sikap Jiuren yang aneh. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami bersama.Dia tidak pernah sekalipun menyebut ku berbohong. Seharusnya dia juga tahu tentang hal itu. Namun yang ada didepan ku saat ini. Seperti bukan Jiuren yang aku kenal selama ini. Kalau aku pikirkan kembali dengan baik-baik.Memang ada sesuatu yang aneh semenjak aku bertemu dengan keluarga kesatria itu. Mulai dari adikku yang tidak segera pulang hingga larut malam sekali. Kakakku yang menanyakan hal yang tidak biasa. Sampai orang terdekat ku sendiri seperti sedang mendesak ku."Justru kamu itu yang aneh. Aren yang aku kenal tidak akan menyalahkan saudari nya sendiri. Dia akan se
Ketika ketiga tamuku pergi meninggalkan rumah ini. Aku tutup pintu rumah dan langsung terkapar di lantai. Hari ini benar-benar menjadi hari yang melelahkan. Aku sudah tidak mau lagi melakukan apapun saat ini. Aku akan langsung pergi ke kamarku dan tidur nyenyak di sana.Tapi, begitu aku berusaha untuk berdiri. Kakiku yang telah lemas membuat ku tidak lagi mampu berjalan. Akhirnya aku terpaksa harus tidur di tempat ku terkapar. Aku langsung menutup mata dan tidur di balik pintu rumah.Begitu aku kembali sadar dari tidur ku. Tubuhku terasa nyeri dan pegal-pegal. Namun kali ini kakiku sudah mampu membuat ku berdiri. Aku langsung berdiri dan bergegas mempersiapkan banyak hal. Untuk menjalankan tugas harian ku sebagai raja.Saat aku membuka pintu rumah dan melihat seseorang yang ada dibalik nya. Aku kembali dibuat menyesal karena telah melupakan hal yang penting. Adikku tidur di kursi roda miliknya yang berada di luar rumah.Dia tidur dengan posisi duduk di atas kursi rodanya. Terdapat bany
"Kak Laitten, jangan bahas kejadian itu disini!", Lisa mencubit perut kakak laki-lakinya yang duduk di sampingnya. Laki-laki bernama Laitten itu meronta-ronta karena kesakitan. Dia berusaha keras untuk melepaskan cubitan adiknya."Iya-iya. Sudah, kamu selesaikan saja. Urusanmu dengan kakakmu yang kamu rindukan itu.", Lisa langsung berhenti mencubitnya. Lalu memulai percakapan dengan kesatria wanita. Dua bersaudari itu kelihatan sangat akrab.Mereka berdua terlihat begitu senang dengan percakapan mereka. Itu menunjukkan kepada ku kalau mereka berdua memang sangatlah dekat. Itu membuatku merasa iri dan kagum di saat yang bersamaan."Hei, anak muda. Apa yang kau lihat hingga kau nampak sangat senang seperti itu?", Laitten menatapku dengan tatapan tajam seakan-akan menusukku. Aku segera mengalihkan pandangan ku dari kedua saudarinya."Tidak ada.", aku langsung fokus untuk melihat dinding yang polos. Aku sandarkan kepala ku ke tangan kanan ku. Sikut ku menancap di atas meja yang ada didepan