Ketika ketiga tamuku pergi meninggalkan rumah ini. Aku tutup pintu rumah dan langsung terkapar di lantai. Hari ini benar-benar menjadi hari yang melelahkan. Aku sudah tidak mau lagi melakukan apapun saat ini. Aku akan langsung pergi ke kamarku dan tidur nyenyak di sana.
Tapi, begitu aku berusaha untuk berdiri. Kakiku yang telah lemas membuat ku tidak lagi mampu berjalan. Akhirnya aku terpaksa harus tidur di tempat ku terkapar. Aku langsung menutup mata dan tidur di balik pintu rumah.Begitu aku kembali sadar dari tidur ku. Tubuhku terasa nyeri dan pegal-pegal. Namun kali ini kakiku sudah mampu membuat ku berdiri. Aku langsung berdiri dan bergegas mempersiapkan banyak hal. Untuk menjalankan tugas harian ku sebagai raja.Saat aku membuka pintu rumah dan melihat seseorang yang ada dibalik nya. Aku kembali dibuat menyesal karena telah melupakan hal yang penting. Adikku tidur di kursi roda miliknya yang berada di luar rumah.Dia tidur dengan posisi duduk di atas kursi rodanya. Terdapat banyak tas belanjaan yang ada di pangkuannya. Pakaiannya yang serba panjang cukup membuatnya hangat di luar rumah. Namun, tetap saja. Dia terlihat menggigil kedinginan."Prisia, kenapa kamu tidak masuk ke dalam rumah?", aku bergumam sendiri sambil mendorong kursi rodanya masuk ke rumah. Aku bawa dia ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasurnya. Aku tutupi tubuhnya dengan selimut dan segera meninggalkannya sendirian.Aku pergi keluar rumah dan menuju ke istana kerajaan. Dalam perjalanan, aku berpapasan dengan salah satu temanku di sekolah dulu. Kami sedikit berbincang tentang kenangan masa lalu kami. Lalu, kami berdua kembali menuju ke tempat dimana kami bekerja."Yang mulia, anda saat inipun tetap terlihat gagah dan perkasa. Semoga hari ini hingga seterusnya. Anda akan tetap sehat dan kuat seperti saat ini.", sambutan dari para penjaga gerbang masuk kerajaan."Terima kasih untuk segalanya. Semoga kalian semua juga hidup sehat dan sejahtera.", sahutku yang membuat mereka menghentakkan senjata mereka ke tanah. Aku melewati mereka dengan senang dan gembira.Begitu aku membuka pintu masuk istana yang besar dan berat. Ada seseorang yang telah menungguku di balik pintu itu. Dia langsung menerjang ke depanku dan membuat ku terkejut. Kelihatannya kali ini, dia tidak akan lagi menahan perkataannya lagi."Aren, ikut aku sebentar...!", dia menarik tanganku dan membawaku ke depan sebuah kamar yang aku ketahui kosong. Kami berdua masuk kedalamnya dengan memastikan. Kalau tidak ada seorangpun yang melihat kami bersama."Ada apa kak? Kenapa harus sembunyi-sembunyi segala?", aku menanyakan keperluannya yang kelihatannya penting. Apalagi dia dengan sembunyi-sembunyi membawaku ke ruangan ini. Dia memukul-mukul lantai di sampingnya. Untuk meminta ku duduk di sampingnya."Jadi, bagaimana keputusan mu untuk permintaan kesatria itu? Apakah kau akan menyetujui permintaannya?", dia mulai melontarkan pertanyaannya. Ketika aku sudah duduk di sampingnya. Aku menelan ludah ku saat aku mendengar pertanyaan itu dari kakak ku.Kelihatannya masalah ini lebih serius daripada dugaan ku selama ini. Karena masalah ini telah membuat kakak ku ikut memikirkan masalah kerajaan. Padahal selama ini, dia tidak pernah tertarik dengan hal seperti ini. Aku harus benar-benar mempersiapkan diri untuk menghadapi resiko dari penolakan ku nanti."Aku akan menolaknya.", setelah aku mencoba menyampaikan hal itu. Aku mulai merasakan tekanan yang tinggi dari situasi dan keadaan ku. Aku tidak bisa membayangkan akan seperti apa nantinya. Saat aku menyampaikannya di depan banyak orang."Kenapa? Apakah sudah benar-benar kamu pertimbangkan?", kakak ku mempertanyakan hal yang paling sulit untuk aku terima. Aku tidak mampu menyangkal perkataannya. Namun aku harus pastikan dia mau menerima keputusan ku ini.Ini sebagai awal untuk meyakinkan banyak orang. Kalau aku sudah membuat keputusan yang bulat. Tidak dapat lagi untuk diganggu siapapun. Aku akan terus teguh dengan satu jawaban ku ini."Alasannya cukup sederhana, kak. Karena seorang raja tidak mungkin menikah dengan rakyat jelata.", begitu aku menjawab pertanyaan kakakku itu. Dia menampar wajah ku dengan keras hingga membuat ku terbaring di atas lantai."Apa-apaan itu? Kau benar-benar berpikir seperti itu? Aku benar-benar kecewa dengan mu.", dia berdiri dan langsung meninggalkan aku sendiri. Untuk beberapa waktu, aku tetap membiarkan tubuhku terbaring lemas di ruangan ini.Aku juga menggunakan kesempatan ini untuk beristirahat. Karena aku masih belum bisa tenang dari mimpi buruk kemarin itu. Tetap berada di rumah itu. Hanya akan membuat ku semakin capek. Jadi, mumpung masih ada yang tahu kalau aku berada disini. Aku bisa tenangkan pikiran ku sejenak.Kondisi tenang dalam ruangan ini bertahan cukup lama. Hingga ada seseorang yang mengetuk pintu ruangan ini. Aku tidak berpikir kalau itu adalah kakak ku. Tapi, siapa yang mengetuk pintu ruangan yang seharusnya rahasia ini? Aku mulai khawatir dengan kemungkinan buruk dari situasi ini."Yang mulia, ada hal yang ingin saya tanyakan kepada anda.", suara itu berasal dari balik pintu. Aku tidak bisa mengenali siapa dia. Karena suaranya yang terdengar samar-samar di telingaku. Padahal kalau aku bisa mengenali siapa dia. Aku tidak akan merasa gelisah seperti ini.Aku merasa takut dengan adanya kemungkinan. Kalau percakapan ku dengan kakak ku tadi. Di dengar oleh seseorang. Lalu orang itu datang menemui ku. Agar dapat menggunakannya untuk mengancam ku."Ada perlu apa? Sampai membuat mu mengganggu waktu istirahat ku? Masuklah!", aku berusaha untuk tetap berani. Karena hanya ini cara untuk menunjukkan bukti kewibawaan ku. Begitu orang itu membuka pintu dan masuk keruangan ini.Kecemasanku dalam sekejap hilang dan bertukar dengan rasa takut. Dari sekian banyak orang yang ada di istana ini. Kenapa harus dia yang datang ke sini. Padahal tadi sudah aku pastikan agar tidak ada yang mengikuti kami."Jiuren, kenapa kamu bisa tahu aku ada disini?", kalau perkataan ku tadi di dengar olehnya. Itu pasti akan membuatnya sangat marah. Hal itu lebih berbahaya dari orang yang mengancam ku menggunakan perkataan ku tadi."Tadi, saya sempat melihat anda di culik tuan purani. Jadi, sudah dapat dipastikan. Kalau anda sedang berada disini.", kenapa dia tahu tentang ruang rahasia ini? Bukankah seharusnya hanya aku dan kakakku yang tahu tentang ruangan kosong in? Tapi..."Jadi, ada urusan apa kamu dengan ku? Sampai kamu repot-repot menjumpai ku seperti ini.", kelihatannya dia tidak mendengar pembicaraan tadi. Untuk saat ini aku abaikan saja dulu. Alasan kenapa dia bisa tahu ruangan rahasia ini."Saya ingin membahas tentang acara yang anda adakan sendiri. Sebuah acara yang dibuat oleh seseorang yang tidak kompeten. Karena dibuat tanpa adanya persetujuan dengan pihak lain. Dimana acara itu akan memakan lebih banyak anggaran dan waktu."Mental ku langsung menciut jadi sekecil padi. Aku hanya bisa mengatakan permintaan maaf disetiap sela-sela perkataannya. Dalam sekejap mata, tatapan matanya berubah menjadi lebih menakutkan."Sejujurnya, ada hal yang mengganggu pikiran saya. Apakah saya boleh menyampaikan nya? Yang mulia raja, Aren.", dia memang menyatakan kalau tidak ingin mengatakannya. Namun aura kemarahannya terlihat mengancam. Dia pasti akan menyimpan dendam. Kalau tidak aku persilahkan untuk berbicara."Ada apa? Katakan saja. Kamu tidak perlu sungkan untuk menyampaikan apapun kepada ku.", sejujurnya aku tidak ingin mendengarnya. Tapi, itu pasti akan membuatnya semakin marah. Jadi aku tetap harus bersikap seolah memperbolehkannya."Tadi saat saya ingin menemui anda. Saya berpapasan dengan tuan purani Katira. Dia kelihatannya sedang marah. Bahkan saat saya menyapanya. Dia tidak membalas sapaan saya. Apakah anda tahu sesuatu yang membuatnya begitu?"Aku sedikit lega karena orang ini tidak mengetahui apapun. Karena aku tidak bisa membayangkan. Akan seperti apa nanti kemarahannya. Saat tahu kalau acara yang ingin dia bahas itu. Sudah sejak awal, tidak terdapat kepentingan sedikit pun. Alias sia-sia saja."Entahlah, aku tidak tahu kenapa. Tapi, mungkin alasannya itu seperti biasanya. Lagipula memang begitulah kakakku.", aku cukup beruntung. Karena bisa memanfaatkan sifat kakak ku yang sering di permasalahkan oleh banyak orang."Jangan bohong!!!"Bersambung..."Jangan bohong!", aku tertegun mendengar perkataan itu. Kenapa orang ini bisa menganggap ku sedang berbohong. Bukankah dia tidak tahu tentang pembicaraan ku tadi. Aku mulai merasa, kalau ada sesuatu yang sedang mengawasi ku."Apa? Bagian manakah, yang menurut mu kebohongan? Kenapa juga aku harus berbohong?", hal yang membuat ku curiga adalah sikap Jiuren yang aneh. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami bersama.Dia tidak pernah sekalipun menyebut ku berbohong. Seharusnya dia juga tahu tentang hal itu. Namun yang ada didepan ku saat ini. Seperti bukan Jiuren yang aku kenal selama ini. Kalau aku pikirkan kembali dengan baik-baik.Memang ada sesuatu yang aneh semenjak aku bertemu dengan keluarga kesatria itu. Mulai dari adikku yang tidak segera pulang hingga larut malam sekali. Kakakku yang menanyakan hal yang tidak biasa. Sampai orang terdekat ku sendiri seperti sedang mendesak ku."Justru kamu itu yang aneh. Aren yang aku kenal tidak akan menyalahkan saudari nya sendiri. Dia akan se
Hari esok yang telah berusaha sangat keras untuk mengejar ku. Akhirnya berhasil menangkap dan menemani ku. Bersamaan dengan gerombolan orang yang datang untuk menjengukku. Begitu banyak orang yang datang menemui ku.Hingga membuat dokter yang mengurus ku turun tangan. Untuk menghentikan perputaran roda pengunjung. Karena dapat mengganggu waktu ku untuk beristirahat. Ada banyak yang di paksa pulang oleh dokter. Karena tidak memiliki urusan yang cukup penting untuk menemui ku.Saat ini, hanya tersisa beberapa orang yang dapat dihitung dengan jari tangan. Walaupun begitu, mereka sudah mampu untuk membuat kamarku menjadi ramai. Karena mereka cukup banyak yang saling berbincang-bincang tentang urusan kerajaan.Jujur saja, hal ini cukup bisa membuat ku. Teralihkan dari berbagai kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Baik itu tentang nafas buatan ataupun hal lain yang sebelumnya terjadi. Dari banyaknya orang yang membahas tentang keadaan ku.Aku perlahan-lahan mulai memahami kejadian yang te
Tidak, untuk satu hal ini saja. Aku tidak akan pernah membiarkannya terlepas dari ku. Aku akan pertahankan dia bagaimanapun caranya. Walaupun kami ini seumuran, bagiku keberadaannya di samping ku. Sudah seperti sesosok ayah yang selalu menjaga dan menolong ku."Aku justru membutuhkan mu disamping ku. Bahkan saat inipun, aku ingin kamu jadi teman curhat ku.", aku berteriak keras agar di dengar oleh nya. Karena aku ingin dia mendengar perkataan ku dengan sangat jelas. Agar aku bisa mengukirkan nya ke dalam hatinya yang paling dalam.Dia mulai mendengar perkataan ku dan menghadapkan wajahnya kepada ku. Saat itu, aku terdiam menjadi patung. Entah mengapa, saat dia menatapku. Aku jadi tidak bisa mengatakan hal yang ingin aku sampaikan."Tapi, sebelum itu. Bisa tolong periksa keluar sebentar. Apakah dibalik pintu itu ada kesatria?", aku menunjuk ke arah pintu. Dimana banyak orang yang keluar dan masuk melalui pintu itu. Aku khawatir ada orang yang bersangkutan dengan curhatan ku."Kesatria?
"Aren, jangan lupa untuk membaca ini setiap malamnya. Ya...!!!", dia menyodorkan sebuah plastik yang berisi sebuah buku. Namun aku merasa seperti sedang ditodong dengan senjata api."Jadi, kenapa kamu menolak permintaannya?", Jiuren sudah mulai menanyakan urusan ku. Ini menandakan, kalau kejadian itu sudah tidak menggangu pikirannya lagi. Aku turut bahagia dan gembira atas kembalinya sosok Jiuren yang dulu."Habisnya, aku tidak bisa. Kalau harus menghabiskan waktu ku bersamanya. Terlebih lagi, kelihatannya keluarganya tidak suka denganku.", aku mulai membuat banyak alasan dari berbagai macam masalah."Kau sudah pernah bertemu dengan keluarga kesatria itu?", Jiuren menanyakan hal yang sudah sewajarnya. Dipertanyakan oleh orang yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Aku mulai bercerita sedikit tentang kedatangan kesatria malam itu."Jadi, karena itu aku tidak bisa menerima permintaan itu. Selain alasan yang dilontarkan oleh banyak orang. Aku sendiri juga sudah tidak mampu untuk b
"Tidak ada yang salah. Dia memang minta padaku untuk dibawakan sate kambing.", Jiuren dengan tegas mengatakan kalau dia memang tidak salah dengar. Itu cukup menjadi kejutan baru bagiku. Karena setahuku, istrinya Jiuren memang tidak suka dengan daging kambing."Jangan bohong! Istrimu minta untuk dibawakan sate kambing. Bukankah itu sesuatu hal yang sangat mustahil?", aku kembali menunjukkan sikap tidak percaya. Kepada apa yang saat ini ada di depan ku. Jiuren langsung tersenyum lebar sambil menepuk pundak ku."Memang seperti itulah seorang wanita. Kamu akan tahu bagaimana rasanya nanti. Kalau kau sudah menikah dengan kesatria itu.", Jiuren kembali mengatakan hal yang bodoh. Dia pikir aku akan menyetujuinya. Jika dia menggodaku seperti itu."Terserah kau saja. Pokoknya aku tidak mau dengar keluhan mu nanti. Kalau ternyata kamu memang salah dengar.", aku mengatakan itu. Agar Jiuren tidak lagi mengungkit masalah ini.Dia juga langsung berdiri dan berj
"Tidak ada. Lebih baik anda fokus saja untuk mengistirahatkan diri anda sendiri.", setelah mengatakan itu. Dokter itu pergi meninggalkan aku sendirian di kamar ini. Kesunyian dalam ruangan ini membuat isi kepala ku kosong.Tubuhku yang tiba-tiba terasa lemas segera aku dudukkan ke atas kasur. Habis sudah rencana dan usahaku selama ini untuk menabung uang sebanyak-banyaknya. Semua langsung berakhir hanya untuk satu barang yang ada di kantong plastik itu."Aren.", tiba-tiba aku mendengar suara yang tidak asing memanggil nama ku. Namun begitu aku mencoba untuk mencari sosoknya di sekitar ku. Aku tidak melihatnya sedang berada di tempat ini. Namun suara panggilan itu membuatku mendapatkan suatu ide.Aku segera mencari ponsel ku berada. Aku mencarinya dalam berbagai tas dan tempat yang ada di sekitar ku. Karena aku harus menelpon seseorang yang bisa menolong ku saat ini. Walaupun aku merasa tidak nyaman saat berbicara dengannya. Aku tidak punya waktu banyak untuk memilih-milih solusi saat i
"Kalau perlu akan aku panggil juga adikmu itu sekarang.", Katira mulai bersikeras untuk ikut campur dalam urusan ku dengan adikku. Entah mengapa aku jadi semakin tidak suka dengan semua yang terjadi saat ini."Tidak usah. Sudah, biarkan saja. Aku ingin sendiri untuk saat ini. Jadi, pulanglah! Aku ingin istirahat sekarang.", memang berat untuk memendam perasaan ini sendiri. Tapi aku harus bisa menguburnya untuk saat ini. Karena aku tidak ingin masalah ini melibatkan lebih banyak orang.Aku berharap dengan sedikit sikap dingin ku itu. Akan membuat kakakku ini, tidak ikut campur lebih jauh lagi. Karena semuanya hanya perlu berjalan seperti biasa. Tidak perlu ada sedikitpun perubahan dalam kondisi kami ini."Kau yakin ingin tetap seperti ini terus?", Katira bukannya pergi meninggalkan ku. Dia justru duduk di kursi yang aku belakangi. Selain itu, dia juga memegang lengan atas ku. Genggaman tangannya menjadi lebih erat. Saat dia menanyai ku dengan pertanyaan itu
Di ruangan singgasana raja yang megah dan luas. Saat ini, telah dipenuhi oleh banyak orang-orang penting. Di ruangan ini, aku akan menyerahkan sebuah hadiah untuk seorang kesatria yang pemberani.Suasana yang selama ini terasa kaku dan melelahkan. Berubah menjadi hangat dengan penuh kegembiraan. Ketika kesatria yang di hormati banyak orang. Memasuki ruangan yang penuh kehampaan ini.Namun, suasana yang disukai oleh setiap orang yang ada di sini. Semuanya berubah menjadi hening dan menahan tegukan air liur. Orang-orang tidak berhenti menatap lurus ke arah kesatria wanita itu.Kondisi yang mencekam itu, bertahan untuk waktu yang cukup lama. Situasi itu terbentuk akibat dari kejutan yang sangat tidak terduga. Mereka mungkin mengira kalau sedang salah dengar. Mungkin ada hal yang menyumbat telinga mereka.Karena saat mereka mendengar permintaan dari kesatria itu. Mereka semua, seolah-olah sedang berusaha untuk mencoba untuk mengalihkan rasa tidak karuan dalam hati mereka. Kedalam hal lain
"Kalau perlu akan aku panggil juga adikmu itu sekarang.", Katira mulai bersikeras untuk ikut campur dalam urusan ku dengan adikku. Entah mengapa aku jadi semakin tidak suka dengan semua yang terjadi saat ini."Tidak usah. Sudah, biarkan saja. Aku ingin sendiri untuk saat ini. Jadi, pulanglah! Aku ingin istirahat sekarang.", memang berat untuk memendam perasaan ini sendiri. Tapi aku harus bisa menguburnya untuk saat ini. Karena aku tidak ingin masalah ini melibatkan lebih banyak orang.Aku berharap dengan sedikit sikap dingin ku itu. Akan membuat kakakku ini, tidak ikut campur lebih jauh lagi. Karena semuanya hanya perlu berjalan seperti biasa. Tidak perlu ada sedikitpun perubahan dalam kondisi kami ini."Kau yakin ingin tetap seperti ini terus?", Katira bukannya pergi meninggalkan ku. Dia justru duduk di kursi yang aku belakangi. Selain itu, dia juga memegang lengan atas ku. Genggaman tangannya menjadi lebih erat. Saat dia menanyai ku dengan pertanyaan itu
"Tidak ada. Lebih baik anda fokus saja untuk mengistirahatkan diri anda sendiri.", setelah mengatakan itu. Dokter itu pergi meninggalkan aku sendirian di kamar ini. Kesunyian dalam ruangan ini membuat isi kepala ku kosong.Tubuhku yang tiba-tiba terasa lemas segera aku dudukkan ke atas kasur. Habis sudah rencana dan usahaku selama ini untuk menabung uang sebanyak-banyaknya. Semua langsung berakhir hanya untuk satu barang yang ada di kantong plastik itu."Aren.", tiba-tiba aku mendengar suara yang tidak asing memanggil nama ku. Namun begitu aku mencoba untuk mencari sosoknya di sekitar ku. Aku tidak melihatnya sedang berada di tempat ini. Namun suara panggilan itu membuatku mendapatkan suatu ide.Aku segera mencari ponsel ku berada. Aku mencarinya dalam berbagai tas dan tempat yang ada di sekitar ku. Karena aku harus menelpon seseorang yang bisa menolong ku saat ini. Walaupun aku merasa tidak nyaman saat berbicara dengannya. Aku tidak punya waktu banyak untuk memilih-milih solusi saat i
"Tidak ada yang salah. Dia memang minta padaku untuk dibawakan sate kambing.", Jiuren dengan tegas mengatakan kalau dia memang tidak salah dengar. Itu cukup menjadi kejutan baru bagiku. Karena setahuku, istrinya Jiuren memang tidak suka dengan daging kambing."Jangan bohong! Istrimu minta untuk dibawakan sate kambing. Bukankah itu sesuatu hal yang sangat mustahil?", aku kembali menunjukkan sikap tidak percaya. Kepada apa yang saat ini ada di depan ku. Jiuren langsung tersenyum lebar sambil menepuk pundak ku."Memang seperti itulah seorang wanita. Kamu akan tahu bagaimana rasanya nanti. Kalau kau sudah menikah dengan kesatria itu.", Jiuren kembali mengatakan hal yang bodoh. Dia pikir aku akan menyetujuinya. Jika dia menggodaku seperti itu."Terserah kau saja. Pokoknya aku tidak mau dengar keluhan mu nanti. Kalau ternyata kamu memang salah dengar.", aku mengatakan itu. Agar Jiuren tidak lagi mengungkit masalah ini.Dia juga langsung berdiri dan berj
"Aren, jangan lupa untuk membaca ini setiap malamnya. Ya...!!!", dia menyodorkan sebuah plastik yang berisi sebuah buku. Namun aku merasa seperti sedang ditodong dengan senjata api."Jadi, kenapa kamu menolak permintaannya?", Jiuren sudah mulai menanyakan urusan ku. Ini menandakan, kalau kejadian itu sudah tidak menggangu pikirannya lagi. Aku turut bahagia dan gembira atas kembalinya sosok Jiuren yang dulu."Habisnya, aku tidak bisa. Kalau harus menghabiskan waktu ku bersamanya. Terlebih lagi, kelihatannya keluarganya tidak suka denganku.", aku mulai membuat banyak alasan dari berbagai macam masalah."Kau sudah pernah bertemu dengan keluarga kesatria itu?", Jiuren menanyakan hal yang sudah sewajarnya. Dipertanyakan oleh orang yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Aku mulai bercerita sedikit tentang kedatangan kesatria malam itu."Jadi, karena itu aku tidak bisa menerima permintaan itu. Selain alasan yang dilontarkan oleh banyak orang. Aku sendiri juga sudah tidak mampu untuk b
Tidak, untuk satu hal ini saja. Aku tidak akan pernah membiarkannya terlepas dari ku. Aku akan pertahankan dia bagaimanapun caranya. Walaupun kami ini seumuran, bagiku keberadaannya di samping ku. Sudah seperti sesosok ayah yang selalu menjaga dan menolong ku."Aku justru membutuhkan mu disamping ku. Bahkan saat inipun, aku ingin kamu jadi teman curhat ku.", aku berteriak keras agar di dengar oleh nya. Karena aku ingin dia mendengar perkataan ku dengan sangat jelas. Agar aku bisa mengukirkan nya ke dalam hatinya yang paling dalam.Dia mulai mendengar perkataan ku dan menghadapkan wajahnya kepada ku. Saat itu, aku terdiam menjadi patung. Entah mengapa, saat dia menatapku. Aku jadi tidak bisa mengatakan hal yang ingin aku sampaikan."Tapi, sebelum itu. Bisa tolong periksa keluar sebentar. Apakah dibalik pintu itu ada kesatria?", aku menunjuk ke arah pintu. Dimana banyak orang yang keluar dan masuk melalui pintu itu. Aku khawatir ada orang yang bersangkutan dengan curhatan ku."Kesatria?
Hari esok yang telah berusaha sangat keras untuk mengejar ku. Akhirnya berhasil menangkap dan menemani ku. Bersamaan dengan gerombolan orang yang datang untuk menjengukku. Begitu banyak orang yang datang menemui ku.Hingga membuat dokter yang mengurus ku turun tangan. Untuk menghentikan perputaran roda pengunjung. Karena dapat mengganggu waktu ku untuk beristirahat. Ada banyak yang di paksa pulang oleh dokter. Karena tidak memiliki urusan yang cukup penting untuk menemui ku.Saat ini, hanya tersisa beberapa orang yang dapat dihitung dengan jari tangan. Walaupun begitu, mereka sudah mampu untuk membuat kamarku menjadi ramai. Karena mereka cukup banyak yang saling berbincang-bincang tentang urusan kerajaan.Jujur saja, hal ini cukup bisa membuat ku. Teralihkan dari berbagai kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Baik itu tentang nafas buatan ataupun hal lain yang sebelumnya terjadi. Dari banyaknya orang yang membahas tentang keadaan ku.Aku perlahan-lahan mulai memahami kejadian yang te
"Jangan bohong!", aku tertegun mendengar perkataan itu. Kenapa orang ini bisa menganggap ku sedang berbohong. Bukankah dia tidak tahu tentang pembicaraan ku tadi. Aku mulai merasa, kalau ada sesuatu yang sedang mengawasi ku."Apa? Bagian manakah, yang menurut mu kebohongan? Kenapa juga aku harus berbohong?", hal yang membuat ku curiga adalah sikap Jiuren yang aneh. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami bersama.Dia tidak pernah sekalipun menyebut ku berbohong. Seharusnya dia juga tahu tentang hal itu. Namun yang ada didepan ku saat ini. Seperti bukan Jiuren yang aku kenal selama ini. Kalau aku pikirkan kembali dengan baik-baik.Memang ada sesuatu yang aneh semenjak aku bertemu dengan keluarga kesatria itu. Mulai dari adikku yang tidak segera pulang hingga larut malam sekali. Kakakku yang menanyakan hal yang tidak biasa. Sampai orang terdekat ku sendiri seperti sedang mendesak ku."Justru kamu itu yang aneh. Aren yang aku kenal tidak akan menyalahkan saudari nya sendiri. Dia akan se
Ketika ketiga tamuku pergi meninggalkan rumah ini. Aku tutup pintu rumah dan langsung terkapar di lantai. Hari ini benar-benar menjadi hari yang melelahkan. Aku sudah tidak mau lagi melakukan apapun saat ini. Aku akan langsung pergi ke kamarku dan tidur nyenyak di sana.Tapi, begitu aku berusaha untuk berdiri. Kakiku yang telah lemas membuat ku tidak lagi mampu berjalan. Akhirnya aku terpaksa harus tidur di tempat ku terkapar. Aku langsung menutup mata dan tidur di balik pintu rumah.Begitu aku kembali sadar dari tidur ku. Tubuhku terasa nyeri dan pegal-pegal. Namun kali ini kakiku sudah mampu membuat ku berdiri. Aku langsung berdiri dan bergegas mempersiapkan banyak hal. Untuk menjalankan tugas harian ku sebagai raja.Saat aku membuka pintu rumah dan melihat seseorang yang ada dibalik nya. Aku kembali dibuat menyesal karena telah melupakan hal yang penting. Adikku tidur di kursi roda miliknya yang berada di luar rumah.Dia tidur dengan posisi duduk di atas kursi rodanya. Terdapat bany
"Kak Laitten, jangan bahas kejadian itu disini!", Lisa mencubit perut kakak laki-lakinya yang duduk di sampingnya. Laki-laki bernama Laitten itu meronta-ronta karena kesakitan. Dia berusaha keras untuk melepaskan cubitan adiknya."Iya-iya. Sudah, kamu selesaikan saja. Urusanmu dengan kakakmu yang kamu rindukan itu.", Lisa langsung berhenti mencubitnya. Lalu memulai percakapan dengan kesatria wanita. Dua bersaudari itu kelihatan sangat akrab.Mereka berdua terlihat begitu senang dengan percakapan mereka. Itu menunjukkan kepada ku kalau mereka berdua memang sangatlah dekat. Itu membuatku merasa iri dan kagum di saat yang bersamaan."Hei, anak muda. Apa yang kau lihat hingga kau nampak sangat senang seperti itu?", Laitten menatapku dengan tatapan tajam seakan-akan menusukku. Aku segera mengalihkan pandangan ku dari kedua saudarinya."Tidak ada.", aku langsung fokus untuk melihat dinding yang polos. Aku sandarkan kepala ku ke tangan kanan ku. Sikut ku menancap di atas meja yang ada didepan