Aku terus mendorong pintu itu dengan sekuat tenaga. Agar orang itu merasa kesakitan dan menarik kakinya. Dengan begitu, dia akan takut denganku dan mengurungkan niatnya untuk merampok disini.
Namun, saat aku memikirkan cara paling bagus untuk menghindari masalah ini. Aku juga ikut menyadari sesuatu. Kalau aku tidak bisa membiarkan orang mencurigakan ini terus berada di balik pintu.Jadi, hanya berhasil mencegahnya. Agar tidak bisa masuk ke rumah ini, itu masih belum cukup. Aku harus pastikan, untuk berhasil mengusirnya dari sini secepatnya. Karena akan jadi sangat berbahaya. Kalau dia masih berkeliaran di sekeliling rumah.Adikku yang mungkin akan segera pulang. Bisa ikut berada dalam bahaya. Kalau orang ini tidak segera aku usir jauh-jauh. Jadi, bagaimana caranya aku mengusir orang ini?Saat aku mulai terpaku untuk memahami kondisi sekitar dengan lebih baik. Aku menyadari kalau ada sesuatu hal yang aneh. Karena selama kaki orang itu terjepit. Dia tidak melakukan perlawanan sedikitpun.Dia hanya terus merintih kesakitan saja. Dia tidak mencoba mendorong pintu ataupun tindakan perlawanan lainnya. Orang ini cukup keras kepala. Apa dia pikir dorongan ku masih belum cukup kuat untuk membuatnya mudur?Apakah dia sedang menantang ku untuk menunjukan hal yang lebih kuat lagi? Kalau memang benar seperti itu, aku terima tantanganmu. Kalau kamu merasakan sakit yang luar biasa, itu salahmu sendiri. Karena telah berani menantang raja seperti ku.Setelah cukup lama, aku menjepit kakinya itu. Dia masih belum juga mundur ataupun menyerah. Harus aku akui kalau orang ini cukup tangguh. Tapi, jangan pikir aku akan menyerah. Rasakan ini!Aku mengendurkan dorongan ku dan dengan cepat aku dorong dengan sekuat tenaga. Rasa sakitnya pasti akan terasa berkali-kali lipat. Karena setelah kakinya itu berhasil mendapatkan asupan oksigen. Begitu aku pukul lagi, hal itu akan terasa seperti pompa darah yang berkekuatan tinggi.Akibatnya sudah mulai terlihat. Mulai terdengar dengan jelas rintihan demi rintihan dari balik pintu ini. Namun disisi lain, ada yang membuatku tidak habis pikir. Di kondisi saat ini, dia sama sekali tidak mencoba untuk menarik kembali kakinya.Berbeda dengan keadaan yang sebelumnya. Seharusnya kali ini dia bisa dengan mudah menarik kakinya. Karena ada sedikit jeda dimana aku mengendurkan dorongan ku untuk mengambil ancang-ancang.Namun dia masih belum juga menyerah. Padahal sudah terlihat jelas kalau himpitan pintu ini sudah mulai membuatnya merasakan sakit. Kenapa dia masih juga keras kepala dengan kesombongan sebelumnya itu? Justru disudut pandang lain, aku melihat kalau kakinya ini bukan ingin menantang. Melainkan memang sudah pasrah untuk menerima himpitan keras dari pintu."Apa yang kau inginkan? Untuk apa kau datang kesini.", aku baru menanyakan itu. Ketika aku merasa ada sesuatu yang salah dengan ini. Saat aku mengatakan pertanyaan itu. Aku berhenti memukul kakinya dengan berulang-ulang. Tapi aku tetap menguatkan dorongan ku."Maafkan aku, yang mulai raja. Aku datang kemari dengan maksud ingin menyampaikan sesuatu kepada anda.", ketika dia menjawab pertanyaan ku. Aku baru menyadari, kalau orang ini adalah kesatria wanita penyelamat kerajaan.Aduh, ada apa ini sebenarnya? Aku salah dalam menarik kesimpulan dalam keadaan ini. Ini di akibatkan karena kebiasaan buruk ku yang masih belum hilang juga. Tapi, kenapa dia datang dengan pakaian mencurigakan seperti ini?Aku jadi berpikir yang aneh-aneh. Aku memang tidak bisa mengenalinya dari suara rintihannya saja. Karena selama ini, aku memanglah jarang mendengarnya berkata-kata. Bagaimana aku akan menyadarinya? Kalau orang ini adalah kesatria.Aku tidak lagi mendorong pintu itu dan justru membuka pintu itu lebar-lebar. Aku memang merasa bersalah atas kejadian ini. Namun, yang harus aku katakan saat ini. Bukanlah permintaan maaf. Melainkan..."Menyampaikan sesuatu?", aku harus mempertanyakan maksud dari kedatangannya. Kita kesampingkan dulu tentang kesalahan ku itu. Aku kali ini juga harus memastikannya. Kalau dia memang ingin melakukan hal baik.Karena bagaimanapun juga alasannya nanti. Bagiku pakaian ini terlihat sangat mencurigakan. Untuk apa dia sampai harus menutupi wajahnya? Kalau hanya ingin menyampaikan sesuatu padaku. Bahkan saat ini, dia sampai terlihat seperti sosok hantu dari legenda zaman dahulu."Ada sesuatu hal yang ingin saya sampaikan kepada anda. Sebelum anda membuat keputusan untuk permintaan saya.", Dia sedikit menambah penjelasan tentang maksud kedatangannya.Hal itu sudah sangat cukup untuk membuat ku sadar. Kalau wanita ini benar-benar serius dengan permintaan itu. Aku jadi merasa tidak enak dan kasihan. Karena aku nanti akan menolaknya di depan banyak orang."Kalau begitu, ayo masuk! Kita bicarakan di dalam saja.", Melihat keseriusan darinya yang begitu dalam. Aku tidak mau menghancurkan harapan itu dengan begitu cepat. Paling tidak, aku harus bisa merahasiakan jawabanku. Hingga ketitik dimana aku tidak bisa menutupinya lagi.Dia berjalan masuk ke rumah dengan terpincang-pincang. Tangan kanannya bersandar kepada dinding dan berjalan pelan-pelan. Karena merasa kasihan saat melihatnya seperti itu. Aku menyokongnya agar lebih memudahkan dia untuk berjalan."Maafkan aku, karena aku kakimu jadi sakit begini.", aku mengatakan permintaan maaf kepadanya. Karena bagaimanapun alasan yang aku buat. Untuk membuktikan bahwa aku tidak bersalah.Aku tetap saja akan terus menyadari bahwa luka itu bisa ada. Karena kesalah pahaman ku yang berlebihan. Namun, begitu aku melihat kearahnya. Dia menundukkan kepalanya jauh kebawah."Tidak. Ini memanglah hukumanku. Karena telah lancang kepada anda. Tidak sepantasnya, diriku ini mengganggu anda di tempat peristirahatan ini.", Mendengar ungkapan itu, aku menjadi kagum terhadap kesatria wanita ini.Saat dimana seseorang akan marah-marah hingga menghina orang lain. Dia justru lebih memilih untuk tetap merendah hingga ke dasar tanah. Padahal, tanpa adanya dia. Kerajaan Wersin ini, pasti hanya akan tersisa sejarahnya saja.Karena hal itu juga, aku jadi merasa kesal sendiri dengan keadaan saat ini."Kau tahu. Seharusnya, akulah yang merendah di hadapan mu. Karena kamulah yang telah berhasil untuk menjaga kerajaan ini tetap utuh. Tidak peduli, entah aku ini keluarga kerajaan ataupun bukan. Aku pasti akan menundukkan kepala ku. Jika sedang berada dihadapan mu. Namun, kalau kau bersikap seperti itu. Bagaimana cara ku untuk merendah? Kalau kamu sudah merendahkan dirimu sendiri. Sampai jauh kedalam tanah."Hal yang telah mengganggu pikiran ku selama bertahun-tahun lamanya. Tanpa adanya kesengajaan, sudah keluar dengan begitu lancar melalui mulut ku. Ini membuat ku semakin merasa tidak nyaman.Karena dia juga tidak menanggapi pernyataan ku itu. Aku hanya bisa menggigit bibir ku, untuk melepas rasa penyesalan. Karena sudah mengatakan hal itu. Begitu aku dan dia sudah sampai ke ruang tamu.Aku dudukkan dia ke sebuah kursi terbaik dirumah ini. Lalu meninggalkannya untuk mengambil beberapa hal yang bisa mengobati lukanya. Sebagai persiapan, aku juga sudah mencari cara untuk menyembuhkan kaki yang terjepit di internet. Agar nantinya, aku tidak melakukan hal yang memalukan lagi.Begitu aku sampai di tempat dia duduk. Penutup wajah dan hal lain yang sebelumnya berhasil membuatku tidak mengenalinya. Saat ini sudah dia lepas semuanya. Saat itu, aku melihat sisi lain dari dirinya yang belum pernah aku ketahui.Sosok dari dirinya yang saat ini ada dihadapan ku. Nampak terlihat berbeda dengan kesatria wanita yang selama ini aku kenal. Tidak, aku salah untuk hal ini. Yang benar adalah melihat sisi dari kesatria yang belum pernah aku lihat sebelumnya.Aku sempat berpikir kalau wanita cantik yang saat ini aku lihat. Bukanlah kesatria melainkan bidadari yang datang untuk bertamu. Namun, jika memang begitu. Dimana saat ini kesatria berada? Karena seharusnya dia juga duduk di kursi yang sama dengan bidadari cantik ini.Namun pemikiran itu hanya bertahan sebentar. Karena aku langsung di buat terkagum-kagum dengan kecantikan kesatria wanita ini. Pandangan ku sudah benar-benar tertuju pada sosoknya.Aku sudah tidak bisa lari dari keadaan ini. Padahal dia sudah berusia dua kali lipat dariku. Namun dia tetap terlihat bugar di usianya saat ini. Dia terlihat seakan-akan belum mencapai usia tuanya saat ini.Saat aku sedang terpesona dengan sisinya yang belum pernah kulihat. Pesonanya itu dalam sekejap mata. Langsung hancur berkeping-keping. Ketika aku melihat kakinya yang sakit sedang berada diatas meja.Disaat dia menyadari kedatangan ku yang membawa beberapa barang. Dia secepatnya menurunkan kakinya itu. Kembali sejajar dengan kakinya yang satunya di lantai. Saat itu aku cukup terkejut dengan tindakan itu.Padahal dia ini berasal dari keluarga yang tidak di kenal. Tapi dia terlihat seperti sedang berusaha menjunjung tinggi martabatnya. Padahal hal ini hanya dilakukan oleh beberapa bangsawan saja.Hanya saja, saat ini bukan waktunya untuk memikirkan hal konyol seperti itu. Karena prioritas utama kali ini adalah kakinya yang saat ini sedang sakit. Meletakkan kakinya di atas meja adalah cara yang baik untuk menyembuhkan kakinya itu."Kenapa kamu menurunkan kaki mu? Letakkan kakimu kembali ke atas meja.", Aku mengatakan hal itu dengan tegas dan jelas. Namun, dia tidak melakukan perintah ku. Dia justru memalingkan wajahnya dari ku.Mungkin untuk sikap mengacuhkan ku yang dia lakukan di istana tadi. Masih bisa untuk aku maafkan. Karena dia melakukannya untuk menjaga kehormatannya.Namun untuk yang saat ini terjadi. Ini bukan waktunya untuk memikirkan hal konyol seperti itu. Karena kali ini, bersangkutan dengan kesehatan mu sendiri. Kali ini, aku tidak akan membiarkan mu mengacuhkan ku. Bagaimanapun nanti, aku akan pastikan kamu menuruti perintah ku."Tapi, tidak sopan meletakkan kaki di atas meja. Aku tidak bisa melakukan hal itu dihadapan anda.", dia mencoba mencari alasan. Dari cara membuat alasannya ini. Kelihatannya dia tidak terlalu pandai untuk hal-hal seperti ini."Sudah. Jangan pedulikan sopan santun atau apapun itu. Ini untuk kesembuhan kakimu. Sekarang letakkan kakimu di atas meja!", tentu saja, aku bisa dengan sangat mudah. Menghancurkan alasan yang payah itu."Tapi...", kelihatannya dia masih belum menyerah untuk mencari alasan. Namun, aku tidak akan membiarkan nya untuk mengatakan alasan lagi. Kalau dia tidak mau melakukannya sendiri. Maka aku sendiri yang akan melakukannya untuknya.Aku tangkap kakinya dan mengangkatnya keatas. Kemudian aku letakan kakinya itu keatas meja. Dengan begini, semua masalah terselesaikan. Sekarang, dia tidak perlu lagi berpikir untuk mencari alasan baru. Karena kakinya saat ini sudah berada di tempat yang aku inginkan.Selain itu, rasa geram yang selama ini mengganggu ku juga telah hilang. Rasanya enak sekali. Beban yang aku pikul seharian ini seperti telah hilang semuanya."Hah, kalau begini kan. Jadi lega rasanya, sudah tidak perlu banyak bicara lagi, aku...-"Namun, tindakan ku itu justru menjadi bencana yang sangat besar. Dia teriak kesakitan dan kemudian menangis. Saat itupun aku langsung menyadari kesalahan besar ku. Padahal aku adalah lulusan dari sekolah yang terkenal.Namun, ternyata aku telah melakukan kesalahan yang begitu bodoh. Padahal kakinya itu sedang sakit. Akibat dari kesalahan yang aku perbuat. Padahal ini bisa jadi kesempatan bagus juga. Untuk menunjukkan rasa hormat ku kepadanya. Tapi saat ini, cara ku untuk memperlakukannya sangat buruk sekali."Maaf.", saat ini aku hanya bisa mengatakan itu. Namun, aku tidak mendapatkan respon darinya dan dia tetap menangis.Kepanikan langsung memenuhi kepalaku. Aku sudah benar-benar bingung harus melakukan apa. Apa yang harus aku lakukan agar dia tidak menangis lagi? Ketika aku kembali melihatnya yang masih menangis.Saat itu, aku sadar kalau hanya ada satu hal yang bisa aku lakukan untuknya. Aku sudah tidak punya pilihan lain lagi. Selain menutup mulut ini sambil memakaikan perban ke kakinya yang sakit.Dia masih terus menangis dalam waktu yang cukup lama. Sekali lagi aku menyesali perbuatan bodohku itu. Bagaimana mungkin seseorang yang mengaku sebagai lelaki? Membuat seorang wanita menangis hingga seperti itu.Dalam hati aku menghina diriku sendiri "Kamu ini benar-benar laki-laki yang busuk."Bersambung....Suara tangisan dari seorang wanita telah memenuhi telinga ku. Tanpa mampu mengatasi kunci masalahnya. Aku hanya mampu mencoba untuk mengurangi akibat dari kesalahan ku. Sosok dari raja yang payah dan tidak berguna melekat pada diri ku ini.Bahkan saat ini, aku tidak mampu menyelesaikan tanggung jawab ku dengan baik. Aku masih belum selesai melilitkan perban di kakinya. Hingga dia berhenti menangis. Disaat yang berat untuk mengatakan sesuatu. Perutku justru menjerit dengan suara yang begitu keras."Yang mulia, apakah anda belum makan?", sungguh, aku malu sekali. Ketika dia menanyakan hal itu kepadaku. Aku beruntung karena di ruang tamu ini tidaklah ada cermin. Kalau semisalnya ada, pasti yang terpantul di sana adalah sosok laki-laki yang tidak lagi punya harga diri.Hal itu juga yang menjadi sebab. Kenapa aku tidak mungkin untuk mengiyakan pertanyaan itu. Dengan memanfaatkan seluruh kapasitas otak ku untuk berpikir. Dalam waktu yang singkat, aku berhasil menyiapkan sesuatu untuk menangg
"Kak Laitten, jangan bahas kejadian itu disini!", Lisa mencubit perut kakak laki-lakinya yang duduk di sampingnya. Laki-laki bernama Laitten itu meronta-ronta karena kesakitan. Dia berusaha keras untuk melepaskan cubitan adiknya."Iya-iya. Sudah, kamu selesaikan saja. Urusanmu dengan kakakmu yang kamu rindukan itu.", Lisa langsung berhenti mencubitnya. Lalu memulai percakapan dengan kesatria wanita. Dua bersaudari itu kelihatan sangat akrab.Mereka berdua terlihat begitu senang dengan percakapan mereka. Itu menunjukkan kepada ku kalau mereka berdua memang sangatlah dekat. Itu membuatku merasa iri dan kagum di saat yang bersamaan."Hei, anak muda. Apa yang kau lihat hingga kau nampak sangat senang seperti itu?", Laitten menatapku dengan tatapan tajam seakan-akan menusukku. Aku segera mengalihkan pandangan ku dari kedua saudarinya."Tidak ada.", aku langsung fokus untuk melihat dinding yang polos. Aku sandarkan kepala ku ke tangan kanan ku. Sikut ku menancap di atas meja yang ada didepan
Ketika ketiga tamuku pergi meninggalkan rumah ini. Aku tutup pintu rumah dan langsung terkapar di lantai. Hari ini benar-benar menjadi hari yang melelahkan. Aku sudah tidak mau lagi melakukan apapun saat ini. Aku akan langsung pergi ke kamarku dan tidur nyenyak di sana.Tapi, begitu aku berusaha untuk berdiri. Kakiku yang telah lemas membuat ku tidak lagi mampu berjalan. Akhirnya aku terpaksa harus tidur di tempat ku terkapar. Aku langsung menutup mata dan tidur di balik pintu rumah.Begitu aku kembali sadar dari tidur ku. Tubuhku terasa nyeri dan pegal-pegal. Namun kali ini kakiku sudah mampu membuat ku berdiri. Aku langsung berdiri dan bergegas mempersiapkan banyak hal. Untuk menjalankan tugas harian ku sebagai raja.Saat aku membuka pintu rumah dan melihat seseorang yang ada dibalik nya. Aku kembali dibuat menyesal karena telah melupakan hal yang penting. Adikku tidur di kursi roda miliknya yang berada di luar rumah.Dia tidur dengan posisi duduk di atas kursi rodanya. Terdapat bany
"Jangan bohong!", aku tertegun mendengar perkataan itu. Kenapa orang ini bisa menganggap ku sedang berbohong. Bukankah dia tidak tahu tentang pembicaraan ku tadi. Aku mulai merasa, kalau ada sesuatu yang sedang mengawasi ku."Apa? Bagian manakah, yang menurut mu kebohongan? Kenapa juga aku harus berbohong?", hal yang membuat ku curiga adalah sikap Jiuren yang aneh. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami bersama.Dia tidak pernah sekalipun menyebut ku berbohong. Seharusnya dia juga tahu tentang hal itu. Namun yang ada didepan ku saat ini. Seperti bukan Jiuren yang aku kenal selama ini. Kalau aku pikirkan kembali dengan baik-baik.Memang ada sesuatu yang aneh semenjak aku bertemu dengan keluarga kesatria itu. Mulai dari adikku yang tidak segera pulang hingga larut malam sekali. Kakakku yang menanyakan hal yang tidak biasa. Sampai orang terdekat ku sendiri seperti sedang mendesak ku."Justru kamu itu yang aneh. Aren yang aku kenal tidak akan menyalahkan saudari nya sendiri. Dia akan se
Hari esok yang telah berusaha sangat keras untuk mengejar ku. Akhirnya berhasil menangkap dan menemani ku. Bersamaan dengan gerombolan orang yang datang untuk menjengukku. Begitu banyak orang yang datang menemui ku.Hingga membuat dokter yang mengurus ku turun tangan. Untuk menghentikan perputaran roda pengunjung. Karena dapat mengganggu waktu ku untuk beristirahat. Ada banyak yang di paksa pulang oleh dokter. Karena tidak memiliki urusan yang cukup penting untuk menemui ku.Saat ini, hanya tersisa beberapa orang yang dapat dihitung dengan jari tangan. Walaupun begitu, mereka sudah mampu untuk membuat kamarku menjadi ramai. Karena mereka cukup banyak yang saling berbincang-bincang tentang urusan kerajaan.Jujur saja, hal ini cukup bisa membuat ku. Teralihkan dari berbagai kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Baik itu tentang nafas buatan ataupun hal lain yang sebelumnya terjadi. Dari banyaknya orang yang membahas tentang keadaan ku.Aku perlahan-lahan mulai memahami kejadian yang te
Tidak, untuk satu hal ini saja. Aku tidak akan pernah membiarkannya terlepas dari ku. Aku akan pertahankan dia bagaimanapun caranya. Walaupun kami ini seumuran, bagiku keberadaannya di samping ku. Sudah seperti sesosok ayah yang selalu menjaga dan menolong ku."Aku justru membutuhkan mu disamping ku. Bahkan saat inipun, aku ingin kamu jadi teman curhat ku.", aku berteriak keras agar di dengar oleh nya. Karena aku ingin dia mendengar perkataan ku dengan sangat jelas. Agar aku bisa mengukirkan nya ke dalam hatinya yang paling dalam.Dia mulai mendengar perkataan ku dan menghadapkan wajahnya kepada ku. Saat itu, aku terdiam menjadi patung. Entah mengapa, saat dia menatapku. Aku jadi tidak bisa mengatakan hal yang ingin aku sampaikan."Tapi, sebelum itu. Bisa tolong periksa keluar sebentar. Apakah dibalik pintu itu ada kesatria?", aku menunjuk ke arah pintu. Dimana banyak orang yang keluar dan masuk melalui pintu itu. Aku khawatir ada orang yang bersangkutan dengan curhatan ku."Kesatria?
"Aren, jangan lupa untuk membaca ini setiap malamnya. Ya...!!!", dia menyodorkan sebuah plastik yang berisi sebuah buku. Namun aku merasa seperti sedang ditodong dengan senjata api."Jadi, kenapa kamu menolak permintaannya?", Jiuren sudah mulai menanyakan urusan ku. Ini menandakan, kalau kejadian itu sudah tidak menggangu pikirannya lagi. Aku turut bahagia dan gembira atas kembalinya sosok Jiuren yang dulu."Habisnya, aku tidak bisa. Kalau harus menghabiskan waktu ku bersamanya. Terlebih lagi, kelihatannya keluarganya tidak suka denganku.", aku mulai membuat banyak alasan dari berbagai macam masalah."Kau sudah pernah bertemu dengan keluarga kesatria itu?", Jiuren menanyakan hal yang sudah sewajarnya. Dipertanyakan oleh orang yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Aku mulai bercerita sedikit tentang kedatangan kesatria malam itu."Jadi, karena itu aku tidak bisa menerima permintaan itu. Selain alasan yang dilontarkan oleh banyak orang. Aku sendiri juga sudah tidak mampu untuk b
"Tidak ada yang salah. Dia memang minta padaku untuk dibawakan sate kambing.", Jiuren dengan tegas mengatakan kalau dia memang tidak salah dengar. Itu cukup menjadi kejutan baru bagiku. Karena setahuku, istrinya Jiuren memang tidak suka dengan daging kambing."Jangan bohong! Istrimu minta untuk dibawakan sate kambing. Bukankah itu sesuatu hal yang sangat mustahil?", aku kembali menunjukkan sikap tidak percaya. Kepada apa yang saat ini ada di depan ku. Jiuren langsung tersenyum lebar sambil menepuk pundak ku."Memang seperti itulah seorang wanita. Kamu akan tahu bagaimana rasanya nanti. Kalau kau sudah menikah dengan kesatria itu.", Jiuren kembali mengatakan hal yang bodoh. Dia pikir aku akan menyetujuinya. Jika dia menggodaku seperti itu."Terserah kau saja. Pokoknya aku tidak mau dengar keluhan mu nanti. Kalau ternyata kamu memang salah dengar.", aku mengatakan itu. Agar Jiuren tidak lagi mengungkit masalah ini.Dia juga langsung berdiri dan berj
"Kalau perlu akan aku panggil juga adikmu itu sekarang.", Katira mulai bersikeras untuk ikut campur dalam urusan ku dengan adikku. Entah mengapa aku jadi semakin tidak suka dengan semua yang terjadi saat ini."Tidak usah. Sudah, biarkan saja. Aku ingin sendiri untuk saat ini. Jadi, pulanglah! Aku ingin istirahat sekarang.", memang berat untuk memendam perasaan ini sendiri. Tapi aku harus bisa menguburnya untuk saat ini. Karena aku tidak ingin masalah ini melibatkan lebih banyak orang.Aku berharap dengan sedikit sikap dingin ku itu. Akan membuat kakakku ini, tidak ikut campur lebih jauh lagi. Karena semuanya hanya perlu berjalan seperti biasa. Tidak perlu ada sedikitpun perubahan dalam kondisi kami ini."Kau yakin ingin tetap seperti ini terus?", Katira bukannya pergi meninggalkan ku. Dia justru duduk di kursi yang aku belakangi. Selain itu, dia juga memegang lengan atas ku. Genggaman tangannya menjadi lebih erat. Saat dia menanyai ku dengan pertanyaan itu
"Tidak ada. Lebih baik anda fokus saja untuk mengistirahatkan diri anda sendiri.", setelah mengatakan itu. Dokter itu pergi meninggalkan aku sendirian di kamar ini. Kesunyian dalam ruangan ini membuat isi kepala ku kosong.Tubuhku yang tiba-tiba terasa lemas segera aku dudukkan ke atas kasur. Habis sudah rencana dan usahaku selama ini untuk menabung uang sebanyak-banyaknya. Semua langsung berakhir hanya untuk satu barang yang ada di kantong plastik itu."Aren.", tiba-tiba aku mendengar suara yang tidak asing memanggil nama ku. Namun begitu aku mencoba untuk mencari sosoknya di sekitar ku. Aku tidak melihatnya sedang berada di tempat ini. Namun suara panggilan itu membuatku mendapatkan suatu ide.Aku segera mencari ponsel ku berada. Aku mencarinya dalam berbagai tas dan tempat yang ada di sekitar ku. Karena aku harus menelpon seseorang yang bisa menolong ku saat ini. Walaupun aku merasa tidak nyaman saat berbicara dengannya. Aku tidak punya waktu banyak untuk memilih-milih solusi saat i
"Tidak ada yang salah. Dia memang minta padaku untuk dibawakan sate kambing.", Jiuren dengan tegas mengatakan kalau dia memang tidak salah dengar. Itu cukup menjadi kejutan baru bagiku. Karena setahuku, istrinya Jiuren memang tidak suka dengan daging kambing."Jangan bohong! Istrimu minta untuk dibawakan sate kambing. Bukankah itu sesuatu hal yang sangat mustahil?", aku kembali menunjukkan sikap tidak percaya. Kepada apa yang saat ini ada di depan ku. Jiuren langsung tersenyum lebar sambil menepuk pundak ku."Memang seperti itulah seorang wanita. Kamu akan tahu bagaimana rasanya nanti. Kalau kau sudah menikah dengan kesatria itu.", Jiuren kembali mengatakan hal yang bodoh. Dia pikir aku akan menyetujuinya. Jika dia menggodaku seperti itu."Terserah kau saja. Pokoknya aku tidak mau dengar keluhan mu nanti. Kalau ternyata kamu memang salah dengar.", aku mengatakan itu. Agar Jiuren tidak lagi mengungkit masalah ini.Dia juga langsung berdiri dan berj
"Aren, jangan lupa untuk membaca ini setiap malamnya. Ya...!!!", dia menyodorkan sebuah plastik yang berisi sebuah buku. Namun aku merasa seperti sedang ditodong dengan senjata api."Jadi, kenapa kamu menolak permintaannya?", Jiuren sudah mulai menanyakan urusan ku. Ini menandakan, kalau kejadian itu sudah tidak menggangu pikirannya lagi. Aku turut bahagia dan gembira atas kembalinya sosok Jiuren yang dulu."Habisnya, aku tidak bisa. Kalau harus menghabiskan waktu ku bersamanya. Terlebih lagi, kelihatannya keluarganya tidak suka denganku.", aku mulai membuat banyak alasan dari berbagai macam masalah."Kau sudah pernah bertemu dengan keluarga kesatria itu?", Jiuren menanyakan hal yang sudah sewajarnya. Dipertanyakan oleh orang yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Aku mulai bercerita sedikit tentang kedatangan kesatria malam itu."Jadi, karena itu aku tidak bisa menerima permintaan itu. Selain alasan yang dilontarkan oleh banyak orang. Aku sendiri juga sudah tidak mampu untuk b
Tidak, untuk satu hal ini saja. Aku tidak akan pernah membiarkannya terlepas dari ku. Aku akan pertahankan dia bagaimanapun caranya. Walaupun kami ini seumuran, bagiku keberadaannya di samping ku. Sudah seperti sesosok ayah yang selalu menjaga dan menolong ku."Aku justru membutuhkan mu disamping ku. Bahkan saat inipun, aku ingin kamu jadi teman curhat ku.", aku berteriak keras agar di dengar oleh nya. Karena aku ingin dia mendengar perkataan ku dengan sangat jelas. Agar aku bisa mengukirkan nya ke dalam hatinya yang paling dalam.Dia mulai mendengar perkataan ku dan menghadapkan wajahnya kepada ku. Saat itu, aku terdiam menjadi patung. Entah mengapa, saat dia menatapku. Aku jadi tidak bisa mengatakan hal yang ingin aku sampaikan."Tapi, sebelum itu. Bisa tolong periksa keluar sebentar. Apakah dibalik pintu itu ada kesatria?", aku menunjuk ke arah pintu. Dimana banyak orang yang keluar dan masuk melalui pintu itu. Aku khawatir ada orang yang bersangkutan dengan curhatan ku."Kesatria?
Hari esok yang telah berusaha sangat keras untuk mengejar ku. Akhirnya berhasil menangkap dan menemani ku. Bersamaan dengan gerombolan orang yang datang untuk menjengukku. Begitu banyak orang yang datang menemui ku.Hingga membuat dokter yang mengurus ku turun tangan. Untuk menghentikan perputaran roda pengunjung. Karena dapat mengganggu waktu ku untuk beristirahat. Ada banyak yang di paksa pulang oleh dokter. Karena tidak memiliki urusan yang cukup penting untuk menemui ku.Saat ini, hanya tersisa beberapa orang yang dapat dihitung dengan jari tangan. Walaupun begitu, mereka sudah mampu untuk membuat kamarku menjadi ramai. Karena mereka cukup banyak yang saling berbincang-bincang tentang urusan kerajaan.Jujur saja, hal ini cukup bisa membuat ku. Teralihkan dari berbagai kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Baik itu tentang nafas buatan ataupun hal lain yang sebelumnya terjadi. Dari banyaknya orang yang membahas tentang keadaan ku.Aku perlahan-lahan mulai memahami kejadian yang te
"Jangan bohong!", aku tertegun mendengar perkataan itu. Kenapa orang ini bisa menganggap ku sedang berbohong. Bukankah dia tidak tahu tentang pembicaraan ku tadi. Aku mulai merasa, kalau ada sesuatu yang sedang mengawasi ku."Apa? Bagian manakah, yang menurut mu kebohongan? Kenapa juga aku harus berbohong?", hal yang membuat ku curiga adalah sikap Jiuren yang aneh. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami bersama.Dia tidak pernah sekalipun menyebut ku berbohong. Seharusnya dia juga tahu tentang hal itu. Namun yang ada didepan ku saat ini. Seperti bukan Jiuren yang aku kenal selama ini. Kalau aku pikirkan kembali dengan baik-baik.Memang ada sesuatu yang aneh semenjak aku bertemu dengan keluarga kesatria itu. Mulai dari adikku yang tidak segera pulang hingga larut malam sekali. Kakakku yang menanyakan hal yang tidak biasa. Sampai orang terdekat ku sendiri seperti sedang mendesak ku."Justru kamu itu yang aneh. Aren yang aku kenal tidak akan menyalahkan saudari nya sendiri. Dia akan se
Ketika ketiga tamuku pergi meninggalkan rumah ini. Aku tutup pintu rumah dan langsung terkapar di lantai. Hari ini benar-benar menjadi hari yang melelahkan. Aku sudah tidak mau lagi melakukan apapun saat ini. Aku akan langsung pergi ke kamarku dan tidur nyenyak di sana.Tapi, begitu aku berusaha untuk berdiri. Kakiku yang telah lemas membuat ku tidak lagi mampu berjalan. Akhirnya aku terpaksa harus tidur di tempat ku terkapar. Aku langsung menutup mata dan tidur di balik pintu rumah.Begitu aku kembali sadar dari tidur ku. Tubuhku terasa nyeri dan pegal-pegal. Namun kali ini kakiku sudah mampu membuat ku berdiri. Aku langsung berdiri dan bergegas mempersiapkan banyak hal. Untuk menjalankan tugas harian ku sebagai raja.Saat aku membuka pintu rumah dan melihat seseorang yang ada dibalik nya. Aku kembali dibuat menyesal karena telah melupakan hal yang penting. Adikku tidur di kursi roda miliknya yang berada di luar rumah.Dia tidur dengan posisi duduk di atas kursi rodanya. Terdapat bany
"Kak Laitten, jangan bahas kejadian itu disini!", Lisa mencubit perut kakak laki-lakinya yang duduk di sampingnya. Laki-laki bernama Laitten itu meronta-ronta karena kesakitan. Dia berusaha keras untuk melepaskan cubitan adiknya."Iya-iya. Sudah, kamu selesaikan saja. Urusanmu dengan kakakmu yang kamu rindukan itu.", Lisa langsung berhenti mencubitnya. Lalu memulai percakapan dengan kesatria wanita. Dua bersaudari itu kelihatan sangat akrab.Mereka berdua terlihat begitu senang dengan percakapan mereka. Itu menunjukkan kepada ku kalau mereka berdua memang sangatlah dekat. Itu membuatku merasa iri dan kagum di saat yang bersamaan."Hei, anak muda. Apa yang kau lihat hingga kau nampak sangat senang seperti itu?", Laitten menatapku dengan tatapan tajam seakan-akan menusukku. Aku segera mengalihkan pandangan ku dari kedua saudarinya."Tidak ada.", aku langsung fokus untuk melihat dinding yang polos. Aku sandarkan kepala ku ke tangan kanan ku. Sikut ku menancap di atas meja yang ada didepan