Keramaian mulai mereda bersamaan dengan segala kekacauan yang ada. Setiap orang mulai meninggalkan ruang singgasana kerajaan. Hanya menyisakan beberapa orang yang membersihkan berbagai sisa-sisa dari pesta tadi.
Sebuah pesta yang telah dipersiapkan selama berhari-hari. Berakhir hanya dalam beberapa jam saja. Namun hal yang membuat ku begitu kecewa bukanlah itu. Melainkan kegagalanku dalam menjaga jalan pesta itu tetap kondusif.Setelah tiada lagi yang berada di dalam ruang singgasana. Aku baru berdiri dari singgasana ku dan berjalan keluar. Aku sudah lelah dengan segala kekacauan yang ada. Aku ingin segera istirahat dengan tenang.Dalam perjalanan pulang, aku mulai terpikirkan tentang berbagai hal. Mulai dari penyesalan karena tidak bisa menyelesaikan masalah dengan baik. Hingga memikirkan berbagai persiapan untuk acara selanjutnya.Disaat yang bersamaan, aku juga berusaha untuk memikirkan permintaan itu dengan serius. Walaupun hasilnya sudah ditentukan. Aku tetap masih belum puas dengan keputusan penolakan itu. Lagipula, aku juga ingin. Bisa hidup dengan tenang setelah memberikan jawaban itu kepadanya nanti.Pikiranku saat ini sangatlah penuh dengan segala hal yang bermasalah saat ini. Hingga aku tidak memperhatikan keadaan sekitar ku."Aren, berhenti...!", tiba-tiba saja. Ada seseorang yang memegang kedua pundak ku. Secara bersamaan, hal itu juga membuat kaki ku berhenti melangkah.Karena menyadari kalau aku hampir saja jatuh. Karena tidak memperhatikan anak tangga yang hampir aku pijak. Aku memutar kepala dan melihat sosok dari orang yang memegang pundak ku.Rambutnya sangat panjang dan berwarna pirang. Rambutnya yang terurai tanpa ada hal yang mengikatnya. Membuatku terpesona dan menatap lama wajahnya yang cantik. Dia juga ikut menatapku saat aku sedang sibuk terpesona.Tatapan matanya lembut dan memancarkan aura merah yang membara. Dalam beberapa saat, tatapan itu berhasil menghipnotis kesadaran ku. Aku jadi tidak menyadari, hal lain yang sedang terjadi padanya.Aku baru menyadari hal lain itu. Ketika jantungku kembali berdetak. Terlihat dia sedang menggigit bibirnya dengan cukup kuat. Itu membuatnya terlihat lebih manis daripada teh buatannya. Namun disisi lain, aku juga menyadari kalau ada hal tidak menyenangkan sedang terjadi.Aku memutar badanku ketika menyadari kalau hal itu adalah sesuatu yang buruk. Genggaman tangannya menjadi lebih kuat. Saat aku memalingkan tubuhku darinya. Dia mulai ingin menyampaikan sesuatu. Namun hanya sampai tenggorokannya saja. Aku spontan berbalik lalu memeluknya erat dan semakin erat."Aku tidak apa-apa, kakak kembali saja.", aku lepaskan pelukanku dan menunjukkan senyuman ku di depannya. Lalu melanjutkan langkah kaki ku untuk menginjak setiap anak tangga. Begitu sampai di dasarnya, aku berbalik dan melambaikan tanganku kepada wanita tadi.Dalam perjalanan meninggalkan istana kerajaan. Tepat sebelum aku melewati gerbang keluarnya. Aku melihat sebuah tempat yang penuh dengan kenangan. Sebuah bangku yang berada di bawah sebuah pohon bunga yang besar.Matahari yang sudah terlihat terbenam. Mulai membuat sekeliling ku menjadi petang. Namun, saat dimana udara yang dingin mulai berhembus. Aku menyempatkan diriku untuk duduk sejenak di bangku itu.Aku sendirian di bangku yang telah cukup tua. Kelihatannya bangku ini memang tidak pernah diganti. Hal itu membuat bangku ini mulai rapuh. Namun didalamnya, terdapat banyak kenangan masa lalu."Bukan begitu, kak. Tapi yang benar itu, begini. Itu sebabnya kamu tidak bisa mendapatkan nilai seratus. Karena kamu itu kurang teliti.", ucap adikku yang saat itu sedang marah. Karena aku sembarangan dalam menjawab pertanyaan terakhir dalam ujian sekolah ku.Kalau aku ingat kembali, dia terlihat seperti anak kecil. Rambutnya yang panjang dan hitam berkilau. Membuatnya terlihat seperti langit malam yang penuh dengan bintang.Mata yang berwarna biru langit cerah. Terlihat sangat manis dan mengoyak hati. Terasa sekali perasaan sayangku yang membara ketika mengingatnya. Aku ingin segera menemuinya, hanya saja. Untuk sebentar saja, aku ingin menikmati masa-masa ini lebih lama.Kalau aku ingat-ingat kembali, dahulu sekali. Di tempat ini juga, keluarga ku merayakan hari ulang tahun ku dan adikku. Aku dan adikku yang saat itu sibuk dengan buku pelajaran sekolah. Dimana seperti biasa, aku di ajak adikku untuk belajar bersama.Tiba-tiba kakak kami datang membawa kue dan hadiah. Untuk hal yang satu ini, aku memang tidak terlalu kaget. Karena aku tahu, kalau kakakku pasti akan diam-diam menyiapkan semua ini. Tapi, satu hal yang benar-benar membuat ku terkejut.Hal itu adalah kakak ku yang memberi adikku sebuah hadiah yang istimewa. Dua orang yang selama ini aku perhatikan, selalu terlihat bermusuhan. Tapi di hari itu, mereka berdua benar-benar terlihat seperti seorang kakak dan adik."Masih terlalu cepat untuk terkejut. Karena ada sebuah kejutan yang lebih besar sedang menuju ke sini.", ucap kakak perempuan ku dengan penuh percaya diri.Karena terukir dengan sangat jelas. Sebuah senyuman yang begitu lebar di wajahnya. Bahkan dia juga terlihat ikut menunggu kedatangan kejutan itu. Walaupun sebenarnya kejutan itu untuk kami berdua.Kejutan yang dimaksud kakakku itu. Memang membutuhkan banyak waktu untuk datang ke sini. Namun, rasa penasaran yang timbul dari awal mendengar hal itu. Tetap terjaga hingga kejutan itu sampai di hadapan kami berdua.Orang yang tidak pernah punya waktu untuk bersama dengan kami bertiga. Datang dengan membawa sebuah kue yang lebih besar dari yang dibawa kakak. Adikku yang melihat kedatangan sosok ayah bagi kami semua. Langsung berlari kearahnya dan memeluknya erat.Walaupun semua itu terjadi sangat dahulu sekali. Aku tidak akan pernah melupakan kenangan indah itu. Saat-saat dimana aku dan kedua saudariku berkumpul bersama dengan ayah kami semua. Masa-masa yang paling indah untuk kami semua.Air mata ku berlinang membasahi wajahku. Segera aku usap dengan tanganku dan kembali berjalan pulang. Karena, aku rasa sudah cukup untuk sedikit nostalgianya. Masih banyak hal yang harus aku hadapi di masa depan. Aku tidak bisa terus terpaku dengan masa lalu.Bergegas aku kembali melangkahkan kakiku untuk melewati gerbang istana. Begitu keluar dari istana. Aku tidak menyadari, kalau ada seseorang yang diam-diam. Sedang mengikuti ku dari belakang.Dia terus mengikuti ku, hingga aku sampai di depan sebuah rumah kecil. Tempat yang selalu aku tuju, ketika keluar dari istana kerajaan. Karena di rumah inilah, adik perempuan ku tinggal. Sekaligus menjadi tempat untuk ku beristirahat dari lelahnya urusan kerajaan.Begitu aku membuka pintu dan masuk ke dalam rumah. Suasananya sangat sunyi dan senyap. Orang yang biasanya membuat keramaian di rumah ini. Terlihat sedang tidak berada di dalam rumah. Saat ini tidak aku rasakan kehadirannya. Kemana sebenarnya dia saat ini?Aku mulai panik dan cemas karena tidak melihat keberadaannya di rumah ini. Telah aku telusuri seluruh tempat yang memungkinkan di rumah ini. Namun aku masih belum menemukan keberadaan dari adik perempuan ku itu.Hal pertama yang terlintas di pikiranku untuk menenangkan diri. Kalau ada kemungkinan kalau aku terlalu panik secara berlebihan. Saat ini mungkin, dia masih belum pulang dari tempat dia beraktivitas sehari-hari nya.Walaupun tidak biasanya dia belum pulang hingga larut seperti ini. Tapi, aku berusaha untuk tetap tenang dan berpikir positif. Jangan terlalu melebih-lebihkan rasa panik dan hal-hal kecil. Saat ini ada hal lain yang perlu aku urus sebelum sepenuhnya fokus dengannya.Tanpa perlu lagi, untuk memikirkan hal buruk lainnya. Aku langsung pergi ke dapur dan memasak makanan. Karena memang, hal yang harus aku lakukan saat ini. Memanglah sebatas ini saja. Kalau aku terlalu khawatir, takutnya justru menyusahkan orang lain.Seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Pada akhirnya, justru aku kena marah oleh adikku sendiri. Karena terlalu melebih-lebihkan masalah kecil. Sedikit demi sedikit, aku harus mengurangi kebiasaan buruk ku ini.Selain itu, setelah pergi hingga larut malam seperti ini. Perutnya saat ini pasti sudah berbunyi sangat keras. Aku akan memasakan makanan kesukaan kami berdua. Karena rasanya sudah lama sekali. Kami berdua tidak menikmati menu makanan enak bersama.Aku panaskan air di atas kompor. Sembari menunggu airnya panas. Aku memotong-motong bumbu dan sayuran menjadi kecil-kecil. Setelah itu, aku cuci bersih sayuran dan memasukannya kedalam air rebusan yang sudah panas.Tidak lupa, aku melihat takaran bumbu yang telah ditulis dalam buku oleh ibu tiri ku. Dimana, kami berdua dulu sangat menyukai masakannya. Kemudian aku aduk-aduk saja sampai mendidih. Akhirnya jadi, sop sayur seperti yang tertulis dalam buku. Sekarang tinggal dinikmati saja.Tapi saat aku perhatikan baik-baik. Kenapa kelihatannya berbeda dengan yang ada di gambarnya, ya? Padahal aku sudah berusaha untuk melakukannya sesuai dengan arahan yang tertera dalam buku ini. Tapi hasilnya tidak pernah bisa seperti yang ada di gambar resepnya.Saat aku sedang pusing memikirkannya karena bingung. Aku mulai merasa lapar dan ingin segera menyantap makanan ini. Tapi, kalau aku makan duluan. Nanti jadi tidak bisa makan bersama dengan adikku. Aku harus gimana ini?Namun, saat aku sedang galau untuk memilih. Terdengar ada seseorang yang mengetuk pintu. Mendengar itu, aku langsung siapkan piring dan hal lainnya. Aku langsung duduk dan bersiap menyantap makanan yang ada.Karena adikku sudah pulang, aku jadi bisa langsung makan tanpa harus menunggu lagi. Namun, begitu aku menyendok nasi. Adikku ini kembali mengetuk pintu. Padahal pintunya itu, tidak aku kunci dan hanya perlu di dorong saja.Tapi, ternyata adikku ini sudah jadi makin malas saja. Karena selama ini hanya diam saja di rumah ini. Membuka pintu sendiri saja sudah tidak mau. Aku terpaksa harus meletakkan sendok yang hampir memasukkan nasi ke mulut ku.Aku berjalan menuju pintu dan membuka membuka pintu itu lebar-lebar. Aku sudah bersiap untuk mengomelinya agar paling tidak lebih mandiri sedikit. Namun, ternyata yang ada di depanku itu bukanlah adikku.Melainkan seseorang yang terlihat sangat mencurigakan. Karena dia menutupi wajahnya dengan rapat. Berlapis-lapis kain di pakainya dari kepala hingga perutnya. Tidak mungkin dia datang dengan niat yang baik.Aku segera menutup pintu yang sebelumnya aku buka lebar-lebar. Namun dia menghalanginya dengan kakinya. Aku mendengar sedikit suara rintihan saat kakinya terjepit. Sepertinya ini cukup bagus untuk mengusirnya.Walau begini, aku ini tetaplah seorang pangeran. Rasakan rasa sakit itu dan segeralah pergi...! Dasar orang aneh...!Bersambung...Aku terus mendorong pintu itu dengan sekuat tenaga. Agar orang itu merasa kesakitan dan menarik kakinya. Dengan begitu, dia akan takut denganku dan mengurungkan niatnya untuk merampok disini.Namun, saat aku memikirkan cara paling bagus untuk menghindari masalah ini. Aku juga ikut menyadari sesuatu. Kalau aku tidak bisa membiarkan orang mencurigakan ini terus berada di balik pintu.Jadi, hanya berhasil mencegahnya. Agar tidak bisa masuk ke rumah ini, itu masih belum cukup. Aku harus pastikan, untuk berhasil mengusirnya dari sini secepatnya. Karena akan jadi sangat berbahaya. Kalau dia masih berkeliaran di sekeliling rumah.Adikku yang mungkin akan segera pulang. Bisa ikut berada dalam bahaya. Kalau orang ini tidak segera aku usir jauh-jauh. Jadi, bagaimana caranya aku mengusir orang ini?Saat aku mulai terpaku untuk memahami kondisi sekitar dengan lebih baik. Aku menyadari kalau ada sesuatu hal yang aneh. Karena selama kaki orang itu terjepit. Dia tidak melakukan perlawanan sedikitpun.
Suara tangisan dari seorang wanita telah memenuhi telinga ku. Tanpa mampu mengatasi kunci masalahnya. Aku hanya mampu mencoba untuk mengurangi akibat dari kesalahan ku. Sosok dari raja yang payah dan tidak berguna melekat pada diri ku ini.Bahkan saat ini, aku tidak mampu menyelesaikan tanggung jawab ku dengan baik. Aku masih belum selesai melilitkan perban di kakinya. Hingga dia berhenti menangis. Disaat yang berat untuk mengatakan sesuatu. Perutku justru menjerit dengan suara yang begitu keras."Yang mulia, apakah anda belum makan?", sungguh, aku malu sekali. Ketika dia menanyakan hal itu kepadaku. Aku beruntung karena di ruang tamu ini tidaklah ada cermin. Kalau semisalnya ada, pasti yang terpantul di sana adalah sosok laki-laki yang tidak lagi punya harga diri.Hal itu juga yang menjadi sebab. Kenapa aku tidak mungkin untuk mengiyakan pertanyaan itu. Dengan memanfaatkan seluruh kapasitas otak ku untuk berpikir. Dalam waktu yang singkat, aku berhasil menyiapkan sesuatu untuk menangg
"Kak Laitten, jangan bahas kejadian itu disini!", Lisa mencubit perut kakak laki-lakinya yang duduk di sampingnya. Laki-laki bernama Laitten itu meronta-ronta karena kesakitan. Dia berusaha keras untuk melepaskan cubitan adiknya."Iya-iya. Sudah, kamu selesaikan saja. Urusanmu dengan kakakmu yang kamu rindukan itu.", Lisa langsung berhenti mencubitnya. Lalu memulai percakapan dengan kesatria wanita. Dua bersaudari itu kelihatan sangat akrab.Mereka berdua terlihat begitu senang dengan percakapan mereka. Itu menunjukkan kepada ku kalau mereka berdua memang sangatlah dekat. Itu membuatku merasa iri dan kagum di saat yang bersamaan."Hei, anak muda. Apa yang kau lihat hingga kau nampak sangat senang seperti itu?", Laitten menatapku dengan tatapan tajam seakan-akan menusukku. Aku segera mengalihkan pandangan ku dari kedua saudarinya."Tidak ada.", aku langsung fokus untuk melihat dinding yang polos. Aku sandarkan kepala ku ke tangan kanan ku. Sikut ku menancap di atas meja yang ada didepan
Ketika ketiga tamuku pergi meninggalkan rumah ini. Aku tutup pintu rumah dan langsung terkapar di lantai. Hari ini benar-benar menjadi hari yang melelahkan. Aku sudah tidak mau lagi melakukan apapun saat ini. Aku akan langsung pergi ke kamarku dan tidur nyenyak di sana.Tapi, begitu aku berusaha untuk berdiri. Kakiku yang telah lemas membuat ku tidak lagi mampu berjalan. Akhirnya aku terpaksa harus tidur di tempat ku terkapar. Aku langsung menutup mata dan tidur di balik pintu rumah.Begitu aku kembali sadar dari tidur ku. Tubuhku terasa nyeri dan pegal-pegal. Namun kali ini kakiku sudah mampu membuat ku berdiri. Aku langsung berdiri dan bergegas mempersiapkan banyak hal. Untuk menjalankan tugas harian ku sebagai raja.Saat aku membuka pintu rumah dan melihat seseorang yang ada dibalik nya. Aku kembali dibuat menyesal karena telah melupakan hal yang penting. Adikku tidur di kursi roda miliknya yang berada di luar rumah.Dia tidur dengan posisi duduk di atas kursi rodanya. Terdapat bany
"Jangan bohong!", aku tertegun mendengar perkataan itu. Kenapa orang ini bisa menganggap ku sedang berbohong. Bukankah dia tidak tahu tentang pembicaraan ku tadi. Aku mulai merasa, kalau ada sesuatu yang sedang mengawasi ku."Apa? Bagian manakah, yang menurut mu kebohongan? Kenapa juga aku harus berbohong?", hal yang membuat ku curiga adalah sikap Jiuren yang aneh. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami bersama.Dia tidak pernah sekalipun menyebut ku berbohong. Seharusnya dia juga tahu tentang hal itu. Namun yang ada didepan ku saat ini. Seperti bukan Jiuren yang aku kenal selama ini. Kalau aku pikirkan kembali dengan baik-baik.Memang ada sesuatu yang aneh semenjak aku bertemu dengan keluarga kesatria itu. Mulai dari adikku yang tidak segera pulang hingga larut malam sekali. Kakakku yang menanyakan hal yang tidak biasa. Sampai orang terdekat ku sendiri seperti sedang mendesak ku."Justru kamu itu yang aneh. Aren yang aku kenal tidak akan menyalahkan saudari nya sendiri. Dia akan se
Hari esok yang telah berusaha sangat keras untuk mengejar ku. Akhirnya berhasil menangkap dan menemani ku. Bersamaan dengan gerombolan orang yang datang untuk menjengukku. Begitu banyak orang yang datang menemui ku.Hingga membuat dokter yang mengurus ku turun tangan. Untuk menghentikan perputaran roda pengunjung. Karena dapat mengganggu waktu ku untuk beristirahat. Ada banyak yang di paksa pulang oleh dokter. Karena tidak memiliki urusan yang cukup penting untuk menemui ku.Saat ini, hanya tersisa beberapa orang yang dapat dihitung dengan jari tangan. Walaupun begitu, mereka sudah mampu untuk membuat kamarku menjadi ramai. Karena mereka cukup banyak yang saling berbincang-bincang tentang urusan kerajaan.Jujur saja, hal ini cukup bisa membuat ku. Teralihkan dari berbagai kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Baik itu tentang nafas buatan ataupun hal lain yang sebelumnya terjadi. Dari banyaknya orang yang membahas tentang keadaan ku.Aku perlahan-lahan mulai memahami kejadian yang te
Tidak, untuk satu hal ini saja. Aku tidak akan pernah membiarkannya terlepas dari ku. Aku akan pertahankan dia bagaimanapun caranya. Walaupun kami ini seumuran, bagiku keberadaannya di samping ku. Sudah seperti sesosok ayah yang selalu menjaga dan menolong ku."Aku justru membutuhkan mu disamping ku. Bahkan saat inipun, aku ingin kamu jadi teman curhat ku.", aku berteriak keras agar di dengar oleh nya. Karena aku ingin dia mendengar perkataan ku dengan sangat jelas. Agar aku bisa mengukirkan nya ke dalam hatinya yang paling dalam.Dia mulai mendengar perkataan ku dan menghadapkan wajahnya kepada ku. Saat itu, aku terdiam menjadi patung. Entah mengapa, saat dia menatapku. Aku jadi tidak bisa mengatakan hal yang ingin aku sampaikan."Tapi, sebelum itu. Bisa tolong periksa keluar sebentar. Apakah dibalik pintu itu ada kesatria?", aku menunjuk ke arah pintu. Dimana banyak orang yang keluar dan masuk melalui pintu itu. Aku khawatir ada orang yang bersangkutan dengan curhatan ku."Kesatria?
"Aren, jangan lupa untuk membaca ini setiap malamnya. Ya...!!!", dia menyodorkan sebuah plastik yang berisi sebuah buku. Namun aku merasa seperti sedang ditodong dengan senjata api."Jadi, kenapa kamu menolak permintaannya?", Jiuren sudah mulai menanyakan urusan ku. Ini menandakan, kalau kejadian itu sudah tidak menggangu pikirannya lagi. Aku turut bahagia dan gembira atas kembalinya sosok Jiuren yang dulu."Habisnya, aku tidak bisa. Kalau harus menghabiskan waktu ku bersamanya. Terlebih lagi, kelihatannya keluarganya tidak suka denganku.", aku mulai membuat banyak alasan dari berbagai macam masalah."Kau sudah pernah bertemu dengan keluarga kesatria itu?", Jiuren menanyakan hal yang sudah sewajarnya. Dipertanyakan oleh orang yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Aku mulai bercerita sedikit tentang kedatangan kesatria malam itu."Jadi, karena itu aku tidak bisa menerima permintaan itu. Selain alasan yang dilontarkan oleh banyak orang. Aku sendiri juga sudah tidak mampu untuk b
"Kalau perlu akan aku panggil juga adikmu itu sekarang.", Katira mulai bersikeras untuk ikut campur dalam urusan ku dengan adikku. Entah mengapa aku jadi semakin tidak suka dengan semua yang terjadi saat ini."Tidak usah. Sudah, biarkan saja. Aku ingin sendiri untuk saat ini. Jadi, pulanglah! Aku ingin istirahat sekarang.", memang berat untuk memendam perasaan ini sendiri. Tapi aku harus bisa menguburnya untuk saat ini. Karena aku tidak ingin masalah ini melibatkan lebih banyak orang.Aku berharap dengan sedikit sikap dingin ku itu. Akan membuat kakakku ini, tidak ikut campur lebih jauh lagi. Karena semuanya hanya perlu berjalan seperti biasa. Tidak perlu ada sedikitpun perubahan dalam kondisi kami ini."Kau yakin ingin tetap seperti ini terus?", Katira bukannya pergi meninggalkan ku. Dia justru duduk di kursi yang aku belakangi. Selain itu, dia juga memegang lengan atas ku. Genggaman tangannya menjadi lebih erat. Saat dia menanyai ku dengan pertanyaan itu
"Tidak ada. Lebih baik anda fokus saja untuk mengistirahatkan diri anda sendiri.", setelah mengatakan itu. Dokter itu pergi meninggalkan aku sendirian di kamar ini. Kesunyian dalam ruangan ini membuat isi kepala ku kosong.Tubuhku yang tiba-tiba terasa lemas segera aku dudukkan ke atas kasur. Habis sudah rencana dan usahaku selama ini untuk menabung uang sebanyak-banyaknya. Semua langsung berakhir hanya untuk satu barang yang ada di kantong plastik itu."Aren.", tiba-tiba aku mendengar suara yang tidak asing memanggil nama ku. Namun begitu aku mencoba untuk mencari sosoknya di sekitar ku. Aku tidak melihatnya sedang berada di tempat ini. Namun suara panggilan itu membuatku mendapatkan suatu ide.Aku segera mencari ponsel ku berada. Aku mencarinya dalam berbagai tas dan tempat yang ada di sekitar ku. Karena aku harus menelpon seseorang yang bisa menolong ku saat ini. Walaupun aku merasa tidak nyaman saat berbicara dengannya. Aku tidak punya waktu banyak untuk memilih-milih solusi saat i
"Tidak ada yang salah. Dia memang minta padaku untuk dibawakan sate kambing.", Jiuren dengan tegas mengatakan kalau dia memang tidak salah dengar. Itu cukup menjadi kejutan baru bagiku. Karena setahuku, istrinya Jiuren memang tidak suka dengan daging kambing."Jangan bohong! Istrimu minta untuk dibawakan sate kambing. Bukankah itu sesuatu hal yang sangat mustahil?", aku kembali menunjukkan sikap tidak percaya. Kepada apa yang saat ini ada di depan ku. Jiuren langsung tersenyum lebar sambil menepuk pundak ku."Memang seperti itulah seorang wanita. Kamu akan tahu bagaimana rasanya nanti. Kalau kau sudah menikah dengan kesatria itu.", Jiuren kembali mengatakan hal yang bodoh. Dia pikir aku akan menyetujuinya. Jika dia menggodaku seperti itu."Terserah kau saja. Pokoknya aku tidak mau dengar keluhan mu nanti. Kalau ternyata kamu memang salah dengar.", aku mengatakan itu. Agar Jiuren tidak lagi mengungkit masalah ini.Dia juga langsung berdiri dan berj
"Aren, jangan lupa untuk membaca ini setiap malamnya. Ya...!!!", dia menyodorkan sebuah plastik yang berisi sebuah buku. Namun aku merasa seperti sedang ditodong dengan senjata api."Jadi, kenapa kamu menolak permintaannya?", Jiuren sudah mulai menanyakan urusan ku. Ini menandakan, kalau kejadian itu sudah tidak menggangu pikirannya lagi. Aku turut bahagia dan gembira atas kembalinya sosok Jiuren yang dulu."Habisnya, aku tidak bisa. Kalau harus menghabiskan waktu ku bersamanya. Terlebih lagi, kelihatannya keluarganya tidak suka denganku.", aku mulai membuat banyak alasan dari berbagai macam masalah."Kau sudah pernah bertemu dengan keluarga kesatria itu?", Jiuren menanyakan hal yang sudah sewajarnya. Dipertanyakan oleh orang yang tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya. Aku mulai bercerita sedikit tentang kedatangan kesatria malam itu."Jadi, karena itu aku tidak bisa menerima permintaan itu. Selain alasan yang dilontarkan oleh banyak orang. Aku sendiri juga sudah tidak mampu untuk b
Tidak, untuk satu hal ini saja. Aku tidak akan pernah membiarkannya terlepas dari ku. Aku akan pertahankan dia bagaimanapun caranya. Walaupun kami ini seumuran, bagiku keberadaannya di samping ku. Sudah seperti sesosok ayah yang selalu menjaga dan menolong ku."Aku justru membutuhkan mu disamping ku. Bahkan saat inipun, aku ingin kamu jadi teman curhat ku.", aku berteriak keras agar di dengar oleh nya. Karena aku ingin dia mendengar perkataan ku dengan sangat jelas. Agar aku bisa mengukirkan nya ke dalam hatinya yang paling dalam.Dia mulai mendengar perkataan ku dan menghadapkan wajahnya kepada ku. Saat itu, aku terdiam menjadi patung. Entah mengapa, saat dia menatapku. Aku jadi tidak bisa mengatakan hal yang ingin aku sampaikan."Tapi, sebelum itu. Bisa tolong periksa keluar sebentar. Apakah dibalik pintu itu ada kesatria?", aku menunjuk ke arah pintu. Dimana banyak orang yang keluar dan masuk melalui pintu itu. Aku khawatir ada orang yang bersangkutan dengan curhatan ku."Kesatria?
Hari esok yang telah berusaha sangat keras untuk mengejar ku. Akhirnya berhasil menangkap dan menemani ku. Bersamaan dengan gerombolan orang yang datang untuk menjengukku. Begitu banyak orang yang datang menemui ku.Hingga membuat dokter yang mengurus ku turun tangan. Untuk menghentikan perputaran roda pengunjung. Karena dapat mengganggu waktu ku untuk beristirahat. Ada banyak yang di paksa pulang oleh dokter. Karena tidak memiliki urusan yang cukup penting untuk menemui ku.Saat ini, hanya tersisa beberapa orang yang dapat dihitung dengan jari tangan. Walaupun begitu, mereka sudah mampu untuk membuat kamarku menjadi ramai. Karena mereka cukup banyak yang saling berbincang-bincang tentang urusan kerajaan.Jujur saja, hal ini cukup bisa membuat ku. Teralihkan dari berbagai kejadian yang telah terjadi sebelumnya. Baik itu tentang nafas buatan ataupun hal lain yang sebelumnya terjadi. Dari banyaknya orang yang membahas tentang keadaan ku.Aku perlahan-lahan mulai memahami kejadian yang te
"Jangan bohong!", aku tertegun mendengar perkataan itu. Kenapa orang ini bisa menganggap ku sedang berbohong. Bukankah dia tidak tahu tentang pembicaraan ku tadi. Aku mulai merasa, kalau ada sesuatu yang sedang mengawasi ku."Apa? Bagian manakah, yang menurut mu kebohongan? Kenapa juga aku harus berbohong?", hal yang membuat ku curiga adalah sikap Jiuren yang aneh. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya kami bersama.Dia tidak pernah sekalipun menyebut ku berbohong. Seharusnya dia juga tahu tentang hal itu. Namun yang ada didepan ku saat ini. Seperti bukan Jiuren yang aku kenal selama ini. Kalau aku pikirkan kembali dengan baik-baik.Memang ada sesuatu yang aneh semenjak aku bertemu dengan keluarga kesatria itu. Mulai dari adikku yang tidak segera pulang hingga larut malam sekali. Kakakku yang menanyakan hal yang tidak biasa. Sampai orang terdekat ku sendiri seperti sedang mendesak ku."Justru kamu itu yang aneh. Aren yang aku kenal tidak akan menyalahkan saudari nya sendiri. Dia akan se
Ketika ketiga tamuku pergi meninggalkan rumah ini. Aku tutup pintu rumah dan langsung terkapar di lantai. Hari ini benar-benar menjadi hari yang melelahkan. Aku sudah tidak mau lagi melakukan apapun saat ini. Aku akan langsung pergi ke kamarku dan tidur nyenyak di sana.Tapi, begitu aku berusaha untuk berdiri. Kakiku yang telah lemas membuat ku tidak lagi mampu berjalan. Akhirnya aku terpaksa harus tidur di tempat ku terkapar. Aku langsung menutup mata dan tidur di balik pintu rumah.Begitu aku kembali sadar dari tidur ku. Tubuhku terasa nyeri dan pegal-pegal. Namun kali ini kakiku sudah mampu membuat ku berdiri. Aku langsung berdiri dan bergegas mempersiapkan banyak hal. Untuk menjalankan tugas harian ku sebagai raja.Saat aku membuka pintu rumah dan melihat seseorang yang ada dibalik nya. Aku kembali dibuat menyesal karena telah melupakan hal yang penting. Adikku tidur di kursi roda miliknya yang berada di luar rumah.Dia tidur dengan posisi duduk di atas kursi rodanya. Terdapat bany
"Kak Laitten, jangan bahas kejadian itu disini!", Lisa mencubit perut kakak laki-lakinya yang duduk di sampingnya. Laki-laki bernama Laitten itu meronta-ronta karena kesakitan. Dia berusaha keras untuk melepaskan cubitan adiknya."Iya-iya. Sudah, kamu selesaikan saja. Urusanmu dengan kakakmu yang kamu rindukan itu.", Lisa langsung berhenti mencubitnya. Lalu memulai percakapan dengan kesatria wanita. Dua bersaudari itu kelihatan sangat akrab.Mereka berdua terlihat begitu senang dengan percakapan mereka. Itu menunjukkan kepada ku kalau mereka berdua memang sangatlah dekat. Itu membuatku merasa iri dan kagum di saat yang bersamaan."Hei, anak muda. Apa yang kau lihat hingga kau nampak sangat senang seperti itu?", Laitten menatapku dengan tatapan tajam seakan-akan menusukku. Aku segera mengalihkan pandangan ku dari kedua saudarinya."Tidak ada.", aku langsung fokus untuk melihat dinding yang polos. Aku sandarkan kepala ku ke tangan kanan ku. Sikut ku menancap di atas meja yang ada didepan