“Kenapa diam? Masih berpikir bisa membodohi ayahku?” cibir Ming Lan dengan kepala menggeleng.
“Kumis palsu dan pakaian kumal, tidak akan cukup untuk mengelabui aku dan ayahku. Perlu kau tahu, Xiao Bao adalah kusir kesukaan keluargaku. Tamatlah riwayatmu kali ini!” desis Ming Lan, kesal melihat kebodohan pria yang beberapa saat lalu berkata dengan beraninya ingin membawanya kabur.
“Aku benar-benar tidak mengerti tujuanmu menyamar dan mengajakku kabur dengan begitu beraninya. Apa kau menaruh perasaan padaku?” tanya Ming Lan angkuh.
“Anda benar, Nona. Saya jatuh hati saat pertama kali melihat Anda menangis di tepi danau. Setelah tahu semua ini, apa Anda bersedia kabur bersama saya?”
Ming Lan menyeringai kesal sekaligus jijik. “Kau pikir siapa dirimu? Dengar, aku sudah menetapkan hati menikahi Gao Ping dan mewujudkan keinginan ayahku.”
“Pikirkan saja bagaimana kau keluar dari tempat ini
Kediaman Putri Mu Lan, Paviliun MouerDua orang penjaga pintu membungkuk hormat manakala melihat Wang Yang berjalan mendekat. Satu diantaranya hendak mengumumkan kedatangan raja, tapi urung karena Wang Yang menahannya menggunakan gerakan kepala.Wang Yang masuk tanpa suara ke dalam ruang tamu tempat Mu Lan sedang bergerak gusar mengitari sebuah meja.“Apa yang menganggu pikiranmu, Adikku?” sapa Wang Yang mengejutkan Mu Lan.“Eh, Kakak Yang. Kapan kau datang? Maaf, aku tidak mendengarnya.” Mu Lan bergegas menghampiri Wang Yang dan bergelayut manja di lengan kokoh pria pujaannya. “Ayo, kita duduk. Aku akan menuangkan teh untukmu.”Terkejut dan bahagia, membuat Mu Lan tidak melihat seorang gadis yang datang bersama Wang Yang. Ia terlalu fokus pada Wang Yang, menuangkan teh dan menyajikan kue ketan ke hadapan pria itu.“Apa yang membawamu kemari, Kak? Sejak kau naik tahta dan memiliki calon istri, kau ti
“Ada apa ini?!”“Bu ...!” Mu Lan berlari ke belakang Suying meminta perlindungan begitu melihat ibunya datang. “Kak Yang ingin membawaku ke ruang interogasi,” lapor Mu Lan dengan suara memelas.“APA?!” Mata Suying membola mendengar aduan Mu Lan. Ia berpaling menatap Wang Yang. “Yang Mulia, apa yang membuat Putri Mu Lan pantas dimasukkan ke ruangan mengerikan itu?”“Ratu bisa tanyakan langsung pada Putri, apa yang sudah dia lakukan hingga pantas dimasukkan ke dalam ruang interogasi,” balas Wang Yang.Suying tampak kurang suka dengan jawaban Wang Yang yang merendahkan putrinya. “Memangnya kesalahan apa yang kau buat hingga kakak yang kau puja begitu tega memasukkanmu ke ruang interogasi?” tanya Suying tanpa mengalihkan matanya dari Wang Yang.Mu Lan mulai terisak manaja. “Aku sungguh tidak tahu, Bu. Kak Yang menuduhku memukul wajah pelayan Li Zening dan menyekap
“Li Zening!” bentak Deyun. “Kak, apa kau sadar, sejak Wang Yang hadir dalam kehidupan kita, kau sering membentak dan marah padaku. Apa kau sadari itu?” Mata Zening berkaca-kaca. “Ning’er, aku tidak pernah bermaksud untuk marah dan melukai hatimu. Tapi aku minta kau mengerti apa yang ....” Zening mengangkat tangannya. “Cukup, Kak. Kalau kita teruskan, akan jadi pertengkaran besar. Aku sedang mengharapkan pemakluman, bukan penghakiman. Untuk beberapa waktu, biarkan aku tinggal di sini dan menenangkan diri.” Deyun mendesah dan tertunduk. “Baiklah, aku akan datang dua hari lagi. Aku harap,” “Kak! Aku tidak akan kabur atau lari lagi. Aku hanya ingin menenangkan diri setelah apa yang aku alami. Bisakah?” Dua bulir air mata jatuh dari mata cantik Zening. Tanpa berkata lagi, Deyun berbalik dan melangkah pergi. Ia tidak ingin membuat adiknya semakin terluka. Di luar kuil, Xu Jin masih berjaga sambil duduk di tangga kuil. “Xu Jin,” pangg
Kediaman Ratu Qi, Istana Selatan Suying mendorong Mu Lan dengan kasar hingga tubuh gadis itu mendarat keras di kursi kayu. Amarah yang sudah ditahannya sejak melangkah keluar dari kediaman putri, kini siap meledak menghancurkan apa saja yang ada di dekatnya. “Katakan, bagaimana bisa kau begitu ceroboh dalam bertindak?!” hardik Suying mengagetkan putrinya. “Aku menerima laporan dari salah satu penjaga pintu ruang rahasia bahwa kau datang dan memaksa mereka memindahkan mayat tanpa sepengetahuanku.” Suying melangkah maju ke depan kursi menghampiri Mu Lan. Menopangkan dua tangannya pada lengan kursi, mengungkung tubuh Mu Lan yang mulai gemetar ketakutan melihat kilatan marah di mata ibunya. “Berani sekali kau bertindak tanpa memberitahukannya padaku lebih dulu. Apa kau tahu akibat dari perbuatan bodohmu ini, hah?!” Mu Lan melirik ke sisi tubuhnya. Buku jari Suying memutih karena mencengkeram kuat lengan kursi yang didudukinya, menandakan ibunya sa
“Aku tidak tahu di mana salahnya, yang aku tahu, aku merindukanmu, Bu,” ujar Wang Yoo tulus. “Telah lama kami kehilangan sosok wanita lembut yang selalu membuai kami bergantian sebelum tidur. Ada apa denganmu, Bu? Ke mana perginya Lan Suying yang lembut dan penyayang?”Sejenak, Suying terhanyut oleh ucapan Wang Yoo. Ingatannya kembali pada masa-masa saat Wang Su mulai belajar memegang pedang kayu pertamanya. Kala itu, Yoo’er baru berusia dua tahun dan dia sedang mengandung Mu Lan. Perhatian Wang Li hanya terpusat padanya.Setiap kali Suying mengandung, ia akan mempergunakan kehamilannya sebagai alasan untuk terus dekat dengan Wang Li, memisahkannya dari Selir Chu dan kedua putranya. Namun, suatu sore yang cerah, di tepi Danau Kebahagiaan, Suying tanpa sengaja mendengar ucapan Wang Li pada Song Lin yang membuatnya tersadar bahwa semua yang terjadi padanya selama hidup di sisi raja adalah karena kebaikan wanita itu.“Lin’e
Kediaman Raja, Istana BaratRanjang luas tempat tidur raja berguncang seperti dilanda gempa. Tirai putih tipis yang biasa digunakan sebagai penutup, lepas dari ikatannya. Wang Yang berguling gelisah ke kanan dan ke kiri, terkadang duduk dan kembali berbaring dengan kasar. Huazhi hanya bisa menggeleng dan mendesah melihat tingkah junjungannya yang tidak bisa ia mengerti maksud dan tujuannya.Zhaolin yang datang tergopoh-gopoh hendak melapor, seketika tercengang melihat kondisi ranjang yang berantakan dan bergoyang. Awalnya, ia menyangka kalau Wang Yang sedang bersama salah satu selirnya, tapi melihat Huazhi berdiri tegak dengan mata menatap lurus kea rah ranjang, Zhaolin berani memastikan bahwa raja sedang sendiri.“Tuan, apa yang terjadi dengan paduka?” heran Zhaolin dengan wajah bingung.Huazhi hanya menggeleng dan mengendikkan bahunya tanda kebingungan yang sama. “Entahlah, Tuan. Sejak kembali dari Aula Huanyang siang tadi hingga sekar
“Apa gambar ini bisa dipercaya?” tanya Wang Yang ragu. “Ini, yang mau kau katakan tadi?” tanya Wang Yang lagi seraya menunjuk lembaran kain di hadapannya.“Benar, Yang Mulia. Maaf, kalau hamba terkesan lancang. Jalur sutra itu yang raja Gao Ping jadikan mahar untuk menikahi Ming Lan.”“Jadi maksudmu, jalus sutra ini sudah menjadi milik Ziliang?”Ji Mong mengangguk mantap.“Jenderal, segera pelajari peta ini dan tempatkan mata-mata di setiap titik perdagangan. Aku ingin, semua pedagang gelap tertangkap saat mereka memulai transsaksi pertamanya. Kau mengerti?”Wang Yang melirik sekilas ke bawah kaki Deyun dan berusaha menyembunyikan senyumnya.Deyun, yang seyogyanya mengangguk, tertegun melihat senyum samar di bibir iparnya. Sampai-sampai, Wang Yang harus menegurnya demi mendapat jawaban meyakinkan dari Deyun.“Jenderal, apa kau mendengarku?”Deyun tergagap.
Pelataran Kuil BailongMatahari mulai condong ke barat, menyuguhkan sinar jingga kemerahan yang cantik dan menarik. Ingatan Wang Yang terbang ke masa di mana ia dan Huazhi terakhir kali datang ke kuil untuk menjenguk Song Lin dan mendapati kondisi kuil sudah disegel oleh Zhao Ziliang. Tanpa sadar, tangannya mengepal kuat, giginya gemerutuk saling beradu.Xu Jin setengah berlari menghampiri begitu melihat rajanya memasuki area kuil.“Yang Mulia,” sapa Xu Jin antara bingung dan canggung. “Ada keperluan apa Yang Mulia datang tanpa pemberitahuan?”“Kuil ini termasuk bangunan milik kerajaan Yongjin. Sudah sewajarnya aku kemari saat ingin berdoa, bukan?” Wang Yang berjengit. “Apa aku harus melapor padamu dulu sebelum datang?” tanya Wang Yang tak suka.“Ampun, Yang Mulia. Hamba bersalah.”“Antar aku berdoa,” tandas Wang Yang sambil meneruskan langkahnya.Di belakang, Xu